Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
This study was conducted to explore more about the role of Batam fishing communities in developing
economic potential so as to improve the quality of life of fishing communities. This research was conducted at
the Kelompok Nelayan Abadi, with 20 members of the fishing community of childbearing age, with fixtures
and fittings are traditional fishing. This study uses qualitative research methods types of Participatory Rural
Appraisal (PRA). This method is used to get information from the community and the parties participating in
community empowerment. The results showed that the fishing community empowerment can be realized in the
form of giving confidence for the development of local capabilities on the basis of local needs. Strengthening the
role of the fishing communities as agents of development can be done through mentoring programs, in addition
to the development of the organization, the network economy, and other supporting factors. Through community
development efforts so that fishing communities have the opportunity to escape poverty and backwardness towards
a better life.
Keywords: optimization; the role of the community; the fishing community
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang peran masyarakat nelayan
Batam dalam mengembangkan potensi ekonomi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat nelayan. Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Nelayan Abadi, yakni pada 20 anggota
masyarakat nelayan usia produktif, dengan perlengkapan dan peralatan melaut yang tradisional.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif tipe Participatory Rural Appraisal
(PRA). Metode ini dipergunakan untuk menggali informasi dari masyarakat dan pihak-pihak
yang berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberdayaan masyarakat nelayan dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan kepercayaan
demi berkembangnya kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat. Penguatan
peran serta masyarakat nelayan sebagai pelaku pembangunan dapat dilakukan melalui program-
program pendampingan, di samping melalui pengembangan organisasi, ekonomi jaringan, dan
faktor-faktor pendukung lainnya. Melalui usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian itu,
masyarakat nelayan memiliki peluang untuk bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju
kehidupan yang lebih baik.
Kata kunci: optimalisasi; peran masyarakat; masyarakat nelayan
Pengutipan: Wibowo, H., Bahri, E. F., Harto, P. P. (2016). Optimalisasi Peran Masyarakat Nelayan
Batam dalam Pengembangan Ekonomi. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3(1), 2016,
92-104. doi:10.15408/sd.v3i1.3800.
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v3i1.3800
Tabel 1. Lokasi Potensial untuk Pengembangan yang masih sering terjadi akibat tumpang
Marikultur Pesisir Kota Batam6 tindih kepentingan dalam pemanfaatan ruang
Luas pesisir. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
No. Kecamatan Lokasi Potensial persepsi di antara para pelaku pembangunan
(ha) (stakeholders) dalam hal pengelolaan kawasan
1 Galang Selat antara 1.011,90
Pulau Galang yang berhubungan dengan pengambilan
Baru dengan kebijakan menyeluruh terhadap penataan ruang
Pulau Ngual;
Utara Pulau dan pengelolaan kawasan yang berimbang.
Tanjung Dahan
dan Pulau Konflik masalah penentuan batas
2 Kuala
Galang
304,61
antarwilayah secara spasial maupun pengelolaan
Kampar Barat daya kawasan serta pemanfaatan sumberdaya alam
Pulau Rempang yang makin marak juga merupakan permasalahan
3 Bulang Sekitar Pulau 349,37
Setoko dan tersendiri, seperti nelayan Indonesia yang
Pulau Tonton; ditangkap oleh pihak Malaysia. Motif tersebut
antar Pulau dikarenakan karena kesejahteraan yang belum
Awi dan Pulau
Tonton memadai sehingga diperlukan pendampingan
4 Belakang 6.094,24 kepada para nelayan (masyarakat pesisir pantai)
Antara Pulau
Padang
Belakang untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
Padang
dengan Pulau hidup salah satunya adalah memberdayakan
Kepalajerih potensi nelayan dengan membentuk Kelompok
5 Nongsa Sekitar Pulau 2.949,61
Bersama Nelayan dan pada akhirnya akan
Tanjung Sau
dan Pulau terbentuk Koperasi Syariah.
Nginang Kota Batam memiliki tingkat
Total 10.709,73
perkembangan pembangunan yang sangat
Secara geografis, Kota Batam merupakan
pesat sejak dijadikan daerah Otorita Batam.
wilayah yang strategis, karena berbatasan
Sebagai kawasan yang sedang berkembang
langsung dengan Singapura dan Malaysia,
Kota Batam tidak terlepas dari permasalahan
sementara pada sisi yang lainnya berbatasan
pengelolaan dan pengembangannya. Dengan
dengan beberapa daerah lainnya, yaitu Riau,
meningkatnya pertumbuhan ekonomi telah
Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan
menyebabkan terjadinya tekanan ekologis
Barat.7 Seiring dengan banyaknya peluang
terhadap sumberdaya pesisir dan laut. Setiap
usaha di wilayah Kota Batam telah muncul
tahunnya terjadi penurunan kualitas dan daya
permasalahan-permasalahan pembangunan,
dukung ekosistem pasisir dan laut terutama
terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber
akibat dari penambangan pasir laut, reklamasi
daya alam yang over eksploitasi dan tidak
pantai, konversi lahan pesisir serta penangkapan
bertanggung jawab.
ikan secara destruktif.
Permasalahan-permasalahan yang muncul
Pemerintah Kota Batam telah
secara umum disebabkan oleh 2 (dua) hal,
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2
yaitu terjadinya perubahan alam dan adanya
Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
aktifitas manusia. Akan tetapi permasalahan
Wilayah Matra Laut Tahun 2004 2014 yang
yang terbesar pada kenyataannya disebabkan
menjelaskan bahwa peruntukan sebagian
oleh adanya aktifitas yang dilakukan manusia
wilayah Kelurahan Pulau Abang diperuntukkan
seperti kerusakan ekosistem yang banyak terjadi
sebagai kawasan taman nasional, perlindungan
di wilayah-wilayah pesisir.
terumbu karang dan pengembangan ekowisata.
Ekploitasi yang berlebihan dan aktifitas Kelurahan Galang Baru sebagian wilayahnya
manusia lainnya menyebabkan penurunan merupakan kawasan perlindungan mangrove,
kuantitas maupun kualitas sumberdaya alam perlindungan terumbu karang dan budidaya
termasuk berbagai jenis flora dan fauna. terpadu. Sedangkan Kelurahan Karas sebagian
Selain itu ditemukan konflik antar stakeholder wilayahnya diperuntukan sebagai kawasan
6 DKP Kepri, 2011 perlindungan mangrove, perlindungan terumbu
7 www.batam.go.id.
dilengkapi dengan alat tangkap ikan. Namun kegiatan penangkapan dan budidaya. Kelompok
dalam perkembangannya nelayan dapat pula ini pula yang mendominasi pemukiman di
dikategorikan sebagai seorang yang profesinya wilayah pesisir di seluruh Indonesia, di pantai
menangkap ikan dengan alat yang lebih modern pulau-pulau besar dan kecil seantero nusantara.
berupa kapal ikan beserta peralatan tangkapnya Sebagian besar masyarakat nelayan pesisir ini
yang sekarang dikenal sebagai anak buah kapal adalah pengusaha skala kecil dan menengah.16
(ABK). Di samping itu juga nelayan dapat Raymond Firth menjelaskan
diartikan sebagai petani ikan yang melakukan karakteristik yang menandai kehidupan nelayan
budidaya ikan di tambak dan keramba-keramba miskin, yaitu: (a) pendapatan nelayan bersifat
di pantai. harian dan tak menentu dalam setiap harinya,
(b) rendahnya tingkat pendidikan para nelayan
Masyarakat nelayan merupakan serta anak-anak dari keluarga nelayan yang
kumpulan orang-orang yang bekerja mencari menyebabkan para nelayan tersebut sulit untuk
ikan di laut yang menggantungkan hidup mendapatkan pekerjaan lain, (c) sifat produk
terhadap hasil laut yang tidak menentu dalam yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan
setiap harinya. Masyarakat nelayan cenderung menimbulkan ketergantungan yang besar bagi
mempunyai sifat keras dan terbuka terhadap nelayan kepada pedagang atau pengepul hasil
perubahan. Sebagian besar masyarakat tangkapan (produk), (d) besarnya jumlah modal
nelayan adalah masyarakat yang mempunyai yang dikeluarkan dibidang usaha perikanan,
kesejahteraan rendah dan tidak menentu. menyebabkan para nelayan lebih memilih
Kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari- bergerak di bidang perikanan kecil-kecilan, dan
hari membuat masyarakat nelayan harus rela (e) keluarga nelayan miskin umumnya sangat
terlilit hutang dan menanggung hidup yang rentan dan mudah terjerumus dalam perangkap
berat, mereka tidak hanya berhutang kepada utang yang merugikan.17
kerabat dekat, tetapi mereka juga berhutang
kepada tetangga dan teman mereka. Nelayan kecil merupakan nelayan tradisional
yang mencari ikan di laut dengan menggunakan
Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai perahu kecil dan alat tangkap yang sederhana
kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan tidak banyak tersentuh oleh teknologi
dan sumber kehidupan ekonomi penduduk canggih. Wilayah peraian yang dapat diakses oleh
bergantung secara langsung pada pemanfaatan nelayan kecil pun tidak sejauh nelayan modern
sumberdaya laut dan pesisir. Definisi inipun yang menggunakan banyak teknologi canggih,
bisa juga dikembangkan lebih jauh karena nelayan kecil hanya mampu menjangkau
pada dasarnya banyak orang yang hidupnya perairan di pinggir-pinggir pantai saja, berbeda
bergantung pada sumber daya laut. Mereka dengan nelayan modern yang dapat menjakau
terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, perairan laut sampai jauh di tengah-tengah laut.
pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, Berbeda dengan nelayan modern yang acap
pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor kali mampu merespon perubahan dan lebih
sarana produksi perikanan..15 kenyal dalam menyiasati kondisi over fishing,
Dalam bidang non-perikanan, nelayan tradisional seringkali justru mengalami
masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual proses marginalisasi dan menjadi korban dari
jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, pembangunan dan modernisasi perikanan.
serta kelompok masyarakat lainnya yang
memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan
pesisir untuk menyokong kehidupannya. Definisi b. Tipologi Nelayan
masyarakat pesisir yang luas ini tidak secara ipologi dapat diartikan sebagai pembagian
keseluruhan diambil, tetapi hanya difokuskan masyarakat ke dalam golongan-golongan
pada kelompok nelayan dan pembudidaya menurut kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
ikan serta pedagang dan pengolah ikan. dalam tipologi masyarakat nelayan dapat dilihat
Kelompok ini secara langsung mengusahakan berdasarkan tiga sudut pandang. Pertama,
dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui 16 Nikijuluw, 2002.
17 Lihat: Bagong dan Karnaji, 2005, h. 60.
15 Saad dan Basuki, 2004.
Copyright 2016, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 97
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016
dari segi penguasaan alat-alat produksi atau yang lebih modern, hingga pemberdayaan
peralatan tangkap yang dimiliki nelayan. Dalam masyarakat. Perdesaan sering identik dengan
sudut pandang ini, nelayan bisa dibedakan keterbelakangan dan kemiskinan. Pembangunan
menjadi dua golongan, yaitu golongan nelayan pariwisata diharapkan mampu menjangkau
yang mempunyai alat-alat produksi sendiri sampai ke perdesaan dan dapat dirasakan
(pemilik alat produksi) dan golongan nelayan manfaatnya oleh penduduk desa. Selain itu,
yang tidak mempunyai alat-alat produksi sendiri pariwisata merupakan wahana yang baik untuk
(nelayan buruh), dalam hal ini nelayan buruh pemberdayaan masyarakat dengan adanya
hanya dapat menyumbang jasa tenaganya dalam konsep desa wisata.
kegiatan menangkap ikan serta mendapatkan Desa wisata adalah suatu wilayah
upah yang lebih kecil dari pada nelayan pemilik pedesaan dengan keseluruhan suasana yang
alat produksi. Kedua, dari segi skala investasi mencerminkan keaslian desa, baik dari
modal usahanya. Nelayan yang di pandang dari struktur ruang, arsitektur bangunan, maupun
sudut pandang ini dapat di golongkan menjadi pola kehidupan sosial-budaya masyarakatnya,
dua tipe, yaitu nelayan besar yang memberikan serta mampu menyediakan komponen-
modal investasi dengan jumlah yang banyak komponen kebutuhan pokok wisatawan seperti
untuk kegiatan menangkap ikan dan nelayan kecil akomodasi, makanan dan minuman, cindera
yang hanya bisa memberikan modal investasinya mata, dan atraksi-atraksi wisata.19 Pendapat lain
dengan jumlah yang sedikit. Ketiga, berdasarkan mengatakan bahwa desa wisata adalah suatu
teknologi peralatan tangkap ikan, nelayan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
dapat dibedakan menjadi nelayan modern dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
nelayan tradisional. Nelayan modern cenderung struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
lebih menggunakan teknologi canggih dan dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.20
berpendapatan lebih besar dibandingkan
dengan nelayan tradisional, ini dikarenakan
nelayan modern wilayah produksinya dapat C. Metode Penelitian
menjakau perairan yang lebih jauh.18
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
c. Definisi Desa Wisata penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif
Menurut Undang-undang nomor 32 tahun yang dipergunakan adalah Participatory Rural
200Menurut Undang-undang nomor 32 tahun Appraisal (PRA). Metode ini dipergunakan
2004 tentang Pemerintah Daerah, desa adalah untuk menggali informasi dari masyarakat
adalah kesatuan masyarakat hukum yang dan para pihak yang berpartisipasi dalam
memiliki batas batas wilayah yang berwenang pemberdayaan masyarakat, utamanya dalam
untuk mengatur dan mengurus kepentingan pengelolaan desa wisata. PRA seringkali dikenal
masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul juga dengan Participatory Rapid Appraisal, di
dan adat istiadat setempat yang diakui dan mana penekanannya dapat kepada participatory
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara (partisipasi) dan rapid (cepat). Penekanan
Kesatuan Republik Indonesia. Banyaknya pada kata rapid adalah lebih pada waktu
jumlah masyarakat miskin di perdesaan, pengumpulan data dan terbatasnya waktu dalam
membuat pemerintah membuat banyak progam proses pengembangan atau bahkan dalam
untuk desa. Hampir semua program kebijakan implementasi. Istilah lain yang sering juga
pemerintah yang terkait dengan pembangunan dipergunakan untuk PRA adalah Participatory
desa bertujuan untuk perbaikan desa, seperti Rapid Rural Aprraisal (PRRA) dan Participatory
program pengentasan kemiskinan, perubahan Learning Method (PALM).21
fisik desa dengan bantuan pembangunan
infrastruktur, peningkatan pendapatan dan
taraf hidup masyarakat, pemberian pelayanan
sosial, peningkatan pemerintahan desa 19 Pitana, 1999, h. 108.
20 Nuryati, 1993, h. 2-3,
18 Bagong, 2013, h. 53. 21 Lihat: Chambers 1991, dalam Mukherjee, 2003, h. 30-31.
dan 1.576 perempuan. Dari segi agama yang Sekolah Menengah Atas sebanyak 4 orang
dianut oleh penduduk, Pulau Buluh mayoritas (20%). Pada umumnya, masyarakat nelayan
Islam dengan jumlah 2.663 jiwa, agama Katholik menempuh pendidikan yang rendah bahkan
sebanyak 76 jiwa, agama Protestan sebanyak sekolah dasarpun belum berhasil diselesaikan.
13 jiwa, agama Budha sebanyak 434 jiwa dan Rendahnya masyarakat nelayan yang menempuh
agama Khongucu sebanyak 1 jiwa.30 ke jenjang yang lebih tinggi, bukan hanya
Peneliti berhasil menggali data dari 20 disebabkan oleh ketidakmampuan para orang
responden dari kalangan masyarakat nelayan, tua secara materi, tetapi juga karena keinginan
dengan deskripsi sebagai berikut: dari anak-anak tersebut. Mereka memilih tidak
mau melanjutkan sekolah walaupun orangtuanya
Gambar 4. Umur Masyarakat Nelayan
mampu. Mereka lebih memilih langsung ikut
bekerja di laut atau sebagai nelayan. Sebagian
dari anak-anak tersebut memilih melaut karena
ikut-ikutan temannya yang lain, dan juga mereka
melihat anak-anak yang lain mampu mempunyai
uang sendiri setelah bekerja melaut. Namun ada
juga sebagian orang tua yang menginginkan
anaknya untuk membantu bekerja di laut untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,
sehingga terdapat anak-anak yang terpaksa
harus meninggalkan bangku sekolahnya.
Grafik di atas memperlihatkan bahwa
masyarakat nelayan yang berumur antara 15-20 Gambar 6. Status Pernikahan Masyarakat
tahun berjumlah 2 orang (10%), yang berumur Nelayan
antara 21-26 tahun berjumlah 7 orang (35%),
yang berumur antara 27-32 tahun sebanyak
3 orang (15%), yang berumur antara 33-38
tahun sebanyak 2 orang (10%), yang berumur
antara 39-44 tahun sebanyak 1 orang (5%), yang
berumur di atas 45 tahun sebanyak 5 orang
(25%), sehingga dapat disimpulkan bahwa umur
masyarakat nelayan relatif berusia produktif,
yakni 15 44 tahun mencapai 75%.
Gambar 5. Pendidikan Masyarakat Nelayan
Grafik di atas menunjukkan bahwa
masyarakat nelayan yang sudah menikah
sebanyak 13 orang (65%), sedangkan yang
belum menikah sebanyak 7 orang (35%). Pada
umumnya masyarakat nelayan di Pulau Buluh
menikah pada usia yang masih muda.
Gambar 7. Pendapatan Masyarakat Nelayan
Gambar 12. Status Rumah Masyarakat Nelayan tidak ada yang memiliki kapal bermotor.
Gambar 14. Kepemilikan Perahu Masyarakat
Nelayan
dapat memberikan hasil yang maksimal. yang sebelumnya tidak mempunyai pekerjaan
Gambar 15. Proses Penyadaran Masyarakat diberikan bantuan modal Rp.500.000 dalam
Nelayan31 bentuk pinjaman Qhordhul Hasan (pembiayaan
kebajikan) di mana tanpa bunga atau
pengembalian sebesar pokok pinjaman.
Selain itu, kemandirian yang telah dicapai
dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama,
Kelompok Usaha Bersama akan menjadi
koperasi nelayan dan sudah memiliki sarana
yang menjadi tempat untuk pendampingan
anggota. Kedua, berdasarkan Laporan Keuangan
Kelompok Usaha Bersama Nelayan Abadi, aset
Kelompok mencapai Rp. 50 juta. Ketiga, adanya
pengakuan dari aparat Dinas Kelautan dan
Perikanan terhadap peranan Kelompok Usaha
Setelah mereka sadar akan pentingnya
Bersama. Karena di lokasi yang infrastrukturnya
kehadiran Kelompok Usaha Bersama bagi
kurang bagus, usahanya bisa jalan, organisasinya
nelayan secara umum dan anggota pada
jalan, padahal lokasinya paling jauh.
khususnya, maka mereka semangat untuk
mengoptimalkan potensi dan bangkit dari Program pemberdayaan yang dilakukan
kelemahan yang mereka miliki, selain kapasitas melalui Kelompok Usaha Bersama Nelayan
merekapun ditingkatkan. Setelah mereka Abadi ini memberikan hasil sebagai berikut:
mempunyai kapasitas, melalui wadah Kelompok (1) proses sosialisasi yang dilakukan secara
Bersama mereka untuk mendapatkan akses intensif telah memberikan penyadaran
pelatihan, pendampingan, bahkan permodalan. kepada masyarakat untuk secara berkelompok
bangkit dari kondisi kemiskinan, (2) adanya
proses pengkapasitasan membuat anggota
b. Penguatan Kelembagaan Kelompok dan pengelola menjadi lebih siap untuk
Nelayan Menjadi Koperasi menjalankan roda organisasi. Anggota menjadi
SSetelah berjalan mulai tahun 2012 inisiasi paham tentang hak dan kewajibannya sebagai
menjadi kelompok Nelayan Bersama di Pulau anggota. Anggota juga menjadi mengerti
Buluh dimulai pada tahun 2013. Selama tiga betapa pentingnya mereka berkelompok, dan
tahun terakhir ini Kelompok Usaha Bersama (3) adanya proses pemberian daya melalui
terus meningkatkan kemandiriannya, terlihat fasilitas permodalan membuat anggota menjadi
dari hasil assessment yang dilakukan oleh Tim semakin berdaya secara ekonomi.
Pengabdian Masyarakat STEI SEBI, beberapa
asset yang sudah dimiliki oleh Kelompok Usaha E. Penutup
Bersama Nelayan Abadi, Pulau Buluh, Kota
Batam, seperti perahu motor, jaring tangkap, Penelitian ini dilakukan pada satu kelompok
tombak ikan, dan lain sebagainya. di Pulau Buluh dengan nama Kelompok Nelayan
Abadi dari 20 anggota masyarakat nelayan
Dengan adanya akses permodalan ini mayoritas pada usia yang masih produktif,
mereka menjalankan usaha untuk meningkatkan dengan tingkat pendapatan dibawah Rp 2 juta
pendapatan mereka selain melaut. Setelah dan masih memiliki perlengkapan dan peralatan
mereka mengikuti program pelatihan dan yang tradisional dalam melaut sehingga hasil
pendampingan yang diberikan oleh Tim yang diperoleh belum signifikan.
Pengabdian Masyarakat SEBI, diperkiran
pendapatan mereka dapat meningkat, terutama Pemberdayaan masyarakat nelayan agar
ketika angin tidak menentu, gelombang laut mampu menjawab tantangan di era globalisasi
pasang, dan gejala alam lainnya. Pelatihan (yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan
juga melibatkan para ibu-ibu rumah tangga komitmen yang kuat dari pemerintah, para
pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan,
31 Dokumen pribadi.