Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain
Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas
sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.
Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan
oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnyapun berbeda-beda. Nilai-nilai
tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting
karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh karena itu nasionalisme dan
integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa
Indonesia tidak kehilangan Identitas.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-
nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di
bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun
dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di
dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan
beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa,
mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional.
Dilihat dari segi bahasa idntitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang dapat diatikan
sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri- ciri adalah suatu yang menandai suatu benda atau
orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti
1. identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau
sebuah benda.
2. Identitas ata jati diri dapat berupa surat keterangan yang menjelaskan pribadi sesorang dan
riwayat hidp seseorang.
Sedangka nasional berasal dari bahasa inggris national yang dapat diatika sebagai warga
negara kebangsaan. Jadi identitas nasional berasal dari kata national identity yang dapat
diartikan sebagai kepribadian nasional atau jati diri nasional. Kepribadian nasional atau jati diri
nasional adalah jati diri yang dimiliki suatu bangsa.
Identitas nasinal terbentuk sebagai rasa bahwa bangsa Indonesia mempunyai pengalaman
bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan dalam
interaksi karena di dalam setiap interaksi para pelaku mengambil suatu posisi dan berdasarkan
posisi tersebut para pelaku menjalankan peran-perannya sesuai dengan corak interaksi yang
berlangsung, maka dalam berinteraksi seseorang berpedoman pada kebudayaanya . Jika
kebudayaan dikatakan bagian dari identitas nasional maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan
pedoman bagi manusia untuk berbuat dan brtingkah laku.
Jadi pengertian identitas nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat
pancasila dan juga sebagai ideologi Negara sehingga mempunyai keduduka paling tinggi dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang beraku
di Indonesia dalam ati lain juga sebagai Dasar negara yang merupakan norma peraturan yang
harus dijunjung tinggi oleh semua warga negara tanpa kecuali rule of law yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban warga ngara, demokrasi serta hak asasi manusia yang
berkembang semakin dinamis di Indonesia.
Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi
yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada
diskriminasi semacam ini.
Pada hakekatnya hukum merupakan penceminan dari jiwa dan pikiran rakyat
(volkgeist). Konstitusi dasar Negara kita, secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara yang berlandaskan hukum (Rechtstaats). Salah satu unsur yang dimiliki oleh
negara hukum adalah pemenuhan akan hak-hak dasar manusia (fundamental rights). Namun
situasi dan kondisi Negara kita hari ini, justru semakin menjauhkan masyarakat, terutama
masyarakat miskin, dari keadilan hukum (justice of law). Masyarakat miskin, marginal,
terpinggirkan dan yang sengaja dipinggirkan,belum mempunyai akses secara maksimal terhadap
keadilan.
Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat
memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dahulu arti Identitas Nasional.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu cirri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Maka dari itu
setiap bangsa didunia ini memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
cirri-ciri serta karakter bangsa tersebut.
Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional yang dijelaskan di atas maka dapat
disumpulkan identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu
bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejaranhnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter
yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu kesatuan nasional.
C. Tujuan
Dilihat dari segi bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu yang dapat diartikan
sebagai cirri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai suatu
benda atau orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti :
1. Identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang
atau sebuah benda.
2. Identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi
seseorang dan riwayat hidup seseorang.
Sedangkan nasional berasal dari bahasa inggris national yang dapat diartikan sebagai
warga Negara atau kebangsaan. Jadi identitas nasioanl berasal dari kata national
identity yang dapat diartikan sebagai kepribadian nationa atau jati diri national.
Kepribadian nasional atau jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu
bangsa.
Menurut (WibisonoKoento :2005) kata identitas berasal dari bahasa inggris identity yang
memiliki pengertian harfiah cirri-ciri, tanda-tanda, atau jari diri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
Dalam terminology antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri. Adapun kata
nasioanl merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar
yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti, budaya, agama, dan bahasa,
maupun nonfisik, seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok
inilah yang disebut dengan istilah identitas bangsa dan identitas nasional yang pada
akhirnya melahirkan tindakan kelompok (colectiva action) yang diwujudkan dalam
bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata
nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme. Bila dilihat
dalam konteks Indonesia maka identitas nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku
yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan
acuan Pancasila dan roh Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya.
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukn itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan, dan bahasa.
Suku bangsa, adalah golongan social yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat
banyak sekali suku bangsa atau sekelompok etnis tidak kurang 300 dialek bahasa.
Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagi
agama resmi Negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah
agama resmi Negara dihapuskan.
Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model penetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukung untuk menafsirkan bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbitrer atas unsure-unsur bunyi ucapan manusia
dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
1. Identitas fundamental, yaitu pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar Negara,
dan ideology Negara.
2. Identitas instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, lambing Negara, Bendera Negara, Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralism dalam
suku, bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan (Agama)
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia
tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan
menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula
yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai
peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan.
Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin ketat. Batas antarnegara hampir tidak
ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan
antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan
saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari
proses akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri
bangsa Indonesia?
Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor, yaitu:
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai
asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan
berakibat lebih sering ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa
dan negaranya. Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong
nilai-nilai yang telah ada di dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung,
akan mengganggu ketahanan di segala aspek kehidupan, bahkan akan mengarah pada
kredibilitas sebuah ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras
tersebut, harus diupayakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat
terjaga, yaitu dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang
mengarah kepada konsep Identitas Nasional.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan
Negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan munculnya
kejahatan yang bersifat transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan
tersebut, antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money
laundring), peredaran dokumen keimigrasian palsu, dan terorisme. Masalah-masalah
tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika
sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus
bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung, akan mengganggu terhadap ketahanan
nasional di segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai
Identitas Nasional.
D. Hakekat Bangsa
Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-
konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang politik, sosiologi, dan
antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain
istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional,
nasionalisme yang diturunkan dari kata asing nation yang bersinonim dengan kata
bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah
bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangasaan tetap actual hingga saat ini.
Dalam kamus politik dijumpai istilah bangsa, yaitu natie dan nation yang artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut
:
Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi
setiap warga negaranya menjadi suatu identitas bagi negera tersebut. Negara yang bersifat
umum dan dimiliki oleh semua Negara yaitu :
1. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya,
hal ini bersifat mutlak dan memaksa.
2. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai
sepenuhnya kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga Negaranya.
Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak
hanya mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara
keseluruhan masyarakat yang termasuk ke dalam warga negaranya.
3. Persatuan Indonesia
Ialah sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai denga hakikat satu, yang berarti
membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan Negara Indonesia sehingga terwujud
satu kesatuan
4. Keadilan
Ialah sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil
Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai
suatu kesatuan nasional
A. Kesimpulan
Unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Suku bangsa, adalah golongan social yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Agama, bangsa Indonesia
dikenal sebagai masyarakat yang agamis.Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia
sebagai makhluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
penetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung untuk
menafsirkan bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi. Bahasa, merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia
tanpa ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia.
Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-
konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang politik, sosiologi, dan
antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut.
Bangsa pada hakekatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai
suatu kesatuan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
www.geocities.com/apii-berlin/aktual/identitas_0600.html
http://kibaw90.wordpress.com/2010/03/29/identitas-nasional-indonesia/
http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html
Huni Aksara
hvsuperman.b ot.com//pengertianidentitas-logsp
Share this:
Terkait
TUGAS KEWARGANEGARAAN
Navigasi pos
Previous Next
Balas
o yovitaveronika mengatakan:
Balas
Berikan Balasan
Pos-pos Terakhir
Bahasa Inggris Bisnis 2
Etika Bisnis4
Etika Bisnis3
Arsip
Juli 2015
Mei 2015
November 2014
Mei 2014
Maret 2014
Desember 2013
Oktober 2013
Juni 2013
April 2013
Maret 2013
Januari 2013
November 2012
Oktober 2012
Mei 2012
November 2011
Kategori
Uncategorized
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Dusk To Dawn.
Ikuti
Ikuti youvitavhey
Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-
ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya. Nilainilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.
Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus direkonstruksi atau
dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah. Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham
kebangsaan (nasionalisme) di Indonesia yang berawal dari berbagai pergerakan yang
berwawasan parokhial seperti Boedi Oetomo (1908) yang berbasis subkultur Jawa, Sarekat
Dagang Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang bersifat ekstrovet dan politis dan sebagainya
yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu pergerakan nasional yang berjati diri
Indonesianess dengan mengaktualisasikan tekad politiknya dalam Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi terkristalisasi suatu core culture yang
kemudian menjadi basis eksistensi nation-state Indonesia, yaitu nasionalisme. Identitas nasional
sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai keterikatan dengan tanah air (ibu
pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik
tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan istilah
kebangsaan atau nasionalisme.
Rakyat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang berada pada
status sosial yang rendah akan tetapi mencakup seluruh struktur sosial yang ada. Semua terikat
untuk berpikir dan merasa bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa,
wawasan kita tidak terbatas pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi tentang suatu
komunitas yang hidup saat ini, melainkan juga mencakup mereka yang telah meninggal dan yang
belum lahir. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai
bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik,
moral, tradisi serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam
pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan Otto Bauer (1881-1934) seorang legislator dan seorang theoreticus,
menyebut bahwa bangsa adalah suatu persatuan karakter/perangai yang timbul karena persatuan
nasib. Otto Bauer lebih menekankan pengertian bangsa dari karakter, sikap dan perilaku yang
menjadi jatidiri bangsa dengan bangsa yang lain. Karakter ini terbentuk karena pengalaman
sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuhkembangnya bangsa
(Soeprapto, 1994:114). Dalam pandangan Tilaar (2007:29), bangsa adalah suatu prinsip spiritual
sebagai hasil dari banyak hal yang terjadi dalam sejarah manusia. Bangsa adalah keluarga
spiritual dan tidak ditentukan oleh bentuk bumi misalnya. Apa yang disebut prinsip spiritual atau
jiwa dari bangsa?
Pada masa lalu suatu komunitas mempunyai sejarah atau memori yang sama. Pada masa kini,
komunitas tersebut mempunyai keinginan untuk hidup bersama atau suatu keinginan untuk
mempertahankan nilai-nilai yang telah diperoleh oleh seorang dari upaya-upaya masa lalu,
perngorbanan-pengorbanan dan pengabdian. Masa lalu merupakan modal sosial (social capital)
dimana di atasnya dibangun cita-cita nasional. Jadi suatu bangsa mempunyai masa jaya yang lalu
dan mempunyai keinginan yang sama di masa kini. Berdasarkan spirit tersebut itulah manusia
bersepakat untuk berbuat sesuatu yang besar. Rasa kejayaan atau penderitaan masa lalu adalah
lebih penting dari perbedaan ras dan budaya. Dengan demikian suatu bangsa adalah suatu
masyarakat solidaritas dalam skala besar.
Solidaritas tersebut disebabkan oleh pengorbanan yang telah diberikan pada masa lalu dan
bersedia berkorban untuk masa depan (Tilaar, 2007:29). Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia
(Soeprapto, 1994:115), dijelaskan definisi bangsa menurut hukum, yaitu rakyat atau orang-orang
yang berada di dalam suatu masyarakat hukum yang terorganisir. Kelompok orang-orang satu
bangsa ini pada umumnya menempati bagian atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang
sama (meskipun dalam bahasa-bahasa daerah), memiliki sejarah, kebiasaan, dan kebudayaan
yang sama, serta terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.
Dari definisi tersebut, nampak bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang:
3. Memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama.
4. Memiliki karakter, perangai yang sama yang menjadi pribadi dan jatidirinya.
6. Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga mereka terikat dalam
suatu masyarakat hukum.
Lalu apakah bangsa Indonesia itu? Perkembangan masyarakat yang kini menyebut dirinya
sebagai bangsa Indonesia telah melalui suatu jarak waktu yang panjang, yaitu ketika masyarakat
itu masih bertegak dan hidup dalam negara atau kerajaan-kerajaan Nusantara (Gonggong,
2000:x). Tentang hal ini amatlah menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz
(2000), antropolog kondang yang dianggap sebagai ahli Indonesia sebagaimana dikemukakan
oleh Gonggong (2000:x) berikut:
Ketika kita menyaksikan panorama Indonesia saat ini, rasanya kita sedang menyusun suatu
sinopsis masa lalu yang tanpa batas, seperti kalau kita melihat benda-benda peninggalan
sejarah (artefak) dari bermacam-macam lapisan dalam situs arkeologis yang lama mengeram,
yang dijajarkan di atas sebuah meja sehingga sekali pandang bisa kita lihat kilasan sejarah
manusia sepanjang ribuan tahun. Semua arus kultural yang sepanjang tiga milennia, mengalir
berurutan, memasuki Nusantara dari India, dari Cina, dari Timur Tengah, dari Eropa
terwakili di tempat-tempat tertentu: di Bali yang Hindu, di permukiman Cina di Jakarta,
Semarang atau Surabaya, di pusat-pusat Muslim di Aceh, Makasar atau Dataran Tinggi
Padang; di daerah-daerah Minahasa dan Ambon yang Calvinis, atau daerah-daerah Flores dan
Timor yang Katolik.
Lebih lanjut, Geertz menunjukkan fakta tentang situasi masyarakat Indonesia, sebagai berikut:
Rentang struktur sosialnya juga lebar, dan merangkum: sistem-sistem kekuasaan Melayu-
Polynesia di pedalaman Kalimantan atau Sulawesi, desa-desa tradisional di dataran rendah di
sepanjang sungai Jawa Tengah dan Jawa Timur; desa-desa nelayan dan penyelundupan yang
berorientasi pasar di pantai-pantai Kalimantan dan Sulawesi; ibu-ibu kota provinsi yang kumuh
dan kota-kota kecil di Jawa dan pulau-pulau seberang; dan kota-kota metropolitan yang besar,
terasing, dan setengah modern seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar.
Keanekaragaman bentuk perekonomian sistem-sistem stratifikasi, atau aturan kekerabatan juga
melimpah ruah.
Apa yang diterangkan di atas barulah hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan yang dilatari
oleh perjalanan sejarah yang panjang. Dilihat dari segi agama, keyakinan, budaya, dan suku
bangsa, Indonesia adalah satu contoh negara yang paling beragam. Bahkan menurut Geertz
(1996) sebagaimana dikemukakan F Budi Hardiman (2005:viii) dalam pengantarnya untuk buku
Kewarganegaraan Multikultural karya Will Kymlicka, menyatakan sebagai berikut:
Indonesia ini sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan anatominya secara
persis. Negara ini bukan saja multi-etnis (Dayak, Kutai, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Batak,
Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), tetapi juga menjadi medan pertarungan pengaruh multi-
mental dan ideologi (India, Cina, Belanda, Portugis, Hinduisme, Budhisme, Konfusianisme,
Islam, Kristen, Kapitalisme, dan seterusnya). Indonesia demikian tulisnya, adalah sejumlah
bangsa dengan ukuran, makna dan karakter yang berbeda-beda yang melalui sebuah narasi
agung yang bersifat historis, ideologis, religius atau semacam itu disambung-sambung menjadi
sebuah struktur ekonomis dan politis bersama.
Pertama, dimensi geografis sebagaimana merupakan hasil pengamatan dari Alfred Wallace dan
Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Geografi sebagai Garis Wallacea yang membentang
dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga ke Selat Lombok di selatan, dan Garis
Weber yang membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara melalui Laut Seram hingga
ke Laut Timor di selatan. Garis Wallacea dan Weber secara fisiko-geografis membedakan
Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang meliputi pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi pulau-pulau Sulawesi dan sebagian pulau-
pulau Nusa Tenggara sebelah Barat), dan dari Dangkalan Sahul di sebelah timur (yang meliputi
kepulauan Halmahera, Aru dan Papua). Kebedaan itu merupakan akibat dari proses
perkembangan fisikogeografis yang ditinggalkan oleh akhir Zaman Es. Kebedaan geografis itu
berakibat menentukan pada kebedaan dunia flora dan fauna dari masing-masing kelompok
kepulauan itu.
Dimensi kedua adalah dimensi yang etnografis, yang merupakan perpaduan konsekuensi dari
dimensi fisiko-geografis dan proses migrasi bangsabangsa purba. Dalam kerangka dimensi
entografis itu kita lalu dapat melihat adanya perbedaan etnis pada penduduk yang mendiami
berbagai pulau-pulau Nusantara. Dari hasil penelitian yang dilakukan seorang antropolog Junus
Melalatoa (1995) yang kemudian hasil penelitian ini diterbitkan sebagai Ensiklopedi Suku
Bangsa di Indonesia (Depdikbud, 1995) diketahui adanya tidak kurang dari 500 suku bangsa
yang mendiami wilayah negara yang kita sepakati bersama-sama bernama Indonesia ini, mereka
mendiami sekitar 17.000 pulau besar dan kecil, berpenghuni atau tidak berpenghuni.
Uraian di atas sebenarnya menunjukkan bahwa betapa sulitnya merumuskan apakah bangsa
Indonesia itu sebenarnya. Tentu saja akan banyak pengertian yang muncul. Presiden Soekarno,
menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah seluruh manusia yang menurut wilayahnya telah
ditentukan untuk tinggal secara bersama di wilayah nusantara dari ujung Barat (Sabang) sampai
ujung Timur (Merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (kehendak bersama,
pendapat Ernest Renan) dan Charactergemeinschaft (persatuan karakter, menurut Otto Bauer)
yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42). Tilaar (2007:38) mengemukakan bahwa bangsa
Indonesia adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami
wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang merupakan bangsa
Indonesia kalau dia itu menganggap bagian dari nation Indonesia, yaitu suatu kesatuan
solidaritas dari seseorang tehadap tujuan bersama masyarakat Indonesia. Kesatuan solidaritas itu
berasal dari nation-nation yang sudah lama ada di kepulauan nusantara, seperti bangsa Jawa,
bangsa Minang, bangsa Minahasa, bangsa Papua. Demikian pula suku bangsa yang lainnya di
nusantara termasuk suku-suku keturunan Cina, Arab, dan lainnya yang telah menganggap
kepulauan nusantara ini sebagai tanah airnya.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia (Winarno, 2007:42) adalah sebagai
berikut:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang
sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa.
Keanggotaan seseorang sebagai bangsa Indonesia bukan berarti ia melepaskan keanggotaan dari
suatu kesatuan sosial lainnya seperti keanggotaannya sebagai suku Jawa, sebagai umat penganut
dari suatu agama. Menurut Tilaar (2007:32), seseorang termasuk bangsa Indonesia adalah
seseorang yang memiliki perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaanperasaan
tertentu yang merupakan jati diri (identitas) bangsa Indonesia.
Pertama, faktor-faktor primordial ini meliputi: kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku
bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat. Faktor primodial merupakan identitas
yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga mereka dapat membentuk bangsa
negara.
Kedua, Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan
faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila.
Ketiga, tokoh. Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma
Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.
Keempat, prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity). Yang
disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang
disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat,
ras, agamanya. Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga
setia pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan
negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang
terwujud dalam bangsa negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup
bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga
negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas
bersama yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam
perbedaan (unity in deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Kelima, sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Inilah yang menyebabkan sebuah negara-bangsa yang baru merdeka mengalami pertikaian intern
yang berlarut-larut demi untuk saling mengangkat identitas kesukubangsaan menjadi identitas
nasional. Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apaapa yang dapat
menjadi identitas nasional Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil dalam
membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideologi Pancasila
sebagai identitas nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di antara warga
bangsa.
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang
kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai
identitas nasional Indonesia.
2. Sang merah putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti berani dan putih berarti
suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang
kemudian diangkat sebagai bendera negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama kali
pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
3. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya pertama kali
dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II.
4. Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan sebagai lambang
negara.
5. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi satu
jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan
untuk menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang dijadikan sebagai
dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang
berkedudukan sebagai dasar negara dan pandangan hidup (ideologi) bangsa.
7. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945 merupakan hukum dasar
tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangan dan
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik yang
digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
9. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah diawali
dengan adanya kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negaranegara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh kua
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalm pemerintahan
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan
(3) Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif atas dasar apaun dan
berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara terutama pemerintah
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokrastis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menajlan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokrastis.
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Identitas Nasional.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,
dalam makalah ini membahas tentang pengertian identitas nasional, apa saja identitas nasional
indonesia, unsur-unsur pembentuk identitas nasional,faktor-faktor pendukung identitas nasional
suatu negara, serta pembahasan tentang Alasan Pancasila Menjadi Kepribadian Identitas Bangsa,
Pentingnya Identitas Nasional Bagi Sebuah Negara, dan Pengaruh Negative dari Sikap
Chauvanisme Terhadap Identitas Nasional
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORI
Robert de Ventos, sebagaimana dikutif Manuel Castells dalam bukunya, The Power of
Identity, mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil
interaksi historis antara empat faktor penting yaitu :
a. Faktor Primer
Mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia
yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, wilayah serta bahasa daerah,
merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Unsur-
unsur yang beranekaragam yang masing-masing memiliki ciri khasnya tersendiri menyatukan
diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia. Namun, kesatuan ini
tidaklah menghilangkan keberanekaragaman, dan inilah yang dikenal dengan Bhineka Tunggal
Ika.
b. Faktor Pendorong
Pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya ikut mendorong munculnya identitas nasional suatu bangsa. Dalam
hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
negara dan bangsa juga merupakan identitas nasional yang bersifat dinamis. Oleh karenanya,
proses pembentukan identitas dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi
bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dimana dalam hal ini, sangat
diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa, serta langkah yang sama untuk memajukan bangsa
dan negara Indonesia.
c. Faktor Penarik
Kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem
pendidikan nasional memiliki partisipasi terhadap terbentuknya identitas nasional. Bagi bangsa
Indonesia unsur bahasa merupakan salah satu pemersatu persatuan dan kesatuan nasional,
sehingga bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis
atau daerah memiliki bahasa daerah masing-masing. Demikian pula menyangkut birokrasi serta
pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih
senantiasa dikembangkan.
d. Faktor Reaktif
Penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat ikut
mendukung terbentuknya identitas nasional. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad
dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor reaktif melalui memori
kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk
memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat
merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa
dan negara ini di bangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan
bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu, pembentukan identitas
nasional Indonesia melekat erat dengan unsure-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya,
etnis, agama serta geografis yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup
panjang.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas nasional merupakan manifestasi nilai
budaya bangsa dengan ciri khas. Identitas nasional Indonesia juga merupakan manifestasi nilai
budaya berbagai suku dalam kesatuan Indonesia menjadi ciri khas yang tercermin
dalam pandangan hidup bangsa, Pancasila juga sebagai kesepakatan bangsa. Identitas nasional
bersifat terbuka, sesuai dengan budaya yang menjadi akaryang selalu terbuka, untuk diberi
tafsir baru. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sebagai kepribadian bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bukupr.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-
pembentukan.html.2013.anonim.Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas
Nasional
Pengertian Pakar
| Pengertian Identitas Nasional | Identitas nasional adalah suatu jati diri yang
khas dimiliki oleh suatu bangsa dan tidak dimiliki oleh bangsa yang lain. Dalam hal
ini, tidak hanya mengacu pada individu saja, akan tetapi berlaku juga pada suatu
kelompok. Selanjutnya mengenai identitas nasional akan dibahas di bawah
ini.
Kata Identitas berasal dari kata Identitu, yang memiliki arti tanda-tanda, ciri-
ciri, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Sementara itu kata "nasional" merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-
kesamaan fisiik, baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun nonfisik
seperti cita-cita, keinginan dan tujuan. Himpunan kelompok inilah yang kemudian
disebut dengan identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya
melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional.
(1) Suku Bangsa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional.
Golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif atau ada sejak lahir, dimana
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia khususnya,
terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang tiga
ratus dialek bahasa.
(2) Agama merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Bangsa
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama).
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara yaitu agama islam,
katholik, kristen, hindu, budha dan kong hu cu.
(3) Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional.
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukung utntuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakukan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.
(4) Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam
hal ini, bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk
atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi
antarmanusia.
(1) Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
(2) Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, bendera negara
Indonesia, lambang negara Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia
Raya.
(3) Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku,
budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan.
Sekian pemabahasan mengenai pengertian identitas nasional dan unsur unsur
identitas nasional, semoga tulisan saya mengenai pengertian identitas nasional dan
unsur unsur identitas nasional dapat bermanfaat.
Gambar
Pengertian Identitas Nasional dan
Unsur Pembentuk Identitas Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lain. Berdasarkan perngertian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari
bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana
di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan
dengan jati diri suatu bangsa ataulebih populer disebut dengan kepribadian suatu
bangsa.
B. Rumusan Masalah
4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan kegunaan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kewarganegaraan,
untuk menjelaskan IDENTITAS NASIONAL agar dapat diketahui, di pahami, dan
diaplikasikan oleh pembaca, khususnya oleh mahasiswa.
E. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Kata identitas berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau
jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain.
Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-
ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti,
keinginan, cita-cita, dan tujuan.
Jadi, Identitas nasional adalah identitas suatu kelompok masyarakat yang
memiliki ciri dan melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional.
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat.
Adapun indikator dari identitas nasional itu sendiri adalah sebagai berikut:
2. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.
4. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.
Unsur adalah bagian terkecil dari sesuatu. Bagian terkecil inilah yang
kemudian bersatu untuk membentuk sesuatu. Begitu pula dengan Indonesia,
dimana Indonesia memiliki berbagai materi maupun inmateri yang kemudian
terbentuk menjadi suatu identitas. Identitas inilah yang nantinya akan membuat
Indonesia memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki semua territorial atau negara.
1. Sejarah
2. Kebudayaan:
Kebudayaan..adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang
diperoleh oleh seseorang sebagai anggota masyarakt. Kebudayaan biasanya
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak di dalam suatu
lingkungan masyarakat. Kemudian dari kebudayaan mampu menghasilkan:
a. Akal budi
b. Peradaban: i-pol-ek-sos-han
c. Pengetahuan
3. Budaya Unggul
5. Agama: multiagama
6. Bahasa
3. Alinea ketiga menyebutkan: atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Maknanya,
bila Negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara
harus mendapat ridha Allah SWT yang merupakan dorongan spiritual.
PENUTUP
A. Kesimpulan
b. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.
d. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.
3. Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar
tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat.
4. Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional Indonesia adalah Bangsa
Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah
serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia,
dan Bangsa Indonesia menuangkannya kedalam Pancasila sebagai salah satu
ideologi Bangsa.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://aktrismonika.blogspot.com/2009/05/identitas-nasional.html
No comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Fish
Followers
Blog Archive
2012 (3)
2011 (5)
o November (5)
Riwayat Hidupku
About Me
Doudy Suprayogi
http://doudymalfoy.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan_21.html