Sunteți pe pagina 1din 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perkembangan pariwisata di Bali saat ini lebih terkonsentrasi di Bali
selatan. Jika ditelusuri, (Kompas, 16/05/2013) pariwisata pun lebih banyak
terpusat di wilayah Bali Selatan, yang dikenal dengan sebutan Sarbagita
(Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan). Dua pertiga
ekonomi Bali didominasi oleh wilayah selatan. Tak kurang dari Rp 44
triliun kegiatan ekonomi berputar di wilayah ini. Kesenjangan antar daerah
terjadi. Hal ini dikarenakan letaknya yang dekat dengan Bandar Udara
Ngurah Rai, terutama daerah pesisir yang menjadi daya tarik kuat
wisatawan.
Keterpusatan pembangunan daerah pariwisata di bagian selatan
Pulau Bali ini, memunculkan kebutuhan terhadap infrastruktur
pembangunan pariwisata. Namun pengembangan ini terhalang oleh
keterbatasan lahan, sehingga memunculkan ide untuk memaksimalkan
pemanfaatan lahan di daerah pasang surut Teluk Benoa.
Kecurigaan reklamasi atau pengurukan tanah untuk membuat pulau
baru di kawasan Teluk Benoa ini, berawal dari peresmian jalan tol pertama
di Pulau Bali yang terbentang dari Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 29 September 2013 lalu.
Terdapat belokan terputus di ujung jalan tol yang memiliki panjang 12,7
kilometer ini. Munculnya kontroversi datang dari izin reklamasi yang
dikeluarkan gubernur ternyata sebelum pembangunan jalan tol tersebut.
Berawal dari niat PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI)
untuk mereklamasi Teluk Benoa mendapat tanggapan positif oleh
pemerintah kabupaten Badung. Beberapa alasan yang menjadikan
pemerintah daerah mempertimbangkan pemikiran untuk mereklamasi
Teluk Benoa adalah isu tentang alih fungsi lahan di Bali yang membuat
daratan pulau Bali menjadi semakin sempit. Hingga muncul serangkaian

1
kebijakan Gubernur Bali, mulai dari terbitnya SK Nomor 2138/02-
CL/HK/2012 (tentang Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan Kawasan
Perairan Teluk Benoa) yang diduga dilakukan secara diam-diam pada 26
Desember 2012, lantas mendapat penolakan dari masyarakat, baik dari
individu, LSM, Akademisi, dan Anggota DPRD.
Selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor
1727/01-B/HK/2013 tentang Izin Studi Kelayakan Rencana Pemanfaatan,
Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa (sering
disebut sebagai SK Reklamasi Jilid 2) sekaligus mencabut SK Gubernur
Nomor 2138/02-C/HK/2012 (sering disebut SK Reklamasi Jilid 1).
Memiliki lokasi strategis pada jantung pariwisata Bali, yakni
penghubung daerah Nusa Dua, Tanjung Benoa dan Sanur, apalagi setelah
dibangun Jalan Tol Bali Mandara yang menjadi penghubung ketiga daerah
ini membuat Teluk Benoa menjadi perebutan lokasi investasi, kegiatan
pelayanan umum atau infrastruktur penting lainnya. Pihak PT. Tirta
Wahana Bali Internasional (TWBI) menyatakan apabila reklamasi ini
berhasil akan menyerap tenaga kerja yang cukup besar di masa mendatang,
hal ini sebagai dampak langsung perkembangan ekonomi khususnya di
Provinsi Bali.
Teluk Benoa sebenarnya terletak di Kelurahan Tanjung Benoa,
dimana keadaan tanahnya kurang subur dan tidak memungkinan untuk
bercocok tanam. Sehingga pengembangan daerah pariwisata memiliki
peluang besar. Ditambah kawasan Kelurahan Tanjung Benoa dikelilingi
oleh pantai yang indah. Alasan kuat mengapa pemerintah bersikeras
melakukan reklamasi, karena banyaknya terdapat pulau-pulau kecil di
Teluk Benoa, seperti Pulau Pudut yang memerlukan revitalisasi karena
abrasi yang semakin parah. Alih fungsi lahan di Bali yang membuat deretan
Pulau Bali menjadi semakin sempit, sehingga Teluk Benoa dipandang pas
untuk dibuatkan daratan baru sebagai objek wisata terpadu.
Reklamasi tidak hanya berdampak pada kemajuan ekonomi
masyarakat Bali, tapi alam dan budaya yang hidup dimana reklamasi akan

2
dilakukan. Bali yang dikenal dengan sebutan pulau seribu pura memiliki
beragam ritual untuk mensyukuri anugerah yang diberikan alam kepada
masyarakat Bali. Adapun yang disebut warisan leluhur tentang
keseimbangan jagat tertuang dalam konsep Tri Hita Karana. Tri Hita
Karana mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam itu sendiri. Inilah yang
menjadi pedoman masyarakat Bali untuk mengelola sumber daya alam Bali,
dan laut adalah wujud alam yang harus dilindungi.
Adanya reklamasi dikhawatirkan akan berdampak terhadap
lingkungan, karena Teluk Benoa adalah kawasan konservasi dimana
Mangrove, Padang Lamun, dan tumbuhan air lainnya tumbuh subur. Fungsi
Mangrove sendiri adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau
pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Kawasan
Teluk Benoa juga digunakan sebagai sistem penyangga terumbu karang,
yang menjadi tempat hidup biota laut. Terganggunya keseimbangan alam
inilah yang ditakutkan oleh masyarakat Bali yang kontra dengan reklamasi
Teluk Benoa.
Warga Tanjung Benoa mendukung rencana reklamasi, tetapi
Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali,
Lembaga Bali Organic Association (BOA), dan sejumlah pengamat sosial
menolak proyek reklamasi itu (Kompas, 17/07/2013). Wacana mengenai
reklamasi kawasan Teluk Benoa ini mengundang pro dan kontra pada
masyarakat Bali. Media lokal dan nasional pun turut andil dalam
memberitakan mengenai isu reklamasi Teluk Benoa ini.
Dalam pemberitaan yang dilakukan oleh media lokal maupun
nasional, penolakan keras dilakukan oleh komunitas yang
mengatasnamakan Forum Rakyat Bali (ForBALI) bersama Jerinx,
drummer dari band Superman Is Dead (SID) asal Bali, serta didukung oleh
Sekaa Teruna Teruni (STT) yang terdapat di bale banjar setiap desa adat di
Bali. Komunitas Lingkungan Hidup juga aktif melakukan kampanye
menolak reklamasi Teluk Benoa yang dapat membahayakan keseimbangan

3
alam Bali. Warga yang menolak reklamasi Teluk Benoa melakukan demo
di kantor Gubernur Bali, dan di beberapa wilayah kota dan kabupaten yang
ada di Bali.
Atas dasar perbedaan penafsiran dan pertimbangan masalah
lingkungan, sosial dan ekonomi itulah penulis tertarik untuk meneliti
pembingkaian yang dilakukan oleh media massa terutama surat kabar dalam
pemberitaan reklamasi Teluk Benoa. Banyaknya pro dan kontra mengiringi
reklamasi Teluk Benoa inilah, yang membuat isu ini memiliki nilai berita.
Dalam studi ini peneliti meneliti pemberitaan di koran nasional
Harian Kompas dan koran daerah yaitu, Bali Post. Pemilihan media massa
ini dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan sudut pandang kedua
koran tersebut dalam memberitakan reklamasi Teluk Benoa Bali. Dalam hal
ini, bagaimana media massa nasional, Kompas memandang masalah
reklamasi Teluk Benoa dan pihak dari dalam Bali sendiri, yaitu Bali Post.
Mengenai pemilihan koran nasional didasarkan pada beberapa
pertimbangan. Pertama, Harian Kompas memiliki tiras di atas seratus ribu
eksemplar sehingga memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk
membentuk opini masyarakat. Kedua, Harian Kompas memiliki wilayah
distribusi yang cukup luas secara geografis maupun sosiologis. Ketiga,
Harian Kompas dan Bali Post memiliki karakteristik dan basis sosial
ideologi yang berbeda.
Sebelumnya penulis telah melakukan observasi juga terhadap
pemberitaan di Koran Tempo, Media Indonesia (MI) dan Republika.
Namun, dalam segi intensitas dan isi pemberitaan, penulis menganggap,
bahwa Kompas lebih intens memberitakan mengenai isu reklamasi Teluk
Benoa dibanding ketiga koran yang telah disebutkan sebelumnya.
Untuk koran daerah, sebelumnya penulis juga telah membandingkan
Koran Nusa Bali, Tribun Bali dengan Bali Post. Namun demikian, bila
membandingkan jumlah berita, Bali Post lebih intens memberitakan
pergerakan penolakan reklamasi dibanding dua koran lainnya. Kemunculan
pemberitaan reklamasi Teluk Benoa di Bali Post dimulai sejak berakhirnya

4
pemilihan Gubernur Bali, yang memenangkan pasangan I Made Mangku
Pastika dan I Ketut Sudikerta. Sejak saat itu, tertanggal 27 Juni 2013 hingga
bulan Desember 2014 Bali Post hampir setiap hari memberitakan Reklamasi
Teluk Benoa di halaman pertama. Pada Koran Nusa Bali, penulis
mengalami kesulitan untuk mencari berita yang dimuat dalam koran, karena
pemberitaan Nusa Bali tidak terdokumentasi dalam website. Sedangkan
Tribun Bali terbit perdana tanggal 3 April 2014, jauh setelah isu ini muncul
pada Koran Bali Post.
Pertimbangan lain yang juga mempengaruhi penulis memilih Bali
Post, karena Bali Post merupakan koran harian pertama di Bali dengan
oplahnya kini mencapai 100.000 eksemplar setiap harinya. Disamping itu,
slogan yang sering tertera dalam koran Bali Post adalah Pengemban
Pengamal Pancasila yang dimana seharusnya berita yang disajikan
berkualitas, tidak memihak dan tentunya tidak lepas dari nilai-nilai
Pancasila.
Bali Post juga seringkali mengangkat isu reklamasi Teluk Benoa
sebagai headline dalam setiap edisi korannya. Salah satunya adalah berita
dengan judul Bongkar Aktor di balik Reklamasi (Bali Post, 28/11/2014)
dan Bali di Ambang Kehancuran (Bali Post, 16/08/2013).
Dengan adanya perbedaan kecenderungan pemberitaan yang ada di
masing-masing media itu penulis tertarik untuk menjadikan berita dari
Kompas dan Bali Post itu sebagai objek penelitian. Penulis ingin
mengetahui bagaimana perbedaan diantara kedua media tersebut dalam
pembingkaian pemberitaan isu reklamasi Teluk Benoa di Bali.
Tantangan penelitian yang isunya masih dan sedang berjalan adalah
menentukan batas waktu penelitian terkait pemberitaan media. Dalam kasus
reklamasi Teluk Benoa, peneliti membatasi pemberitaan dalam Harian
Kompas dan Koran Bali Post adalah sejak isu ini muncul yaitu pada bulan
Juni 2013 hingga Desember 2014. Kurang lebih satu setengah tahun Bali
Post dan Kompas intens melakukan pemberitaan mengenai reklamasi Teluk
Benoa. Pada jangka waktu tersebut Harian Kompas menerbitkan 24 judul

5
berita dan Koran Bali Post secara signifikan menerbitkan kurang lebih 513
judul berita, dengan rata-rata perhari satu hingga sembilan berita. Ini
membuktikan bahwa isu reklamasi sangat penting di Bali Post. Menginjak
tahun baru 2015, Harian Kompas dan Bali Post mulai surut melakukan
pemberitaan reklamasi. Pemberitaan lebih banyak mengenai jatuhnya
pesawat Air Asia di selat Karimata.
Untuk mengetahui bagaimana Kompas dan Bali Post membingkai
berita reklamasi Teluk Benoa mulai berita itu muncul, maka digunakan
analisis framing. Analisis framing cocok digunakan untuk melihat konteks
sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara berita dan
ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita
membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah dan meruntuhkan
ideologi. (Mulyana dalam Eriyanto, 2012:XV).
Eriyanto (2012:11) menyebutkan analisis framing adalah analisis
yang dipakai untuk melihat bagiamana media mengkonstruksi realitas.
Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami
dan dibingkai oleh media. Untuk melihat bagaimana seleksi isu serta
penekanan terhadap aspek tertentu dari masalah reklamasi Teluk Benoa
dalam pemberitaan Kompas dan Bali Post, penulis menggunakan perangkat
framing model Robert M. Entman. Entman melihat framing dalam dua
dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek
tertentu dari realitas/isu (Eriyanto, 2012:221).
Dampak perang simbolik yang ditunjukan media massa ini
menghasilkan efek mendukung atau menentang, yang dalam bentuk
konkretnya berupa penggambaran positif mengenai diri sendiri dan
penggambaran nada negatif pihak lawan bicara. Masing-masing pihak
mengedepankan perspektif, pandangan, dan pendapat tertentu untuk
menarik dukungan publik (Eriyanto, 2012:232). Begitu pula yang penulis
ingin teliti, apakah sikap pro maupun kontra yang dilakukan masyarakat
Bali ini muncul dengan adanya pandangan yang dibuat oleh koran harian
lokal atau nasional.

6
Framing model Entman digunakan penulis untuk melihat
bagaimana subyektifitas media massa berperan dalam membingkai
peristiwa yang dibentuk oleh beragam aktor yang memiliki kepentingan
berbeda dalam masalah reklamasi Teluk Benoa di Bali.

1.2 Fokus Penelitian


Berdasarkan uraian di atas, fokus penelitian ini adalah bagaimana
Surat Kabar Harian Kompas dan Bali Post mengkonstruksi realitas terkait
isu reklamasi Teluk Benoa.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui cara Kompas dan Bali Post mengkonstruksi realitas
terkait isu reklamasi Teluk Benoa.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan
mengenai pembingkaian berita reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan
oleh media cetak.
2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah penggambaran bagaimana
pembingkaian berita yang dilakukan media dalam memberitakan sebuah
peristiwa, dalam hal ini adalah berita reklamasi Teluk Benoa di Bali.

1.5 Tahapan Penelitian


Dalam menyusun penelitian ini penulis melalui beberapa tahap
yaitu, memilih topik yang akan diangkat, dan terpilih Reklamasi Teluk
Benoa. Setelah itu, penulis melakukan pencarian data dengan mencari
berita-berita mengenai isu tersebut di media cetak. Penulis melakukan
seleksi surat kabar nasional dan lokal, hingga terpilih Kompas dan Bali Post.
Selanjutnya penulis mencari model analisis yang akan digunakan
dalam melakukan penelitian. Teori yang digunakan adalah analisis framing

7
model Robert M. Entman serta teori lain yang relevan dengan penelitian.
Berikutnya melakukan analisis berita di masing-masing surat kabar hingga
menyimpulkan pembingkaian berita di Surat Kabar Harian Kompas dan
Bali Post mengenai isu Reklamasi Teluk Benoa. Berikut tabel tahapan
penelitian:
Tabel 1.1 Tahapan Penelitian

Sumber: olahan peneliti

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengakses kliping Surat Kabar
Harian Kompas di pik.kompas.co.id dan epaper Bali Post di
balipost.com, serta mencari informasi di kantor redaksi Bali Post
Jalan Kepundung 67A Denpasar.
1.6.2 Waktu Penelitian
Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
berlangsung selama delapan bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 -
Juli 2014. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

8
Tabel 1.2 Waktu Penelitian
Bulan
No. Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst
1 Menentukan
topik penelitian,
menentukan
masalah, tujuan
penelitian dan
melakukan
observasi.
2 Menyusun
proposal
penelitian
3 Seminar proposal
skripsi
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Penyusunan
laporan
penelitian
6 Sidang Skripsi

Sumber: olahan peneliti, 2015

S-ar putea să vă placă și