Sunteți pe pagina 1din 18

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ESOFAGUS

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Agama :
Suku :
Alamat :
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan,
c. Riwayat Penyakit Sekarang : terasa nyeri saat menelan dan berhenti saat tidak
menelan, BB menurun, nafas berbau busuk
d. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga pasien tidak pernah mempunyai penyakit
seperti ini.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 : Normal 16 x/menit
B2 : Normal TD 120/85 mmHg, Nadi 85 x/menit
B3 : Cemas
B4 : Normal
B5 : nyeri saat menelan, BB menurun
B6 : Kelemahan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan esofagus, dan rencana perawatan rumah.
2. Risiko injuri b.d. pascaprosedur reseksi esofagus
3. Aktual / risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk
menurun, nyeri pascaoperasi.
4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake makanan
yang adekuat.
5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus,respons pembedahan
6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan.
7. Kecemasan b.d. prognosis penyakit misinterpretasi informasi.

c. Intervensi Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan esofagus, dan rencana perawatan rumah.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik, intervensi kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
kemoterapi, radiasi, pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai
esofagus, dan rencana perawatan rumah . dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif.

Jelaskan dan lakukan intervensi prosedur Pemeriksaan radiografi dengan barium


diagnostik radiografi dengan barium . tidak menyebabkan rasa sakit. Perawat
mempersiapkan informed consent setelah
pasien mendapatkan penjelasan.
Persiapan dan penjelasan yang rasional
sesuai tingkat individu akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pemeriksaan dagnostak.
Jelaskan dan lakukan intervensi pada Pasien sangat penting untuk mengetahui
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan bahwa pemeriksaan endoskopi dan biopsi
diagnostik dan terapi secara endoskopik . sangat penting untuk mendiagnosis
karsinoma esofagus, terutama untuk
membedakan antara karsinoma epidermal
dan adenokarsinoma. Pengetahuan ini
dapat memberikan pengetahuan pasien
dan akan meningkatkan tingkat
kooperatif dari pasien.
Jelaskan tentang terapi dengan Pasien perlu mengetahui bahwa
kemoterapi . kemoterapi diberikan sebagai pelengkap
terapi operasi dan terapi radiasi.
Jelaskan tentang terapi radiasi . Pengetahuan tentang karsinoma esofagus
bersifat radiosensitif dan pada
kebanyakan pasien, radiasi eksternal
memberikan efek penyusutan tumor
sehingga akan menambah semangat pada
pasien untuk melakukan terapi.
Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau Pasien dan keluarga mengetahui jadwal
persiapan pembedahan meliputi : pembedahan, lamanya pembedahan dan
Diskusikan jadwal pembedahan. pendidikan kesehatan preoperatif.
Diskusikan lamanya pembedahan.
Lakukan pendidikan kesehatan
preoperatif.

2. Risiko injuri b.d. pascaprosedur reseksi esofagus


Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam pascaintervensi reseksi esofagus, pasien tidak
menjalami injuri.
Kriteria evaluasi:
- TTV dalam batas normal.
- Kondisi kepatenan selang dada optimal.
- Tidak terjadi infeksi pada insisi.

Intervensi Rasional
Lakukan perawatan diruang intensif. Untuk menurunkan risiko injuri dan agar
memudahkan intervensi pasien selama 48
jam dirawat diruang intensif.
Kaji faktor-faktor yang meningkatkan Pada saat pasca operasi, pada pasien akan
risiko injury. terdapat banyak drain pada tubuh pasien.
Keterampilan keperawatan kritis
diperlukan agar pengkajian vital dapat
sistematis dilakukan.
Kaji status neurologis dan laporkan Pengkajian status neurologis dilakukan
apabila terdapat perubahan status pada setiap pergantian sif jaga. Setiap
neurologis. adanya perubahan status neurologis
merupakan salah satu tanda terjadi
komplikasi bedah. Penurunan
responsivitas, perubahan pupil, gangguan
atau kelemahan yang bersifat satu sisi
(unilateral), ketidakmampuan dalam
kontrol nyeri atau perubahan neurologis
lainnya perlu dilaporkan pada tim medis
untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya.
Pertahankan status hemodinamik yang Pasien akan mendapat cairan intravena
optimal. sebagai pemeliharaan status
Lakukan hidrasi awal hemodinamik.
pascaoperasi.
Jenis cairan yang digunakan kombinasi
dari NaCl 0,9% dan RL dengan jumlah
100-200 ml/jam dan dilakukan pada 12-
16 jam pertama setelah pembedahan
(Mackenzie, 2004). Cairan ini akan
membantu memelihara keadekuatan
sirkulasi dari volume darah sebagai
proteksi pada organ vital dan mencegah
kondisi hipovolemia pascabedah
(Sideranko, 1993).
Pantau kondisi status cairan Pada periode immediete pascaoperasi
sebelum memberikan cairan pemberian cairan kristaloid atau
kristaloid atau komponen darah. komponen darah dilakukan setelah pasien
tidak mengalami kelebihan cairan. Hal ini
perlu diperhatikan perawat karna pada
intervensi esofagotomi juga dibersihkan
jaringan limfatik mediastinum. Hilangnya
limfatik pada mediastinum memberikan
predisiposisi terjadinya edema pulmonal
karena berkurangnya drainase limfatik
pada sistem respirasi (Gregoire, 1998).
Kondisi malnutrisi dan kurang protein
juga akan menambah berat kondisi edema
pulmonal.
Pantau pengeluaran urine rutin. Pasien pasca prosedur esofagektomi akan
mengalami transudasi cairan ke
interstisial. Perawat memantau produksi
urine dalam kisaran 30ml/jam sebagai
batas dalam pemberian rehidrasi optimal
(Gregoire, 1998).
Evaluasi secara hati-hati dan
dokumentasikan intake dan Perawat mendokumentasikan jumlah
output cairan. urine dan jam pada saat pencatatan.
Perawat memeriksa kepatenan jalan urine
pada tempatnya.
Monitor kondisi selang nasogastrik. Secara umum pasien pascaesofagektomi
akan terpasang selang nasogastrik.
Perawat berusaha untuk tidak mengubah
posisi, mengangkat, memanipulasi, atau
mengirigasi selang kecuali memang
diperlukan untuk terapi. Hal ini untuk
menurunkan resiko kerusakan
anastomosis. Perawat selalu memonitor
pengeluaran dari selang dan menjaga
kepatenan selang.

3. Aktual / risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk menurun,
nyeri pascaoperasi.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam pascabedah esofagektomi, bersihan jalan napas pasien
tetap normal.
Kriteria hasil :
- Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
- RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
Intervensi Rasional
Kaji dan monitor jalan napas. Deteksi awal untuk interpretasi intervensi
selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah
pasien bernapas atau tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan di atas
hidung dan mulut pasien untuk
merasakan hembusan napas. Gerakan
toraks dan diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernapas.
Beri oksigen 3 liter/menit Pemberian oksigen dilakukan pada fase
awal pascaoperasi.
Pemenuhan oksigen dapat membantu
meningkatkan PaO2 di cairan otak yang
akan mempengaruhi pengaturan
pernapasan.
Bersihkan sekresi pada jalan napas dan Kesulitan pernapasan dapat terjadi akibat
lakukan suctioning apabila kemampuan skresi lendir yang berlebihan.
mengevakuasi sekret tidak efektif. Membalikkan pasien dari satu sisi ke sisi
lainnya mungkin cairan yang terkumpul
untuk keluar dari sisi mulut. Jika gigi
pasien mengatup, mulut dapat dibuka
secara manual dengan spatel lidah yang
dibungkus kasa, tetapi hati-hati.

4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake makanan yang
adekuat.
Tujuan : Setelah 3 x 24 jam pada pasien nonoperasi dan setelah 7 x 24 jam pascabedah,
intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi :

- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.


- Terjadi penurunan gejala refluk esofagus, meliputi : odinofigia berkurang, pirosis
berkurang, RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
- Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi : Makanan dapat lewat dengan mudah ke
Anjurkan pasien makan dengan perlahan lambung.
dan mengunyah makanan saksama.
Evaluasi adanya alergi makanan dan Beberapa pasien mungkin mengalami alergi
kontraindikasi makanan. terhadap beberapa komponen makanan
tertentu dan beberapa penyakit lain, sperti
diabetes milkitus, hipertensi, gout, dan
lainnya sehingga memberikan manifestasi
Sajikan makanan dengan cara yang terhadap persiapan komposisi makanan
menarik. yang akan diberikan.
Fasilitas pasien memperoleh diet biasa Membantu merangsang nafsu makan.
yang disukai pasien (sesuai indikasi

Memperhitungkan keinginan individu dapat


Pantau intake dan output, anjurkan untuk
memperbaiki intake nutrisi.
timbang berat badan secara
periodik(sekali seminggu).
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Berguna dalam mengukur keefektifan

sebelum dan sesudah makan, serta nutrisi dan dukungan cairan.


sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaan peroral. Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
makanan juga bau obat yang dapat
merangsang muntah.
Intervensi pascabedah
Kaji kondisi dan toleransi Setelah esofagektomi pasien tidak boleh
gastrointestinal pasca-esofagektomi. mendapat asupan apapun dari mulut dalam
waktu 7 x 24 jam untuk menghindari
kebocoran pada anastomosis atau formasi
fistula. Pasien akan memakai selang
nasogastrik yang terpasang pada alat
pengisap berkelanjutan dengan tekanan
rendah (low-level continous or intermitten
Lakukan perawatan mulut. suction). Obat-obatan oral akan dihancurkan

Masukkan 10-20 ml cairan sodium dan dimasukkan melalui selang nasogastrik


klorida setiap sif jaga melalui selang dan tidak boleh ditelan.
nasogastrik. Intervensi untuk menurunkan risiko infeksi
oral.
Pembersian ini selain untuk menjaga
Berikan nutrisi cair melalui selang
kepatenan selang nasogastrik juga untuk
nasogastrik pada hari kedua atau ketiga
memningkatkan penyembuhan pada area
pascbedah atau pesanan dari medis.
pasca-esofagektomi.
Pemberian nutrisi cair dilakukan untuk
memenuhi intake nutrisi melalui
Kolaborasi untuk pemeriksaan gastrointestinal.penentuan hari nharus
fluroskopi menelan setelah hari ketujuh. dikolaborasikan dengan tim medis yang
merawat pasien karena tim medis
mengetahui bagaimana kondisi jarinan pada
saat dilakukan intervensi esofagektomi.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mendeteksi kemampuan jaringan
pascabedah.

5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus,respons pembedahan


Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam pascabedah,nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi.
- Skala nyeri 0-1 (0-4).
- TTV dalam batas normal,wajah pasien rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif. relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.

Lakukan manajemen nyeri keperawatan, Manajemen nyeri merupakan kunci dari


meliputi: penatalaksanaan pasien pascaoperasi,
keadekuatan kontrol nyeri pasca operasi
esofagektomi merupakan unsur yang
paling penting dalam menurunkan
mortalitas dan morbiditas
(Makenzie,2004) Tsui (1997) melaporkan
dengan keadekuatan kontrol nyeri akan
menurunkan risiko gangguan
Kardivaskular,mempercepat hari rawat,
dan menurunkan tingkat kematian pasca
esofagektomi transtorakal. Penelitian ini
memberikan arti penting pada perawat
yang melakukan manajemen nyeri
keperawatan agar kondisi nyeri yang
dilaporkan pasien tidak disepelekan dan
harus dilakukan intervensi sesuai dengan
tingkat toleransi individu.
Pendekatan PQRST dapat secara
kaji nyeri dengan pendekatan komprehensif menggali kondisi nyeri
PQRST ( lihat tabel 21) pasien. Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4), hal ini merupakan
peringatan yang perlu perawat waspadai
karena memberikan manifestasi klinik
yang bervariasi dari komplikasi pasca
operasi
Esofagektomi.

Istirahatkan pasien pada saat nyeri Istirahat secara fisiologis akan

muncul. menurunkan kebutuhan oksigen yang


diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal.

Ajarkan teknik relaksasi


pernafasan dalam pada saat nyeri Meningkatkan intake oksigen sehingga

muncul. akan menurunkan nyeri sekunder dari


iskemia intestinal.

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


Ajarkan teknik distraksi pada saat
menurunkan stimilus internal.
nyeri.

6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan.

Intervensi Rasional
Bersihkan luka dan drainase dengan Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan
cairan antiseptik jenis iodine mati) dan kuman sekitar luka dengan
providum dengan cara swabbing dari mengoptimalkan kelebihan dari iodine
arah dalam ke luar. providum sebagai antiseptik dan dengan arah
dari dalam keluar dapat mencegah
kontaminasi kuman ke jaringan luka.
Bersihkan bekas sisa iodine providum
dengan alkohol 70% atau normal
salin dengan cara swabbing dari arah Antiseptik iodine providum mempunyai
dalam ke luar. kelemahan dalam menurunkan proses
epitelisasi jaringan sehingga memperlambat
Tutup luka dengan kasa steril dan pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan
tutup dengan plester adhesif yang dengan alkohol atau normal salin.
menyeluruh menutupi kasa.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari konstaminasi dari benda atau
udara yang bersentuhan dengan luka bedah.
Angkat drainase pascabedah sesuai pesanan Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk
medis. menurunkan risiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan antibiotik. Antibiotik injeksi diberikan selama tiga hari
pascaoperasi yang kemudian dilanjutkan
antibiotik oral sampai jahitan dilepas. Peran
perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotik, serta memberikan antibiotik
sesuai pesanan dokter.

7. Kecemasan b.d. prognosis penyakit misinterpretasi informasi.


Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria:
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
- Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan perubahan
koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah standar; pasien dapat
rileks dan tidur/istirahat dengan baik.

Intervensi Rasional
Monitor respons fisik, seperti kelemahan, Digunakan dalam mengevaluasi
perubahan tanda vital, dan gerakan yang derajat/tingkat kesadaran/konsentrasi,
berulang-ulang. Catat kesesuaian respons khususnya ketika melakukan komunikasi
verbal dan non verbal selama komunikasi. verbal.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan rasa berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut,
takutnya. dan mengurangi cemas yang berlebihan.
Beri dukungan praoperasi. Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien dengan operasi. Aktif
mendengar semua kekhawatiran dan
keprihatinan pasien adalah bagian penting
dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan
mengenal tindakan operasi yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan
atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar dengan anestesi.
Bagian sebagian besar pasien, operasi
adalah suatu peristiwa hidup yang
bermakna. Kemampuan dokter dan perawat
untuk memandang pasien dan keluarganya
sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan dimintai pendapat, ikut
menentukan hasil pembedahan. Egbert dkk.
(1963, dikutip gruendemann, 2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien
yang dikunjungi dan dimintai pendapat
sebelum dioperasi akan berkurang saat tiba
di kamar operasi dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi pramedikasi
dengan fenobarbital. Kelompok yang
mendapat pramedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap merasa cemas.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, serta menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien melayani
aktivitasdan pengalihan (misal membaca)
akan menurunkan perasaan terisolasi.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Pasien yang divonis mengalami kanker
mengungkapkan asietasnya. esofagus mempunyai tingkat penerimaan
yang bervariasi. Dengan pendekatan yang
baik sesuai dengan toleransi individu, maka
ungkapan yang dikemukakan pasien dapat
menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Kolaborasi: berikan anticemas sesuai Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
indikasi contohnya diazepam. kecemasan.
Catat reaksi dari pasien/keluarga. Berikan Anggota keluarga dengan responsnya pada
kesempatan untuk mendiskusikan apa yang terjadi dan kecemasannya dapat
perasaannya/konsentrasinya, dan harapan disampaikan kepada pasien.
masa depan.

D. Implementasi

Diagnosa implementasi
1. Pemenuhan informasi b.d adanya Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
evaluasi diagnostik, intervensi tentang prosedur diagnostik, intervensi
kemoterapi, radioterapi, rencana kemoterapi, radiasi, pembedahan
pembedahan esofagus, dan rencana esofagus, dan rencana perawatan rumah .
Menjelaskan dan lakukan intervensi
perawatan rumah.
prosedur diagnostik radiografi dengan
barium .
Menjelaskan dan lakukan intervensi pada
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan terapi secara endoskopik .
Menjelaskan tentang terapi dengan
kemoterapi .
Menjelaskan tentang terapi radiasi .
Menjelaskan dan lakukan pemenuhan
atau persiapan pembedahan meliputi :
Diskusikan jadwal pembedahan.
Diskusikan lamanya pembedahan.
Lakukan pendidikan kesehatan
preoperatif.
Diagnosa Implementasi
2. Risiko injuri b.d. pascaprosedur Melakukan perawatan diruang intensif.
Mengkaji faktor-faktor yang
reseksi esofagus
meningkatkan risiko injury.
Mengkaji status neurologis dan laporkan
apabila terdapat perubahan status
neurologis.
Mempertahankan status hemodinamik
yang optimal.
Melakukan hidrasi awal pascaoperasi.
Memantau kondisi status cairan sebelum
memberikan cairan kristaloid atau
komponen darah.
Memantau pengeluaran urine rutin.

Mengevaluasi secara hati-hati dan


dokumentasikan intake dan output cairan.
Memonitor kondisi selang nasogastrik.

Diagnosa Intervensi
3. Aktual / risiko ketidakefektifan Mengkaji dan monitor jalan napas.
Memberi oksigen 3 liter/menit
bersihan jalan napas b.d. kemampuan
Membersihkan sekresi pada jalan napas
batuk menurun, nyeri pascaoperasi.
dan lakukan suctioning apabila
kemampuan mengevakuasi sekret tidak
efektif.

Diagnosa Intervensi
4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari Intervensi :
kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake Menganjurkan pasien makan dengan
makanan yang adekuat. perlahan dan mengunyah makanan saksama.

Mengevaluasi adanya alergi makanan dan


kontraindikasi makanan.
Menyajikan makanan dengan cara yang
menarik.

Memfasilitas pasien memperoleh diet biasa


yang disukai pasien (sesuai indikasi

memantau intake dan output, anjurkan


untuk timbang berat badan secara
periodik(sekali seminggu).

Melakukan dan ajarkan perawatan mulut


sebelum dan sesudah makan, serta sebelum
dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.

Intervensi pascabedah

Mengkaji kondisi dan toleransi


gastrointestinal pasca-esofagektomi.

Melakukan perawatan mulut.

Memasukkan 10-20 ml cairan sodium


klorida setiap sif jaga melalui selang
nasogastrik.

memberikan nutrisi cair melalui selang


nasogastrik pada hari kedua atau ketiga
pascbedah atau pesanan dari medis.
Mengkolaborasi untuk pemeriksaan
fluroskopi menelan setelah hari ketujuh.

Diagnosa Implementasi
5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus,respons Menjelaskan dan bantu pasien dengan
pembedahan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif.

Melakukan manajemen nyeri


keperawatan, meliputi:

mengkaji nyeri dengan pendekatan


PQRST ( lihat tabel 21)

Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri


muncul.

Mengajarkan teknik relaksasi pernafasan


dalam pada saat nyeri muncul.

Mengajarkan teknik distraksi pada saat


nyeri.
Diagnosa Implementasi
6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port Membersihkan luka dan drainase dengan
de entree dari luka pembedahan. cairan antiseptik jenis iodine providum
dengan cara swabbing dari arah dalam ke
luar.

Membersihkan bekas sisa iodine providum


dengan alkohol 70% atau normal salin
dengan cara swabbing dari arah dalam ke
luar.

Menutup luka dengan kasa steril dan tutup


dengan plester adhesif yang menyeluruh
menutupi kasa.
Mengangkat drainase pascabedah sesuai
pesanan medis.
Mengkolaborasi penggunaan antibiotik.

Diagnosa Intervensi
6. Kecemasan b.d. prognosis penyakit Memonitor respons fisik, seperti
misinterpretasi informasi. kelemahan, perubahan tanda vital, dan
gerakan yang berulang-ulang. Catat
kesesuaian respons verbal dan non verbal
selama komunikasi.
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan rasa
takutnya.
Memberi dukungan praoperasi.
Memberikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan asietasnya.
Mengkolaborasi: berikan anticemas sesuai
indikasi contohnya diazepam.
Mencatat reaksi dari pasien/keluarga.
Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
perasaannya/konsentrasinya, dan harapan
masa depan.

E. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.

1. Terpenuhinya informasi pemeriksaan diagnostik, intervensi kemoterapi,radiasi, dan


prabedah.
2. Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah.
3. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
4. Terjadi penurunan respons nyeri.
5. Tidak terjadi infeksi pascabedah.
6. Kecemasan pasien berkurang.

F. Discharge Planning

1. Keluarga pasien diberitahu efek dari perawatan medis dari terapi radiasi, kemoterapi
dll
2. Keluarga pasien diberitahu untuk pemberian asupan makanan yang bernutrisi dengan
konsistensi halus atau lembek karena esofagus masih terasa nyeri setelah pembedahan
3. Keluarga pasien diberitahu cara mengurangi nyeri dengan cara sebagai berikut :
- Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
- Mengajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
- Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.

4. Keluarga pasien diajarkan perawatan luka pasca-operasi

5. Keluarga pasien diberitahu waktu dan dosis obat yang diberikan untuk pasien

6. Keluarga pasien diberitahu waktu kontrol ke rumah sakit untuk mengetahui


perkembangan keadaan pasien
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kanker esophagus adalah kanker yang mengacu pada setiap bagian di sel
jaringan kerongkongan. Makanan yang mengandung banyak nitrosamine, seperti
makanan berjamur atau acar, Mencerna minuman panas berlebihan, Kebiasaan
buruk seperti merokok, minum minuman keras, dan Esofagitis yang tak teratasi.
Sedangkan factor resikonya yaitu Umur, Kelamin, Penggunaan Tembakau,
Penggunaan Alkohol, Barrett's Esophagus dan Tipe-Tipe Iritasi Lain.
Dimana tanda dan gejalanya yaitu: Pada tenggorokan terasa aneh, dan tersedak
ketika menelan makanan, Saat menelan tulang dada terasa panas, perih atau sakit
seperti tertarik, dan Kesulitan menelan, sehingga tidak bisa makan, sering disertai
muntah, nyeri di perut, penurunan berat badan dan gejala lain

1.2 Saran
Untuk mencegah kanker esofagus,ikutilah langkah berikut :
1. Berhenti merokok atau mengunyah tembakau.
2. Hindari meminum alkohol atau minum dalam batas wajar.
3. Makan lebih banyak buah dan sayur

Jaga berat badan sehat

S-ar putea să vă placă și