Sunteți pe pagina 1din 6

A.

Pengertian
Eutanasia (Bahasa Yunani: eu yang artinya "baik", dan thanatos yang berarti
kematian) adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui
cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit
yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang
mematikan.
Aturan hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan seringkali
berubah seiring dengan perubahan norma-norma budaya maupun ketersediaan
perawatan atau tindakan medis. Di beberapa negara, eutanasia dianggap legal,
sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar hukum. Oleh karena
sensitifnya isu ini, pembatasan dan prosedur yang ketat selalu diterapkan tanpa
memandang status hukumnya.
Menurut istilah Kedokteran :
Eutahanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami
seseorang yang akan meninggal diperingan.Mempercepat kematian seseorang
yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya.
B. Kategori Euthasania
Euthanasia ditinjau dari Pemberian Izin :
1. Eutanasia di luar kemauan pasien
Suatu tindakan eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si pasien untuk
tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat disamakan dengan
pembunuhan, dan pelakunya dapat dikenakan ancaman tindakan pidana.
2. Eutanasia secara tidak sukarela
Eutanasia semacam ini adalah yang seringkali menjadi bahan perdebatan dan
dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.
Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak
untuk mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah seorang wali
dari si pasien. Namun disisi lain, si pasien sendiri tidak memungkinkan untuk
memberikan ijin dikarenakan kondisinya, misalnya sipasien koma atau tidak
sadar.
3. Eutanasia secara sukarela
Dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri, namun hal ini juga masih
merupakan hal kontroversial. Beberapa Negara memberikan ijin untuk eutanasia
tipe yang ketiga ini, misalnya Belanda, namun beberapa yang lain
menganggapnya sebagai tindakan bunuh diri yang dibantu, sehingga tetap
melanggar hukum.

Euthanasia ditinjau dari Segi Tujuannya


Ditinjau dari segi tujuannya, eutanasia juga dibedakan menjadi 3 (Wikipedia,
2010), yaitu:
1. Eutanasia berdasarkan belas kasihan (mercy killing): Eutanasia jenis ini,
dilakukan atas dasar rasa kasihan kepada sang pasien, umumnya eutanasia jenis
ini dilakukan kepada pasien yang menderita rasa sakit yang amat sangat dalam
penyakitnya, sehingga membuat orang-orang disekitarnya menjadi tidak tega
dan memutuskan untuk melakukan eutanasia.
2. Eutanasia hewan: Sesuai dengan namanya, eutanasia jenis ini, khusu
dilakukan kepada hewan, biasanya beberapa hewan peliharaan yang sudah tua
dan menderita sakit berkepanjangan, membuat si pemilik tidak tega dan
memutuskan untuk melakukan eutanasia. Pada kasusyang lain, beberapa
kepercayaan percaya bahwa, saat seseorang meninggal, maka barang-barang
kesayangannya harus diikutkan ke dalam kubur, termasuk hewan-hewan
kesayangannya, sehingga sebelum hewan tersebut dikuburkan umumya mereka
di suntik mati terlebih dahulu.
3. Eutanasia berdasarkan bantuan dokter: Adalah bentuk lain daripada
eutanasia agresif secara sukarela. Dilakukan atas persetujuan sang pasien
sendiri.
Euthanasia ditinjau dari Sudut Cara Pelaksanaan
1. Eutanasia agresif
Disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau
mengakhiri hidup seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan
pemberian suatu senyawa yang mematikan, baik secara oral maupun melalui
suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan tersebut adalah tablet sianida.
2. Eutanasia non agresif
Kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan sebagai
eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas
dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui
bahwa penolakannya akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan
tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan
tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik
eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
3. Eutanasia pasif
Dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak
menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan
seorang pasien. Eutanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian
bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien secara sengaja.
Beberapa contohnya adalah dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi
pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan
antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan tindakan operasi
yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun
pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan
mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali dilakukan secara
terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa dilakukan oleh tenaga medis maupun pihak
keluarga yang menghendaki kematian seseorang, misalnya akibat keputusasaan
keluarga karena ketidaksanggupan menanggung beban biaya pengobatan. Pada
beberapa kasus keluarga pasien yang tidak mungkin membayar biaya
pengobatan, akan ada permintaan dari pihak rumah sakit untuk membuat
"pernyataan pulang paksa". Meskipun akhirnya meninggal, pasien diharapkan
meninggal secara alamiah sebagai upaya defensif medis.
C. Jenis-jenis Euthanasia
Jenis Euthanasia ada 2 :
1. Euthanasia aktif adalah : suatu tindakan mempercepat proses kematian,
baik dengan memberikan suntikan maupun melepaskan alat-alat pembantu
medika, seperti : melepaskan saluran zat asam, melepas alat pemacu jantung
dan lain-lain. Yang termasuk tindakan mempercepat proses kematian disini
adalah : jika kondisi pasien, berdasarkan ukuran dan pengalaman medis masih
menunjukkan adanya harapan hidup. Tanda-tanda kehidupan masih terdapat
pada penderita ketika tindakan itu dilakukan.
2. Euthanasia pasif adalah : suatu tindakan membiarkan pasien/penderita yang
dalam keadaan tidak sadar (comma), karena berdasarkan pengamalan maupun
ukuran medis sudah tidak ada harapan hidup, atau tanda-tanda kehidupan tidak
terdapat lagi padanya, mungkin karena salah satu organ pentingnya sudah rusak
atau lemah seperti : bocornya pembuluh darah yang menghubungkan ke otak
(stroke) akibat tekanan darah terlalu tinggi, tidak berfungsinyajantung.
D. Metode Euthasinia
Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkan kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai
contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman
untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat
terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan
wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun
tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam
euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan
dokter. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.
E. Alasan Euthanisia

Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat, maka seseorang
mempunyai hak memilih cara kematiannya
Tindakan belas kasihan pada seseorang yang sakit, meringankan penderitaan
sesama adalah tindakan kebajikan
Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien
Mengurangi beban ekonomi

F. Dampak Euthanisia

Sudut pandang Pasien


mudah putus asa karena tidak ingin dan tidak memiliki semangat untuk berjuang
melawan penyakitnya.
Sudut pandang Keluarga Pasien
aspek kemanusiaan dan ekonomi

G. Aspek Euthanisia
1. Aspek Hukum
Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter
sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap
sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja menghilangkan
nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter selalu pada pihak yang
dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang
dilakukannya euthanasia tersebut. Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas
permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan
pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang belum
diketahui pengobatannya.
2. Aspek Hak Asasi
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya.
Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati
sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini
terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga
medis dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak
dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk
mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidak nyamanan
atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat.
3. Aspek Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan
upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan
penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada
kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan
penderitaan. Segala upaya yang dilakukan akan sia sia, bahkan sebaliknya dapat
dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa kepada
kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan dana.
4. Aspek Agama
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada
seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli ahli agama secara
tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa
dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu
memperpendek umur. Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan
penuh penderitaan bahkan kadang kadang dalam keadaan sekarat dapat
dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan dihadapan Tuhan.
H. Contoh Kasus Euthanasia
Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004
telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma
selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban
biaya perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan
eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan
salah satu contoh bentuk eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan
ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah
mengalami kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.

S-ar putea să vă placă și