Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Agama :
Suku :
Alamat :
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan,
c. Riwayat Penyakit Sekarang : terasa nyeri saat menelan dan berhenti saat tidak
menelan, BB menurun, nafas berbau busuk
d. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga pasien tidak pernah mempunyai penyakit
seperti ini.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 : Normal 16 x/menit
B2 : Normal TD 120/85 mmHg, Nadi 85 x/menit
B3 : Cemas
B4 : Normal
B5 : nyeri saat menelan, BB menurun
B6 : Kelemahan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan esofagus, dan rencana perawatan rumah.
2. Risiko injuri b.d. pascaprosedur reseksi esofagus
3. Aktual / risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk
menurun, nyeri pascaoperasi.
4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake makanan
yang adekuat.
5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus,respons pembedahan
6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan.
7. Kecemasan b.d. prognosis penyakit misinterpretasi informasi.
c. Intervensi Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan esofagus, dan rencana perawatan rumah.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik, intervensi kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
kemoterapi, radiasi, pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai
esofagus, dan rencana perawatan rumah . dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif.
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan diruang intensif. Untuk menurunkan risiko injuri dan agar
memudahkan intervensi pasien selama 48
jam dirawat diruang intensif.
Kaji faktor-faktor yang meningkatkan Pada saat pasca operasi, pada pasien akan
risiko injury. terdapat banyak drain pada tubuh pasien.
Keterampilan keperawatan kritis
diperlukan agar pengkajian vital dapat
sistematis dilakukan.
Kaji status neurologis dan laporkan Pengkajian status neurologis dilakukan
apabila terdapat perubahan status pada setiap pergantian sif jaga. Setiap
neurologis. adanya perubahan status neurologis
merupakan salah satu tanda terjadi
komplikasi bedah. Penurunan
responsivitas, perubahan pupil, gangguan
atau kelemahan yang bersifat satu sisi
(unilateral), ketidakmampuan dalam
kontrol nyeri atau perubahan neurologis
lainnya perlu dilaporkan pada tim medis
untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya.
Pertahankan status hemodinamik yang Pasien akan mendapat cairan intravena
optimal. sebagai pemeliharaan status
Lakukan hidrasi awal hemodinamik.
pascaoperasi.
Jenis cairan yang digunakan kombinasi
dari NaCl 0,9% dan RL dengan jumlah
100-200 ml/jam dan dilakukan pada 12-
16 jam pertama setelah pembedahan
(Mackenzie, 2004). Cairan ini akan
membantu memelihara keadekuatan
sirkulasi dari volume darah sebagai
proteksi pada organ vital dan mencegah
kondisi hipovolemia pascabedah
(Sideranko, 1993).
Pantau kondisi status cairan Pada periode immediete pascaoperasi
sebelum memberikan cairan pemberian cairan kristaloid atau
kristaloid atau komponen darah. komponen darah dilakukan setelah pasien
tidak mengalami kelebihan cairan. Hal ini
perlu diperhatikan perawat karna pada
intervensi esofagotomi juga dibersihkan
jaringan limfatik mediastinum. Hilangnya
limfatik pada mediastinum memberikan
predisiposisi terjadinya edema pulmonal
karena berkurangnya drainase limfatik
pada sistem respirasi (Gregoire, 1998).
Kondisi malnutrisi dan kurang protein
juga akan menambah berat kondisi edema
pulmonal.
Pantau pengeluaran urine rutin. Pasien pasca prosedur esofagektomi akan
mengalami transudasi cairan ke
interstisial. Perawat memantau produksi
urine dalam kisaran 30ml/jam sebagai
batas dalam pemberian rehidrasi optimal
(Gregoire, 1998).
Evaluasi secara hati-hati dan
dokumentasikan intake dan Perawat mendokumentasikan jumlah
output cairan. urine dan jam pada saat pencatatan.
Perawat memeriksa kepatenan jalan urine
pada tempatnya.
Monitor kondisi selang nasogastrik. Secara umum pasien pascaesofagektomi
akan terpasang selang nasogastrik.
Perawat berusaha untuk tidak mengubah
posisi, mengangkat, memanipulasi, atau
mengirigasi selang kecuali memang
diperlukan untuk terapi. Hal ini untuk
menurunkan resiko kerusakan
anastomosis. Perawat selalu memonitor
pengeluaran dari selang dan menjaga
kepatenan selang.
3. Aktual / risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan batuk menurun,
nyeri pascaoperasi.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam pascabedah esofagektomi, bersihan jalan napas pasien
tetap normal.
Kriteria hasil :
- Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
- RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
Intervensi Rasional
Kaji dan monitor jalan napas. Deteksi awal untuk interpretasi intervensi
selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah
pasien bernapas atau tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan di atas
hidung dan mulut pasien untuk
merasakan hembusan napas. Gerakan
toraks dan diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernapas.
Beri oksigen 3 liter/menit Pemberian oksigen dilakukan pada fase
awal pascaoperasi.
Pemenuhan oksigen dapat membantu
meningkatkan PaO2 di cairan otak yang
akan mempengaruhi pengaturan
pernapasan.
Bersihkan sekresi pada jalan napas dan Kesulitan pernapasan dapat terjadi akibat
lakukan suctioning apabila kemampuan skresi lendir yang berlebihan.
mengevakuasi sekret tidak efektif. Membalikkan pasien dari satu sisi ke sisi
lainnya mungkin cairan yang terkumpul
untuk keluar dari sisi mulut. Jika gigi
pasien mengatup, mulut dapat dibuka
secara manual dengan spatel lidah yang
dibungkus kasa, tetapi hati-hati.
4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake makanan yang
adekuat.
Tujuan : Setelah 3 x 24 jam pada pasien nonoperasi dan setelah 7 x 24 jam pascabedah,
intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria evaluasi :
6. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree dari luka pembedahan.
Intervensi Rasional
Bersihkan luka dan drainase dengan Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan
cairan antiseptik jenis iodine mati) dan kuman sekitar luka dengan
providum dengan cara swabbing dari mengoptimalkan kelebihan dari iodine
arah dalam ke luar. providum sebagai antiseptik dan dengan arah
dari dalam keluar dapat mencegah
kontaminasi kuman ke jaringan luka.
Bersihkan bekas sisa iodine providum
dengan alkohol 70% atau normal
salin dengan cara swabbing dari arah Antiseptik iodine providum mempunyai
dalam ke luar. kelemahan dalam menurunkan proses
epitelisasi jaringan sehingga memperlambat
Tutup luka dengan kasa steril dan pertumbuhan luka, maka harus dibersihkan
tutup dengan plester adhesif yang dengan alkohol atau normal salin.
menyeluruh menutupi kasa.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari konstaminasi dari benda atau
udara yang bersentuhan dengan luka bedah.
Angkat drainase pascabedah sesuai pesanan Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk
medis. menurunkan risiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan antibiotik. Antibiotik injeksi diberikan selama tiga hari
pascaoperasi yang kemudian dilanjutkan
antibiotik oral sampai jahitan dilepas. Peran
perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotik, serta memberikan antibiotik
sesuai pesanan dokter.
Intervensi Rasional
Monitor respons fisik, seperti kelemahan, Digunakan dalam mengevaluasi
perubahan tanda vital, dan gerakan yang derajat/tingkat kesadaran/konsentrasi,
berulang-ulang. Catat kesesuaian respons khususnya ketika melakukan komunikasi
verbal dan non verbal selama komunikasi. verbal.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan rasa berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut,
takutnya. dan mengurangi cemas yang berlebihan.
Beri dukungan praoperasi. Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien dengan operasi. Aktif
mendengar semua kekhawatiran dan
keprihatinan pasien adalah bagian penting
dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan
mengenal tindakan operasi yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan
atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar dengan anestesi.
Bagian sebagian besar pasien, operasi
adalah suatu peristiwa hidup yang
bermakna. Kemampuan dokter dan perawat
untuk memandang pasien dan keluarganya
sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan dimintai pendapat, ikut
menentukan hasil pembedahan. Egbert dkk.
(1963, dikutip gruendemann, 2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien
yang dikunjungi dan dimintai pendapat
sebelum dioperasi akan berkurang saat tiba
di kamar operasi dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi pramedikasi
dengan fenobarbital. Kelompok yang
mendapat pramedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap merasa cemas.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, serta menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien melayani
aktivitasdan pengalihan (misal membaca)
akan menurunkan perasaan terisolasi.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Pasien yang divonis mengalami kanker
mengungkapkan asietasnya. esofagus mempunyai tingkat penerimaan
yang bervariasi. Dengan pendekatan yang
baik sesuai dengan toleransi individu, maka
ungkapan yang dikemukakan pasien dapat
menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
Kolaborasi: berikan anticemas sesuai Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
indikasi contohnya diazepam. kecemasan.
Catat reaksi dari pasien/keluarga. Berikan Anggota keluarga dengan responsnya pada
kesempatan untuk mendiskusikan apa yang terjadi dan kecemasannya dapat
perasaannya/konsentrasinya, dan harapan disampaikan kepada pasien.
masa depan.
D. Implementasi
Diagnosa implementasi
1. Pemenuhan informasi b.d adanya Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
evaluasi diagnostik, intervensi tentang prosedur diagnostik, intervensi
kemoterapi, radioterapi, rencana kemoterapi, radiasi, pembedahan
pembedahan esofagus, dan rencana esofagus, dan rencana perawatan rumah .
Menjelaskan dan lakukan intervensi
perawatan rumah.
prosedur diagnostik radiografi dengan
barium .
Menjelaskan dan lakukan intervensi pada
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan terapi secara endoskopik .
Menjelaskan tentang terapi dengan
kemoterapi .
Menjelaskan tentang terapi radiasi .
Menjelaskan dan lakukan pemenuhan
atau persiapan pembedahan meliputi :
Diskusikan jadwal pembedahan.
Diskusikan lamanya pembedahan.
Lakukan pendidikan kesehatan
preoperatif.
Diagnosa Implementasi
2. Risiko injuri b.d. pascaprosedur Melakukan perawatan diruang intensif.
Mengkaji faktor-faktor yang
reseksi esofagus
meningkatkan risiko injury.
Mengkaji status neurologis dan laporkan
apabila terdapat perubahan status
neurologis.
Mempertahankan status hemodinamik
yang optimal.
Melakukan hidrasi awal pascaoperasi.
Memantau kondisi status cairan sebelum
memberikan cairan kristaloid atau
komponen darah.
Memantau pengeluaran urine rutin.
Diagnosa Intervensi
3. Aktual / risiko ketidakefektifan Mengkaji dan monitor jalan napas.
Memberi oksigen 3 liter/menit
bersihan jalan napas b.d. kemampuan
Membersihkan sekresi pada jalan napas
batuk menurun, nyeri pascaoperasi.
dan lakukan suctioning apabila
kemampuan mengevakuasi sekret tidak
efektif.
Diagnosa Intervensi
4. Risiko tnggi nutrisi kurang dari Intervensi :
kebutuhantubuh b.d. kurangnya intake Menganjurkan pasien makan dengan
makanan yang adekuat. perlahan dan mengunyah makanan saksama.
Intervensi pascabedah
Diagnosa Implementasi
5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus,respons Menjelaskan dan bantu pasien dengan
pembedahan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif.
Diagnosa Intervensi
6. Kecemasan b.d. prognosis penyakit Memonitor respons fisik, seperti
misinterpretasi informasi. kelemahan, perubahan tanda vital, dan
gerakan yang berulang-ulang. Catat
kesesuaian respons verbal dan non verbal
selama komunikasi.
Menganjurkan pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan rasa
takutnya.
Memberi dukungan praoperasi.
Memberikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan asietasnya.
Mengkolaborasi: berikan anticemas sesuai
indikasi contohnya diazepam.
Mencatat reaksi dari pasien/keluarga.
Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
perasaannya/konsentrasinya, dan harapan
masa depan.
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.
F. Discharge Planning
1. Keluarga pasien diberitahu efek dari perawatan medis dari terapi radiasi, kemoterapi
dll
2. Keluarga pasien diberitahu untuk pemberian asupan makanan yang bernutrisi dengan
konsistensi halus atau lembek karena esofagus masih terasa nyeri setelah pembedahan
3. Keluarga pasien diberitahu cara mengurangi nyeri dengan cara sebagai berikut :
- Mengistirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.
- Mengajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
- Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
5. Keluarga pasien diberitahu waktu dan dosis obat yang diberikan untuk pasien
1.2 Saran
Untuk mencegah kanker esofagus,ikutilah langkah berikut :
1. Berhenti merokok atau mengunyah tembakau.
2. Hindari meminum alkohol atau minum dalam batas wajar.
3. Makan lebih banyak buah dan sayur