Sunteți pe pagina 1din 54

Tugas kewarganegaraan

PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain
Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas
sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.

Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan
oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnyapun berbeda-beda. Nilai-nilai
tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting
karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh karena itu nasionalisme dan
integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa
Indonesia tidak kehilangan Identitas.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-
nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di
bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di
dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan
beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa,
mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional.

Identitas Nasional Bangsa

Dilihat dari segi bahasa idntitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang dapat diatikan
sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri- ciri adalah suatu yang menandai suatu benda atau
orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti

1. identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau
sebuah benda.

2. Identitas ata jati diri dapat berupa surat keterangan yang menjelaskan pribadi sesorang dan
riwayat hidp seseorang.

Sedangka nasional berasal dari bahasa inggris national yang dapat diatika sebagai warga
negara kebangsaan. Jadi identitas nasional berasal dari kata national identity yang dapat
diartikan sebagai kepribadian nasional atau jati diri nasional. Kepribadian nasional atau jati diri
nasional adalah jati diri yang dimiliki suatu bangsa.

Identitas nasinal terbentuk sebagai rasa bahwa bangsa Indonesia mempunyai pengalaman
bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan dalam
interaksi karena di dalam setiap interaksi para pelaku mengambil suatu posisi dan berdasarkan
posisi tersebut para pelaku menjalankan peran-perannya sesuai dengan corak interaksi yang
berlangsung, maka dalam berinteraksi seseorang berpedoman pada kebudayaanya . Jika
kebudayaan dikatakan bagian dari identitas nasional maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan
pedoman bagi manusia untuk berbuat dan brtingkah laku.

Jadi pengertian identitas nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat
pancasila dan juga sebagai ideologi Negara sehingga mempunyai keduduka paling tinggi dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang beraku
di Indonesia dalam ati lain juga sebagai Dasar negara yang merupakan norma peraturan yang
harus dijunjung tinggi oleh semua warga negara tanpa kecuali rule of law yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban warga ngara, demokrasi serta hak asasi manusia yang
berkembang semakin dinamis di Indonesia.

Contoh Identitas Nasinal Bangsa Indonesia

1. Bahasa Nasional atau bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia

2. Bendera Negara yaitu Bendera sang merah putih

3. Lgu kebangsaan yaitu Indonesia Raya

4. Lambang Negara yaitu Pancasila

5. Semboyan Negara yaitu Bhieneka Tunggal Ika

6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila

7. Konstitusi (Dasar Hukum) negara yaitu UUD 1945

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

9. Konsepsi wawasan nusantara

10. Kebudayaan daerah yang diterima sebaga kebudayaan nasional.

Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi
yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada
diskriminasi semacam ini.

Pada hakekatnya hukum merupakan penceminan dari jiwa dan pikiran rakyat
(volkgeist). Konstitusi dasar Negara kita, secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara yang berlandaskan hukum (Rechtstaats). Salah satu unsur yang dimiliki oleh
negara hukum adalah pemenuhan akan hak-hak dasar manusia (fundamental rights). Namun
situasi dan kondisi Negara kita hari ini, justru semakin menjauhkan masyarakat, terutama
masyarakat miskin, dari keadilan hukum (justice of law). Masyarakat miskin, marginal,
terpinggirkan dan yang sengaja dipinggirkan,belum mempunyai akses secara maksimal terhadap
keadilan.

Sebuah Yuridis Terhadap Bantuan Hukum


Bantuan hukum merupakan salah satu hak dasar warga Negara. Hanya yang menjadi
permasalahan utama disini adalah, apakah bantuan hokum ini dapat diperoleh dengan mudah
(acces to abiality) oleh masyarakat atau tidak, termasuk pada aspek jaminan ekonomisnya. Satu
contoh sederhana dapat kita lihat dalam penggunaan jasa advokat sebagai tenaga bantuan hokum
formal (legal aid), yang diakui dalam system hokum kita. Begitu banyak mmasyarakat yang
enggan menggunakan jasa advokat ini karena dianggap terlalu mahal. Ibarat system pendidikan
yang kian mahal hari ini, sehingga akses masyarakat semakin terbatas, demikian pulalah yang
terjadi dalam system hokum kita hari ini. Bantuan hokum yang seharusnya menjadi hak dasar
warga Negara, justru terasa jauh dari apa yang diamanahkan oleh konstitusi dasar Negara kita.
Contoh Hak Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan
masing-masing yang dipercayai
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari
serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku
Kewajiban : Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Contoh : melaksanakan tata tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan dosen dengan
sebaik baiknya dan sebagainya.
B. Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945 Pasal 30.
Di tegaskan bahwa tiap tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara. Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia,sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara, serta hal hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang undang.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan kewajiban
tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2)
menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3) menyebutkan tugas TNI sebagai
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Ayat (4)
menyebut tugas Polri sebagai melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan menegakkan
hukum. Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan TNI dan Polri
dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, diatur
dengan undang-undang (UU). Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski
TNI dan Polri berbeda dalam struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi
masing-masing keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta. Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara
(hanneg) dan keamanan negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-
undang yang membangun adanya ke-sistem-an yang baik dan benar.
Tanggal 8 Januari Tahun 2002 DPR melahirkan UU No 2 dan UU No 3 Tahun 2002, masing-
masing tentang Polri dan tentang Hanneg, hasil dari Ketetapan MPR No VI dan VII Tahun 2000
tentang Pemisahan TNI dan Polri . Pada 18 Agustus 2000 Komisi Konstitusi meresmikan
Amandemen Kedua UUD 1945 yang menghasilkan Ayat (2) Pasal 30 UUD 1945 dengan
rumusan sistem han dan kam serta ra dan ta . Pada Agustus 2003 Ketetapan I MPR
Tahun 2003 menggugurkan Ketetapan VI dan VII MPR Tahun 2000 setelah ada perundang-
undangan yang mengatur Polri dan tentang Hanneg. Pertengahan Oktober 2004 DPR meluluskan
UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Dengan demikian, pada awal Maret 2005 telah ada UU tentang Hanneg, UU tentang Polri, dan
UU tentang TNI. Namun, hingga kini belum ada UU tentang Keamanan Negara guna
merangkai Kamneg dalam satu sistem dengan Hannneg (kata dan antara han dan kam
untuk membedakan dan memisahkan organisasi TNI dari Polri). Sayang, UU tentang Polri, UU
tentang Hanneg, dan UU tentang TNI sama sekali tidak menyebut sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta sebagai landasan pokok pemikiran bahwa ada kaitan sinergis antara
fungsi pertahanan negara dan keamanan negara.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku
di wilayah negara indonesia
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat
memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dahulu arti Identitas Nasional.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu cirri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Maka dari itu
setiap bangsa didunia ini memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
cirri-ciri serta karakter bangsa tersebut.

Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional yang dijelaskan di atas maka dapat
disumpulkan identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejaranhnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter
yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu kesatuan nasional.

1. Apa pengertian Identitas Nasional?

2. Apa sajakah Unsur-unsur Identitas Nasional?

3. Apa kaitan globalisasi dengan Identitas Nasional?

4. Apa pengertian hakikat bangsa

5. Apa pengertian bangsa dan Negara?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Identitas Nasional

2. Untuk mengetahui unsure-unsur Identitas Nasional

3. Untuk mengetahui keterkaitan globalisasi dengan Identitas Nasional

4. Untuk mengetahui pengertian hakikat bangsa

5. Untuk mengetahui pengertian bangsa dan Negara

A. Pengertian Identitas Nasional

Dilihat dari segi bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu yang dapat diartikan
sebagai cirri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai suatu
benda atau orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti :

1. Identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang
atau sebuah benda.

2. Identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi
seseorang dan riwayat hidup seseorang.
Sedangkan nasional berasal dari bahasa inggris national yang dapat diartikan sebagai
warga Negara atau kebangsaan. Jadi identitas nasioanl berasal dari kata national
identity yang dapat diartikan sebagai kepribadian nationa atau jati diri national.
Kepribadian nasional atau jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu
bangsa.

Indonesia terbentuk sebagai rasa bahwa bangsa Indonesia mempunyai pengalaman


bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan
dalam interaksi karena di dalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu
posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-perananannya
sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung, maka dalam berinteraksi seorang
berpedoman kepada kebudayaannya. Jika kebuadayaanya dikatakan bagian dari identitas
nasional maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat
dan bertingkah laku.

Menurut (WibisonoKoento :2005) kata identitas berasal dari bahasa inggris identity yang
memiliki pengertian harfiah cirri-ciri, tanda-tanda, atau jari diri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.

Dalam terminology antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri. Adapun kata
nasioanl merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar
yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti, budaya, agama, dan bahasa,
maupun nonfisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok
inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa dan identitas nasional yang pada
akhirnya melahirkan tindakan kelompok (colectiva action) yang diwujudkan dalam
bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata
nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme. Bila dilihat
dalam konteks Indonesia maka identitas nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku
yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan
acuan Pancasila dan roh Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya.

B. Unsur-Unsur Identitas Nasional

Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukn itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan, dan bahasa.

Suku bangsa, adalah golongan social yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau sekelompok etnis tidak kurang 300 dialek bahasa.

Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagi
agama resmi Negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah
agama resmi Negara dihapuskan.

Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model penetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukung untuk menafsirkan bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbitrer atas unsure-unsur bunyi ucapan manusia
dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur nasional tersebut dirumuskan menjadi 3 bagian sebagai berikut.

1. Identitas fundamental, yaitu pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar Negara,
dan ideology Negara.

2. Identitas instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, lambing Negara, Bendera Negara, Lagu kebangsaan Indonesia Raya

3. Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralism dalam
suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (Agama)

C. Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia
tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan
menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula
yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai
peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan.
Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin ketat. Batas antarnegara hampir tidak
ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan
antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan
saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari
proses akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri
bangsa Indonesia?

Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor, yaitu:

1. semakin menonjolnya sikap individualistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi di


atas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan asas gotong-royong; serta
2. semakin menonjolnya sikap materialistis, yang berarti harkat dan martabat
kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh
kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak
dipersoalkan lagi. Apabila hal ini terjadi, berarti etika dan moral telah dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai
asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan
berakibat lebih sering ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa
dan negaranya. Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong
nilai-nilai yang telah ada di dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung,
akan mengganggu ketahanan di segala aspek kehidupan, bahkan akan mengarah pada
kredibilitas sebuah ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras
tersebut, harus diupayakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat
terjaga, yaitu dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang
mengarah kepada konsep Identitas Nasional.

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan
Negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan munculnya
kejahatan yang bersifat transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan
tersebut, antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money
laundring), peredaran dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme. Masalah-masalah
tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika
sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus
bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung, akan mengganggu terhadap ketahanan
nasional di segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai
Identitas Nasional.

Identitas Nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan


berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya. Unsur-unsur
pembentuk Identitas Nasional adalah Suku bangsa, Agama, Kebudayaan, dan bahasa.

D. Hakekat Bangsa

Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-
konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang politik, sosiologi, dan
antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain
istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional,
nasionalisme yang diturunkan dari kata asing nation yang bersinonim dengan kata
bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah
bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangasaan tetap actual hingga saat ini.
Dalam kamus politik dijumpai istilah bangsa, yaitu natie dan nation yang artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut
:

1. Satu kesatuan bahasa

2. Satu kesatuan daerah

3. Satu kesatuan ekonomi

4. Satu kesatuan hubungan ekonomi

5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya

E. Sifat dan Hakekat Bangsa

Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi
setiap warga negaranya menjadi suatu identitas bagi negera tersebut. Negara yang bersifat
umum dan dimiliki oleh semua Negara yaitu :

1. Sifat memaksa

Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya,
hal ini bersifat mutlak dan memaksa.

2. Sifat monopoli

Negara dengan kekuasannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai
sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.

3. Sifat mencakup semua

Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga Negaranya.
Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak
hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara
keseluruhan masyarakat yang termasuk ke dalam warga negaranya.

Indonesia sendiri mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan pancasila, yakni :

1. Ketuhanan yang maha esa


Ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu kesesuaian
dalam arti sebab dan akibat) merupakan suatu nilai-nilai agama.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia

3. Persatuan Indonesia

Ialah sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai denga hakikat satu, yang berarti
membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan Negara Indonesia sehingga terwujud
satu kesatuan

4. Keadilan

Ialah sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil

F. Bangsa dan Negara Indonesia

Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat pada saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat Negara merumuskan
pengertian Negara secara beragam, aristoles merumuskan Negara dalam bukunya politica,
yang disebutnya Negara polis, yang pada saat itu masih dipahami Negara masih dalam
suatu wilayah yang kecil. Negara disebut sebagai Negara hokum, yang didalamnya
terdapat sejumlah warga Negara yang ikut dalam permusyawarahan.

Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai
suatu kesatuan nasional

A. Kesimpulan

Identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis,


identitas nasional berasal dari kata identitas dan nasional. Kata identitas berasal dari
bahasa Inggris identity yaitu memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang, kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa sehingga dengan
identitas itu bisa membedakannya dengan yang lain.

Unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Suku bangsa, adalah golongan social yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Agama, bangsa Indonesia
dikenal sebagai masyarakat yang agamis.Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia
sebagai makhluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
penetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung untuk
menafsirkan bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi. Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.

Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia
tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia.

Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-
konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang politik, sosiologi, dan
antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut.

Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai
suatu kesatuan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Berlin api (2010). Identitas Nasional (online). Tersedia :

www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html

Chaplien (2008). Identitas Nasional Indonesia (online). Tersedia :

chaplien77.blospot.com/2008/07/pengertian dan hakikat-bangsa.html

Kibaw90 (2010). Identitas Nasional Indonesia (online). Tersedia :

http://kibaw90.wordpress.com/2010/03/29/identitas-nasional-indonesia/

Label Pendidikan (2010). Identitas Nasional (online). Tersedia :

http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html

Winarno. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT.

Huni Aksara
hvsuperman.b ot.com//pengertianidentitas-logsp

Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Twitter

Facebook

Terkait

MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

MANUSIA DAN KEINDAHAN

TUGAS KEWARGANEGARAAN

Bookmark the permalink.


2 Komentar

Navigasi pos
Previous Next

2 thoughts on PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

1. Maulana Sakti mengatakan:

Desember 12, 2014 pukul 1:18 pm

Thanks ya, membantu banget

Balas

o yovitaveronika mengatakan:

Mei 12, 2015 pukul 3:06 am


sama2

Balas

Berikan Balasan

Pos-pos Terakhir
Bahasa Inggris Bisnis 2

Tugas Softskill Bahasa Inggris Bisnis2

Etika Bisnis4

Etika Bisnis3

Macam-Macam Hak Pekerja

Arsip
Juli 2015

Mei 2015

November 2014

Mei 2014

Maret 2014

Desember 2013

Oktober 2013

Juni 2013
April 2013

Maret 2013

Januari 2013

November 2012

Oktober 2012

Mei 2012

November 2011

Kategori
Uncategorized

Meta
Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Dusk To Dawn.
Ikuti

Ikuti youvitavhey

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Buat situs dengan WordPress.com

Veronika,yovita.2013. PENGERTIAN IDENTITAS


NASIONAL.https://youvitavhey.wordpress.com/2013/04/17/pengertian-identitas-
nasional/
PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional. Identitas
(identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri yang melekat pada seseorang
atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (ICCE, 2005:23). Sedangkan kata nasional
(national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan
tindakan kelompok (collective action yang diberi atribut nasional) yang diwujudkan dalam
bentuk-bentuk organisasi atau pergerakanpergerakan yang diberi atribut-atribut nasional (ICCE,
2005:25).

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-
ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya. Nilainilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.

Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus direkonstruksi atau
dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah. Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham
kebangsaan (nasionalisme) di Indonesia yang berawal dari berbagai pergerakan yang
berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908) yang berbasis subkultur Jawa, Sarekat
Dagang Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang bersifat ekstrovet dan politis dan sebagainya
yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu pergerakan nasional yang berjati diri
Indonesianess dengan mengaktualisasikan tekad politiknya dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi terkristalisasi suatu core culture yang
kemudian menjadi basis eksistensi nation-state Indonesia, yaitu nasionalisme. Identitas nasional
sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai keterikatan dengan tanah air (ibu
pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik
tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan istilah
kebangsaan atau nasionalisme.

Rakyat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang berada pada
status sosial yang rendah akan tetapi mencakup seluruh struktur sosial yang ada. Semua terikat
untuk berpikir dan merasa bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa,
wawasan kita tidak terbatas pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi tentang suatu
komunitas yang hidup saat ini, melainkan juga mencakup mereka yang telah meninggal dan yang
belum lahir. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik,
moral, tradisi serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam
pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.

KONSEP BANGSA INDONESIA


Identitas nasional berkaitan dengan konsep bangsa. Apakah bangsa itu? Pengertian bangsa
(nation) dalam konsep modern, tidak terlepas dari seorang cendekiawan Prancis, Ernest Renan
(1823-1892), seorang filsuf, sejarahwan dan pemuka agama dalam esainya yang terkenal Qu est-
ce quune nation? yang disampaikan dalam kuliah di Universitas Sorbonne pada tahun 1882.
Dalam esainya tersebut dia menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang
memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu. Menurut Renan, faktor utama
yang menimbulkan suatu bangsa adalah kehendak bersama dari masing-masing warga untuk
membentuk suatu bangsa (Soeprapto, 1994:115).

Lain halnya dengan Otto Bauer (1881-1934) seorang legislator dan seorang theoreticus,
menyebut bahwa bangsa adalah suatu persatuan karakter/perangai yang timbul karena persatuan
nasib. Otto Bauer lebih menekankan pengertian bangsa dari karakter, sikap dan perilaku yang
menjadi jatidiri bangsa dengan bangsa yang lain. Karakter ini terbentuk karena pengalaman
sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuhkembangnya bangsa
(Soeprapto, 1994:114). Dalam pandangan Tilaar (2007:29), bangsa adalah suatu prinsip spiritual
sebagai hasil dari banyak hal yang terjadi dalam sejarah manusia. Bangsa adalah keluarga
spiritual dan tidak ditentukan oleh bentuk bumi misalnya. Apa yang disebut prinsip spiritual atau
jiwa dari bangsa?

Terdapat dua hal dalam prinsip spiritual tersebut:

1. Terletak pada masa lalu, dan

2. Terletak pada masa kini.

Pada masa lalu suatu komunitas mempunyai sejarah atau memori yang sama. Pada masa kini,
komunitas tersebut mempunyai keinginan untuk hidup bersama atau suatu keinginan untuk
mempertahankan nilai-nilai yang telah diperoleh oleh seorang dari upaya-upaya masa lalu,
perngorbanan-pengorbanan dan pengabdian. Masa lalu merupakan modal sosial (social capital)
dimana di atasnya dibangun cita-cita nasional. Jadi suatu bangsa mempunyai masa jaya yang lalu
dan mempunyai keinginan yang sama di masa kini. Berdasarkan spirit tersebut itulah manusia
bersepakat untuk berbuat sesuatu yang besar. Rasa kejayaan atau penderitaan masa lalu adalah
lebih penting dari perbedaan ras dan budaya. Dengan demikian suatu bangsa adalah suatu
masyarakat solidaritas dalam skala besar.

Solidaritas tersebut disebabkan oleh pengorbanan yang telah diberikan pada masa lalu dan
bersedia berkorban untuk masa depan (Tilaar, 2007:29). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia
(Soeprapto, 1994:115), dijelaskan definisi bangsa menurut hukum, yaitu rakyat atau orang-orang
yang berada di dalam suatu masyarakat hukum yang terorganisir. Kelompok orang-orang satu
bangsa ini pada umumnya menempati bagian atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang
sama (meskipun dalam bahasa-bahasa daerah), memiliki sejarah, kebiasaan, dan kebudayaan
yang sama, serta terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.
Dari definisi tersebut, nampak bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang:

1. Memiliki cita-cita bersama yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan.

2. Memiliki sejarah hidup bersama, sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan.

3. Memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama.

4. Memiliki karakter, perangai yang sama yang menjadi pribadi dan jatidirinya.

5. Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.

6. Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga mereka terikat dalam
suatu masyarakat hukum.

Lalu apakah bangsa Indonesia itu? Perkembangan masyarakat yang kini menyebut dirinya
sebagai bangsa Indonesia telah melalui suatu jarak waktu yang panjang, yaitu ketika masyarakat
itu masih bertegak dan hidup dalam negara atau kerajaan-kerajaan Nusantara (Gonggong,
2000:x). Tentang hal ini amatlah menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz
(2000), antropolog kondang yang dianggap sebagai ahli Indonesia sebagaimana dikemukakan
oleh Gonggong (2000:x) berikut:

Ketika kita menyaksikan panorama Indonesia saat ini, rasanya kita sedang menyusun suatu
sinopsis masa lalu yang tanpa batas, seperti kalau kita melihat benda-benda peninggalan
sejarah (artefak) dari bermacam-macam lapisan dalam situs arkeologis yang lama mengeram,
yang dijajarkan di atas sebuah meja sehingga sekali pandang bisa kita lihat kilasan sejarah
manusia sepanjang ribuan tahun. Semua arus kultural yang sepanjang tiga milennia, mengalir
berurutan, memasuki Nusantara dari India, dari Cina, dari Timur Tengah, dari Eropa
terwakili di tempat-tempat tertentu: di Bali yang Hindu, di permukiman Cina di Jakarta,
Semarang atau Surabaya, di pusat-pusat Muslim di Aceh, Makasar atau Dataran Tinggi
Padang; di daerah-daerah Minahasa dan Ambon yang Calvinis, atau daerah-daerah Flores dan
Timor yang Katolik.

Lebih lanjut, Geertz menunjukkan fakta tentang situasi masyarakat Indonesia, sebagai berikut:

Rentang struktur sosialnya juga lebar, dan merangkum: sistem-sistem kekuasaan Melayu-
Polynesia di pedalaman Kalimantan atau Sulawesi, desa-desa tradisional di dataran rendah di
sepanjang sungai Jawa Tengah dan Jawa Timur; desa-desa nelayan dan penyelundupan yang
berorientasi pasar di pantai-pantai Kalimantan dan Sulawesi; ibu-ibu kota provinsi yang kumuh
dan kota-kota kecil di Jawa dan pulau-pulau seberang; dan kota-kota metropolitan yang besar,
terasing, dan setengah modern seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar.
Keanekaragaman bentuk perekonomian sistem-sistem stratifikasi, atau aturan kekerabatan juga
melimpah ruah.
Apa yang diterangkan di atas barulah hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan yang dilatari
oleh perjalanan sejarah yang panjang. Dilihat dari segi agama, keyakinan, budaya, dan suku
bangsa, Indonesia adalah satu contoh negara yang paling beragam. Bahkan menurut Geertz
(1996) sebagaimana dikemukakan F Budi Hardiman (2005:viii) dalam pengantarnya untuk buku
Kewarganegaraan Multikultural karya Will Kymlicka, menyatakan sebagai berikut:

Indonesia ini sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan anatominya secara
persis. Negara ini bukan saja multi-etnis (Dayak, Kutai, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Batak,
Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), tetapi juga menjadi medan pertarungan pengaruh multi-
mental dan ideologi (India, Cina, Belanda, Portugis, Hinduisme, Budhisme, Konfusianisme,
Islam, Kristen, Kapitalisme, dan seterusnya). Indonesia demikian tulisnya, adalah sejumlah
bangsa dengan ukuran, makna dan karakter yang berbeda-beda yang melalui sebuah narasi
agung yang bersifat historis, ideologis, religius atau semacam itu disambung-sambung menjadi
sebuah struktur ekonomis dan politis bersama.

Memperkuat pernyataan Geertz di atas, Kusumohamidjojo (2000:16) melukiskan kebhinnekaan


Indonesia, yang kenyataannya sudah diketahui dan ditandai ketika para penjelajah mancanegara
mulai mendarati pantai-pantai kepulauan Nusantara itu ke dalam dua dimensi, geografis dan
etnografis.

Pertama, dimensi geografis sebagaimana merupakan hasil pengamatan dari Alfred Wallace dan
Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Geografi sebagai Garis Wallacea yang membentang
dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga ke Selat Lombok di selatan, dan Garis
Weber yang membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara melalui Laut Seram hingga
ke Laut Timor di selatan. Garis Wallacea dan Weber secara fisiko-geografis membedakan
Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang meliputi pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi pulau-pulau Sulawesi dan sebagian pulau-
pulau Nusa Tenggara sebelah Barat), dan dari Dangkalan Sahul di sebelah timur (yang meliputi
kepulauan Halmahera, Aru dan Papua). Kebedaan itu merupakan akibat dari proses
perkembangan fisikogeografis yang ditinggalkan oleh akhir Zaman Es. Kebedaan geografis itu
berakibat menentukan pada kebedaan dunia flora dan fauna dari masing-masing kelompok
kepulauan itu.

Dimensi kedua adalah dimensi yang etnografis, yang merupakan perpaduan konsekuensi dari
dimensi fisiko-geografis dan proses migrasi bangsabangsa purba. Dalam kerangka dimensi
entografis itu kita lalu dapat melihat adanya perbedaan etnis pada penduduk yang mendiami
berbagai pulau-pulau Nusantara. Dari hasil penelitian yang dilakukan seorang antropolog Junus
Melalatoa (1995) yang kemudian hasil penelitian ini diterbitkan sebagai Ensiklopedi Suku
Bangsa di Indonesia (Depdikbud, 1995) diketahui adanya tidak kurang dari 500 suku bangsa
yang mendiami wilayah negara yang kita sepakati bersama-sama bernama Indonesia ini, mereka
mendiami sekitar 17.000 pulau besar dan kecil, berpenghuni atau tidak berpenghuni.

Uraian di atas sebenarnya menunjukkan bahwa betapa sulitnya merumuskan apakah bangsa
Indonesia itu sebenarnya. Tentu saja akan banyak pengertian yang muncul. Presiden Soekarno,
menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang menurut wilayahnya telah
ditentukan untuk tinggal secara bersama di wilayah nusantara dari ujung Barat (Sabang) sampai
ujung Timur (Merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (kehendak bersama,
pendapat Ernest Renan) dan Charactergemeinschaft (persatuan karakter, menurut Otto Bauer)
yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42). Tilaar (2007:38) mengemukakan bahwa bangsa
Indonesia adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami
wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang merupakan bangsa
Indonesia kalau dia itu menganggap bagian dari nation Indonesia, yaitu suatu kesatuan
solidaritas dari seseorang tehadap tujuan bersama masyarakat Indonesia. Kesatuan solidaritas itu
berasal dari nation-nation yang sudah lama ada di kepulauan nusantara, seperti bangsa Jawa,
bangsa Minang, bangsa Minahasa, bangsa Papua. Demikian pula suku bangsa yang lainnya di
nusantara termasuk suku-suku keturunan Cina, Arab, dan lainnya yang telah menganggap
kepulauan nusantara ini sebagai tanah airnya.

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia (Winarno, 2007:42) adalah sebagai
berikut:

1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang 350 tahun.

2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang
sampai Merauke.

4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.

Keanggotaan seseorang sebagai bangsa Indonesia bukan berarti ia melepaskan keanggotaan dari
suatu kesatuan sosial lainnya seperti keanggotaannya sebagai suku Jawa, sebagai umat penganut
dari suatu agama. Menurut Tilaar (2007:32), seseorang termasuk bangsa Indonesia adalah
seseorang yang memiliki perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaanperasaan
tertentu yang merupakan jati diri (identitas) bangsa Indonesia.

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL


Proses pembentukan bangsa negara membutuhkan identitas-identitas untuk menyatukan
masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas
bersama suatu bangsa menurut Ramlan Surbakti (1999) meliputi primordial, sakral, tokoh,
kesediaan bersatu dalam perbedaan, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan
Surbakti, 1999).

Pertama, faktor-faktor primordial ini meliputi: kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku
bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat. Faktor primodial merupakan identitas
yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga mereka dapat membentuk bangsa
negara.
Kedua, Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan
faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila.

Ketiga, tokoh. Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma
Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.

Keempat, prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity). Yang
disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang
disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat,
ras, agamanya. Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga
setia pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan
negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang
terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup
bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga
negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas
bersama yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam
perbedaan (unity in deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).

Kelima, sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.

Keenam, perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi


sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan
masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling
bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim
disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara
dan Eropa Barat.

Terakhir, lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,


angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembagalembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan golongannya dalam masyarakat.
Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.

IDENTITAS NASIONAL INDONESIA


Identitas nasional merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari masa lalu dan dirasakan sebagai
pemilikan bersama, sehingga tampak kelihatan di dalam keseharian tingkah laku seseorang
dalam komunitasnya (Tilaar, 2007:27). Identitas nasional merujuk pada identitas-identitas yang
sifatnya nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan oleh karena
identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya
setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan
dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu
secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu, warga bangsa telah
memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.

Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu perjuangan panjang di


antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan identitas nasional adalah
hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dapat terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju
degan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok bangsa lainnya. Setiap kelompok
bangsa di dalam negara, umumnya mengingingkan identitasnya dijadikan atau diangkat sebagai
identitas nasional yang tentu saja belum tentu diterima oleh kelompok bangsa lain.

Inilah yang menyebabkan sebuah negara-bangsa yang baru merdeka mengalami pertikaian intern
yang berlarut-larut demi untuk saling mengangkat identitas kesukubangsaan menjadi identitas
nasional. Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apaapa yang dapat
menjadi identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil dalam
membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideologi Pancasila
sebagai identitas nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di antara warga
bangsa.

Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang
kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai
identitas nasional Indonesia.

2. Sang merah putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti berani dan putih berarti
suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama kali
pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.

3. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya pertama kali
dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II.

4. Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai lambang
negara.

5. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu
jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan
untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan sebagai
dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang
berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi) bangsa.

7. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945 merupakan hukum dasar
tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan dan
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.

8. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik yang
digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.

9. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

10. Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah


diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok
bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat luas sebagai kebudayaan nasional.

Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah diawali
dengan adanya kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negaranegara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh kua

Damanik ericson.2016.Pengertian indentitas nasional menurut para ahli.


http://ariplie.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-identitas-nasional-menurut.html

Pasal 26 UUD 1945, berbunyi:


(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Pasal 27 UUD 1945, berbunyi:

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Pasal 28 UUD 1945, berbunyi:

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas dasar apaun dan
berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokrastis.

Pasal 30 ayat (1)


(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Aglean,fulcan.2013.pasal pasal uang menyangkut tentang identitas nasional.


bengbengyups.blogspot.co.id/2013/10/pasal-pasal-yang-menyangkut-identitas.html.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
dalam makalah ini membahas tentang pengertian identitas nasional, apa saja identitas nasional
indonesia, unsur-unsur pembentuk identitas nasional,faktor-faktor pendukung identitas nasional
suatu negara, serta pembahasan tentang Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa,
Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara, dan Pengaruh Negative dari Sikap
Chauvanisme Terhadap Identitas Nasional
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-
sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan
hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana di jelaskan di atas maka Identitas Nasional
suatu bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut
dengan kepribadian suatu bangsa.
Identitas adalah tanda pengenal. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang
identitas, yang diketahui oleh hampir semua orang. Pegertian Identitas Nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi
Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Identitas Nasional dijadikan ciri dari suatu bangsa dan negara tersebut, sehingga
identitas Nasional mencerminkan kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat
untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan
nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat
membantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Mengapa Pancasila dijadikan sebagai kepribadian dan identitas nasional?
2. Seberapa pentingkah identitas nasional untuk sebuah negara?
3. Mengapa sikap chauvinisme pengaruhnya negatif terhadap identitas nasional?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui alasan Pancasila dijadikan sebagai kepribadian dan identitas nasional.
2. Untuk mengetahui seberapa penting identitas nasional untuk sebuah negara.
3. Untuk mengetahui pengaruh negatif dari sikap chauvanisme terhadap identitas nasional.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara etimologis,
identitas nasional berasal dari kata identitas dan nasional. Kata identitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu identity yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat
pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Sedangkan
kata nasional merujuk pada konsep kebangsaan. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi
Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga
sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi oleh semua
warga Negara tanpa kecuali rule of law, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga
Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia atau
juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan
sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat
kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist
Revolution, era globalisasi dewasa ini, ideologi kapitalisme yang akan menguasai dunia.
Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung
juga nasib sosial, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari
ideologi partikular ke arah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang
akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan dikuasai oleh negara
transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme.
Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi
pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika challence cukup besar
sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada
bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika challance
kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa
yang kreatif.
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus
tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia
sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai
negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung
menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

2.2 Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional


Berikut ini unsur-unsur yang mendukung terbentuknya identitas nasional suatu bangsa, yaitu
:
1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak
sekali suku bangsa atau kelompok etnis sehingga mereka dapat dikenali dari daerah mana
asalnya. Etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% dari populasi Indonesia, tetapi tidak kurang dari
300 dialek bahasa. Populasi penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 210 juta. Dari
jumlah tersebut diperkirakan separuhnya beretnis Jawa. Sisanya terdiri dari etnis-etnis yang
mendiami kepulauan diluar Jawa seperti suku Makasar-Bugis (3,68%), Batak (2,04%), Bali
(1,88%), Aceh (1,4%) dan suku-suku lainnya. Mereka mendiami daerah-daerah tertentu,
menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Mayoritas dari mereka bermukim di perkotaan.
2. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang berkembang di
nusantara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Tetapi sejak pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas bangsa
Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan kelompok pemahaman misalnya
kelompok Islam santri untuk menunjukan keislaman yang kuat dan Islam Abangan atau Islam
Nominal bagi masyarakat Islam di daerah Jawa. Sedangkan kalangan di kelompok santri sendiri
perbedaan pemahaman dan pengamalan Islam dikenal dengan kelompok modernis dan
tradisionalis. Kelompok pertama lebih berorientasi pada pencaharian tafsir baru ijtihad atas
wahyu Allah. Sedangkan kelompok tradisionalis lebih menyandarkan pengalaman agamanya
pada pendapat-pendapat ulama.
Karena Indonesia merupakan negara yang multi agama, maka Indonesia dapat dikatakan
sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak kasus disintegrasi bangsa yang
terjadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai faktor penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon
yang sering kali diisukan sebagai pertikaian anatara dua kelompok agama meskipun isu ini
belum tentu benar. Akan tetapi isu agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik.
Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik atar agama, perlunya diciptakan tradisi
saling menghormati antara agama-agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif
dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling
menghormati dan menghargai perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang berbeda
bersama-sama berjuang demi pembanguna yang sesuai dengan martabat yang diterima manusia
dari Tuhan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-
benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Intinya adalah kebudayaan
merupakam patokan nilai-nilai etika dan moral, baik yang tergolong sebagai ideal atau yang
seharusnya (world view) maupun yang operasional dan aktual di dalam kehidupan sehari-hari
(ethos).
Seperti banyaknya suku bangsa yang dimiliki nusantara, demikian pula dengan kebudayaan.
Terdapat ratusan kebudayaan bangsa Indonesia yang membentuk identitas nasionalnya sebagai
bangsa yang dilahirkan dengan kemajemukan identitasnya.
4. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sistem
perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan
sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang
mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia
dahulu dikenal dengan sebutan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
(linguafranca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa
komunikasi diantara suku-suku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa
transaksi perdagangan internasional dikawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut, melalui peristiwa Sumpah Pemuda Indonesia, para tokoh pemuda dari berbagai latar
belakang suku dan kebudayaan merupakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa
Indonesia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut :
a) Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi
Negara
b) Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia,
Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Identitas Alamiah, yang
meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan
agama, serta kepercayaan.

2.4 Faktor-Fakor Pendukung Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan sendiri-
sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia,
meliputi:
1) Faktor Obyektif
Faktor obyektif sendiri meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis. Kondisi geografis-
ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia.
2) Faktor Subyektif
Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa
Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil
dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa,
dan negara berserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di
indonesia pada awal abad XX.

Robert de Ventos, sebagaimana dikutif Manuel Castells dalam bukunya, The Power of
Identity, mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil
interaksi historis antara empat faktor penting yaitu :
a. Faktor Primer
Mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia
yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, wilayah serta bahasa daerah,
merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Unsur-
unsur yang beranekaragam yang masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri menyatukan
diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia. Namun, kesatuan ini
tidaklah menghilangkan keberanekaragaman, dan inilah yang dikenal dengan Bhineka Tunggal
Ika.
b. Faktor Pendorong
Pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya ikut mendorong munculnya identitas nasional suatu bangsa. Dalam
hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
negara dan bangsa juga merupakan identitas nasional yang bersifat dinamis. Oleh karenanya,
proses pembentukan identitas dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi
bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dimana dalam hal ini, sangat
diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama untuk memajukan bangsa
dan negara Indonesia.
c. Faktor Penarik
Kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem
pendidikan nasional memiliki partisipasi terhadap terbentuknya identitas nasional. Bagi bangsa
Indonesia unsur bahasa merupakan salah satu pemersatu persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis
atau daerah memiliki bahasa daerah masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi serta
pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih
senantiasa dikembangkan.
d. Faktor Reaktif
Penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat ikut
mendukung terbentuknya identitas nasional. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad
dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor reaktif melalui memori
kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk
memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat
merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa
dan negara ini di bangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan
bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan identitas
nasional Indonesia melekat erat dengan unsure-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya,
etnis, agama serta geografis yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup
panjang.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa


Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia sebagai
salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya
yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju
fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam
filsafat hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat
hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat
negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup
yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Bagi Bangsa Indonesia, jati diri bangsa dalam bentuk kepribadian nasional ini telah
disepakati sejak Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kesepakatan itu, telah muncul
lewat pernyataan pendiri negara (founding fathers and mothers) dengan wujud pancasila, yang di
dalamnya mengandung lima nilai-nilai dasar sebagai gambaran berpola Bangsa Indonesia, yang
erat dengan jiwa, moral, dan kepribadian bangsa Pancasila adalah kepribadian bangsa yang digali
dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya Bangsa
Indonesia. Sebagai indentitas dan kepribadian Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber
motivasi, inspirasi, pedoman berperilaku sekaligus standar pembenarannya. Dengan demikian
segala ide, pola aktifitas, perilaku, serta hasil perilaku Bangsa Indonesia harus bercermin pada
Pancasila. Pancasila memiliki pengertia sebagai moral, jiwa, dan kepribadian Bangsa Indonesia.
Hal ini diwujudkan dalam sikap mental dan tingakah laku serta amal perbuatan yang mempunyai
ciri khas, sehingga menjadi identitas bangsa. Ciri-ciri khas inilah yang dimaksud kepribadian.
Kepribadian Bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber
kepada kepribadiannya sendiri. Hal ini menurut Titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi
filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu pandangan hidup masyarakat.
Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia
pada hakekatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila ini bukan muncul secara tiba-tiba
dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan suatu fase historis yang cukup
panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yudiris dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam
kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa
nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Dalam pengertian seperti ini
menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara
formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia 9, sidang
BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yudiris sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar
pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan
bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada
tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik
kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri,
membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-
akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga
merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

3.2 Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara


Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikan yang membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nation
yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas tertentu yang memiliki semangat,
cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, identitas nasional adalah ciri-ciri atau sifat-sifat
khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, sangatlah penting bagi suatu negara untuk
memiliki identitas nasional. Mengapa demikian? Karena identitas nasional merupakan jati diri
bangsa yang bersifat khas dan menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan
hidup bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan
oleh tantangan yang sangat kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial,
budaya dan politik. Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu
mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan
mudah goyah dan terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu
mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai
cita-cita dan tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu
merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat mutlak
diperlukan supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal
yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kita tahu bahwa identitas nasional atau jati diri nasional itu adalah jati diri yang dimiliki
warga negara dan suku bangsa dari suatu negara. Identitas nasional atau jati diri nasional itu ada
dalam interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jati diri itu diperlukan dalam interaksi.
Karena didalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu posisi dan berdasarkan
posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang
berlangsung. Maka dalam berinteraksi orang berpedoman pada kebudayaannya. Jika kebudayaan
kita katakan bagian dari identitas nasional, maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman
bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.
Identitas Nasional Indonesia meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia,
demografi atau kependudukan Indonesia, ideologi dan agama, politik negara, ekonomi, dan
pertahanan keamanan. Identitas nasional merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya
sendiri. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri
dari berbagai macam suku dari Sabang sampai Merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman
identitas nasional. Basis dari identitas nasional diantaranya socially (yaitu identitas yang
mengarah kepada peran sosial dalam masyarakat berdasarkan proses sosialisasi dari individu
yang berbeda), culturally (yaitu identitas yang mengarah kepada atribut kebudayaan), politically
(identitas yang mengarah kepada sumber politik dari peran sosial dalam masyarakat, contohnya
sebagai pemilih dalam pemilu, atapun sebagai warga negara).

3.3 Pengaruh Negative dari Sikap Chauvanisme Terhadap Identitas Nasional


Chauvinisme adalah rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan mengagungkan bangsa
sendiri, dan merendahkan bangsa lain. Karena sikap chauvinisme terlalu mengagung-agungkan
bangsa sendiri sehingga berdampak negatif bagi bangsa sendiri dan memicu permasalahan
dengan bangsa lain.
Pengertian paham chaunisme adalah paham yang di anut seseorang atau golongan dengan
membanggakan bangsanya sendiri atau ras-nya sendiri sehingga mereka beranggapan bahwa ras
lain tidak lebih baik dari ras-nya, sehingga bagi penganut paham ini akan lebih suka memusuhi
ras lain. Dapat juga diartikan bila chauvinisme adalah rasa cinta yang berlebihan terhadap ras
atau kerajaannya.
Paham Chauvinisme bertentangan dengan Sila Ketiga Pancasila yaitu "Persatuan Indonesia",
sehingga paham ini tidak dibenarkan bertumbuh di negara Indonesia, karena penganut paham
Chauvinisme akan berakibat terjadinya perpecahan yang berakibat pemberontakan atau
perbuatan makar. Sila Ketiga Pancasila merupakan perwujudan persatuan yang sama rata di
seluruh Indonesia, semua daerah memiliki kesempatan yang sama untuk bersatu padu dan
membangun pembangunan.
Sebagai bangsa yang memiliki aneka ragam suku bangsa dan budaya, negara Indonesia
memerlukan perekat budaya bangsa. Salah satu perekat yang lahir dari hati nurani adalah
nasionalisme. Nasionalisme khas negara kita adalah nasional Pancasila yang mempunyai prinsip
berbeda dengan bangsa lain. Nasionalisme Pancasila akan tetap menyala apabila generasi muda
mampu membina persatuan dan kesatuan bangsa serta berpegang teguh pada keikhlasan para
perintis dan penegak kemerdekaan. Nasionalisme Pancasila adalah nasionalisme yang tidak
mengarah pada chauvinisme.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi nilai
budaya bangsa dengan ciri khas. Identitas nasional Indonesia juga merupakan manifestasi nilai
budaya berbagai suku dalam kesatuan Indonesia menjadi ciri khas yang tercermin
dalam pandangan hidup bangsa, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. Identitas nasional
bersifat terbuka, sesuai dengan budaya yang menjadi akaryang selalu terbuka, untuk diberi
tafsir baru. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma


https://exaudian.wordpress.com/2014/03/28/identitas-nasional/
http://sriactivity.blogspot.com/2014/07/makalah-pancasila-sebagai-identitas.html
http://www.scribd.com/doc/131338831/Pentingnya-Identitas-Nasional#scribd
http://bitalyfiz.blogspot.com/2011/12/identitas-nasional.html
https://exaudian.wordpress.com/2014/03/28/identitas-nasional/
http://antarberita.blogspot.com/2013/10.paham-chauvisme-adalah.html

Diposkan oleh yenti Ulfayati di 14.33 makalah identitas nasional


2015. http://yentiulfaa12.blogspot.co.id/2015/06/makalah-identitas-nasional.html

Pembentukan bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang ada dalam


masyarakat. Demikian halnya dengan pembentukan bangsa Indonesia. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, meliputi
primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan
ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan S, 1992).
A. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah,
bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat
membentuk negara-bangsa. Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku
yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang masyarakatnegara
yang dicita-citakan. Walaupun ikatan kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak
menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena mungkin ada faktor yang lain yang
lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya mempersulit pembentukan
satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan melahirkan
konflik nilai.
B. Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang
kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-
bangsa. Namun kadang terjadi kesamaan agama dam ideologi suatu masyarakat
juga menjadi faktor yang mempersulit proses pembentukan negara-bangsa.
Sebagai contoh dapat disebutkan kesamaan agama Islam di beberapa negara Arab,
kesamaan agama Katholik di negara-negara Amerika Latin, dan sejumlah negara-
negara komunis.
C. Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh
masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara.
Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri
kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai "penyambung lidah" masyarakat.
Pengalaman menunjukkan, suatu masyarakat yang sedang membebaskan diri dari
belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin Meskipun demikian, adanya
pemimpin yang karismatis belum menjamin terbentuknya suatu negara-bangsa,
sebab pengaruh pemimpin bersifat sementara. Hal ini dikarenakan umur manusia
(pemimpin) terbatas, dan khususnya pemimpin kharismatik tidak dapat diwariskan.
Selain itu sifat permasalahan yang dihadapi masyarakat memerlukan tipe
kepemimpinan yang sesuai, sesuai dengan perkembangan masyarakat.
D. Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan/atau tentang
pengalaman masa lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak
hanya melahirkan solidaritas (sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga
tekad dan tujuan yang sama antar kelompok suku bangsa.
Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang
menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an
dalam masyarakat. Sejarah tentang asal-usul dan pengalaman masa lalu ini
biasanya dirumuskan dan disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat
melalui media massa (film dokumenter, film cerita, dan dramatisasi melalui televisi
dan radio), misalnya "Angling Dharma", Jaka Tingkir dan sebagainya.
E. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor
yang dapat membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya
kesediaan warga masyarakat untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut
Negara, atau pemerintahan walaupun mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat,
ras atau agama yang berbeda.
Setiap warga masyarakat akan memiliki kesetiaan ganda sesuai dengan porsinya.
Walaupun mereka tetap memiliki keterikatan pada identitas kelompok, namun
mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang berwujud
dalam bentuk negara bangsa di bawah suatu pemerintahan yang sah.
Mereka yang sepakat untuk hidup bersama sebagai bangsa berdasarkan kerangka
politik dan prosedur hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat. Agar tidak
timbul keruwetan (konflik) antar berbagai kelompok di kelak kemudian hari, maka
perlu dibuat peraturan-peraturan yang jelas tentang soal-soal apa yang menjadi
kewenangan negara. Aturan-aturan itu dirumuskan dalam kerangka politik dan
hukum negara tersebut.
F. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu
dan semakin bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling
bergantung di antara berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak
lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling
bergantung antar anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, maka
semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
G. Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik,
seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat
dua sumbangan birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan
bangsa, yakni mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah
dengan berbagai kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu
kepentingan nasional, watak kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal;
tidak saling membedakan untuk melayani warga negara. Angkatan bersenjata
berideologi nasionalistis karena fungsinya memelihara dan mempertahankan
keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, personilnya direkrut dari berbagai etnis
dan golongan dalam masyarakat. Selain soal ideologi, mutasi dan kehadirannya di
seluruh wilayah negara merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi
pembinaan persatuan bangsa Keanggotaan partai politik yang bersifat umum
(terbuka bagi warga negara yang berlainan etnis, agama, atau golongan), kehadiran
cabang-cabangnya di wilayah negara, dan peranannya dalam menampung dan
memadukan berbagai kepentingan masyarakat menjadi suatu alternatif kebijakan
umum merupakan kontribusi partai politik dalam proses pembentukan bangsa.

http://www.bukupr.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-
pembentukan.html.2013.anonim.Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas
Nasional

Pengertian Identitas Nasional dan Unsur-unsur Identitas Nasional

Pengertian Pakar

| Pengertian Identitas Nasional | Identitas nasional adalah suatu jati diri yang
khas dimiliki oleh suatu bangsa dan tidak dimiliki oleh bangsa yang lain. Dalam hal
ini, tidak hanya mengacu pada individu saja, akan tetapi berlaku juga pada suatu
kelompok. Selanjutnya mengenai identitas nasional akan dibahas di bawah
ini.
Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda-tanda, ciri-
ciri, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Sementara itu kata "nasional" merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-
kesamaan fisiik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun nonfisik
seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang kemudian
disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya
melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional.

Pengertian Identitas Nasional adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh


dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan
pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.

Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa


dan bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan
kehidupan kita dalam arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-
undangan atau moral yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik itu
di dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya. Dengan
demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena
adanya hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan
implikasinya adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk
ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat.

| Unsur Unsur Identitas Nasional |


Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional
Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan
gabungan unsur unsur pembentuk identitas nasional yang meliputi :

(1) Suku Bangsa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional.
Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif atau ada sejak lahir, dimana
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia khususnya,
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang tiga
ratus dialek bahasa.

(2) Agama merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Bangsa
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama).
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara yaitu agama islam,
katholik, kristen, hindu, budha dan kong hu cu.

(3) Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional.
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukung utntuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakukan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.

(4) Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam
hal ini, bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk
atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.

Dari unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan


pembagiannya menjadi tiga bagian yaitu :

(1) Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.

(2) Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, bendera negara
Indonesia, lambang negara Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia
Raya.

(3) Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
Sekian pemabahasan mengenai pengertian identitas nasional dan unsur unsur
identitas nasional, semoga tulisan saya mengenai pengertian identitas nasional dan
unsur unsur identitas nasional dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Identitas Nasional dan Unsur


Unsur Identitas Nasional :
- Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Judul : Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). Penerbit
ERLANGGA : Jakarta.

Gambar
Pengertian Identitas Nasional dan
Unsur Pembentuk Identitas Nasional

Ali.2015. Pengertian Identitas Nasional dan Unsur-unsur Identitas


Nasionalhttp://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-unsur-identitas-
nasional.html#_

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan ( Identitas Nasional )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lain. Berdasarkan perngertian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari
bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana
di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan
dengan jati diri suatu bangsa ataulebih populer disebut dengan kepribadian suatu
bangsa.

Namun selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas


bangsanya. Agar dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu
arti Identitas Nasional Indonesia. Moto nasional Indonesia adalah Bhinneka
Tunggal atau kesatuan dalam keragaman. Hal ini diciptakan oleh para pemimpin
Republik yang baru diproklamasikan pada tahun 1945 dan tantangan politik adalah
sebagai benar mencerminkan hari ini seperti yang lebih dari 50 tahun yang lalu.
Karena meskipun setengah abad menjadi bagian dari Indonesia yang merdeka telah
menimbulkan perasaan yang kuat tentang identitas nasional di lebih dari 13.000
pulau-pulau yang membentuk kepulauan, banyak kekuatan lain yang masih menarik
negara terpisah. Deklarasi kemerdekaan mengikuti proses yang lambat penjajahan
Belanda yang dimulai pada abad ke-17 dengan penciptaan VOC Belanda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang muncul adalah


sebagai berikut:

1. Apa saja unsur-unsur pembentuk identitas nasional?

2. Apa saja yang dapat dijadikan parameter identitas nasional?

3. Apa pengertian identitas nasional?

4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dan kegunaan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kewarganegaraan,
untuk menjelaskan IDENTITAS NASIONAL agar dapat diketahui, di pahami, dan
diaplikasikan oleh pembaca, khususnya oleh mahasiswa.

D. Metode dan Teknik Penulisan


Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data tersebut akan dijadikan dasar
atau pedoman untuk melihat adanya ketidaksesuaian antara teori dengan
kenyataan sebagai penyebab dari permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini.
Sumber sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari
berbagai sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs situs yang ada di internet.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Metode dan Teknik Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Nasional

B. Parameter Identitas Nasional

C. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia

D. Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Nasional

Kata identitas berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau
jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain.

Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-
ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti,
keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Jadi, Identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang
memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.

Menurut Koenta Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada


hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan dengan
yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat.

B. Parameter Identitas Nasional

Dalam kehidupan di dunia , hampir segala sesuatu memiliki parameter,


begitu pula dengan identitas nasional. Parameter adalah sesuatu yang digunakan
sebagai standar sesuatu atau suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan
untuk menyatakan sesuatu itu menjadi khas. Jadi, Parameter identitas nasional
berarti suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan bahwa identitas nasional
itu menjadi ciri khas suatu bangsa.

Adapun indikator dari identitas nasional itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-istiadat, tata


kelakuan, kebiasaan.

2. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.

3. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan: bangunan, peralatan


manusia, dan teknologi.

4. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.

C. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia

Unsur adalah bagian terkecil dari sesuatu. Bagian terkecil inilah yang
kemudian bersatu untuk membentuk sesuatu. Begitu pula dengan Indonesia,
dimana Indonesia memiliki berbagai materi maupun inmateri yang kemudian
terbentuk menjadi suatu identitas. Identitas inilah yang nantinya akan membuat
Indonesia memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki semua territorial atau negara.

Adapun unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai


berikut:

1. Sejarah

2. Kebudayaan:
Kebudayaan..adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang
diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakt. Kebudayaan biasanya
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak di dalam suatu
lingkungan masyarakat. Kemudian dari kebudayaan mampu menghasilkan:

a. Akal budi

b. Peradaban: i-pol-ek-sos-han

c. Pengetahuan

3. Budaya Unggul

4. Suku Bangsa: keragaman/majemuk

5. Agama: multiagama

6. Bahasa

Sistem perlambangan yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi


ucapan manusia, dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Bahasa nasional merupakan salah satu wujud rill persatuan dari berbagai suku yang
ada di suatu negara.

Adapun jenis identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Indonesia bersifat pluralistik baik menyangkut sosiokultural atau reliogiositas.

2. Identitas fundamental/ ideal : Pancasila

3. Identitas instrumental : alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan,


berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan.

4. Identitas religiusitas : Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan.

5. Identitas sosiokultural : Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya

6. Identitas alamiah : Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

D. Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional,
memilki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa
lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme
modern, diletakanlah prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat
hidup berbangsa dan bernagara. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para
pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi,
filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber
pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai
dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada
nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup
panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.

Disebutkan bahwa: kegagalan dalam menjalankan dan medistribusikan


output berbagia agenda pembangunan nasional secara lebih adil akan berdampak
negatif pada persatuan dan kesatuan bangsa. Pada titik inilah semangat
Nasionalisme akan menjadi salah satu elemen utama dalam memperkuat eksistensi
Negara/Bangsa. Study Robert I Rotberg secara eksplisit mengidentifikasikan salah
satu karakteristik penting Negara gagal (failed states) adalah ketidakmampuan
negara mengelola identitas Negara yang tercermin dalam semangat nasionalisme
dalam menyelesaikan berbagai persoalan nasionalnya. Ketidakmampuan ini dapat
memicu intra dan interstatewar secara hamper bersamaan. Penataan, pengelolaan,
bahkan pengembangan nasionalisme dalam identitas nasional, dengan demikian
akan menjadi prasyarat utama bagi upaya menciptakan sebuah Negara kuat (strong
state). Fenomena globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah
meluluhkan batas-batas tradisional antarnegara, menghapus jarak fisik antar
negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil, konflik komunal menjadi
fenomena umum yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya negara-negara
berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda Indonesia. Dalam konteks
Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik geografis Indonesia.
Berbagai tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis
yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian
internasional. Nasionalisme bukan saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap
mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional,
tetapi juga bermakna sikap kritis untuk member kontribusi positif terhadap segala
aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain, sikap nasionalisame
membutuhkan sebuah wisdom dalam mlihat segala kekurangan yang masih kita
miliki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus
kemauan untuk terus mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional.
Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Alinea pertama menyatakan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala


bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan
adalah hak semua bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.

2. Alinea kedua menyebutkan: dan perjuangan kemerdekaaan Indonesia telah


sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia kepada depan gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Maknanya: adanya masa depan yang harus
diraih (cita-cita).

3. Alinea ketiga menyebutkan: atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya,
bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara
harus mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.

4. Alinea keempat menyebutkan: kemudian daripada itu untuk membentuk suatu


pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan Negara republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada: ketuhanan YME, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini mempertegas
cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia adalah sejarah, kebudayaan,


budaya unggul, suku bangsa, agama, dan bahasa.

2. Parameter pembentuk identitas nasional Indonesia adalah :

a. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-istiadat, tata


kelakuan, kebiasaan.

b. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.

c. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan: bangunan, peralatan


manusia, dan teknologi.

d. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.

3. Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar
tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat.
4. Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional Indonesia adalah Bangsa
Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah
serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia,
dan Bangsa Indonesia menuangkannya kedalam Pancasila sebagai salah satu
ideologi Bangsa.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil


manfaat tentang pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan negara Indonesia
dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://aktrismonika.blogspot.com/2009/05/identitas-nasional.html

Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma, Edisi


Pertama.

Ms Bakry, Noor.2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Cetakan


Pertama.

Posted by Doudy Suprayogi at 12:28 AM

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment
Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Fish

Followers

Blog Archive

2012 (3)

2011 (5)
o November (5)

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan ( Geopolitik In...

Makalah Pengantar Ilmu Administrasi

Riwayat Hidupku

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan ( Identitas Nas...

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan (Demokrasi)

About Me

Doudy Suprayogi

View my complete profile

http://doudymalfoy.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan_21.html

doudy malfoy 2011

S-ar putea să vă placă și