Sunteți pe pagina 1din 15

DI SUSUN OLEH KELOMPOK

1. SITTI LILIS SURIYANI.S (211086)


2. SRI DITA INTANWATI (211083)
3. ANNISA MARDATILLA(211047)
4. RIZAL (211078)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah_Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA


NEFROLITHIASIS Dan merupakan salah satu tugas yang di berikan oleh dosen pengajar.

Kami menyadari bahwa asuhan keperawatan anak ini masih memiliki kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan sarannya agar kami dapat
menutupi kekurangan dalam menyusun asuhan keperawatan berikutnya.

Makassar juli 2013

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR :

BAB I :..
A. DEFENISI :.
B. ETIOLOGI :
C. PENYEBAB :
D. PATOFISIOLOGI :...
E. KOMPLIKASI : .
F. PENATALAKSANAAN : ..
G. MANIFESTASI KLINIS :..
H. PATHWAY : ...

BAB II :...

A. PENGKAJIAN :.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
C. INTERVENSI

BAB III:

KESIMPULAN:..

SARAN :

DAFTAR PUSTAKA:.
BAB I

PENDAHULUAN

I .Konsep Medis

A. Defenisi

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit
ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief,
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

B. Etiologi

Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal tersebut
dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang
bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria,
hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta
alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( wong de jong. 1996 )

C. Penyebab

Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis


tubulus renal, mieloma multiple.
Dehidrasi kronik.
Imobilitas yang lama.
Metabolisme purin abnormal (hiperuri semia dan pirai).
Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan absorbsi
oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.
(Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI,
Jakarta, 2000)

D. Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau
urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi
meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan
magnesium pospat (long. 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori ;

Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal
kemudian timbul menjadi batu.
Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida
dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat
ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu
batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urat yanga berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

E. Komplikasi

Infeksi dan obstruksi.


Urotiliasis.
Kerusakan fungsi ginjal.
Gagal ginjal akut.
Gagal ginjal kronis.

F. Penatalaksanaan
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G . Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak
dan pemberian diuretik. bendofluezida 5 10 mg/hr.

2. Terapi mekanik (Litotripsi)


Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut.

3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut)
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah
dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih

G. Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis
atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium,leukosit meningkat.
( gmb. Ginjal rusak)
( ginjal dg permukan batunya)

H. Pathway
Diet tiggi purin Duduk terlalu lama Mineral kalsium pd air

Ph urin berubah Kristal batu

Batu ginjal

Menghambat aliran urin Nefrotomi


(obstruksi)

Muntah Tekanan hidrostatik meningkat Cemas


& Mual

Iritasi kurang pengetahuan

Resiko - cairan

Nyeri akut resiko infeksi

Gangguan pola tidur

BAB II
PEMBAHASAN

II. Konsep Keperawatan

. Pengkajian
a. Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu, riwayat penyakit
keluarga.

b.Aktifitas/Istirahat.

c Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi
D. Eliminasi
E. Mual dan muntah
F. Makan dan Minum
G. Nyeri / rasa tidak nyaman
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,skala
nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai
menimbulkan kokik atau tidak.
H. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
I. Respon emosi : cemas
J. Pengetahuan tentang penyakitnya
K. Pemeriksaan Fisik
-Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
-Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.
-Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin.
-Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis
-inspeksi tanda obstruksi : berkemih dengan jumlah urin sedikit,oliguria,anuria
. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
Klien biasanya lemah.
Kesadaran komposmetis.
Adanya rasa nyeri.

2. Kulit
Teraba panas.
Turgor kulit menurun.
Penampilan pucat.

3. Pernafasan
Pergerakan nafas simetris.

4. Cardio Vaskuler
Takicardi.
Irama jantung reguler.

5. Gastro Intestinal
Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen
Tampak pucat.

7. Geneto Urinalis
Dalam BAK produksi urin tidak normal.
Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

L. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu
foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung
batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan
pielografi retrograd.

Ultrasonografi (USG)
Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,
selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai
unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.

DIAGNOSA
Diagnosa preoperasi
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sekunder terhadap iritasi batu dan spasme otot
polos
3. Resiko infeksi berhubungan dengan statis urine dan adanya benda asing
4. Resiko mengalami defisit cairan berhubungan dengan neusea, muntah.
5.Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional
Diagnosa post operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen injuri: mekanik)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
3. Defisit self care
. Intervensi
DX 1 :Nyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
1. Kaji setatus nyeri klien ( P,Q,R,S,T).
2. Ajarkan teknik relaksasi ( imajinasi, distraksi,) untuk mengurangi nyeri.
3. Observasi reaksi verbal dan non verbal klien dari ketidaknyamanan.
4. Evaluasi pengalaman nyeri klien.
5. Tingkatkan istirahat.
6. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
7. Bantu klien mengatur posisi untuk mengurangi keluhan.
8. Kolaborasi medik pemberian analgetik

DX 2 : Resiko mengalami defisit cairan b.d neusea, muntah


Tujuan : Tidak terdapat tanda- tanda dehidrasi
Intervensi :
1. Amati dan catat kelainan spt muntah
2. Beri diet sesuai program
3. Beri intake cairan 3000 ml 4000 ml / hari.
4. Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 4000 ml/hr.
5. Observasi tanda- tanda dehidrasi
6. Observasi intake dan out put cairan klien
7. Kolaborasi pemberian cairan intra vena

DX 3 : Cemas b/d perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional


Tujuan : Klien tidak lagi cemas
Intervensi :
- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya
- Jelaskan seluru prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul
pada saat melakukan tindakan
- Berikan informsi mengenai diagnosa,prognosis,dan tindakan
- Gunakan pendekatan dan sentuhan untuk mengurangi kecemasan pasien
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pilihan yang realistis mengenai aspek perawatan saat ini

DX 4: Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif


Tujuan : Infeksi terkontrol
Intervensi :
1. Observasi area post op dari tanda- tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri,
panas,bengkak,adanya fungsiolesa
2. Monitor TTV
3. Catat hasil laboratorium( leukosit, protein,albumin)
4. Gunakan tehnik sterilisasi saat perawatan luka.
5. Dorong paasien untuk banyak istirahat.
6. Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi.
7. Kolaborasi medik pemberian antibiotic

Pelaksanaan atau Implementasi


Tahapan dalam melakukan sesuatu yang telah direncanakan dan untuk melakukan
perencanaan tersebut harus ada pelaksanaan.

. Evaluasi
Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan sampai pelaksanaan
apakah ada hasil atau tetap.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah
jeruk. Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.

Saran:

Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.
3. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
4. Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
5. NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
6. Nursalam, 2006., askep pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, edisi 1, salemba
medika, jakarta

S-ar putea să vă placă și