Sunteți pe pagina 1din 39

KELENJAR TIROID

Embriologi

Glandula tiroidea pertama dikenal sebagai penebalan endoderm lantai faring dalam awal
embriosomit. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua dan
ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini terjadi pada garis tengah. Saluran
pada struktur ini menetap dan menjadi duktus atau lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke 12 masa kehidupan intra uterine.
Anatomi dan Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan satu-satunya kelenjar endokrin yang membuat hormon tiroid
yang memegang peranan yang penting dalam berbagai proses metabolisme dan aktifitas
fisiologik sistem tubuh manusia. Oleh sebab itu hormon tiroid harus ada secara terus-menerus
dan tidak mengalami gangguan sintesis maupun mekanisme regulasi agar dapat mempertahankan
proses metabolisme dan aktifitas fisiologik dalam tubuh.

Gambar 1 Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar. Pada orang dewasa beratnya
berkisar antara 20-25 gram tergantung dengan umur, berat badan dan asupan yodium seseorang.
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan

1|P age
ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Lobus kanan dan kiri meluas dari kartilago tiroidea
hingga ke cincin trakea ke-6. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar tiroid pada fasia pratrakea
(ligamentum suspensorium berry atau ligamentum suspensorium gl. Tiroid) sehingga pada setiap
gerakan menelan, selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah cranial.

Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm
dan tebal 1-1,5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium.

Di bagian ventral kelenjar tiroid ditutupi oleh muskulus sternotiroid dan sternohioid. Pada
bagian posterior kelenjar tiroid terdapat sulkus trakeosefagus yang di dalamnya terdapat nervus
laringeus rekuren. Nervus ini mempersarafi otot-otot pita suara, sehingga pada pengangkatan
kelenjar tiroid sering terjadi suara serak atau hilang akibat cedera pada nervus ini. Persarafan
kelenjar tiroid :

1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior


2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)

Kelenjar tiroid diperdarahi oleh A. Tiroidea superior yang berasal dari A. Karotis
Eksterna atau A. Karotis komunis, A. Tiroidea inferior yang berasal dari A. Subclavia, dan A.
Tiroid ima yang berasal a. Brakhiosefalika (salah satu cabang dari aorta). Arteri tiroid ima
merupakan arteri yang paling sering menimbulkan resiko perdarahan yang berat jika arteri ini
mengalami cedera. Aliran darah tiroid berkisar antara 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaan
hipertiroidisme aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit sehingga pada pemeriksaan
fisik dapat teraba dan pada auskultasi terdengar sebagai bising aliran darah di ujung bawah
kelenjar.(bruit).

2|P age
Gambar 2 Fisiologi Hormon Tiroid

Fungsi kelenjar tiroid dan hormon tiroid

Fungsi kelenjar tiroid antara lain adalah menghasilkan hormon tiroid dan menghasilkan
hormon kalsitonin. Fungsi dari hormon tiroid antara lain :

1. Proses metabolisme yaitu sebagai termoregulasi dan kalorigenik


2. Dalam metabolisme karbohidrat bersifat diabetogenik karena resorbsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati meningkat dan glikogen otot menipis serta degradasi insulin
meningkat.
3. Dalam metabolisme lipid adalah mempercepat sintesis kolesterol, tetapi ekskresi lipid di
empedu ternyata jauh lebih cepat daripada sintesis kolesterol sehingga didapatkan penurunan
kadar kolesterol total.
4. Dalam metabolisme protein bersifat anabolik, tetapi dalam jumlah besar bersifat katabolik.
5. Berperan dalam pembentukan vitamin A, yaitu konversi provitamin A menjadi vitamin A di
hati.
6. Berpengaruh terhadap perkembangan fetus
7. Berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, produksi panas, dan pembentukan radikal bebas

3|P age
8. Efek terhadap kardiovaskuler, simpatis, paru-paru, sistem hematopoietik, gastrointestinal,
skeletal, dan neuromuskuler.
9. Berpengaruh terhadap ovulasi.

BAB III
STRUMA

Pendahuluan

Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar
normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali.
Pertama bahawa hormon yang aktif ialah free-hormon. Kedua bahawa metabolism sel didasarkan
adanya free-T3 bukan free-T4. Ketiga bahawa distribusi enzim deyonodinasi I, II dan III (DI,
DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda di mana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal dan
tiroid, DII di otak, hipofisis dan DIII hampir di seluruh jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI
yang direm oleh PTU (propil-tiourasil).

Definisi

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid.

Penyebab

Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi oleh karena ukuran sel-
selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang
bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal
utama yaitu :
1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau jaringan
tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid lingual).
2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis
Hashimoto.

4|P age
3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi yodium) serta hiperplasia, misalnya pada struma
koloid dan struma endemik.
4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma (sejenis tumor
jinak) dan adenokarsinoma (suatu tumor ganas).

Klasifikasi

1. Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan), Menurut American society for Study of
Goiter membagi :
a. Struma Non Toxic Diffusa
b. Struma Non Toxic Nodusa
c. Stuma Toxic Diffusa
d. Struma Toxic Nodusa

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi
fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah nodusa dan diffusa
lebih kepada perubahan bentuk anatomi.

a. Struma non toxic nodusa


Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid.
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan
tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum
diketahui.Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang
kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d
dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.
Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada pre-existing penyakit tiroid
autoimun
Goitrogen :
Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants
yang mengandung yodium

5|P age
Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari
tambang batu dan batubara.
Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak cina, brussels
kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar
Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid
Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)

b. Struma Non Toxic Diffusa


Etiologi: (Mulinda, 2005)
Defisiensi Iodium
Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan penurunan
pelepasan hormon tiroid.
Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis terhadap
hormon tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-stimulating immunoglobulin
Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosynthesis hormon
tiroid.
Terpapar radiasi
Penyakit deposisi
Resistensi hormon tiroid
Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
Silent thyroiditis
Agen-agen infeksi
Suppuratif Akut : bacterial
Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit
Keganasan Tiroid

c. Struma Toxic Nodusa


Etiologi : (Davis, 2005)
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4

6|P age
Aktivasi reseptor TSH
Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G
Mediator-mediator pertumbuhan termasuk: Endothelin-1 (ET-1), insulin like
growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor.

d. Struma Toxic Diffusa


Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang merupakan
penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya (Adediji,2004)
Patofisiologi : Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan
dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH,
TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan
menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel
maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005)

Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan
produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel
kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan
terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon
tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005)
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten
terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin (Mulinda, 2005)

2. Berdasarkan konsistensinya :
a. Lunak.
b. Kistik.
c. Keras.
d. Sangat keras.

3. Berdasarkan jumlah nodulnya :

7|P age
a. Satu : Soliter
b. Lebih dari satu : Multinodusa

4. Berdasarkan fisiologisnya :
a. Eutiroid : Aktivitas kelenjar tiroid normal.
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

b. Hipotiroid : Aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal.


Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis
dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan
kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai
kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat
pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar
dalam sirkulasi.

Gambar 3 Hipotiroidisme

c. Hipertiroid : Aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan.

8|P age
Didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik
hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi
hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.

Gambar 4 Hipertiroidisme

5. Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (Eutiroid dan Hipotiroid)
Difusa : Endemik goiter, gravid
Nodusa : Neoplasma
b. Toksik (Hipertiroid)
Difus : Grave, tirotoksikosis primer
Nodusa : Tirotoksikosis skunder

6. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium aktifnya :


a. Nodul dingin
b. Nodul hangat
c. Nodul panas

7. Berdasarkan morfologinya :

9|P age
a. Struma Hiperplastik Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan yodium (absolute atau realtif). Defisiensi
yodium dengan kebutuhan melebihi dari penghasilan biasanya terjadi semasa pubertas,
pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kekurangan yodium, kelenjar menjadi
hiperplasi karena berusaha keras untuk menghasilkan tiroksin yang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehingga vesikel dengan sel epitel kolumnar tinggi pucat. Koloid
juga menjadi pucat disertai dengan vaskularisai kelenjar yang bertambah. Jika yodium
menjadi adekuat karena pengambilan yodium tambahan atau kebutuhan yodium
berkurang, maka akan terjadi perubahan di dalam struma kolod dan kelenjar akan
mengalami fase istirehat.
.
b. Struma Colloides Diffusa
Stadium yang disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Apabila kebutuhan tiroksin yang
berlebihan oleh karena faktor fisiologis seperti pubertas, laktasi, kehamilan, stress dan
sebagainya serta defisiensi yodium telah terpenuhi dengan proses hyperplasia kelenjar
tiroid, kelenjar akan kembali normal dengan mengalami involusi. Hasilnya dari proses
hyperplasia, vesikel akan mengalami distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar
membesar.

c. Struma Nodular
Biasanya terjadi pada individu yang berusia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelee
dari struma colloides diffusa. Stadium ini terjadi karena kebutuhan berlebihan tiroksin
oleh tubuh untuk jangka waktu yang lama. Disertai juga dengan adanya gangguan semasa
fase kebutuhan fisiologis yaitu semasa pubertas, laktasi, kehamilan, stress dan sebagainya
sehingga terdapat bagian dari kelenjar yang mengalami hiperinvolusi, ada bagian yang
mengalami hiperplasia dan ada pula bagian kelenjar yang normal.

Pada keadaan normal, tiap folikel akan mengalami siklus istirehat dan siklus ekskresi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Saat satu folikel sekresi, terdapat satu folikel yang
lain yang akan istirehat dan akan aktif kemudiannya. Tetapi pada struma nodular, folikel

10 | P a g e
yang istirehat dan sekresi tidak seimbang di mana hanya sebagian kecil sahaja folikel
yang mengalami sekresi.

HIPOTIROIDISME

Definisi lama bahawa hipotiroidisme disebabkan oleh faal tiroid berkurang sudah tidak
tepat lagi. Kini, hipotiroidisme merupakan keadaan di mana efek hormon tiroid di jaringan
berkurang. Secara klinis hipotiroidisme dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Hipotiroidisme sentral : Kerosakan hipotalamus atau hipofisis.
2. Hipotiroidisme primer : Kerosakan kelenjar tiroid.
3. Penyebab lain : Farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium dan
resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan ialah hipotiroidme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis
ditegakkan berdasarkan atas TSH meningkat dan free-T4 menurun.

Hipotiroidisme lebih dominan pada wanita. Dibedakan hipotiroidisme klinis dan


subklinis. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar free-T4 rendah
sedangkan pada hipotiroidisme subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan free-T4 normal tanpa
gejala atau ada gejala yang sangat minimal.

TIROTOKSIKOSIS DAN HIPERTIROIDISME

Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan hipertiroidisme. Tirotoksikosis


ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi Hipertiroidisme
adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya,
manifestasi klinisnya sama karena efek ini disebabkan oleh ikatan T3 dengan reseptor T3-inti
yang semakin penuh. Membedakan tirotoksikosis dan hipertiroidisme adalah perlu karena
toksikosis tanpa hipertiroidisme biasanya self-limiting disease. Kira-kira 70% tirotoksikosis

11 | P a g e
adalah karena penyakit Graves, sisanya karena struma multinoduler toksik (morbus Plummer)
dan adenoma toksik (morbus Goetsch).

Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis. Untuk ini telah
digunakan indeks yang dikenal indeks Wayne dan New Castle yang didasarkan oleh anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang teliti. Kemudian diteruskan dengan pemeriksaan penunjang untuk
konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid dan etiologi. Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar
hormone beredar total-T4, total-T3 (dalam keadaan tertentu baik diperiksa kadar free-T4 dan
free-T3) dan TSH, ekskresi yodium urin, kadar tiroglobulin, uji tangkap I 131 , sintigrafi, antibody
tiroid (ATPO-Ab, ATg-Ab), TSI dan kadang FNAB (fine needle aspiration biopsy) tetapi tidak
semua pemeriksaan ini diperlukan.

Untuk fase awal penentuan diagnosis pertu T3, T4 dan TSH, namun pada pemantauan
cukup diperiksa T4 sahaja karena sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan sudah membaik.
Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon tiroid sehingga lamban pulih
(lazy pituitary).

PENYAKIT GRAVES

Penyakit Graves lazim juga disebut penyakit Basedow (jika trias Basedow dijumpai,
yaitu adanya struma berupa pembesaran tiroid difus, hipertiroid dan eksoftalmus) adalah
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda
dengan gejala seperti keringat berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi terhadap panas,
penurunan berat badan, ketidakstabilan emosi, gangguan menstruasi berupa amenore dan
polidefekasi (sering buang air besar). Klinis sering ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid,
kadang terdapat juga manifestasi pada mata berupa eksoftalmus dan miopati otot ekstrabulbi.
Walaupun etiologi penyakit Graves tidak diketahui, tampaknya terdapat peran dari suatu antibodi
yang dapat ditangkap oleh reseptor TSH, yang menimbulkan stimulus terhadap peningkatan
produksi hormon tiroid.

12 | P a g e
Gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan metabolism di
semua sistem tubuh dan organ yang mungkin secara klinis terlihat jelas. Peningkatan metabolism
menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori dan sering kali asupan (intake) kalori tidak
mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat badan secara drastis.

Peningkatan metabolism pada sistem kardiovaskular terlihat dalam bentuk peningkatan


sirkulasi darah, antara lain dengan peningkatan curah jantung sampai 2-3 kali normal dan juga
dalam keadaan istirehat. Irama nadi naik dan tekanan denyut bertambah sehingga menjadi pulsus
sele di mana penderita akan mengalami takikardi dan palpitasi. Beban pada miokard dan
rangsangan pada saraf autonom dapat mengakibatkan kekacauan irama jantung berupa
ekstrasistol, fibrilasi atrium dan fibrilasi ventrikel.

Pada saluran cerna sekresi maupun peristalsis meningkat sehingga sering timbul
polidefekasi dan diare. Hipermetabolisme susunan saraf biasanya menyebabkan tremor,
oenderita sulit tidur, sering terbangun di waktu malam. Penderita mengalami ketidakstabilan
emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran dan ketakutan yang tidak beralasan yang sangat
menganggu. Pada saluran napas, hipermetabolisme menimbulkan dispnea dan takipnea yang
tidak terlalu menggangu. Kelemahan otot terutama otot-otot bagian proksimal, biasanya cukup
menggangu dan sering muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh gangguan elektrolit yang
dipacu oleh adanya hipertiroid tersebut. Gangguan menstruasi dapat berupa amenore sekunder
atau metrorhagi.

Kelainan mata disebabakan oleh reaksi autoimun berupa ikatan antibody terhadap
reseptor pada jaringan ikat dan otot ekstrabulbi di dalam rongga mata. Jaringan ikat dengan
karingan lemaknya menjadi hiperplastik sehingga bola mata terdorong keluar dan otot mata
terjepit. Akibatnya dapat terjadi eksolftalmus yang dapat menyebabkan kerosakan bola mata
akibat keratitits. Gangguan faal otot bola mata menyebabkan strabismus,

STRUMA NODOSA

13 | P a g e
Struma endemis, biasanya dalam bentuk struma nodusa atau struma adematosa, terutama
ditemukan di daerah pergunungan yang airnya kurang yodium. Struma endemik ini dapat
dicegah dengan substitusi yodium. Di luar daerah endemik, struma nodusa ditemukan pada
keluarga tertentu. Jadi etiologi struma multifaktorial. Biasanya tiroid sudah mula membesar pada
usisa muda, awalnya difus dan berkembang menjadi multinodular.

Struma multinodusa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut dan perubahan yang
terdapat pada kelenjar merupakan kombinasi bagian yang hiperplasia dan bagian yang
berinvolusi. Pada awalnya, sebagian dari struma multinodusa dapat dihambat pertumbuhannya
dengan pemberian hormone tiroksin. Biasanya penderita struma nodusa tidak mempunyai
keluhan karena tidak terdapat hipo- atau hipertiroidism. Nodul dapt juga tunggal, tetapi
kebanyakkan nya berkembang atau berubah menjadi multinoduler tanpa perubahan fungsi.
Degenerasi jaringan menyebabkan terbentuknya kista atau adenoma. Karena pertumbuhan terjadi
secara perlahan, struma dapat menjadi besar tanpa memberikan gejala. Selain adanya benjolan di
leher yang dikeluhkan terutama atas alasan kosmetik. Sebagian besar penderita struma nodusa
dapat hidup dengan struma tanpa keluhan.

Walaupun sebagian besar struma nodusa tidak mempengaruhi pernapasan karena


pertumbuhan ke lateral atau anterior, sebagian ain dapat menyebabakan penyempitan trakea jika
pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat terlihat dengan foto Rontgen
polos dari leher terlihat sebagai trakea pedang. Struma nodusa unilateral dapat menyebabkan
pendorongan trakea kearah kontralateral, tanpa gangguan akibat obstruksi pernapasan.
Penyempitan yang hebat dapat menyebabkan gangguan pernapasan dengan gejala stridor
inspiratoar.

Secara umum, struma adenomatosa benign walaupun besar tidak menyebabkan gangguan
neurologic, musculoskeletal, vaskuler atau respirasi atau gangguan menelan akibat tekanan atau
dorongan. Keluhan yang sering timbul ialah rasa berat di leher, adanya benjolan yang bergerak
naik turun waktu menelan dan alasan kosmetik. Hipertiroid jarang ditemukan pada struma
adenomatosa.

14 | P a g e
Sekitar 5% dari struma nodusa mengalami degenerasi maligna. Tanda keganasan yang
dapat dievaluasi berupa setiap perubahan bentuk, pertumbuhan yang lebih cepat dan tanda
infiltrat pada kulit dan jaringan sekitar, juga fiksasi dengan jaringan sekitar. Penekanan atau
infiltrasi dapat terjadi ke n. rekurens (perubahan suara), trakea (dispnea) atau esophagus
(disfagia).

Benjolan tunggal harus mendapat perhatian yang cukup karena nodul tunggal dapat
berupa nodul koloid, kistik, adenoma tiroid dan / atau suatu karsinoma tiroid. Nodul maligna
sering ditemukan terutama pada pria usia muda dan usia lanjut.

Struma dapat meluas sampai ke mediastinum anterior superior, terutama pada bentuk
nodulus yang disebut struma retrosternum. Umumnya, struma reetrosternum ini tidak turut naik
pada pergerakan menelan karena apertura toraks terlalu sempit. Sering kali struma ini
berlangsung lama dan bersifat asimptomatik sampai terjadi penekanan pada organ atau struktur
sekitarnya. Penekanan ini akan memberi gejala dan tanda penekanan trakea atau esofagus.

GEJALA DAN TANDA

Hipotiroidis me

Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia,
sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi
berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.

15 | P a g e
Gambar 5 Gejala Penderita Hipotiroidisme

Hipertiroidisme

Tabel 1 Gejala Penderita Hipertiroidisme

Metabolik Tidak tahan terhadap suhu tinggi


Nafsu makan meningkat
Berat badan menurun
Diare
Menoragia
Kardiovaskuler Palpitasi
Tekanan denyut besar / pulses seler
Takikardi semasa istirehat atau tidur
Fibrilasi atrium
Neuropsikiatrik Hiperkinesia
Insomnia
Kurang stabil emosi
Tremor
Kelemahan otot

16 | P a g e
Mata Eksoftalmus karena proptosis
Retraksi kelopak mata
Oftalmoplegia (Otot mata lumpuh)
Juling (Otot mata terjepit)
Kulit Miksudem
Udem pratibia

Gambar 6 Gejala Penderita Hipertiroidisme

DIAGNOSIS STRUMA

Anamnesis

1. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme, yaitu defisiensi hormone tiroid, sering ditemukan kira-kira dalam 1%
dari pasien yang dirawat di rumah sakit dan bisa timbul dengan pelbagai gejala yang tersembunyi
dan non-spesifik. Gejala antara lain rasa letih, kelambatan mental dan fisik, intoleransi dingin,
berat badan bertambah, konstipasi, carpal tunnel syndrome, menoragia, demensia dan
hipotermia. Walaupun sangat jarang, hipotiroidisme berat bisa timbul dengan manifestasi koma.
Akan tetapi tanda klasik yang dijelaskan mungkin tidak akan ditemukan khususnya pada manula.

17 | P a g e
Riwayat Penyakit dahulu
Apakah pasien diketahu menghidap hipotiroidisme? Jika ya, tanyakan mengenai terapi sulih
tiroksin, dosis dan durasinya.
Adakah riwayat IHD?
Adakah riwayat hiperkolesterolemia?
Apakah pernah menjalani terapi radioiodine (untuk tirotoksikosis)?
Adakah riwayat kelainan endokrin/autoimun lain?

Obat-obatan
Apakah pasien menggunakan tiroksin?
Apakah pasien menggunakan amiodaron?

Riwayat keluarga
Adakah riwayat penyakit tiroid dalam keluarga?

2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme, yaitu kelebihan hormone tiroid yang mengenai 0,5% pasien rawat inap
di rumah sakit. Ini bisa menimbulkan berbagai gejala termasuk cemas, tremor, penurunan berat
badan, palpitasi, perubahan mata dan struma. Akan tetapi seperti pada hipotiroid, pasien dengan
tiroroksikosis bisa saja tidak ada gejala atau tanda yang jelas dan diperlukan indeks kecurigaan
yang tinggi khususnya pada manula.

Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah pernah terdapat riwayt tirotoksikosis? Jika ya, obat apa yang digunakan, termasuk
iodine radioaktif dan obat-obatan seperti karbimazol, propiltiourasil dan beta bloker?
Adakah riwayat penyakit autoimun lain?

Riwayat Keluarga
Adakah riwayat penyakit tiroid dalam keluarga?

18 | P a g e
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa seperti telah disebutkan diatas, dibedakan
dalam hal :
1. Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).
2. Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.
3. Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4. Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.

Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multipel namun pada umumnya
pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras sampai sangat keras. Yang
multipel biasanya tidak ganas kecuali apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan
lebih keras daripada yang lainnya.

Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinannya ialah
suatu perdarahan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroiditis tetapi kalau nyeri dan sukar
digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.

Nodul yang tidak nyeri apabila multipel dan bebas digerakkan mungkin ini merupakan
komponen struma difus atau hiperplasia tiroid. Namun apabila nodul multipel tidak nyeri tetapi
tidak mudah digerakkan ada kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya limfadenopati
mencurigakan suatu keganasan dengan anak sebar

1. Hipotiroidisme
Adakah struma?
Apakah pasien mengalami :
Bicara lambat?
Rambut kasar?
Gerak letargik?
Edema wajah?

19 | P a g e
Bradikardia?
Suara serak?
Carpal tunnel syndrome?
Anemia?
Rambut rontok (kulit kepala dan alis)?
Bercak persik dan krim?
Efusi perikard / pleura
Edema perifer?
Refleks relaksasi yang lambat?

2. Hipertiroidisme
Apakah pasien mengalami :
Takikardia, fibrilasi atrium?
Gerakan hiperkinetik, agitasi?
Tremor halus?
Telapak tangan hangat berkeringat?
Struma
Kelemahan proksimal?
Gagal jantung?

Periksa tanda pada mata : Proptosis, retraksi kelopak mata, kelopak mata lambat menutup atau
lidlag?

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Pemeriksaan ini bertujuan untuk :
a. Mengukur fungsi thyroid : pemeriksaan menggunakan RIA (Radioimmuno-assay) dan
ELISA (Enzym linked Imunno Assay) dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan
meliputi kadar TSH, T3 total, Free T4, dan T4 total.

20 | P a g e
b. Mencari penyebab gangguan fungsi tyroid : ditemukan 5 macam antigen-antibodi spesifik
pada thyroid
Antibodi tiroglobulin miksedema, Graves, Hashimoto dan kanker tiroid
Antibodi mikrosomal tiroid autoimmun, kanker tiroid
Antibodi CA2 tiroiditis de Quervain
Antibodi permukaan sel
TSAb (Thyroid Stimulating Antibodies) Graves, Hashimoto

2. Radiologi

Pemeriksaan Sidik Tiroid


Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang
utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi NaCl per oral dan
setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh
tiroid. Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk seperti telah disinggung diatas:
Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan fungsi yang rendah.
Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini
memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul
sama dengan bagian tiroid yang lain.

Dari hasil pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dibedakan apakah yang kita hadapi itu
suatu keganasan atau sesuatu yang jinak. Keganasan biasanya terekam sebagai nodul dingin dan
soliter tetapi tidak berarti bahwa semua nodul dingin adalah keganasan. Liecthy mendapatkan
bahwa 90% dari nodul dingin adalah jinak dan 70 % dari semua nodul jinak adalah juga nodul
dingin.

Nodul yang hangat biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk pada penelitiannya
mendapatkan 2 keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila ditemukan nodul yang panas ini
hampir pasti bukan suatu keganasan.

21 | P a g e
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair. Selain itu dengan
berbagai penyempurnaan sekaran USG dapat membedakan beberapa bentuk kelainan tetapi
belum dapat membedakan dengan pasti apakah suatu nodul itu ganas atau jinak. Pemeriksaan ini
mudah dilakukan tetapi interpretasinya agak lebih sukar dari sidik tiroid. Gambran USG yang
didapat dibedakan atas dasar kelainan yang difus atau fokal yang kemudian juga dibedakan atas
dasar derajat ekonya yaitu hipoekoik, isoekoik atau campuran. Kelainan- kelainan yang dapat
didiagnosis secar USG ialah :
Kista : Kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.
Adenoma / nodul padat : Iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai hal yaitu suatu
lingkaran hipoekoik disekelilingnya.
Kemungkinan karsinoma; nodul padat, biasanya tanpa halo.
Tiroditis : Hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.

Dahulu adanya halo dikaitkan dengan sesuatu yang jinak (adenoma) tetapi sekarang
ternyata bahwa halo dapat pula ditemukan keganasan. Dibandingkan sidik tiroid dengan
radioisotop, USG dalam beberapa hal lebih menguntungkan karena dapat dilakukan tanpa
persiapan dan kapan saja. Pemeriksaan ini lebih aman dapat dilakukan pada orang hamil atau
anak-anak dan lebih dapat membedakan antar yang jinak dan ganas.

PENATALAKSANAAN

22 | P a g e
Gambar 7 Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Struma

Medikamentosa

1. Hipotiroidisme
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin (Na-levotiroksin : LT4) merupakan obat pilihan utama untuk replacement
therapy pada hipotiroidisme atau kretinisme karena potensinya konsisten dan lama kerjanya
panjang. Absorpsinya di usus halus bervariasi dan tidak lengkap.

Triyodotironin (Na-liotironin) dapat dugunakna bila diperlukan obat dengan mula kerja
lebih cepat misalnya pada koma miksedema atau untuk persiapan terapi yodium radio-aktif pada
kanker tiroid. Liotironin jarang diberikan untuk pengobatan jangka panjang karena
pemberiannya harus lebih sering, dibutuhkan dana yang besar dan akan terjadinya peningkatan
T3 yang hanya sementara.

23 | P a g e
Tujuan terapi ini ialah untuk mencapai kisaran kadar TSH normal yaitu 0,5-5,0 uIU/mL,
bil terapi berlebihan akan terjadinya supresi TSH sampai subnormal dan dapat menyebabkan
osteoporosis dan disfungsi jantung.

2. Hipertiroidisme
Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid yaitu :
a. Antitiroid : Yang menghambat sintesis hormon secara langsung
Antitiroid golongan tionamida, misalnya propiltiourasil, menghambat proses
inkorporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin dan juga menghamabt
penggabungan residu yodo-tirosil untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan
menghamabt enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil
terganggu. Propiltiourasil juga menghambat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di
jaringan perifer, sedangkan metimazol tidak memiliki efek ini.

Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala klinik


sambil menunggu remisi spontan dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat digunakan
dalam kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepatkan pembaikan klinis
sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Selain itu, antitiroid dapat digunakan
untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar tiroid berberntuk difus
atau noduler. Efek terapi umumnya tampak 3-6 minggu. Besarnya efek hambatan fungsi
tiroid tergantung dari berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah
hormone yang tersedia dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi biasanya tidak
akan menghambat fungsi tiroid secara total dan waktu penyembuhan yang diperlukan
oleh setiap individu berbeda. Apabila obat yang diberikan sudah melebihi kebutuhan
maka akan muncul gejala hipotiroidisme.

Keuntungan penggunaan antitiroid mengurangi tindakan operatif dan segala


komplikasi yang mungkin timbul. Pada ibu hamil dan hipertiroidisme antitiroid
merupakan obat pilihan karena tiroidektomi sering menimbulkan abortus. Akan tetapi
pada trimester ketiga sebaiknya dosis diturunkan untuk menghindari terjadinya goiter
pada fetus. Semasa operasi sediaan antitiroid sering diberikan bersama yodium karena

24 | P a g e
akan mengurangkan vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Sekiranya hanya diberikan
antitiroid maka vaskularisasi tiroid akan bertambah dan kelenjar akan menjadi lebih
rapuh.

b. Penghambat ion : Yang memblok mekanisme transport yodida


Berupa obat anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai ukuran yang
sama dengan hidrat ion yodida misalnya tiosianat, perklorat dan fluoborat. Obat golongan
ni menghambat fungsi tiroid dan menimbulkan goiter. Mekanisme obat ini ialah dengan
menghamabt secara kompetetif sodium-iodide symporter (NIS) yang menghambat
masuknya yodium. Tiosanat tidak tertimbun di dalam tiroid sedangkan obat yang lain
akan tertimbun di dalam tiroid tetapi perklorat meskipun tertimbun tidak akan
dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh.

c. Yodium dengan konsentrasi tinggi : Yang dapat mengurangi sintesis dan pengeluaran
hormon dari kelenjar
Merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme sebelum
ditemukan obat yang lain. Peran yodium dalam tiroid ialah untuk biosintesis hormone
tiroid, menghambat proses transport aktifnya sendiri kedalam tiroid dan yodium yang
cukup banyak akan menghambat sintesis yodotironin dan yodotirosin (Wolf-Chaikoff
effect). Yodium biasanya diberikan setelah gejala hipertiroidisme diatasi dan 10 hari
sebelum operasi.

d. Yodium radioaktif : Yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi.


Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar alfa, beta dan
gama. Umumnya sinar-sinar ini akan merusak sel tubuh dengan terjadinya perubahan
molekul di dalam sel yang disinari oleh energy yang tinggi. Ionisasi dan perubahan
molekul di dalam sel menyebabkan perubahan fungsi sel. Karena eratnya hubungan
metabolism yodium dengan fungsi tiroid maka yodium radioaktif banyak digunakan
untuk penyelidikan tiroid termasuk pengobatan dan diagnosa.

Non-Medikamentosa

25 | P a g e
Pembedahan struma dapat dibagi menjadi :
1. Pembedahan diagnostik (biopsi) : Merupakan biopsi insisi atau eksisi sangat jarang dilakukan
dan telah ditinggalkan terutama denagn semakin akuratnya penggunaan biopsi jarum halus
(BAJAH). Biopsi diagnostik hanya dilakukan pada keadaan tumor yang tidak dapat
dikeluarkan seperti pada karsinoma anaplastik.
2. Terapeutik : Pembedahan terapeutik dapat berupa :
a. Lobektomi total
b. Lobektomi subtotal
c. Istmolobektomi
d. Tiroidektomi total : Dilakukan pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik atau karsinoma
medularis dengan atau tanpa diseksi leher radikal.
Kontroversi yang muncul adalah untuk pembedahan karsinoma tiroid yang berdiferensiasi
baik dan unilateral dengan skor prognostik yang baik harus dilakukan hemitiroidektomi atau
tiroidektomi total. Pembedahan karsinoma anaplastik hanya bersifat paliatif dengan
prognosis yang buruk. Untuk struma mononoduler nontoksik dan non maligna dapat
dilakukan hemitiroidektomi, istmolobektomi atau tiroidektomi subtotal.
Tabel 2 Jenis Pembedahan Struma

Jenis Contoh Indikasi


Biopsi insisi Struma difusa pradiagnosis
Biopsi eksisi Tumor (nodul) terbatas pradiagnosis
Tiroidektomi Hipertiroidi (Penyakit Graves)
Tiroidektomi subtotal Struma nodusa benign
Hemitiroidektomi (istmolobektomi) Kelainan unilateral (adenoma)
Tidoidektomi total Keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe
Tiroidektomi radikal Keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis ke
kelenjar linfe regional

Terapi penyakit Graves ditujukan pada pengendalian keadaan tirotoksikosis /


hipertiroid dengan pemberian antitiroid sepertti propil-tiourasil (PTU) atau karbimazol. Terapi
definatif dapat dipilih antara :

26 | P a g e
1. Pengobatan antitiroid jangka panjang.
2. Ablasio dengan yodium radioaktif.
3. Tiroidektomi.

Pembedahan terhadap tiroid dengan hipertiroid dilakukan jika pengobatan dengan


medikamentosa gagal dengan kelenjar tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan
kesembuhan yang permanen meskipun kadang dijumpai terjadinya hipotoroid dan komplikasi
yang minimal.

Struma nodusa yang berlangsung lama biasanya tida dapat lagi dipengaruhi dengan
pengobatan supresi hormone tiroid atau pemberian hormone tiroid. Penanganan struma lama
adalah tiroidektomi subtotal dengan indikas yang tepat yaitu :
1. Perlu mencapai hasil definitif yang cepat
2. Keberatan terhadap antitiroid.
3. Penanggulangan dengan antitiroid tidak memuaskan.
4. Struma multinodeler dengan hiertiroidi.
5. Nodul toksik soliter.
Biasanya struma retrosternum dapat dilakukan melalui insisi di leher dan tidak
memerlukan torakotomi karena perdarahan berpangkal pda pembuluh di leher. Jika letaknya di
dorsal arteri subklavia, pembedahan dilakukan dengan cara torakotomi.

Penyulit Pembedahan Tiroid

Langsung sewaktu pembedahan Perdarahan


Cedera n. rekuren uni- atau bilateral
Cedera pada trakea, esofagus atau saraf di leher
Kolaps trakea karena malasia trakea
Terangkatnya seluruh kelenjar paratiroid
Terpotongnya duktus torasikus di leher kanan
Segera pascabedah Perdarahan di leher

27 | P a g e
Perdarahan di mediatinum
Udem laring
Kolaps trakea
Krisi tiroid / tirotoksikosis
Beberapa jam sampai beberapa Hematom
hari pascabedah Infeksi luka
Udem laring
Paralisis n. rekurens
Cedera n. laringeus superior menjadi nyata
Hipokalsemia
Lama Pascabedah Hipotiroid
Hipoparatiroid / hipokalsemia
Paralisis n. rekurens
Cedera n. laringeus superior
Nekrosis kulit
Kebocoran duktus torasikus

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

PENCEGAHAN

Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium

28 | P a g e
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak,
tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya
yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas
dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,
yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan
air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik
berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun
dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah
endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan
kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali
dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang
dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,


mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit yang
dilakukan melalui beberapa cara yaitu :

1. Diagnosis

a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada
posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan
atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk

29 | P a g e
(diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada
permukaan pembengkakan.

b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam
posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu
jari kedua tangan pada tengkuk penderita.

c. Tes Fungsi Hormon


Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid
untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum
diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi
yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.

Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi
pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien
peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien
yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk
mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.

d. Foto Rontgen leher


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau menyumbat
trakea (jalan nafas).

e. Ultrasonografi (USG)
f. Sidikan (Scan) tiroid
g. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

2. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain sebagai
berikut :

30 | P a g e
a. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan
dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau
mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.
Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah
atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
(suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin
banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga
dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan


tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian
diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi
hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma
dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.

b. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian
yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut
berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh
lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium
radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat
ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.

c. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid


Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH

31 | P a g e
serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.

Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial
penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi
adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar
serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi
yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi
yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan
kecantikan.

BAB IV
DIAGNOSA BANDING

Kelainan pada kelenjar thyroid berupa :


1. Neoplasma
a. Ganas
b. Jinak
2. Non Neoplasma
a. Struma
b. Thyroiditis

1. GOITER ENDEMIK

32 | P a g e
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembesaran ini dapat memiliki fungsi
kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien tyroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi
hormon (hipetroidisme).

Tanda dan Gejala :


Kelainan fisik ( asimetris leher)
Saat Goiter tumbuh menyebabkan disfalgia sesak napas, serak atau nyeri pada saat di
palpasi
Batuk
Dapat disertai hipotiroidisme.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pengukuran T3 dan T4 serum.

2. CT Scan yodium radio aktif dengan teknetium porkeknera, untuk melihat medulanya.

3. Sidik ultra sound untuk mendeteksi perubahan-perubahan kistik pada modula tiroid.

4. Foto polos leher dan dada atau berguna untuk menunjukan pergeseran trakea dan
esofagus.
2. KARSINOMA TIROID

Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih
sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid
bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon
tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu
kelompok besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan

33 | P a g e
kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan
kemungkinan fatal.

1. Karsinoma papilaris
Jenis yang paling banyak ditemukan, Neoplasma tumbuh lambat dan menyebar melalui
saluran getah bening ke kelenjar getah bening regional.

2. Karsinoma folikuler
Tumor sangat mirip tiroid normal, meskipun pada suatu saat dapat berkembang secara
progresif, cepat menyebar ketempat-tempat yang jauh letaknya. Tumor ini tidak hanya secara
histologis menyerupai folikel tiroid, tetapi juga mampu menangkap yodium radioaktif. Cara
metastasis melalui aliran darah ketempat jauh letaknya seperti paru-paru dan tulang.

3. Karsinoma meduler
Sel asal neoplasma ini adalah sel C atau sel parafolikuler. Seperti sel prekursornya, maka
tumor ini sanggup mensekresi kalsitonin. Meskipun tampaknya tumor ini tumbuh lambat,
tumor cenderung mengalami metastasis ke kelenjar getah bening local pada stadium dini.
Kemudian tumor ini akan menyebar melalui aliran darah ke paru-paru, hati, tulang dan
organ-organ tubuh lainnya dan ada kecenderungan bermetastasis pada stadium dini.
Perkembangan dan perjalanan klinisnya dapat diikuti dengan mengukur kadar kalsitonin
serum
4. Karsinoma anaplastik
Jenis tumor ini sangat ganas dan penyebarannya sangat cepat serta berdiferensiasi buruk.
Karsinoma ini memperlihatkan bukti invasi lokal pada stadium dini ke struktur-struktur
disekitar tiroid, serta metastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.

Gejala
Pembengkakan leher dan pembesaran kelenjar tiroid, suara penderita berubah menjadi
serak dan bisa terjadi batuk berdarah dan gangguan pernapasan dan menelan.

Pemeriksaan Laboratorium

34 | P a g e
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan
T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker
dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau
tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.

Radiologi
USG, Foto Polos, CT Scan, Scintisgrafi

Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan
sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum
tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler,
karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

Pemeriksaan Pada Kecurigaan Keganasan Tiroid

Khusus pada keadaan-keadaan yang mencurigakan suatu keganasan, pemeriksaan-


pemeriksaan penting lain yang dapat dilakukan ialah :

Biopsi aspirasi jarum halus


Pada masa sekarang dilakukan dengan jarum halus biasa yitu Biopsi Aspirasi Jarum
Halus (BAJAH) atau Fine Needle Aspiration (FNA) mempergunakan jarum suntik no.22-27.
Cara ini mudah aman dapat dilakukan dengan berobat jalan. Dibandingkan dengan biopsi cara
lama (jarum besar). Biopsi jarum halus tidak nyeri tidak menyebabkan dan hampir tidak ada
bahaya penyebaran sel-sel ganas. Ada beberapa kerugian pada biopsi, jarum ini yaitu dapat

35 | P a g e
memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Negatif palsu biasanya karena lokasi biopsi
yang kurang tepat. teknik biopsi yang kurang benar atau preparat yang kurang baik dibuatnya.
Hasil positif palsu dapat terjadi karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-Thermography. Hasilnya disebut n panas apabila
perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9C dan dingin apabila <0,9C. Pada penelitian Alves
dkk didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Dibandingkan dengan cara
pemeriksaan yang lain ternyata termografi ini adalah paling sensitif dan spesifik.

Petanda Tumor ( Tumor Maker)


Sejak tahun 1985 telah dikembangkan pemakaian antibodi monoklonal sebagai petanda
tumor. Dari semua petanda tumor yang telah diuji hanya peninggian tiroglobulin (Tg) serum
yang mempunyai nilai yang bermakna. Hashimoto dkk mendapatkan bahawa 58,6% kasus
keganasan tiroid memberikan kadar Tg yang tinggi. Kadar Tg serum normal ialah antara 1,5-30
ng/ml. Tampaknya tidak ada korelasi yang jelas antara kelainan histopatologik dan kadar Tg
serum.

36 | P a g e
Penatalaksanaan Karsinoma Tiroid

Untuk penataksanaan karsinoma tiroid dilakukan sesuai dengan masing masing tipe
karsinoma tiroid :

1. Adenokarsinoma Papiller
Pada struma nodul tunggal sebainya tidak dilakukan enukleasi, sebab bila hasil
pemeriksaan patologi ternyata ganas maka sel tumor sudah tercecer dan pembedahan berikutnya
menjadi tidak sempurna lagi. Harus diingat bahwa sebagian struma nodul tunggal adalah ganas,
dan juga nodul yang terba tunggal adalah tunggal mungkin merupakan bagian struma
multinodusa. Nodul soliter jinak jarang terdapat pada anak, pria (semua umur), dan wanit
dibawah 40 tahun. Bila ditemukan struma nodul tunggal pada golongan tersebut harus dianggap

37 | P a g e
suatu keganasan dan dilakukan istmolobektomi. Pada pemeriksaan histopatologi, sekitar 10%
menunjukkan keganasan dan biasanya jenis adenokarsinoma papiller.

Bila ditemukan pembesaran kelenjar limfe leher, kemungkinan besar telah terjadi
penyebaran melalui saluran limfe didalam kelenjar sehingga perlu dilakukan tiroidektomi total
dan diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.

Diseksi leher merupakan pengeluaran semua kelenjar limfe leher. Bila tidak ada
penyusupan struktur diluar kelenjar getah bening, diseksi dapat dibatasi pada kelenjar getah
bening saja, artinya m. Sternocleidomastyoideus, n. Accesorius dan v. Jugularis interna tidak
turut diangkat./ Bedah diseksi leher yang dimodifikasi ini menguntungkan, karena pengangkatan
m. Sternocleidomastoideus dan atrofi m trapezius mengakibatkan gangguan kosmetik yang
mencolok sekali. Atrofi m. Trapezius disebabkan karena putusnya n. Accesorius pada
pengeluaran m sternocleidomastoideus.

Penyulit tiroidektomi terpenting adalah gangguan n laryngeus inferior (n. Recurrens) dan
hipoparatiroid. Pada setiap tiroidektomi n recurrens harus dipisahkan untuk mencegah cedera.

Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena adenokarsinoma papiller pada
umumnya tidak menyerap yodium. Pascatiroidektomi total ternyata yodium dapat ditangkap oleh
sel anak sebar tumor papiller tertentu sehingga pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif
bermanfaat. Radiasi ekstern dapat diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi intern. Metastasis
ditanggulangi secara ablasio radioaktif.

2. Adenokarsinoma Folikuler
Pembedahan untuk adenokarsinoma folikuler adalah tiroidektomi total. Karena sel
karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila masih
tersisa ataupun terdapat metastasis, maka dilakukan pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi
ekstern untuk metastasis ternyata memberi hasil yang cukup baik.

3. Adenokarsinima Meduler

38 | P a g e
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian radioterapi tidak
memuaskan. Pemberian yodium radioaktif juga tidak akan berhasil karena tumor ini berasal dari
sel C sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.

4. Adenokarsinoma Anaplastik
Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya dapat dilakukan
biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu satunya terapi yang bisa diberikan adalah
radiasi ekstern.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

39 | P a g e

S-ar putea să vă placă și