Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah_Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan anak ini masih memiliki kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan sarannya agar kami dapat
menutupi kekurangan dalam menyusun asuhan keperawatan berikutnya.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR :
BAB I :..
A. DEFENISI :.
B. ETIOLOGI :
C. PENYEBAB :
D. PATOFISIOLOGI :...
E. KOMPLIKASI : .
F. PENATALAKSANAAN : ..
G. MANIFESTASI KLINIS :..
H. PATHWAY : ...
BAB II :...
A. PENGKAJIAN :.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
C. INTERVENSI
BAB III:
KESIMPULAN:..
SARAN :
DAFTAR PUSTAKA:.
BAB I
PENDAHULUAN
I .Konsep Medis
A. Defenisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit
ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief,
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)
B. Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal tersebut
dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang
bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria,
hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta
alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( wong de jong. 1996 )
C. Penyebab
D. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau
urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi
meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan
magnesium pospat (long. 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori ;
Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal
kemudian timbul menjadi batu.
Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida
dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat
ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu
batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urat yanga berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G . Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak
dan pemberian diuretik. bendofluezida 5 10 mg/hr.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut)
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah
dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih
G. Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis
atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium,leukosit meningkat.
( gmb. Ginjal rusak)
( ginjal dg permukan batunya)
H. Pathway
Diet tiggi purin Duduk terlalu lama Mineral kalsium pd air
Batu ginjal
Resiko - cairan
BAB II
PEMBAHASAN
. Pengkajian
a. Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu, riwayat penyakit
keluarga.
b.Aktifitas/Istirahat.
c Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi
D. Eliminasi
E. Mual dan muntah
F. Makan dan Minum
G. Nyeri / rasa tidak nyaman
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,skala
nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai
menimbulkan kokik atau tidak.
H. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
I. Respon emosi : cemas
J. Pengetahuan tentang penyakitnya
K. Pemeriksaan Fisik
-Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
-Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.
-Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin.
-Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis
-inspeksi tanda obstruksi : berkemih dengan jumlah urin sedikit,oliguria,anuria
. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien biasanya lemah.
Kesadaran komposmetis.
Adanya rasa nyeri.
2. Kulit
Teraba panas.
Turgor kulit menurun.
Penampilan pucat.
3. Pernafasan
Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler
Takicardi.
Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal
Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen
Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis
Dalam BAK produksi urin tidak normal.
Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
L. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu
foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung
batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan
pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG)
Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,
selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai
unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.
DIAGNOSA
Diagnosa preoperasi
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sekunder terhadap iritasi batu dan spasme otot
polos
3. Resiko infeksi berhubungan dengan statis urine dan adanya benda asing
4. Resiko mengalami defisit cairan berhubungan dengan neusea, muntah.
5.Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional
Diagnosa post operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen injuri: mekanik)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
3. Defisit self care
. Intervensi
DX 1 :Nyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
1. Kaji setatus nyeri klien ( P,Q,R,S,T).
2. Ajarkan teknik relaksasi ( imajinasi, distraksi,) untuk mengurangi nyeri.
3. Observasi reaksi verbal dan non verbal klien dari ketidaknyamanan.
4. Evaluasi pengalaman nyeri klien.
5. Tingkatkan istirahat.
6. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
7. Bantu klien mengatur posisi untuk mengurangi keluhan.
8. Kolaborasi medik pemberian analgetik
. Evaluasi
Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan sampai pelaksanaan
apakah ada hasil atau tetap.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
Saran:
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.
3. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
4. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
5. NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
6. Nursalam, 2006., askep pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, edisi 1, salemba
medika, jakarta