Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI ALVI

2.1 PEMBAHASAN

2.1.1 DEFINISI GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang
air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya
dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan
hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.

2.1.2 MASALAH-MASALAH GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:

A. Konstipasi,

Merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai


dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal
lebih lama, sehingga banyak air diserap.

B. Impaction

Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang
keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai
pada kolon sigmoid.
C. Diare

Merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.

D. Inkontinensia fecal,

yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter
anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB
tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

E. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus
adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.

F. Hemoroid
yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi
2.1.3 TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

a. Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rektum

b. Impaction
- Tidak BAB
- anoreksia
- Kembung/kram
- nyeri rektum

c. Diare
- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
- Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa.
- feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.

d. Inkontinensia Fekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
- BAB encer dan jumlahnya banyak
- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal

e. Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)

f. Hemoroid
- pembengkakan vena pada dinding rectum
- perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
- merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
- nyeri

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

2.1.4 ETIOLOGI
Gangguan Eliminasi Fekal

A. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:


Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses.
Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian
jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan
yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,
respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik
di colon.

B. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalananchyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan
reabsorbsi cairan dari chime.

C. Meningkatnya stress psikologi


Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi
orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi

D. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.


Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan
dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras

E. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan
tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik
dan kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare

F. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem
neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 3 tahun. Orang dewasajuga
mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Di antaranya adalahatony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari
otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan
mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn
juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang
dapat berdampak pada proses defekasi.

G. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal


cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau
seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya
fungsi dari spinkterani

2.1.5 PATOFISIOLOGI

Gangguan Eliminasi Fekal


Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi
instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum.
Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik
mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal
tenang maka feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum
dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 4) dan kemudian kembali
ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet
atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal
dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan
posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks
defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.

PENGKAJIAN
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan,
melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses.
Perawat seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari
pemeriksaan diagnostik yang relevan.
Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola
defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan
beberapa perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa
masalah yang pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh untuk
mengumpulkan riwayat keperawatan, perhatikan Assesment review sebagai
berikut:
Pola defekasi
Kapan anda biasanya ingin BAB ?
Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami perubahan ?
Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair),
permukaan, atau bau feses anda saat ini ?
Masalah eliminasi alvi
Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan
dengan BAB (konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia(tidak tuntas)?
Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?
Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi,
obat-obatan, penyakit, operasi) ?
Usaha apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan bagaimana hasilnya?
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
Menggunakan alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan
kebiasaan BAB normal ? Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan /
minuman tertentu atau obat-obatan ?
Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa yang
biasa anda makan ? yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan dalam sehari?
Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari?
(misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa dilakukan ?
Medikasi. Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan
(misalnya Fe, antibiotik) ?
Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira
berpengaruh pada pola BAB (defekasi) anda ? Bagaimana ?
Ada ostomi dan penanganannya
Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ?
Jika ada masalah, apa yang anda lakukan ?
Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda ?
Bagaimana caranya ?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan
rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau
dan adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristi Normal Abnormal Kemungkinan penyebab
k
Warna Dewasa : kecoklatan Pekat / putih Adanya pigmen empedu
Bayi : kekuningan (obstruksi empedu);
pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus halus); diet
tinggi buah merah dan sayur
hijau tua (spt. Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan produk susu
dan rendah daging.
Orange atau Infeksi usus
hijau
Konsistensi Berbentuk, lunak,Keras, kering Dehidrasi, penurunan
agak cair / lembek, motilitas usus akibat
basah. kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi dan
laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas usus
(mis. akibat iritasi kolon
oleh bakteri).
Bentuk Silinder (bentukMengecil, bentukKondisi obstruksi rektum
rektum) dgn 2,5pensil atau seperti
cm u/ orang dewasa benang
Jumlah Tergantung diet
(100 400 gr/hari)
Bau Aromatik : dipenga-Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
ruhi oleh makanan
yang dimakan dan
flora bakteri.
Unsur pokok Sejumlah kecilPus Infeksi bakteri
bagian kasarMukus Konsidi peradangan
makanan yg tdkParasit Perdarahan gastrointestinal
dicerna, potonganDarah Malabsorbsi
bak-teri yang mati,Lemak dalamSalah makan
sel epitel, lemak,jumlah besar
protein, unsur-unsurBenda asing
kering cairan
pencernaan (pigmen
empedu dll)
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi
langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur
yang tidak normal.
DIAGNOSA
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi :
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Resiko terjadi konstipasi
- Konstipasi yang dirasakan
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang
meliputi tujuan dan intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat
menjadi etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti :
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Inkontinensia alvi
Harga diri rendah berhubungan dengan
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
c. Perlunya bantuan untuk toileting
Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen ostomy berhubungan
dengan kurangnya pengalaman
Ansietas berhubungan dengan
a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy
b. Respon lain terhadap ostomy

PERENCANAAN
Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah untuk :
- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi alvi normal
- Mempertahankan atau mendapatkan kembali konsisteni feses normal
- Mencegah resiko yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, trauma kulit, distensi abdomen dan nyeri.
IMPLEMENTASI
Peningkatan Keteraturan Defekasi
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran,
buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 3 liter/hari
d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
e. Positioning
Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat
seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu
menyendiri untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan,
perawat mungkin perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan
tetap berada dalam jangkauan pembicaraan dengan klien.
Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika
terjadi peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain
seperti mandi dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
Nutrisi dan Cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang
terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat
membantu defekasi normal.
Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan
jus buah, juga masukkan serat dalam diet.
Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil dapat
membantu karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya
dihindari sebab merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah
dapat mencetuskan diare. Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah dehidrasi
- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium. Sebagian besar
makanan mengandung Na. Kalium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran
dan buah seperti tomat, nanas dan pisang.
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah,sereal
- Batasi makanan berlemak
- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah BAB untuk mencegah
iritasi
- Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare
- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum
produk-produk susu fermentasi.
Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusi;
untuk meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas,
seperti kubis, buncis, bawang dan bunga kol.
Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. Klien
dengan kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal)
mungkin dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai
berikut:
- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan
selama 10 detik dan kemudian relax. Ulangi 5 10 kali sehari tergantung
kekuatan klien.
Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. Posisi
pada toilet adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang
mengalami kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat
bantu BAB seperti commode, bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan
dengan kondisi klien.
Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah katarsis
dan laxantive, antidiare dan antiflatulensi
Mengurangi flatulensi
Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan flatus, meliputi
menghindari makanan yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur
dan ambulasi. Gerakan merangsang peristaltik dan membantu melepaskan flatus
dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal. Satu metode untuk penanganan
flatulensi adalah dengan memasukkan suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai
berikut :
1. Gunakan rectal tube ukuran 22 30 F untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk
anak
2. Tempatkan klien pada posisi miring
3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan
merangsang peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih
dalam. Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi
distensi abdomen, masukkan tube setiap 2 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian
suppository, enema atau obat-obatan yang lain.
Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar. Cara kerja
enema adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa
usus, meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus.
Jenis enema :
1. Cleansing enema / huknah
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses. Tindakan ini
utamanya diberikan untuk :
- Mencegah keluarnya feses saat operasi
- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus
- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi
Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan sebagai berikut :
Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping
Hipertonis 90 120 ccMenarik air dari ruang5 10 Retensi Sodium
(misal Sodiuminterstisiil ke dalam
phosphate) kolon, merangsang
peristaltik,
menyebabkan
defekasi
Hipotonis 500 1000 cc airDistensi abdomen,15 20 Ketidakseimbangan
kran me-rangsang cairan dan elek-trolit,
peristaltik, intoksikasi air
melunakkan feses
Isotonis 500 1000 ccDistensi abdomen,15 - 20 Kemungkinan retensi
normal salineme-rangsang Na.
(NaCl 0.9 %) peristaltik,
melunakkan feses
Air sabun 500 1000 cc (3mengiritasi mukosa,10 15 Iritasi dan merusak
5 cc sabundistensi kolon mukosa
dalam 1000 cc
air)
Minyak 90 120 cc Lubrikasi feses dan 3 jam
mukosa kolon
Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika
pembersihan dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri
ke dorsal recumbent dan kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan
posisi kontainer 30 46 cm dari klien. Rendah jika pembersihan hanya pada
rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan lateral kiri selama pemberian
enema dengan posisi kontainer tidak lebih dari 30 cm dari klien.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam
rektum mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon,
kemudian merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam), untuk
melunakkan feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses.
Antibiotik enema digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema
untuk membunuh cacing parasit, nutritive enema untuk memberikan cairan dan
nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang
peristaltik. Tindakan ini diulangi 4 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen
berkurang.

Pengeluaran Obstipasi secara Digital


Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran massa feses secara
digital dan mengeluarkan bagian-bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya
trauma pada mukosa saluran pencernaan, tindakan ini harus diperhatikan dengan
matang. Stimulasi rektum juga merupakan kontraindikasi pada beberapa klien
karena dapat menyebabkan respon vagal berlebihan yang berdampak aritmia
jantung. Sebelum penghancuran feses dianjurkan diberikan klisma glyserin dan
dipertahankan selama 30 menit. Setelah prosedur ini perawat dapat menggunakan
berbagai macam intervensi untuk mengeluarkan feses yang tersisa, seperti dengan
cleansing enema atau dengan suppositoria.
Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan rasa nyeri, perawat dapat
menggunakan 1 2 cc lidokain (xylocain) gel pada sarung tangan yang
dimasukkan ke anus.
Program Bowel Training
Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi /
inkontinensia feses, program bowel training dapat membantu mengatasinya.
Program ini didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk
membantu klien mendapatkan kembali defekasi normal. Program ini berkaitan
dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum
mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung. Secara
garis besar program ini adalah sebagai berikut :
o Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat
defekasi normal.
o Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
a. Asupan cairan sekitar 2500 3000 cc/hari
b. Peningkatan diit tinggi serat
c. Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi
d. Peningkatan aktivitas / latihan
o Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 3 minggu :
a. Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu
defekasi klien untuk merangsang defekasi.
b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di
Commode atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository
dan keinginan defekasi.
c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup
30 40 menit.
d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari
mengecan berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
o Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari
negatif feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu
sampai bulan untuk mencapai keberhasilan
EVALUASI
- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?
- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?
- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?

S-ar putea să vă placă și