Sunteți pe pagina 1din 25

Unit 1

HIPERTIROID
PENGA
NTAR
120 Menit

Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang adalah adanya
abnormalitas fungsi tiroid.Abnormalitas tiroid dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu
hipertiroid dan hipotiroid.Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat
meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang
ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot.
Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini dapat mengganggu aktivitas
pasien sehari-hari. (Batubara, 2010).

Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang disebabkan
karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar tiroid. Penyakit
ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di seluruh populasi dengan insiden munculnya
kasus pertahun sebanyak dua puluh orang penderita tiap satu juta populasi (Fumarola et al,
2010).

Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya


konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Berdasarkan penelitian ini, pertama kali
hipertiroidisme dilaporkan oleh Parry pada tahun 1825, kemudian Graves pada tahun 1835
dan disusul oleh Basedow pada tahun 1840. Dari berbagai penyebab hipertiroidisme, penyakit
Graves atau penyakit Basedow atau penyakit Parry merupakan penyebab paling sering

1
ditemukan. Penyebab hipertiroid (tirotoksikosis) 70 % adalah penyakit Graves, sisanya karena
gondok multinodular toksik dan adenoma toksik (Soeparman, 1998).

CAKUPAN MATERI

Unit 1 saudara akan mempelajari mengenai gangguan pada sistem endokrin, salah satunya
yaitu hipertiroid. Pada unit ini saudara akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dasar
dan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid meliputi definisi, manifestasi klinik,
etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnose keperawatan perencanaan dan
evaluasi.

URAIAN MATERI
A. DEFINISI
Hipertiroidisme adalah ketidakseimbangan metabolic yang disebabkan oleh produksi
hormone tiroid berlebihan, disebut juga tirotoksikosis.
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.Tirotoksikosis adalah sindrom klinis yang diakiatkan oleh
peningkatan tiroksin (T4) atau triidotironin (T3) (Marry, 2009).
Hipertiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid dimana kelenjar tiroid sangat aktif
memproduksi hormone (Hotma, 1999).
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjarendokrin yang disebabkan
karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar tiroid
(Fumarola. 2010).

.
B. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF
karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.

2
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang
tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT dan TSH. Hipertiroidisme
akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH
yang berlebihan.

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid :


a. Penyakit Graves
Penyakit Graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid- stimulating
immunoglobulin (TSI) yang melekat sel-sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan
merangsang tiroid untuk membuat hormone tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan
adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata yang
melotot).
b. Adenoma Hipofisis
Merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Pemberian obat- obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormone tiroid.
Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormone tiroid.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehigga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus dan pneumococcus pneumonia. Reaksi
peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan
peningkatan jumlah hormone tiroid.
f. Konsumsi Yodium Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

C. INSIDEN
Hipertiroidisme relatif jarang terjadi pada anak-anak, sering disebabkan oleh penyakit Graves.
Perempuan lebih sering menderita Graves dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3-6:1.

3
Insiden semakin meningkat pada usia dewasa muda, dan paling banyak pada usia 10-15 tahun.
Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid di seluruh dunia pada tahun 2000
diperkirakan 400 juta, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 5 : 1.

Hasil pemeriksaan TSH di Indonesia oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14,7% perempuan memiliki kadar Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid.
Namun, menurut hasil Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang berusia
15 tahun atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis hipertiroid.
Meskipun secara presentase kecil, namun secara kuantitas cukup besar. Jika pada tahun 2013
jumlah penduduk usia 15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa, maka terdapat lebih dari
700.000 orang terdiagnosis hipertiroid (DepKes, 2013).

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih
dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya
hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain
adalah :
a. Peningkatan frekuensi denyut jantung

b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin

c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap


panas, keringat berlebihan

d. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)

e. Peningkatan frekuensi buang air besar

f. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid

g. Gangguan reproduksi

4
h. Tidak tahan panas

i. Cepat letih

j. Pembesaran kelenjar tiroid

k. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam
orbit mata.

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran
yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut merangsang aktivasi
cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat

5
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah
satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa terjadi ada pasien hipertiroid yaitu:
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar, hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bangian belakang bola mata. Biasanya
terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung, terutama krdioditis dan gagal jantung
3. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami dengan demam
tinggi, takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan
merupakan keadaan emergensi, sehingga penaganan harus lebih khusus. Factor prespitasi
yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis
dan tertangani, infeksi, ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, over dosis
obat. Penaganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi
hormon tiroid, ik menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormone
tersebut diantaranya sodium ioded oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek
stimulasi saraf simpateik dan takikardia.

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

6
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.

1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)

2. Bebas T4 (tiroksin)

3. Bebas T3 (triiodotironin)

4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran


kelenjar tiroid

5. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

6. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Konservatif

Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid.Jika dosis


berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.

Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti PTU atau


methimazol, yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun.Obat-obat ini menyekat
sintesis dan pelepasan tiroksin.Penyekat beta seperti propranolol diberikan bersamaan
dengan obat-obat antitiroid. Karena manifestasi klinis hipertiroidisme adalah akibat
dari pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis
tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat beta; penyekat beta manurunkan
takikardia, kegelisahan dan berkeringat yang berlebihan. Propranolol juga
menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi triiodotironin.Indikasi :

a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis

7
b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif

c. Persiapan tiroidektomi

d. Pasien hamil, usia lanjut

e. Krisis tiroid

Penyekat adinergik pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien


menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid.Propanolol dosis 40-200
mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah
eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta
Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi
dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid
selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan, dan dinilai apakah tejadi
remisi.Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien
masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau
terjadi kolaps.

Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup bervariasi
dan dapat berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat
diramalkan dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Kelenjar tiroid kemabali normal ukurannya

b. Pasien dikontrol dengan obat antitiroid dosis yang relative kecil

c. TSH R Ab [stim] tidak lagi dideteksi dalam serum

d. Jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi setelah pemberian
liotironin.
2. Surgical

a. Radioaktif iodine

8
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif,
kontraindikasi untuk anak-anak dan wanita hamil.

b. Tiroidektomi

Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,= alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Keluhan utama
Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan konsistensi
cair.
2) Riwayat penyakit saat ini
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertiroid.
c. Pengkajian pola fungsional (Gordon)
d. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
1) Pernafasan B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan
meningkan,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
2) Kardiovaskular B2 (blood)
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali,
leher membesar
3) Persyarafan B3 (brain)

9
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,
psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
4) Perkemihan B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
5) Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
6) Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan
e. Data Laboratorium
1) Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik goiter
noduler,menurun pada tiroiditis
2) T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)
3) T4 dan T3 bebas serum : meningkat
4) TSH : tertekan dan tidak bereson pd TRH
5) Tiroglobulin : meningkat
6) Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
7) Ikatan protei iodiun : meningkat
8) Gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
9) Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
10) Pemeriksaan fungsi heper : abnormal
11) Eektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek
dilusi dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis
12) Katekolamin serum : menurun
13) Kreatinin urine : meningkat
14) EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

10
c. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolism (eningkatan nafsu makan atau pemasukan dengan
penurunan berat badan ).
d. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhanpengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

d. Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa keperawatan Intervensi
Hasil
1. Resiko tinggi teradap NOC : NIC :
penurunan curah jantung Cardiac Pump Cardiac Care
berhubungan dengan effectiveness v Evaluasi adanya nyeri dada
hipertiroid tidak Circulation ( intensitas,lokasi, durasi)
terkontrol, keadaan Status v Catat adanya disritmia jantung
hipermetabolisme, Vital Sign Statusv Catat adanya tanda dan gejala
peningkatan beban kerja penurunan cardiac putput
jantung v Monitor status kardiovaskuler
v Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
v Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
v Monitor balance cairan
v Monitor adanya perubahan tekanan
darah

11
v Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
v Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan untuk menurunkan stress

Fluid Management
Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign sesuai indikasi
penyakit
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher, asites)

12
Monitor berat pasien sebelum
dan setelah dialisis
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi cairan sesuai
program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian diuretik
sesuai program
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l
Monitor respon pasien terhadap
terapi elektrolit
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

13
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor serum dan osmilalitas
urine
Monitor BP<HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akutar intake dan
output
Monitor membran mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
Catat monitor warna, jumlah dan
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Beri cairan sesuai keperluan
Kolaborasi pemberian obat yang

14
dapat meningkatkan output urin
Lakukan hemodialisis bila perlu
dan catat respons pasien

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

15
2 Kelelahan berhubungan NOC : NIC :
dengan hipermetabolikv Endurance Energy Management
dengan peningkatanv Concentration v Observasi adanya pembatasan klien
kebutuhan energy v Energy conservation dalam melakukan aktivitas
v Nutritional status v: Dorong anal untuk mengungkapkan
energy perasaan terhadap keterbatasan
Kriteria Hasil : v Kaji adanya factor yang
v Memverbalisasikan menyebabkan kelelahan
peningkatan energiv Monitor nutrisi dan sumber energi
dan merasa lebih tangadekuat
baik v Monitor pasien akan adanya
v Menjelaskan kelelahan fisik dan emosi secara
penggunaan energi berlebihan
untuk mengatasiv Monitor respon kardivaskuler
kelelahan terhadap aktivitas
v Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

3 Risiko tinggi terhadap NOC : NIC :


perubahan nutrisi kurang v Nutritional Status : Nutrition Management
dari kebutuhan food and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
peningkatan metabolismv Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan
(eningkatan nafsu makan berat badan sesuai nutrisi yang dibutuhkan pasien.
atau pemasukan dengan dengan tujuan Anjurkan pasien untuk meningkatkan
penurunan berat badan ).v Berat badan ideal intake Fe
sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk meningkatkan
badan protein dan vitamin C
v Mampu Berikan substansi gula
mengidentifikasi Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk

16
v Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
malnutrisi Berikan makanan yang terpilih
v Tidak terjadi ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
penurunan berat gizi)
badan yang berarti Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah

17
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

4 Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan faktor fisiologis; v Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
status hipermetabolik. v Coping kecemasan)
Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang
v Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi dan Nyatakan dengan jelas harapan
mengungkapkan terhadap pelaku pasien
gejala cemas Jelaskan semua prosedur dan apa
v Mengidentifikasi, yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan dan Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik keamanan dan mengurangi takut
untuk mengontol Berikan informasi faktual
cemas mengenai diagnosis, tindakan
v Vital sign dalam batas prognosis
normal Dorong keluarga untuk menemani
v Postur tubuh, ekspresi anak
wajah, bahasa tubuh Lakukan back / neck rub

18
dan tingkat aktivitas Dengarkan dengan penuh
menunjukkan perhatian
berkurangnya Identifikasi tingkat kecemasan
kecemasan Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


mengenai kondisi,v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
prognosis dan process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
kebutuhanpengobatan v Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
berhubungan dengan Behavior penyakit yang spesifik
tidak mengenal sumber Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
informasi. v Pasien dan keluarga dan bagaimana hal ini berhubungan
menyatakan dengan anatomi dan fisiologi,
pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
penyakit, kondisi,3. Gambarkan tanda dan gejala yang
prognosis dan biasa muncul pada penyakit, dengan
program pengobatan cara yang tepat
v Pasien dan keluarga4. Gambarkan proses penyakit,
mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengna cara yang tepat
dijelaskan secara6. Sediakan informasi pada pasien
benar tentang kondisi, dengan cara yang

19
v Pasien dan keluarga tepat
mampu menjelaskan7. Hindari harapan yang kosong
kembali apa yang8. Sediakan bagi keluarga informasi
dijelaskan tentang kemajuan pasien dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya 9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

e. Implementasi Keperawatan

20
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004)
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat pekembangan pasien.
Pelaksanaan mencangkup melakukan membantu, atau mengarahkan kinerja aktivtas
sehari-hari. Setalah dilakukan, validasi, pengauasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan da pelaporan (Nursalam, 2008).

f. Evalusi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identidikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat,
2004).
Evaluasi yang diguanakn mencangkup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara
terus-menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang
dsebut yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lasimnya
menggunakan format SOAP. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam, 2008).

KONKLUSI

21
Hipertiroid adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormone tiroksin dari
Iodium, maka iodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya
dengan cara mengurangi fungsinya.
Hipertioid dapat terjadi karena salah satu atau beberapa kelenjar yang ada mengalami
abnormalitas. Kelenjar yang biasanya mengalami abnormalitas dalam penyakit ini adalah
tiroid, hipofisis, dan hipotalamus. Tanda dan gejalan yang dilami oleh penderita tergantung
pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul
antara lain adalah peningkatan frekuensi denyut jantung, peningkatan tonus otot, tremor,
iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin, peningkatan laju metabolisme basal,
peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan penurunan
berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik), peningkatan frekuensi buang air besar,
gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid, gangguan reproduksi, tidak tahan
panas, cepat letih, pembesaran kelenjar tiroid, dan m ata melotot (exoptalmus) yang terjadi
akibat dari penimbunan zat di dalam orbit mata.

LATIHAN TES FORMATIF


Setelah saudara mempelajari unit diatas, sebaiknya saudara mencoba menilai pemahaman
saudara terkait materi diatas dengan mejawab latihan soal dibawah ini dengan tepat.

1. Suatu kelainan fungsi kelenjar tiroid dimana kelenjar tiroid sangat aktif memproduksi
hormone, disebut
a. Tiroidisme
b. Hipertiroid
c. Hipotiroid
d. Hifosis
e. Hipertensi
2. Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid, diantaranya adalah
1. Penyakit Graves
2. Hipertensi
3. Adenoma Hipofisis
4. Diabetes mellitus

22
3. Manisfestasi yang dapat munculpada kasus hipertiroid yaitu
1. Gondok
2. Gangguan reproduksi
3. Penigkatan frekuensi BAB
4. Peningkatan tonus otot
4. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan seseorang terkena penyakit hipertiroid,
yaitu dengan memeriksa:
1. T4
2. T3
3. TSH
4. TRH
5. Diagnosis yang dapat muncul pada kasus hipertiroidisme yaitu:

a. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolism (eningkatan nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan
berat badan ).
d. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik

KUNCI JAWABAN

Bila saudara telah mencoba menjawab latihan soal diatas maka sesuaikan jawaban anda
dengan jawaban dibawah ini:
1. B
2. B
3. E
4. E

23
5. E

UMPAN BALIK

Selamat kepada saudara yang telah menyelesaikan seluruh latihan soal diatas dengan benar,
minimal 4 dari 5 pertanyaan diatas sudah saudara jawab dengan benar berate pemahaman
saudara terkait materi diatas sudah baik sedangkan bagi saudara yang belum mampu
menyelesaikan dengan benar, saudara dapat mengulang kembali pemahaman materi diatas. Good
luck dan selamat mencoba kembali.

DAFTAR PUSTAKA

A. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,

B. Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.

C.

D. Semiardji, Gatut. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

E.

F. Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi, vol 2. Jakarta: EGC.

G.

Price, S.A dan Wilson, LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, vol 2.
Jakarta: EGC.

Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. 2000. Endokrinologi Dasar &

Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3. Jakarta: EGC.

Fumarola, dkk. 2010. Medical Treatment of Hyperthyroidism: State of the Art. Italia:
Universitas Roma.

24
25

S-ar putea să vă placă și