Sunteți pe pagina 1din 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indra yang sangat penting
untuk kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi,
indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat
diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-
orang yang sempurna dengan segla indranya saja mendapat
kesempatan kerja termasuk matanya. Mata merupakan anggota
badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang
masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menibulkan gangguan
yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat enimbulkan
penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakitnya yaitu
glaukoma.
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta
penderita kebutuhan 16% diantaranya disebabkan karena
glaukoma, dan sekitar 0,2% kebutuhan di Indonesia disebabkan oleh
penyakit ini. Sedangkan survei Departemen Kesehatan RI 1982-1996
melaporkan bahwa glaukoma menyumbang 0,45 atau sekitar
840.000 orang dari 210 juta pendududk penyebab kebutaan. Kondisi
ini semakin diperparah dengan pengetahuan dan kesadaraan
masyarakat yang rendah akan bahaya penyakit ini.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di
Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40% penderita glaukoma di
Indonesia yang mengakibatkan kebutaan 0,16% penduduk.
Prevalansi penyakit mata utama di Indonesia adlah kelainan refraksi
24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, part
kornea 0,34%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus
0,12%,. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa
1,20%, glaukoma dan saraf kedua 0,16%, kelainan refraksi 0,11%,
retina 0,09%, kornea 0,06%, lain-lain 0,03%, prevalansi total 1,47%
(Ilyas, 2004).

1
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang mendrita
glaukoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami
gangguan penglihatan, dan hampir70.000 benar-benar buta,
bertambah sebanyak 5500 orang tiap tahun. Untuk itu kali ini
penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan
glaukoma (smeltzer, 2001).

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi glaukoma
2. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
3. Untuk mengetahui etiologi galukoma
4. Untuk mengetahui gambaran klinis glaukoma
5. Untuk mengetahui patofisiologi & pathway glaukoma
6. Untuk mengetahui komplikasi glaukoma
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penungjang pada glaukoma
9. Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada
pasien glaukoma

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi glaukoma
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi glaukoma
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi galukoma
4. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran klinis glaukoma
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi & pathway glaukoma
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi glaukoma
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan glaukoma
8. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penungjang pada
glaukoma
9. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian asuhan
keperawatan pada pasien glaukoma

2
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berati hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil
penderita glaukoma (Ilyas, 2006).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-
jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan.

B. Klasifikasi Glaukoma
Menurut Ilyas (2003) klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut:
a. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meli[uti kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf
optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dangen pengingkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningakatan
tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2. Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)

3
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penmbahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba meningkatnya TIO, dspat berupa nyeri mata yang
berat, penglihatan yang kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil,
bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma sekunder
Dimana glaukoma timbul akibat kelainan didalam bola mata, yang dapat
disebabkan (kelainan lensa, katarak immature, hipermatur dan dislokasi lensa;
kelainan uvea, uveitis anterior; trauma, hifema, inkarserasi iris; pasca bedah,
blokade pupil, goniosikenekia). Terjadi dari peradangan mata, perubahan
pembuluh darah dan trauma.

c. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital adalah suatau dmana tekanan bola mata tidak normal.
Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara
15-20 mmHg. Glaukoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari
pada glaukoma pada orang dewasa. Glaukoma kongenital biasanya disebabkan
oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan
baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran
mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

4
d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaokoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papilatrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan
rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma
absolut dapat dengan memberikan sinar eta pada badan sliar, alkohol retrobuller
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.

C. Etiologi

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan
yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.

Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf


optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus
berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.
Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

D. Gambaran Klinis

1) Glaukoma primer

5
a) Glaukoma sudut terbuka
Kerusakan visus yang serius
Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
Perjalanan penyakit progresif lambat
b) Glaukoma sudut tertutup
Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat

sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan

lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.


2) Glaukoma sekunder
Pembesaran bola mata
Gangguan lapang pandang
Nyeri didalam mata
3) Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan

6
E. Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar

Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama

terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor

diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam

sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar

atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor

melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan

evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan

retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara

bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea

sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik serta retina adalah irreversible

dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan

kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang

pandang.

7
F. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Kurang


Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Kebutaan

G. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2009) komplikasi glaukoma terdiri dari :
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupan sudut
akut adalah suatu kedaruratan medis.
2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perubahan
kondisi jantung, pernapasan, atau neurologis.
3. Sinelia anterior perifer

8
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar.
4. Katarak
Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang
membengkakmendorong iris lebih jauh kedeapan yang akan menambah hambatan
pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
5. Atrofi retina dan saraf optik
Daya tahan saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk.
Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan
sel-sel ganglion.

H. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang
akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata
sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea,
hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat
tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal


Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan
mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus.
Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

9
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV,
massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal
atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25
mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain
(Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik
yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan
pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan
yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa
dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami
klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang
dideritanya ataupun tidak.

10
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure
30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal
pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat
tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup,
sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma,
bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar
radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
Bagaimana nafsu makan klien
Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan
dan nafsu makan

11
Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah

c. POLA ELIMINASI
Kaji kebiasaan defekasi
Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
Kaji kebiasaan miksi
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,
nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung
atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
Kaji kekuatan tonus otot
Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat
klien
sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga
pola tidur klien tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI

12
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
Pendengaran : DBN / tidak
Peglihatan :DBN / tidak
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas
nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang
biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien
menggambarkannya.
Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien
tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami
gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu
dll
Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik

13
Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang
mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
keluarga / orang lain
Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi
stress
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit
yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk
hebat saat melakukan hubungan intim
Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari
mereka yang mengalami penyakit mata.

k. POLA KEYAKINAN-NILAI
Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup

14
Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang ditandai
dengan mual muntah.
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan,
adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadaian hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interprestasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

C. Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


. Keperawatan Hasil
1. Nyeri Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
berhubungan tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
dengan keperawatan selama menentukan terapi
b. Pantau derajat nyeri
b. Untuk
peningkatan 1 x 24 jam
mata setiap 30 mentit
mengidentifikasi
tekanan diharapakan nyeri
selama masa akut
kemajuan atau
intraokuler hilang/ berkurang
penyimpanan dari
(TIO) yang dengan Kriteria
hasil yang
ditandai Hasil:
Klien dapat diharapkan.
dengan mual
c. Pertahankan istirahat c. Mengurangi
muntah. mengidentifikasi
di tempat tidur dalam rangsangan terhadap
penyebab nyeri
Klien ruangan yang tenang syaraf sensori dan
menyebutkan dan gelap dengan mengurangi TIO
faktor-faktor kepala ditinggikan

15
yang dapat 30 atau dalam posisi
meningkatkan nyaman
d. Berikan lingkungan
nyeri d. Stress dan sinar
Klien mampu yang nyaman
menimbulkan TIO
melakukan yang mencetuskan
tindakan untuk nyeri
mengurangi e. Anjurkan tehnik e. Keadaan rileks dapat
nyeri. relaksasi. mengurangi nyeri.
Ekspresi wajah f. Kolaborasi tentang f. untuk mengurangi
rileks pemberian analgesic nyeri

2. Gangguan Setelah dilakukan a. Pastikan derajat/tipe a. Mempengaruhi


persepsi tindakan kehilangan harapan masa depan
sensori keperawatan selama penglihatan pasien dan pilihan
penglihatan 1 x 24 jam intervensi.
b. Sementara intervensi
berhubungan diharapakan b. Dorong
dini mencegah
dengan penggunaaan mengekspresikan
kebutuhan, pasien
gangguan penglihatan dengan perasaan tentang
menghadapi
penerimaan, optimal dengan kehilangan/kemungki
kemungkinan atau
gangguan Kriteria Hasil: nan kehilangan
pasien akan mengalami
status organ penglihatan.
berpartisipasi pengalaman
ditandai
dalam program kehilangan
dengan
pengobatan penglihataan sebagian
kehilangan
pasien akan atau total. Meskipun
lapang
mempertahanka kehilangan
pandang
n lapang penglihatan telah
progresif.
ketajaman terjadi tak dapat
penglihatan diperbaiki (meskipun
tanpa kehilangan dengan pengobatan),
lebih lanjut kehilangan lanjut
dapat dicegah.
c. Tunjukkan pemberian c. Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan

16
menghitung tetesan, penglihatan lanjut
mengikuti jadwal,
tidak salah dosis
d. Lakukan tindakan
d. Menurunkan bahaya
untuk membantu
keamanan sehubungan
pasien menangani
dengan perubahan
keterbatasan
lapang
penglihatan, contoh,
pandang/kehilangan
kurangi kekacauan,
penglihatan dan
atur perabot, ingatkan
akomodasi pupil
memutar kepala ke
terhadap sinar
subjek yang terlihat;
lingkungan
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
e. Kolaborasi obat
e. Diharapkan dapat
sesuai indikasi
mempercepat proses
penyembuhan
3. Ansietas Setelah dilakukan a. Kaji tingkat ansietas, a. Faktor ini
berhubungan tindakan derajat pengalaman mempengaruhi
dengan faktor keperawatan selama nyeri/timbulnya gejala persepsi pasien
fisiologis, 1 x 24 jam tiba-tiba dan terhadap ancaman diri,
perubahan diharapakan cemas pengetahuan kondisi potensial siklus
status hilang atau saat ini ansietas, dan dapat
kesehatan, berkurang dengan mempengaruhi upaya
adanya nyeri, Kriteria Hasil: medik untuk
Pasien tampak
kemungkinan/ mengontrol TIO
rileks dan b. Berikan informasi b. Menurunkan ansietas
kenyataan
melaporkan sehubungan dengan
kehilangan yang akurat dan jujur.
ansietas ketidaktahuan/harapan
penglihatan Diskusikan
menurun sampai yang akan datang dan
ditandai kemungkinan bahwa
tingkat dapat memberikan dasar
dengan pengawasan dan
daiatasi fakta untuk membuat
ketakutan, pengobatan dapat
Pasien pilihan informasi
ragu-ragu, mencegah kehilangan

17
menyatakan menunjukkan penglihatan tambahan tentang pengobatan
c. Dorong pasien untuk c. Memberikan
masalah keterampilan
mengakui masalah kesempatan untuk
tentang pemecahan
dan mengekspresikan pasien menerima
perubahan masalah
Pasien perasaan situasi nyata,
kejadaian
menggunakan mengklarifikasi salah
hidup
sumber secara konsepsi dan
efektif pemecahan masalah
d. Memberikan
d. Identifikasi
keyakinan bahwa
sumber/orang yang
pasien tidak sendiri
menolong
dalam menghadapi
masalah
4. Kurang Setelah dilakukan a. Diskusikan perlunya a. Vital untuk
pengetahuan tindakan menggunakan memberikan informasi
(kebutuhan keperawatan selama idenifikasi, contoh pada perawat pada
belajar ) 1 x 24 jam gelang Waspada- kasus darurat untuk
tentang diharapakan Klien Medik menurunkan risiko
kondisi, tmengetahui tentang menerima obat yang
prognosis, dan kondisi, prognosis dikontraindikasikan
pengobatan dan pengobatannya (contoh atropin)
b. Meningkatkan
berhubungan dengan Kriteria b. Tunjukkan teknik
keefektifan
dengan Hasil: yang benar untuk
pengobatan.
terpajan/tak Klien pemberian tetes mata.
Memberikan
mengenal menyatakan Izinkan pasien
kesempatan untuk
sumber, pemahaman mengulang tindakan
pasien menunjukkan
kurang kondisi,
kompetensi dan
mengingat, prognosis, dan
menanyakan
salah pengobatan
pertanyaan.
interprestasi Mengidentifika c. Penyakit ini dapat
ditandai si hubungan c. Kaji pentingnya
dikontrol, bukan
dengan antar mempertahankan
diobati, dan
pertanyaan, gejala/tanda jadwal obat, contoh
mempertahankan
pertanyaan dengan proses tetes mata.
konsistensi program

18
salah persepsi, penyakit Diskusikan obat obat adalah kontrol
tak akurat Melakukan yang harus dihindari, vital. Beberapa obat
mengikuti proseddur cth: tetes midriatik menyebabkan dilatasi
instruksi, dengan benar (atropin/propantelin pupil, peningkatan TIO
terjadi dan bromin), kelbihan dan potensial
komplikasi menjelaskan pemakaian steroid kehilangan penglihatan
yang dapat alasan tindakan topikal tambahan.
d. Efek samping
dicegah
d. Identifikasi efek
obat/merugikan
samping/reaksi
mempengaruhi rentang
merugikan dari
dari nyaman sampai
pengobatann, cth:
ancaman kesehatan
penurunan selera
berat.
makan,
mual/muntah, diare,
kelemahan dll
e. Pola hidup tenang
e. Dorong pasien
menurunkan respons
membuat perubahan
emosi terhadap stres,
yang perlu untuk
mencegah perubahan
pola hidup
okuler yang
mendoroong iris
kedepan, yang dapat
mencetuskan serangan
akut.
f. Dapat meningkatkan
f. Dorong pasien
TIO mencetuskan
menghindari
serangan akut.
aktivitas, seperti
mengakat
berat/mendorong,
menyekop salju,
menggunakan baju
ketat/sempit
g. Tindakan untuk
g. Diskusikan
mempertahankan
pertimbangan diet,

19
cth: cairan adekuat, konsistensi feses untuk
makanan berserat menghindari
konstipasi/mengejan
selama defekasi
h. Pentingnya untuk
h. Tekankan
mengawasi
pentingnya periksa
kemajuan/pemeliharaa
rutin
n penyakit untuk
memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
i. Upaya tindakan perlu
i. Nasehatkan pasien
untuk mencegah
untuk melaporkan
kehilangan
dengan cepat nyeri
penglihiatan
mata hebat,
lanjut/komplikasi lain,
inflamasi,
contoh robek retina
peningakatan
fotofobia,
peningkatan
lakrimasi, perubahan
lapang pandang,
penglihatan kabur,
kilatan siinar/partikel
ditengah lapang
j. Kecenderungan
pandang
j. Anjurkan anggota herediter dangkalnya
keluarga memeriksa bilik anterior,
secara teratur tanda menempatkan anggota
glaukoma keluarka berisikopada
konsis ini

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

20
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan glaukoma adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang
ditandai dengan mual muntah.
dengan KE :
- Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan.
2) Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
dengan KE :
- Mengidentifikasikan tipe perubahan visual yang dapat terjadi saat TIO
meningkat di atas level aman
- Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual
- Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan
pengobatan.
3) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan,
adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadaian hidup.
dengan KE:
- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
- Menggunakan sumber secara efektif
4). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interprestasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat
dicegah.
dengan KE:
- Mengidetifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpualan
Glaukoma adalah suatu tekanan intraokuler/tekanan dalam bola
mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf
optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS Mata dr. YAP,
2009). Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan
gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata,
penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan
mata (Ilyas,2006).

Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus pasien dengan


glaukoma ada 4, yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler


(TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
b. Gangguan persepsi sensosi penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai
dengan kehilangan lapang pandang progesif.
c. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan
status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
ragu0ragu, menyatakan masalah tantang perubahan kejadian
hidup
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi ditandai dengan pertanyaan, pertanyaan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi
yang dapat dicegah.

B. Saran

Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara


cepat lakukan pemerikasaan dini agar glaukoma dapat segera
dittanganin dan tidak berkelanjutan. Kewaspadaan terhadap
glaukoma juga seharusnya lebih diperhatikan dan ditingkatkan,

22
dengan cara melakukan pemerikasaan berkala minimal 2 kali
setahun, terutama bagi mereka yang memiliki resiko terkena
glaukoma.

23
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC

Ilyas, S. (2006). Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Burunner &suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glaukoma. 182405245-77740809-A1-Glaukoma-


pdf (diakses maret 2015)

24

S-ar putea să vă placă și