Sunteți pe pagina 1din 18

57

JURNAL RISET Bussiness and Government


Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP


BELANJA LANGSUNG (SURVEI PADA PEMERINTAH KABUPATEN
DAN KOTA SE-SULAWESI TENGAH) Tahun 2011-2014

Oleh:

Mutiara Mashita Diapati


STIE Panca Bhakti Palu

mutiara_mashita@yahoo.com

ABSTRACT

This research aims to investigate and analyse the effects of regional tax and
regional retribution, simultaneously and partially on direct expense at the
government of regency and City in Central Sulawesi. This is a descriptive verificative
research method using multiple linear regressions as an analysis tool. Sample of this
covers regencies and city in Central Sulawesi within the period of 4 yaers i.e. 2011
until 2014. The results show that contribution of regional tax and regional retribution
on direct expense at the government of regency and city in Central Sulawesi is 40.7%
and the rest 59.3% has been affected by other factors. Based on simultaneous test, it
indicates that regional tax and regional retribution perform significant effects on
direct expense at the government of regency and dity in Central Sulawesi. Partially,
independent variables perform significant effects on dependent variable. Regional tax
performs significant value of 0.049<0.005 and regional performs significant value of
0.008<0.005 respectively.

Keywords : regional tax, regional retribution, direct expense

Pendahuluan

Pengelolaan Pemerintah Daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22

Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 selanjutnya

kemudian direvisi menjadi UU No. 38 Tahun 2007 tentang Pemerintah Daerah, dan

UU No. 25 tahun 1999 kemudian direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan

dikeluarkannya UU No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, menegaskan

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


58
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan

ditransfer dana perimbangan kepada daerah.

Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai

dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah tersebut (Bastian : 2006). Otonomi

daerah menuntut pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik

baiknya kepada masyarakat, salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah

memberikan informasi yang transparan dan akuntabel. Kinerja dan kemampuan

daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat

kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim : 2001).

Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian

daerah. Adanya desentralisasi merupakan konsekuensi dari adanya kewenangan

untuk mengelola keuangan secara mandiri. Dalam perspektif ini, pemerintah daerah

(pemda) diharapkan mampu menggali sumber sumber keuangan lokal khususnya

melalui Pendapatan Asli daerah (Sidik : 2002).

Tingginya belanja daerah perlu diimbangi dengan penerimaan keuangan daerah

termasuk dari pendapatan pajak dan retribusi. Tingginya belanja pemerintah ini

digunakan untuk membiayai pembangunan diberbagai bidang dan sektor, baik

pembangunan fisik maupun non fisik. Sehingga pada prinsipnya semakin besar

sumbangan PAD terhadap APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan

daerah terhadap pusat.

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan

pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diharapkan,

pemberlakuan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


59
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang

menetapkan dan memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan

masyarakat pada umumnya.

Pajak daerah dan retribusi daerah dapat menjadi sumber penerimaan yang

berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing

masing daerah. Penetapan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber

penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan Undang

Undang. Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerah dirinci menjadi :

a. Pajak Propinsi terdiri atas : pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas

air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, pajak bahan

bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah

tanah dan air permukaan dan pajak rokok.

b. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan

galian golongan C, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet,

pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan bea perolehan hak

atas tanah dan bangunan.

c. Retribusi dirinci menjadi : retribusi jasa umum, retribusi jasa khusus dan

retribusi perizinan tertentu.

Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap belanja daerah akan

menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat, sehingga

meningkatkan otonomi dan keleluasaan daerah. Fenomena utama dari penelitian ini

adalah untuk melihat pengaruh pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah dalam

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


60
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

membiayai belanja daerah. Kontribusi realisasi pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di

Sulawesi Tengah.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah

yang memberikan kontribusi cukup besar kepada daerah. Yang dapat membantu

memberikan efek terhadap pengalokasian belanja daerah oleh pemerintah, sehingga

belanja langsung yang direncanakan disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan

yang tersedia. Pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah

sewajarnya mulai memikirkan dan bertindak guna menggali potensi penerimaan

daerah untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah. Dengan tingginya penerimaan

PAD akan dapat membiayai belanja langsung daerah secara mandiri.

Sumber sumber Pendapatan Daerah yang diperoleh, dipergunakan untuk

membiayai penyelenggaraan urusan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakat

yang menjadi kewenangan daerah. Belanja Daerah dikelompokkan menjadi

kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Di mana yang

membedakan kedua kelompok belanja tersebut, yaitu apakah belanja terkait secara

tidak langsung atau langsung, terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan.

Belanja Langsung sering dikatakan juga sebagai Belanja Publik, karena merupakan

belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

pembangunan daerah.

Berdasarkan pada latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana perkembangan

pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


61
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

dan Kota Se-Sulawesi Tengah periode tahun 2011-2014; 2) Apakah pajak daerah dan

retribusi daerah secara silmutan berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung

Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah; 3) Apakah pajak daerah secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan

Kota Se-Sulawesi Tengah ; 4) Apakah retribusi daerah secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi

Tengah.

Tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui dan menganalisa

perkembangan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja langsung pada

pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah; 2) Untuk mengetahui dan

menganalisa pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara silmutan terhadap

belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah; 3) Untuk

mengetahui dan menganalisa pengaruh Pajak Daerah secara parsial terhadap Belanja

Langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se- Sulawesi Tengah; 4) Untuk

mengetahui dan menganalisa pengaruh Retrbusi Daerah secara parsial terhadap

Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah.

TEORI

Variabel Pajak Daerah dalam penelitian ini akan menggunakan teori yang

dikemukan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya

disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


62
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Selain pajak daerah, kontribusi retribusi daerah sebagai penyumbang terbesar

dalam pendapatan asli daerah. Variabel retribusi daerah yang merupakan salah satu

variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, merujuk kepada Undang - Undang

Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksudkan dengan retribusi daerah, yang selanjutnya

disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung ini

merupakan belanja daerah yang dirinci berdasarkan kelompok belanja.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode verifikatif dan metode deskriptif. Teknik

penarikan sampel pada penelitian ini, dengan cara metode pemilihan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan atau sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah-daerah yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria memiliki laporan keuangan pada

kurun waktu penelitian (tahun 2011-2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang meneliti 10 Kabupaten dan Kota di Sulawesi

Tengah yang memenuhi kriteria memiliki laporan keuangan pada kurun waktu

penelitian dari tahun 2011 sampai dengan 2014, dapat dilihat sebagai berikut :

a) Analisis Pajak Daerah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah (X1)

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


63
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Tabel 3
Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah
Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Sulawesi Tengah
Tahun 2011 - 2014 (Dalam Jutaan Rupiah)

Daerah Kabupaten/Kota
Komponen
Tahun Tojo
PAD Toli-
Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali Poso Palu Parimo Una-
toli
una

2011 Pajak Daerah 4.347 1.845 3.325 2.453 10.387 2.365 1.901 15.831 2.169 1.488

2012 Pajak Daerah 5.426 1.961 2.851 2.804 13.043 1.314 3.576 17.030 2.790 2.383

2013 Pajak Daerah 6.383 2.128 2.022 2.575 14.123 1.664 4.031 18.208 4.719 1.494

2014 Pajak Daerah 12.858 4.261 2.194 3.210 15.697 3.077 5.035 26.707 3.671 3.203

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 daerah kabupaten dan kota di

Sulawesi Tengah, secara keseluruhan untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

penerimaan pajak daerah tertinggi adalah Kota Palu sedangkan yang terendah

untuk tahun 2011 adalah Kabupaten Bangkep. Setiap tahun nya untuk Kota Palu

menunjukkan angka tertinggi. Hal ini disebabkan karena Kota Palu sebagai

ibukota Provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak dan sebagai pusat kegiatan

pembangunan untuk Sulawesi Tengah memungkinkan Kota Palu dapat

mengoptimalkan penerimaan daerah dari sisi pajak daerah terutama dari pajak

bumi dan bangunan yang sudah dikembalikan kepada daerah dan dikelola daerah

juga adanya upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Palu untuk

meningkatkan penerimaan. Hal lainnya yaitu adanya upaya-upaya yang telah

dilakukan oleh pemerintah Kota dalam memaksimalkan penerimaan daerah dari

sisi pendapatan asli daerah baik melalui kegiatan intensifikasi maupun

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


64
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

ekstensifikasi pendapatan daerah.

Penerimaan terendah untuk pajak daerah untuk tahun 2011 yaitu Kabupaten

Bangkep, hal ini disebabkan untuk pencapaian realisasi pendapatan pajak daerah

secara umum masih terdapat kendala dan belum optimalnya dalam pencapaiannya

karena realisasi pendapatan pajak daerah tersebut belum mencapai target yang

telah ditetapkan daerah. Hal ini terlihat pada realisasi dari tiap tahunnya.

Beberapa kendala dan hambatan dalam pencapaian target antara lain: relatif masih

kurangnya kemampuan aparatur dalam mengelola potensi daerah yang dapat

menjadi sumber pendapatan, mekanisme pengadministrasian belum terlaksana

dengan baik, struktur daerah yang belum terjangkau dan masih kurangnya

kesadaran para wajib pajak daerah dan pelayanan ditingkat Kabupaten yang belum

maksimal.

b) Analisis Retribusi Daerah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah (X2)

Tabel 4
Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah
Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Sulawesi Tengah
Tahun 2011 - 2014 (Dalam Jutaan Rupiah)

Daerah Kabupaten/Kota
Tahun Komponen PAD Toli- Tojo
Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali Poso Palu Parimo
toli Una-una

2011 Retribusi Daerah 7.411 981.643 1.459 6.650 3.153 1.857 7.634 16.362 3.331 6.826

10.85
2012 Retribusi Daerah 9.744 1.407 1.746 8.429 2.174 6.438 6 30.716 3.613 5.707

2013 Retribusi Daerah 12.227 884.480 1.890 7.634 2.847 6.932 9.098 35.005 2.473 6.076

13.67
2014 Retribusi Daerah 16.428 1.856 1.453 7.593 5.193 11.282 3 46.250 8.472 13.107

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 daerah kabupaten dan kota di

Sulawesi Tengah, secara keseluruhan untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


65
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

penerimaan retribusi daerah tertinggi adalah Kota Palu sedangkan yang terendah

adalah Kabupaten Bangkep. Setiap tahun nya untuk Kota Palu menunjukkan

angka tertinggi. Hal ini disebabkan karena Kota Palu sebagai ibukota Provinsi

dengan jumlah penduduk yang banyak dan sebagai pusat kegiatan pembangunan

untuk Sulawesi Tengah memungkinkan Kota Palu dapat mengoptimalkan

penerimaan daerah dari sisi retribusi daerah juga adanya upaya yang telah

dilakukan pemerintah Kota Palu untuk meningkatkan penerimaan dari segi

retribusi izin mendirikan bangunan. Retribusi daerah memberikan sumbangan

terbesar terhadap pendapatan asli daerah Kota Palu selain dari pajak daerah.

Penerimaan retribusi daerah terendah selama kurun waktu 2011 sampai

dengan 2014 yaitu Kabupaten Bangkep. Hal ini disebabkan pencapaian realisasi

pendapatan retribusi daerah Kabupaten Bangkep secara umum masih terdapat

kendala dalam pencapaiannya. Karena masih kurangnya kemampuan aparatur

dalam mengelola potensi daerah dan fasilitas daerah sehingga masih kurangnya

kesadaran para masyarakat dalam membayar retribusi daerah.

c) Analisis Anggaran Belanja Langsung Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tengah

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung terhadap pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung

penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,

fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem

jaminan sosial.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


66
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Tabel 5
Perbandingan Anggaran Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Sulawesi Tengah
Tahun 2011 - 2014 (Dalam Jutaan Rupiah)
Daerah Kabupaten/Kota
Komponen Tojo
Tahun Toli-
Belanja Langsung Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali Poso Palu Parimo Una-
toli
una

Belanja
2011 Langsung 608.870 251.688 161.452 400.416 593.016 522.233 437.698 470.225 439.085 360.965
a. Belanja
Pegawai 316.386 20.939 13.511 178.911 329.266 193.329 227.505 280.013 201.296 122.424
b. Belanja
Barang dan Jasa 107.454 51.496 52.104 73.269 91.074 115.359 95.041 72.479 76.533 88.094
c. Belanja Modal 185.030 179.251 95.836 148.234 172.675 213.544 115.151 117.151 117.732 161.254

Belanja
2012 Langsung 618.643 295.185 402.967 392.902 395.481 531.412 548.965 539.562 457.028 422.692
a. Belanja
Pegawai 338.921 19.075 160.886 200.610 237.294 231.382 281.266 329.871 235.408 144.798
b. Belanja
Barang dan Jasa 96.497 60.533 74.748 76.533 78.579 134.986 115.530 70.609 93.137 92.265
c. Belanja Modal 183.224 215.575 167.332 115.759 79.607 165.042 152.167 139.081 128.482 185.627

Belanja
2013 Langsung 632.481 230.516 368.072 346.359 488.586 560.149 541.494 604.735 500.809 394.095
a. Belanja
Pegawai 396.978 15.076 201.116 226.948 281.694 268.438 339.572 411.693 280.338 179.613
b. Belanja
Barang dan Jasa 89.211 49.120 59.826 62.683 85.134 112.033 100.947 87.561 96.004 96.837
c. Belanja Modal 156.291 166.319 107.129 56.727 121.757 179.678 100.973 105.480 124.466 117.644

Belanja
2014 Langsung 700.932 232.165 489.427 493.575 629.959 546.387 630.003 675.208 564.414 438.683
a. Belanja
Pegawai 448.032 13.161 246.582 281.019 324.652 323.431 383.596 459.410 334.533 211.425
b. Belanja
Barang dan Jasa 130.002 64.655 84.446 93.660 133.604 98.934 110.156 119.651 126.083 97.298
c. Belanja Modal 122.897 154.348 158.398 118.894 171.702 124.021 136.250 96.146 103.797 129.958

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 daerah kabupaten dan kota di

Sulawesi Tengah, secara keseluruhan untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

anggaran belanja langsung tertinggi adalah Kabupaten Banggai sedangkan yang

terendah adalah Kabupaten Bangkep. Peranan belanja langsung didominasi oleh

belanja pegawai dan belanja modal yang paling besar dianggarkan disetiap

Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah. Masih besar nya belanja pegawai di

setiap Kabupaten dan Kota memberikan gambaran masih banyak nya pegawai

honorer.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


67
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Dari hasil wawancara pada Pemkot Palu dan Pemkab Donggala, untuk

Pemkot Palu pendapatan asli daerah dalam membiayai belanja langsung

kontribusinya masih kecil masih ada pembiayaan lain dari transfer pusat. Untuk

pendapatan asli daerah dilihat berapa yang masuk penerimaan dan disesuaikan

dengan kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana dan terakomodir. Serta untuk

memprioritaskan kegiatan yang lebih penting. Untuk Pemkab Donggala untuk

membiayai belanja daerah ada komponen-komponen yang menjadi porsi masing-

masing belanja. Untuk belanja langsung kontribusi pendapatan asli daerah nya

kecil dan masih mengharapkan bantuan dari transfer pusat.

Untuk kabupaten lain yang ada di Sulawesi Tengah menunjukkan fluktuasi

dari penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja langsung,

sangat kecil kontribusinya yang kurang lebih sebesar 2 persen. Sedangkan untuk

secara keseluruhan kontribusi pendapatan asli daerah dalam membiayai belanja

langsung masih kecil. Hal ini masih menimbulkan ketergantungan daerah terhadap

pusat dalam pembiayaan belanja daerah. Diharapkan pemerintah kabupaten dan

kota di Sulawesi Tengah dapat mengalih potensi daerah dan memaksimalkan

penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang merupakan komponen

penyumbang terbesar dalam pendapatan asli daerah.

Analisis Regresi Linear berganda

Tabel 6
Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Dependen Variabel Y = Belanja Langsung


Variabel Koefisien Standar T Sig
Regresi Error
C = Constanta 22.115 1,013 21,827 0,000
X1 = Pajak Daerah 0,300 0,048 2,034 0,049
X2 = Retribusi Daerah 0,418 0,041 2,836 0,007

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


68
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

R- = 0,622 F-Statistik = 11.660


R-Square = 0,407 Sig. F = 0,000
Sumber: Hasil Regresi

Model regresi yang diperoleh dari tabel diatas adalah:

Y = 22,122 + 0,300 X1 + 0,418 X2

Persamaan diatas menunjukkan, variabel independen yang dianalisis berupa

variabel (X1 dan X2) memberi pengaruh terhadap variable independen ( Y ) model

analisis regresi belanja langsung pemerintah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah

dapat dilihat sebagai berikut:

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan:

a) Untuk nilai constanta sebesar 0,120 berarti Belanja Langsung pada

Pemerintah Kabupaten dan Kota sebelum adanya variabel independen adalah

sebesar 22,122.

b) Pajak Daerah (X1) dengan koefisien regresi 0,300 ini berarti terjadi pengaruh

yang positif antara pajak daerah dan belanja langsung. Artinya apabila terjadi

peningkatan Pajak Daerah sebesar 1 poin dengan asumsi variabel lain

dianggap konstan (X1 = 0), maka belanja langsung akan meningkat sebesar

0,300.

c) Retribusi Daerah (X2) dengan koefisien regresi 0,418 ini berarti terjadi

pengaruh positif antara retribusi daerah dan belanja langsung. Artinya

peningkatan Retribusi Daerah sebesar 1 poin dengan asumsi variabel lain

dianggap konstan (X2 = 0), maka belanja langsung akan meningkat sebesar

0,418.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


69
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

1. Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja


Langsung

Berdasarkan analisis hasil uji regresi dikertahui bahwa terdapat pengaruh

secara simultan variabel pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja langsung.

Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah membiayai

belanja langsung pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah, hal ini

bermakna bahwa hipotesis yang diuraikan sebelumnya sejalan dengan hasil

penelitian ini. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa besarnya belanja

langsung masih dominan dipengaruhi oleh jumlah transfer dana yang diterima dari

pemerintah pusat dilihat dari besarnya kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah

sebesar 0,407 atau 40,7% dan sisanya sebesar 59,3% dipengaruhi faktor lain (transfer

dana pusat) dalam membiayai belanja langsung serta hal ini menunjukkan sangat

tingginya tingkat ketergantungan pemerintah Kabupaten dan Kota di Sulawesi

Tengah terhadap pemerintah pusat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bertambahnya penerimaan daerah

yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah maka akan berpengaruh pada

anggaran belanja langsung. Perkembangan pendapatan asli daerah yang rata-rata

mengandalkan dari sektor pajak dan retribusi daerah, sejalan dengan perkembangan

belanja daerah.

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah terutama pajak daerah dan retribusi daerah

untuk mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pemerintah pusat. Pajak daerah

dan retribusi daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah yang

memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah yang besar.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


70
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Penelitian ini sejalan dengan Panggabean (2009) yang menyatakan

dengan meningkatnya pendapatan asli daerah s udah tentu pendapatan

daerah akan meningkat yang pada akhirnya juga diikuti dengan

peningkatan belanja daerah yang akan berdampak pada kemakmuran

rakyat. Hasil penelitian yang dilakukan Halim (2004) (Dalam Panggabean, 2009)

yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah mempengaruhi belanja pemerintah

daerah.

2. Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Belanja Langsung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan

terhadap anggaran belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, hal ini

dapat dilihat tingkat signifikan 0,049<0,005 yang menunjukkan variabel pajak daerah

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap belanja langsung kabupaten dan kota

di Sulawesi Tengah, yang berarti bahwa semakin besar jumlah pajak daerah maka

jumlah belanja langsung juga semakin besar.

Berdasarkan hasil penelitian untuk daerah kabupaten dan kota di Sulawesi

Tengah, kontribusi pajak daerah dalam kurun waktu penelitian yaitu tahun 2011

2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 30,05 persen. Peranan pajak

daerah terhadap belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah sesuai hasil

penelitian merupakan variabel independen yang memiliki peranan (kontribusi)

terkecil dari variabel retribusi daerah yang diteliti dapat dilihat pada nilai koefisien

Beta distandarisasi sebesar 0,300.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Panggabean (2009) yang

menyatakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja

daerah dan faktor yang paling dominan mempengaruhi belanja daerah berturut-turut

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


71
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

adalah pajak daerah, lain-lain pendapatan asli daerah dan retribusi daerah. Dan hasil

penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Syahputra (2010) yang menyatakan

Pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dan dana alokasi umum berpengaruh positif

secara silmutan dan parsial terhadap belanja daerah. Rata-rata kontribusi PAD

terhadap belanja daerah lebih kecil dibandingkan dengan DBH dan DAU.

Mardiasmo dkk, (2002) mengungkapkan bahwa untuk mengurangi

ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu

diberikan otonomi dan kelelusaan daerah. Langkah penting yang harus dilakukan

untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah dengan menghitung potensi

penerimaan pajak daerah yang riil yang dimiliki oleh daerah tersebut, sehingga bisa

diketahui peningkatan kapasitas pajak daerah. Peningkatan kapasitas pajak pada

dasarnya adalah optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk

meningkatkan pendapatan daerah adalah melakukan intensifikasi yaitu dengan cara

mengefektifkan perda-perda yang mengatur tentang pajak daerah dan melakukan

ekstensifikasi yaitu dengan cara melakukan identifikasi sumber pendapatan untuk

mencari peluang-peluang penerimaan pajak daerah. Dan adanya berbagai macam

perubahan undang-undang, khususnya mengenai perpajakan, perlu ditanggapi oleh

pemerintah daerah dengan suatu strategi agar dapat memberikan hasil yang

bersifat ekonomis maupun non ekonomis secara maksimal.

3. Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Belanja Langsung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan

terhadap anggaran belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, hal ini

dilihta tingkat signifikan sebesar 0,008<0,005 yang menunjukkan variabel retribusi

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


72
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap belanja langsung kabupaten

dan kota di Sulawesi Tengah, yang berarti bahwa semakin besar jumlah retribusi

daerah maka jumlah belanja langsung juga semakin besar.

Berdasarkan hasil penelitian untuk daerah kabupaten dan kota di Sulawesi

Tengah, kontribusi retribusi daerah dalam kurun waktu penelitian yaitu tahun 2011

2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 39,00 persen. Retribusi daerah

memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten

dan Kota di Sulawesi Tengah dibandingkan pajak daerah. Peranan retribusi daerah

terhadap belanja langsung Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah sesuai hasil

penelitian memiliki nilai koefisien Beta distandarisasi yang besar dari pajak dan

merupakan variabel independen yang memiliki peranan (kontribusi) besar yang

diteliti.

Retribusi daerah untuk seluruh Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah

menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Walaupun terjadi penurunan cukup

signifikan pada beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah tetapi adapun yang

menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Hasil ini menunjukkan untuk

pendapatan asli daerah kontribusi terbesar disumbangkan oleh retribusi daerah,

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah objek retribusi daerah lebih

banyak dari pajak daerah, sehingga potensi penerimaannya lebih besar, selain itu

kesadaran masyarakat pengguna jasa pelayanan dalam melakukan pembayaran. Serta

menandakan bahwa pengelolaannya menuju kearah yang lebih baik, hal ini juga

mengindikasikan adanya upaya yang keras dari pemerintah kabupaten dan kota untuk

mengoptimalkan penerimaan retribusi daerah yang merupakan bagian dari

pendapatan daerah.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


73
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Sejalan dengan hasil penelitian ini, menurut Davey (1998) (dalam

Panggabean, 2009) mengatakan bahwa retribusi merupakan sumber pendapatan yang

sangat penting dan hasil retribusi hampir mencapai setengah dari seluruh pendapatan

daerah. Dalam dimensi potensi daerah yang demikian itu, pemerintah daerah

hendaknya dapat mengembangkan inisiatif dan upaya untuk meningkatkan

penerimaan retribusi daerah.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk

meningkatkan pendapatan daerah adalah melakukan intensifikasi yaitu dengan cara

mengefektifkan perda-perda yang mengatur tentang retribusi dan melakukan

ekstensifikasi yaitu dengan cara melakukan identifikasi sumber pendapatan untuk

mencari peluang-peluang penerimaan retribusi yang baru dan menghitung potensi

pendapatan riil yang dimiliki oleh daerah dengan metode perhitungan yang

sistimatika dan rasional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan metode

analisis regresi berganda, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara simultan memberikan pengaruh


signifikan terhadap Belanja Langsung Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
2. Pajak Daerah memberikan pengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
3. Retribusi Daerah memberikan pengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu


74
JURNAL RISET Bussiness and Government
Vol. 05 No.01. Maret 2016. ISSN: 2355-7516 Mutiara Mashita Diapati; Hal 57-74

Daftar Rujukan

Bastian, I. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Penerbit Salemba.

Davey, K, J. 1998. Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktik-Praktik Internasional


dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga. Terjemahan Anarullah. Dkk. UI-
Press.Jakarta.

Halim, A. 2001. Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama.


Yogyakerta: UPP AMP YKPN.

_______. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umu (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Study Kasus Kabupaten/Kota di
Jawa dan Bali. Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Malang: Bayumedia


Publishing.

Panggabean, Henri. 2009. Pengaruh Pendapatan Alsi daearh Terhadap Belanja


Daerah di Kabupaten Toba Samosir. Tesis Program Pascasarjana Magister
Sains Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

Syahputra, Indra. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan
Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Sidik. M. 2002. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan


Desentralisasi Fiskal (Natara Teori dan Aplikasinya di Indonesia). Yogyakarta.
UPP AMP YKPN.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah


Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Retribusi Daerah.

Program Pascasarjana STIE PB-Palu

S-ar putea să vă placă și