Sunteți pe pagina 1din 31

BAB I

KONSEP DASAR TEORI

A. Pendahuluan

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah

kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab

kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara

maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.

Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.

Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA.

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting

karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,

2009).

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan ISPA

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada anak dengan ISPA
b. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada anak dengan ISPA
c. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA
d. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan apa yang tetapat pada anak dengan ISPA
e. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan serta rencana tindakan apa yang akan dilakukan

pada anak dengan ISPA.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,

pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas

dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel

& Ian Roberts; 1990; 450).


ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran

pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran

pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan

adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari

infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi

paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.


ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai

diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas.

Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections

(ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas

mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung

selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek

biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan

infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah

Pneumonia.(WHO)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang

cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat

beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran

pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley

and Wong; 1991; 1419).


2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,

Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan

lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar

diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian

di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan

bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza

merupakan bakteri y 1`7ang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73,

9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,

dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.


a. Faktor Pencetus ISPA
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit

ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan

tubuhnya lebih rendah.


2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik

dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.


3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan

asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.


b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan

berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan

lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan

terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong

meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.


2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang

besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan

menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.


3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit

infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat

ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan

mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.


4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan

sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan

makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif

terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit

ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5) Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana

transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit

ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan,

merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.


Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya

infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama

yakni golongan A -hemolityc streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma

danstaphylococus, haemophylus influenzae, pneumokokus.


Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian

pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran

dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan

penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka

akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.


Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara

lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi

saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.


Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi

juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

B. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.


3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan

batuk.
Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :
a) Dapat sembuh sempurna.
b) Sembuh dengan atelektasis.
c) Menjadi kronos.
d) Meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan

saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat

tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel

mukosa dan gerakw mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak

ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran

nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah

terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau

radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,

perkontinuitatum dan udara nafas.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah

rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam

pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau

lebih).

C. Manifestasi Klinis
1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt.
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi

hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi

gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts;

1990; 451).
1. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah

mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda

pertama terjadinya i nfeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.


2. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama

periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada

punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.


3. Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan

bhkan tidak mau minum.


4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena banyaknya sekret.


8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.


9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara

pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).


D. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium

terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :


1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan

sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama

dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui

pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.


3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.


6. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya

sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien)
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :


a. Inspeksi
1) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
2) Tonsil tampak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi : Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

E. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena

pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada

pengobatan penyakit ISPA) .


Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi

dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).


b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali

sehari.
F. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan

dalam memasukan dan mencerna makanan


4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit

kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit

tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang

pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut


e. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan

padat penduduknya
2. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru.

Tujuan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed

lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)


3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Intervensi :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Lakukan suction pada mayo
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
10. Monitor respirasi dan status O2
11. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
12. Pertahankan jalan nafas yang paten
13. Atur peralatan oksigenasi
14. Monitor aliran oksigen
15. Pertahankan posisi pasien
16. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
17. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Tujuan Kriteria Hasil :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal


2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

1. Monitor suhu sesering mungkin


2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor intake dan output
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
7. Tingkatkan sirkulasi udara.
8. Kolaborasi pemebrian cairan intravena.
9. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
10. Kolaborasi pemberian antipiretik.
11. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan


Tujuan Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
9. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
10. BB pasien dalam batas normal
11. Monitor turgor kulit
12. Monitor mual dan muntah
13. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
14. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

agnosa IV : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.

uan Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan

program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya.

Intervensi :

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara yang tepat.


3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di

masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.


7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
8. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara yang tepat

B. Evaluasi :

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien

dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :

1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C
3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
4. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.
ASUHAN KEPERAWATN PADA PASIEN ISPA

A. Pengkajian
s Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn S
b. Umur : 35 thn
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Buruh harian
f. Agama : Islam
g. Suku : Makassar
h. Alamat : Jl. A. Tondro Lr.2 RT 02 RW 10
i. Komposisi kelurga
No Nama Umur JK Hubungan Pekerjaan Pendidika
n
Ny B 35 P Istri IRT SMP
1 An S 14 L Anak Tidak ada SD
2 An S 10 P Anak Sekolah SD
3 An Z 5 thn L Anak BS _
4 1bln

Genogram

j. Tipe keluarga
Keluarga Tn S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga terdiri dari
ayah, ibu dan 3 orang anak.
k. Latar belakang keluarga
Suku keluarga Tn S adalah suku Makassar, dimana keluarga tinggal dalam suatu
lingkungan yang sifatnya heterogen artinya lingkungan tempat tinggal keluarga Tn S terdiri
dari berbagai macam jenis pekerjaan, agama, suku dan budaya. Keluarga Tn S mengatakan
apabila ada anggota keluarganya yang sakit keluarga membawanya ke Puskesmas atau rumah
sakit.
l. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Tn S adalah agama Islam, keluarga mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan keagamaan dan keluarga juga mengatakan tidak ada nilai-nilai
agama yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
m. Status sosial
Yang mencari nafkah dalam keluarga adalah Tn S yang bekerja sebagai buruh harian yang
berpenghasilan +Rp. 450.000 Rp. 500.000 perbulan.
n. Rekreasi
Kegiatan waktu luang keluarga adalah nonton TV bersama.
II. Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga Tn S saat ini
Keluarga Tn S saat ini menghadapi tahap perkembangan anak usia sekolah.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Tahap memenuhi kebutuhan keluarga, membantu anak bersosialisasi dan tahap pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga.
b. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga Tn S terbentuk kurang lebih 16 tahun yang lalu dan telah dikaruniai oleh 3 orang
anak, anggota keluarga Tn S yang mengalami gangguan kesehatan saat ini adalah An.Z
yang menderita penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Kedua orang tua tidak pernah mengalami gangguan atau masalah kesehatan yang
mengganggu aktivitas sehari hari. Dan tiap bulan An.Zmenderita penyakit ISPA dengan
gejala seperti batuk,pilek, dan demam..

III. Lingkungan
a. Jenis bangunan rumah Tn S adalah semi permanen dengan luas bangunan 3 m x 4 m.
Lantai rumah terbuat dari semen, status pemilikan rumah kontrakan, atap rumah seng,
ventilasi rumah tidak ada, penerangan rumah menggunakan listrik.
b. Kebersihan rumah
Ruang tamu dan kamar tidur nampak pakaian yang bergantungan, banyak sampah yang
berserakan di ruang dapur, dapur nampak kurang bersih, keluarga mengatakan tidak
mengetahui kondisi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
c. Pemakaian air
Sumber air yang digunakan oleh keluarga Tn S adalah air PAM dimana air PAM digunakan
untuk keperluan sehari-hari, keadaan fisik air tidak berwarna, tidak berbau dan berasa.
d. Pembuangan air limbah keluarga
Keluarga mempunyai sarana pembuangan air limbah yang mengalir langsung ke selokan,
dimana selokan tersebut banyak terdapat sampah plastik dan airnya tidak mengalir, keluarga
mempunyai jamban jenis angsa latring yang berjarak + 3 meter dari air PAM.
e. Pembuangan sampah terakhir keluarga
Sampah keluarga ditampung dikantong plastik lalu dibuang dibelakang rumah.dan kemudian
di bakar.
f. Kandang ternak
Keluarga Tn S tidak mempunyai hewan ternak.
g. Pencemaran lingkungan
Jenis pencemaran lingkungan yaitu pembuagan limbah rumah tangga langsung ke SPAL
terbuka dengan keadaan airnya warna hitam dan berbau.
h. Denah rumah
Keterangan :

1.
3

Ruang tamu

2.
4

Ruang tidur

3.
3

Dapur
4. Wc
5. Kamar mandi
IV. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Proses komunikasi dalam keluarga cukup baik dan terbuka. Penerimaan pesan baik, bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Makassar dan kadang-kadang
menggunakan bahasa Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu Tn S selaku kepala keluarga.

c. Struktur peran
Tn S sebagai kepala keluarga berperan sebagai mencari nafkah sedangkan Ny B sebagai
pengasuh anak dan mensosialisasikan anak, serta sebagai ibu rumah tangga.
d. Nilai dan norma keluarga
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang dianut oleh keluarga yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
V. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi biologis
Keluarga selalu mengatakan makan makanan yang bergizi seperti tempe,telur, ikan dan sayur
mayur .
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga selalu memperhatikan dan berupaya selekas mungkin mencari bantuan pelayanan
kesehatan bila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
d. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan sikap dan perilaku yang baik bagi anak-
anaknya
e. Fungsi ekonomi
Kepala keluarga yaitu Tn S bekerja sebagai buruh harian dalam mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
f. Fungsi reproduksi
Tn S berusia 35 tahun dan Ny B berusia 35 tahun merupakan usia produktif, saat ini Ny
B menggunakan alat kontrasepsi suntik
VI. Koping Keluarga
a. Stres jangka panjang yang dihadapi keluarga adalah cemas dengan kondisi An.Z yang
menderita penyakit Infeksi Saluran pernafasan atas dan masa depan anak-anaknya.
Sedangkan stres jangka pendek yang dihadapi keluarga adalah keluarga tidak mempu
mengenal dan merawat penyakit An.Z
b. Usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi stres yakni keluarga membawa
An.Z ke Puskesmas.
c. Batas kemampuan keluarga dalam menghadapi stres yakni keluarga masih dapat mengerti
tentang masalah yang dihadapi dan terus berusaha agar masalah kesehatan dapat diatasi.

VII. Pengkajian Fisik Anggota Keluarga


a. Riwayat kesehatan medis anggota keluarga
1. Keluhan yang dirasakan anggota keluarga pada saat ini
An.Z menderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas dengan gejala seperti deman,
batuk, dan pilek yang dirasakan kurang lebih 5 hari yang lalu. Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi keluhan adalah dengan memeriksakan kesehatan anaknya ke puskesmas dan
minum obat paracetamol dan istirahat yang cukup
b. Keluarga berencana
Ny B memakai alat kontrasepsi suntikan, Ny B mengatakan tidak ada keluhan.
c. Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga yang bermasalah (An.Z)
1. Tanda-tanda vital An.Z
2. TD : 90/60 mmHg
N : 100x/i
S : 38,5 0C

P : 30x/i
3. BB : 15kg
TB : 98cm
4. Kebersihan rambut dan kepala
Rambut berwarna hitam, rambut pendek dan kulit kepala nampak bersih, frekuensi mencuci
rambut 2 x seminggu, tidak ada nyeri tekan.
5. Keadaan kulit
Warna kulit kuning langsat , kulit nampak bersih .

6. Kesehatan mata
Konjungtiva tidak anemis, simentris kiri dan kanan, pergerakan bola mata kanan dan kiri
normal, sklera tidak ikterus.
7. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada epistaksis, tidak ada nyeri tekan dan ada
sekret yang menghalangi penciuman.
8. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen yang menghalangi pendengaran, klien tidak ada
gangguan pendengaran
9. Kebersihan gigi dan mulut
Gigi tampak bersih frekuensi mennggosok gigi 2 x /sehari
Bibir klien nampak lembab,tidak ada stomatitis,tidak ada gangguan menelan
10. Pemeriksaan thoraks
a. Jantung
Bunyi jantung S1 lup di dengarkan pada interkosta 2dan 3 dan bunyi jantung S2 dup
terdengar pada interkosta 4dan 5 murni tidak ada suara tambahan.
b. Dada/paru
Dada nampak simetris kiri dan kanan pergerakan mengikuti pola napas, frekuensi pernapasan
30x/i bunyi nafas ronchi

11. Pemeriksaan abdomen


Tidak ada nyeri tekan, perut tidak kembung
12. Struktur dan bentuk tulang belakang normal, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
seperti lordosis, kiposis, dan skoliosis
13. ekstremitas atas dapat berfungsi dengan baik,tidak ada oedema pada tangan, sedangkan
ekstremitas bawah juga dapat berfungsi dengan baik,klien mampu berjalan,tadak ada
oedema(pembengkakan) pada kaki dan lutut.

ANALISA DATA
No Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
1 DS : ISPA pada An.Z 1. Hipertermia pada
- Ibu An. Z mengatakan keluarga Tn.S An.Z keluarga
anaknya demam sejak Tn.Sberhubungan
dengan :
5 hari yang lalu Ketidak mampuan
- Ibu klien mengatakan keluarga mengenal
anaknya batuk-batuk dan masalah ISPA
suka menangis
- Ibu An.Z mengatakan
anaknya pilek
DO :
- Klien nampak rewel
- badan An.Z teraba panas
-nampak ada pengeluaran
sekret cair
tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
: 100x/i P:30x/i
S : 38,5 oC
2. 2. Resiko
DS: Terjadinya berbagai
- Keluarga mengatakan tidak macam penyakit
mengerti tentag syarat Sanitasi lingkungan menular (DHF, Diare
syarat rumah sehat yang tidak memenuhi dan Thypoid) pada
DO: syarat pada keluarga keluarga Tn. S
- jenis SPAL terbuka Tn.S berhubungan dengan
- selokan kotor ketidak mampuan
- Ventilasi tidak ada keluarga mengenal
- Rumah nampak kotor sanitasi lingkungan yang
- nampak ruang dapur kotor memenuhi syarat
dan perabotan tidak tertata kesehatan.
dengan rapi

SKALA PRIORIHTAS MASALAH


Dx. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada An.Z keluarga Tn. S b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah
No Kriteria Perhitungan Skor
.
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1
Tidak / kurang sehat
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2
Mudah
3. Potencial masalah umntuk cegah 3/3 x 1 1
Tinggi
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1
Madalah besar harus segera
ditangani
Total 5

Dx. Resiko terjadinya berbagai macam penyakit menular (DHF, Diare dan Thypoid) pada
keluarga Tn. S b/d sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
No Kriteria Perhitungan Skor
.
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/2
Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2
Mudah
3. Potencial masalah untuk cegah 3/3 x 1 1
Tinggi
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1
Masalah besar harus ditangani
Total 3 2/3

PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan hasil pembahasan diatas :
Maka urutan prioritas masalah :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada An.Z keluarga Tn. S b/d ketadak mampuan
keluarga mengenal masalah ISPA skor (5).
2. Resiko terjadinya berbagai macam penyakit menular (DHF, Diare dan Thypoid) pada
keluarga Tn. S b/d sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan skor (3 2/3).
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Masalah Diagnosa Tujuan Kriteria Standar Renca


Kesehatan Keperawatan Umum Khusus tindak
1 2 3 4 5 6 7 8
1. ISPA pada Hipertermia Setelah Setelah Respon Masalah 1.1 Kaji t
An. Z pada An.Z melakukan melakukan verbal kesehatan penget
Keluarga Tn. keluarga Tn. intervensi intervensi yang terkait keluarg
S S keperawatan keluarga di dengan tentang
berhubungan keluarga harapkan : ISPA : penyak
dengan : An. Z 1. keluarga 1.Hipertermi
- ketidak tidak mampu 2. Gangguan
mampuan mengalami mengenal pola nafas 1.2 Beri
keluarga ISPA. masalah penjela
mengenal penyakit ISPA. tentang
masalah

2.1 Motiva
keluarg
2. Keluarga dalam
mampu menga
mengambil keputu
keputusan untuk
memba
An.Z
posyan
ke puskes

3.1. Anjurk
3. Keluarga tua kli
mampu m membe
kompr
hangat

3.2.Anjurk
untuk
4. Keluarga air han
mampu ada sek
menciptakan
lingkungan 3.3 Anjurk
rumah yang klien u
sehat banyak
istiraha

4.1. Motiva
keluarg
mencip
lingku
5. Keluarga rumah
mampu bersih
memanfaatkan rumah
fasilitas tenang
kesehatan. nyama
5.1. Motiva
keluarg
mengo
keseha
Z ke
pelaya
keseha
terdeka
5.2. Anjurk
kepada
lekuarg
memer
keseha
kepusk
minim
sebula

Setelah
melakukan
intervensi 1.1 Kaji
keperawatan pngeta
keluarga di klien t
harapkan : penger
1. Keluarga sanitas
mampu linkun
mengenal .1.2.Beri
2. Resiko Setelah masalah penyul
Sanitasi terjadinya melakukan kesehatan yang Respon Masalah tentang
lingkungan penyakit intevensi terkait dengan verbal kesehatan keseha
pada keluarga menular keperawatan kesehatan yang terkait lingku
Tn. S (DHF, diare, keluarga Tn. lingkungan dengan dan sy
dan S di kesehatan syarat
Thypoind) harapkan 2. Keluarga lingkuangan : sehat
pada keluarga tidak terjadi mampu 1. Dampak yang 2.
Tn. S penyakit menganbil timbul dari
berhubungan menular keputusan yang sanitasi asi kel
dengan : tepat mengenai lingkungan untuk
Ketidak lingkungan yang tidak membe
mampuan yang memenuhi memenui SPALn
keluarga syarat kesehatn syarat
mengenal kesehatan 2.2 .Motiv
pentingnya keluarg
kesehatan 3. Keluarga menutu
lingkungan mampu SPALn
yang merawat terbuk
memenuhi lingkungan
syarat rukmah yang 3.1.Motiv
kesehatan memenuhi keluarg
syarat memel
kesehatan dan
mencip
lingku
rumah
sehat.

3.2.Motiv
keluarg
4. Keluarga menata
mampu perabo
menciptakan rumah
lingkungan dengan
rumah yang 4.1. Motiva
bersih keluarg
membe
rumah
hari da
anjurk
tidak
membu
sampa
5. Keluarga disemb
mampu tempat
memanfaatkan
fasilitas yang
ada di rumah 5.1 Motiv
keluarg
membu
sampa
tempat

5.2 Anjurk
keluarg
membu
lubang
penam
sampa
CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tgl/Hari No DX Tujuan khusus Imlementasi Evaluasi


1. Sabtu /14 1. 1. Keluarga mampu 1.1 Mengkaji tingkat Tanggal 14-06-
06 2008 mengenal pengetahuan 2008
masalah tentang keluarga tentang Jam 10:00
ISPA penyakit ISPA S : Keluarga
1.2 Memberi mengatakan
penjelasan tenteng belum mengerti
ISPA: tentang penyakit
a. Pengertian ISPA ISPA
adalah infeksi yang Keluarga
disebabkan oleh mengatakan
mikroorganisme dan mengompres
hanya mengenai anaknya jika
saluran pernapasan demam
atas termasuk ronggaO : Badan An. Z
hidung, faring teraba panas
danlaring An. Z masih
b. Penyebab ISPA batuk-batuk
sebagian besar An. Z masih rewel
disebabkan oleh Tanda-tanda vital :
virus walaupun TD : 90/60 mmHg
bakteri juga terlibat. N. 100 x /menit
ISPA juga bisa S : 38,5 C
disebabkan karena P :30 x/ menit
kelelahan A : Masalah belum
lingkungan yang teratasi
kotor dan perubahan P : Lanjutkan
cuaca intervensi
.2.1 Memotivasi (3.1,3.2,3.3,4dan5
keluarga dalam )
mengambil
keputusan untuk
membawa An.Z ke
posyandu atau ke
2. Keluarga mampu puskesmas
mengambil 3.1 Menganjurkan
keputusan orang tua klien untuk
memberikan
kompreks air hangat

3.2 Menganjurkan untuk


3. Keluarga mampu minum air hangat
merawat An. Z bila ada sekret
yang menderita 3.3 Menganjurkan klien
penyakit ISPA untuk banyak
istirahat
3.1 Menganjurkan
orang tua klien untuk
memberikan
kompres air hangat
3.2 Menganjurkan untuk
minum air hangat
bila ada sekret
3.3. Menganjurkan klien
Minggu 3.. Keluarga untuk banyak Tanggal 15-06-
15-06- mampu merawat istirahat 2008
2008 An. Z yang Jam 08 :00
menderita S : Keluarga
penyakit ISPA mengatakan
anaknya sudah
4.1 Memotivasi tidak demam lagi
keluarga untuk Keluarga
menciptakan mengatakan selalu
lingkungn rumah memberikan
yang bersih suasana kompres air
rumah yang tenang hangat
dan nyaman Keluarga
mengatakan
5. Memotivasi keluarga anaknya diberikan
untuk mengontrol obat hupagrif
4. Keluarga mampu kesehatan An. Z sirup 3x1 sendok/
menciptakan ketempat pelayanan hari
lingkungan kesehatan terdekat O : Badan klien tidak
bersih dan (puskesmas tau teraba panas lagi
suasana rumah posyandu) An. Z masih batuk
yang nyaman 4.1 Memotivasi Tanda-tanda vital
keluarga untuk TD : 90/60 mmHg
menciptakan N : 96x/i
lingkungn rumah S : 37 C
5. Keluarga mampu yang bersih suasanaA : Masalah belum
memanfaatkan rumah yang tenang teratasi
fasilitas yang dan nyaman P : Lanjutkan
ada 5. Memotivasi keluarga intervensi 4 dan 5.
untuk mengontrol
kesehatan An. Z
ketempat pelayananTanggal 16-06-2008
kesehatan terdekat Jam 16:30
Senin (peskesmas atau S : Keluarga
16-06- posyandu) mengatakan
2008 4. Keluarga mampu1.1 Mengkaji membawa
menciptakan pengetahuan klien anaknya ke
lingkungan tentang pengertian puskesmas
rumah yang sanitasi lingkunganO : An. Z tidak
bersih dan .1.2.Memberikan nampak rewel lagi
nyaman penyuluhan tentangA : Masalah teratasi
kesehatan P :-
lingkungan dan
5. Keluarga mampu syarat syarat rumah
memanfaatkan sehat
fasilitas a. Kesehatan
kesehatan yang lingkungan adalah
ada suatu kondisi atau Tanggal 17-06-2008
keadaan lingkunganJam 08 : 00
yang optimal S : Keluarga
Selasa sehingga berpengruh mengatakan
17-06- positif terhadap belum mengetahui
2008 1. Keluarga mampu terwujudnya status tentang kesehatan
mengenal kesehatan yang lingkungan yang
2. NDX .1 tentang optimal pula memenuhi syarat
pentingnya b. Cara pengolahan kesehatan
kesehatan sampah yaitu denganO : Rumah nampak
lingjkungan mengumpukan kotor perabotan
yang memenuhi sampah di tempat dapur tidak tertata
syarat kesehatan sampah di rumah rapi, selokan
lingkuangan kemudian di buang nampak
ke tempat tergenang dan
penampung banyak plastik
sementara sampah serta sampah-
dapat di timbun atau sampah
di bakar berserahkan.
c. Syarat-syarat air A : Masalah belum
limbah adalah tidak teratasi
mencemari air P : Lanjutkan
minum permukaan intervensi 2.1, 2.2,
tanah dan tidak 3.1, 3.2, 4 dan 5
menjadi tempat
berkembangbiakann
ya nyamuk dan lalat.
d. Syarat-syarat rumah
yang sehat
tersedianya air
bersih adanya
pembuangan air
limbah jamban
keluarga dan tempat
sampah serta
ventilasi
3.1.Memotivasi
keluarga untuk
memelihara dan
menciptakan
lingkungan rumah
yang sehat
3.2. Memotivasi
keluarga untuk
menata perabotan
rumah tangga
dengan baik
4. Memotivasi keluarga Tanggal 19-06-
untuk membersihkan 2008
rumah setiap hari Jam 17 : 00
dan menganjurkan S : Keluarga
agar tidak mengatakan sudah
membuang sampah membersikan
disembarang tempat selokan dan
5. Memotivasi keluarga membuang
3. Keluarga mampu untuk membuang sampah pada
merawat sampah pada tempatnya
lingkungan yang tempatnya O : Selokan tidak
memenuhi syarat tergenang lagi dan
kesehatan 2.1.Memotivasi nampak bersih
keluarga untuk SPAL masih terbuka,
membersihkan perabot rumah
SPALnya nampak tertata
2.2 .Memotivasi rapi
keluarga untuk A : Masalah teratasi
menutup SPALnya sebagian
4. Keluarga mampu yang terbuka P:-
menciptakan 3.1.Memotivasi
lingkungan yang keluarga untuk
mamanuhi syarat memelihara dan
kesehatan menciptakan
lingkungan rumah
yang sehat
3. NDX. 1 3.2.Memotivasi
keluarga untuk
menata perabotan
5. Keluarga mampu rumah tangga
memanfaatkan dengan baik
fasilitas yang 4.1. Memotivasi
ada keluarga untuk
membersihkan
rumah setiap hari
2. Keluarga mampu dan anjurkan agar
mengambil tidak membuang
keputusan sampah disembarang
tempat
4.2.Motivasi keluarga
untuk menata
Kamis perabotan dapur
19-06- 5. Memotivasi keluarga
2008 3. Keluarga mampu untuk membuang
merawat sampah pada
lingkungan yang tempatnya
memenuhi syarat2.1 Memotivasi
kesehatan keluarga untukm
membersihkan
SPALnya

2.2 .Memotivasi
keluarga untuk
4. Keluarga mampu menutup SPALnya
menciptakan yang terbuka
lingkungan yang3.1.Memotivasi
mamanuhi syarat keluarga untuk
kesehatan memelihara dan
menciptakan
4. NDX. 2 lingkungan rumah
yang sehat
3.2.Memotivasi
keluarga untuk
menata perabotan
rumah tangga
5. Keluarga mampu dengan baik
memanfaatkan 4. Memotivasi keluarga
fasilitas yang untuk membersihkan
ada rumah setiap hari
dan anjurkan agar
2. Keluarga mampu tidak membuang
mengambil sampah disembarang
keputusan tempat
5.1. Memotivasi
keluarga untuk
membuang sampah
pada tempatnya
5.2.Menganjurkan
kepada keluarga
untuk membuat
3. Keluarga mampu lubang tempat
merawat penampungan.
lingkungan yang
memenuhi syarat
kesehatan

4. Keluarga mampu
menciptakan
lingkungan yang
mamanuhi syarat
kesehatan

5. Keluarga mampu
memanfaatkan
5. NDX. 2 fasilitas yang
ada

6. NDX. 2

RESUME KASUS

TnS berumur 35 tahun mempunyai anggota keluarga 4 orang terdiri dari 3 orang
anak dan seorang istri myang merupakan keluarga inti yang tinggal serumah dilingkungan
heterogen, keluarga TnS adalah suku Makassar yang menganut agama Islam. Dalam
pelayanan kesehatan, keluarga memanfaatkan sarana kesehatan terdekat yaitu puskesmas.
Tahap perkembangan keluarga yaitu berada pada tahap anak sekolah, dimana orang
tua membantu anak untuk bersosialisasi baik dengan tetangga maupun di sekolah serta
memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
Jenis bangunan rumah Tn S adalah semi permanen dengan luas bangunan 3 m x 4 m.
Lantai rumah terbuat dari semen, status pemilikan rumah kontrakan, atap rumah seng, dapur
nampak kotor, ventilasi rumah tidak ada, penerangan rumah menggunakan listrik.
Keadaan lingkungan rumah kurang memenuhi syarat dimana halaman nampak kotor,
selokan nampak kotor, dan SPAL terbuka.klien menampung sampahnya di kantong plastik
dan kemudian di buang di tanah kosong disamping rumah dan jika sudah bertumpuk
kemudian dibakar.
Pengkajian fisik pada anggota keluarga yang bermasalah yaitu An.Z dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Atas dengan TTV : TD : 90/60 mmHg, N : 100 x/I, S : 38,5C, Ibu klien
mengatakan anaknya demam, batuk-batuk, ingusan, dan suka menangis.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan sehingga keluarga tidak
mampu mengenal masalah kesehatan yang terjadi sehingga tidak mampu mencegah dan
mengatasi masalah yang ada.
Adapun diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, serta evaluasi yang
dilakukan yaitu :
1. Hipertimia b/d ketidak mampuan mengenal masalah penyakit ISPA.
Intervensi :
ng ISPA
ng tua klien untuk memberikan kompres air hangat..
c. Anjurkan minum air hangat bila ada sekret.
d. Ajarkan posisi yang nyaman (semi fowler) apabila timbul sesak.
e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
Implementasi yang dilakukan :
a) Memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyakit ISPA
b) Menganjurkan ibu klien untuk memberi minum air hangat bila masih ada sekret.
c) Mengajarkan posisi yang nyaman (semi fowler) apabila timbul sesak.
d) Menganjurkan untuk beristirat yang cukup.
Evaluasi :
Setelah melakukan implementasi keluarga mengatakan sudah mengerti tentang manfaat
memberikan kompres air hangat.
Resiko terjadinya penyakit menular (DHF, Diare, Thypoid pada keluarga TnS b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal sanitasi lingkungan syarat kesehatan.
Intervensi:
a. Beri penjelasan (HE) tentang kesehatan lingkungan, syarat rumah sehat, dan penyakit yang
ditimbulkan jika sanitasi lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
b. Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang ada hubungannya dengan lingkungan yang
kurang bersih,terutama penyakit menular.
c. Motivasi dan anjurkan keluarga untuk memelihara dan membersihkan rumah setiap hari.
d. Anjurkan dan motivasi untuk memelihara dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat.
Implementasi yang dilakukan :
a) Memberikan penjelasan tentang kesehatan lingkungan, syarat rumah sehat, dan penyakit
yang ditimbulkan jika sanitasi lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan.
b) Memotivasi keluarga untuk memelihara dan membersihkan rumah setiap hari.
c) Menganjurkan dan memotivasi keluarga untuk memelihara dan menciptakan lingkungan
rumah yang sehat.

Evaluasi :
Setelah melakukan implementasi keluarga mengatakan sudah mengerti tentang sanitasi
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, dan mengatakan akan membersihkan rumahnya
setiap hari.

S-ar putea să vă placă și