Sunteți pe pagina 1din 12

TUGAS SISTEM SENSORI & PERSEPSI

( Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hordeolom )

Kelompok I :

Dekrates Batuwael
Fransina Lasibyanan
Fransischa Hutubessy
Jaisi Syaranamual
Julio Kambalien
Juliana Lan de lima
Latifah Siregar
Moren Lilipory
Nadia Elma
Rachmat Maturbongs
Stevanus Wattimury
Wilhelmina Kobloy
Yenike Latuputty

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hordeolum


Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting.Kelopak mata melindungi kornea
dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air mata.Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti
ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata
tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.
Hampir setiap orang mengenal timbilen atau timbil yang dalam bahasa medis disebut
Hordeolum.Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang tua.
Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibanding anak-anak. Tidak
ada perbedaan angka kejadian antara wanita dengan pria. Adakalanya seseorang mudah sekali
mengalami timbilen (berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi timbil
di tempat yang lain. Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga
terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.Mudah
timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.
Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen yang
menyebabkan nyeri tajam yang tumpul.( Indriana Istiqomah, 2004: 91). Hordeolum biasanya
berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata.Tanda-tanda
hordeolum ini sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian
atas atau bawah, berwarna kemerahan. Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau
kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata
Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak
mata. Keluhan yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada
kelopak mata, nyeri tekan dan makin nyeri saat menunduk.Kadang mata berair dan peka
terhadap sinar.Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan
mengeluarkan nanah.

B. Rumusan Masalah
a).Bagaimana konsep teori Hordeolum?
b).Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien Hordeolum?
C. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami baik konsep teori hordeolum
maupun konsep asuhan keperawatan pada klien hordeolum
b) Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep teori hordeolum :
a. Untuk mengetahui pengertian hordeolum
b. Untuk mengetahui klasifikasi hordeolum
c. Untuk mengetahui etiologi hordeolum
d. Untuk mengetahui patofisiologi hordeolum
e. Untuk mengetahui pathway hordeolum
f. Untuk mengetahui manifestasi hordeolum
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hordeolum
h. Untuk mengetahui komplikasi hordeolum
i. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hordeolum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan hordeolum
a. Untuk mengetahui konsep pengkajian klien hordeolum
b. Untuk mengetahui contoh analisis data klien hordeolum
c. Untuk mengetahui diagnosa klien hordeolum
d. Untuk mengetahui contoh intervensi klien hordeolum

BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi Hordeolum
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel
atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di
daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri.(Sidarta Ilyas,2010:92) Merupakan
peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi
staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi
hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
Hordeolum adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan
oleh stafilokokkus(Indriana Istiqomah,2004)

B. Klasifikasi Hordeolum
Menurut Indriana Istiqomah,2004 hordeolum dibagi menjadi:
1) Hordeolum internum adalah abses akut pada kelopak mata yang disebabkan oleh infeksi
stafilokokkus pada kelenjar meibomian, dengan penonjolan mengarah ke konjungtiva.
2) Hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokkus yang memberikan gambaran
abses akut yang terlihat pada folikel bulu mata dan kelenjar Zeis atau Moll, hordeolum
aksternum sering ditemukan pada anak-anak.
3) Hordeolum bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum
biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.

C. Etiologi Hordeolum
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri
dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus). Hordeolum sama dengan jerawat
pada kulit. Hordeolum kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa
timbul secara berulang.(Sidarta Ilyas,2004)

D. Pathway

Stafilococus Aureus

Infeksi pada Inflamasi


kelenjar kelopak
mata Nyeri Gangguan rasa
nyama

Kelenjar Meibomian Pembentukan nanah Kelenjar Zeis


dalam lumen
kelenjar

Abses kearah Abses kearah


kelopak mata dan kulit palpebra
konjungtiva
Hordeolum Pembengkakan Hordeolum
internum kelopak mata Eksternum

Insisi pada daerah Insisi dengan


fluktuasi pus, Kelopak mata sukar margo palpebra
tegak lurus pada di angkat
margo palpebra
Resiko injury Penglihatan Gangguan Citra
menurun
Gangguan
persepsi sensori
E. Manifestasi Klinis
Menurut Sidarta Ilyas, 2004, tanda dan gejala hordeolum antara lain:
1) Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan.
2) Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar diangkat.
3) Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
4) Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
5) Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.

F. Penatalaksanaan Hordeolum
a. Medis
1) Diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga
diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus dibagian tubuh lain maka sebaiknya
diobati juga bersama-sama.
2) Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah
3) Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam. Antibiotic sistemik
diindikasikan jika terjadi selulitis.
4) Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,
Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama
7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
5) Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin.
Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan
antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis
antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
6) Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan
masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
7) Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan
nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
8) Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah abses dengan
fluktuasi terbesar, jika keadan tidak membaik selama 48 jam. Pada insisi hordeolum
terlebih dahulu diberikan anesthesia topical dengan patokain tetes mata. Dilakukan
anesthesia filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
bila:
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
9) Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic (Sidarta Ilyas, 2004 )

b. Keperawatan
1. Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala penyakit, pengobatan dan
penatalaksanaannya pada pasien. (Sidarta Ilyas, 2004 )

G. Komplikasi
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra,yang merupakan radang jaringan ikat jarang
palpebra didepan septum orbita dan abses palpebra

H. Pemeriksaan diagnostik
Ditegakkan sesuai dengan gejala
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama :
Umur : (semua umur bisa terkena penyakit hordeolum)
JenisKelamin :(laki-laki dan perempuan bisa terserang penyakit hordeolum)
Agama :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan : pekerjaan yang sering menghadap komputer beresiko terkena hordelum
Suku :
Alamat :

II. Riwayat Kesehatan


Keluhan Utama : kllien biasanya mengeluh nyeri pada kelopak mata
Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengalami penglihatan sedikit terganggu dengan
benjolan pada kelopak mata
Keluhan Penyakit Dahulu : pasien pernah masuk Rumah Sakit karena penyakit ini
Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga psien ada yang menderita penyakit seperti
yang klien alami yaitu Hordeolum

III. Pemeriksaan Fisik:


Tanda-tanda vital:
1. Tekanandarah
2. Prernafasan
3. Nadi
4. IramaNadi
5. Suhu

a. Head to toe
Kepala :
Mata : nyeri, tampak merah dan bengkak di sekitar mata
Hidung :
Telinga :
Leher :
Dada :
Paru-paru :
Abdomen :
Genetalia :
Ekstremitas :

b. Pengkajian Fungsional Gordon


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, sehingga anggota keluarga selalu
menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan dan minum: tidak mengalami gangguan
3. Pola eliminasi
BAK danBAB :tidak mengalami gangguan
4. Pola aktivitas dan latihan
Terganggunya aktifitas sehari-hari. Biasanya klien cendenrung menyembunyikan penyakitnya
karena malu.
5. Pola istirahat tidur
Pola istirahat tidur biasanya terganggu dan tidak nyaman saat memejamkan mata
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Mengalami gangguan persepsi sensori visual
7. Pola hubungan dengan orang lain
Klien cenderung menyembunyikan penyakitnya karena malu akan perubahan pada matanya
8. Pola reproduksi / seksual
Tidak mengalami gangguan genetalia / organ reproduksi
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Mengalami gangguan konsep diri atau gannguan citra tubuh
10. Pola mekanisme koping
Merasa tidak nyaman akan menutup diri
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien yakin bahwasanya penyakitnya akan segera sembuh
IV. Pemeriksaan Penunjang
Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra superior
dapat dilakukan bersama slitlamp atau tanpa bantuan alat ini. Pemeriksaan ini harus selalu
dilakukan bila diduga ada benda asing. Setelah diberi anestesi lokal, pasien duduk didepan
slitlamp dan diminta melihat kebawah. Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu mata atas
dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangkai aplikator tepat
diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan sedikit menekan aplikator kebawah, serentak
dengan pengangkatan tepian bulu mata. Pasien tetap melihat kebawah, dan bulu mata ditahan
dengan menekannya pada kulit diatas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali.
Konjungtiva tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian
palpebra dengan lembut diiusap kebawah sementara pasien melihat keatas. ( Paul Riordan &
John Witcher, 2009 )

V. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Inflamasi
2. Penurunan penglihatan b.d Gangguan persepsi
3. Gangguan citra tubuh b.d Pembengkakan kelopak mata

VI. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan& Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien 1. Untuk mengetahui
nyaman nyeri keperawatan selama 1x30 setiap 4 jam keadaan umum klien
2. Kaji sekala nyeri 2. Untuk mengetahui
b.d Inflamasi menit, diharapkan klien
3. Berikan terapi
berapa sekala nyeri
rasa nyeri teratasi atau
kompres hangat
yang dihadapi klien
berkurang dengan KH: 4. Berikan HE pada
sehingga kita dapat
Klien dapat klien untuk dapat
memberikan
mengidentifikasi menangani nyeri
penanganan lanjut.
penyebab rasa secara sederhana dan
3. Untuk mengurangi
tidak nyaman nyeri gunakan komunikasi
pembengkakan pada
Klien terapeutik dengan
mata.
mengungkapkan klien 4. Agar klien dapat
nyeri berkurang 5. Kolaborasi dengan
menyembuhkan
Klien dapat tenaga kesehatan
nyerinya sendiri
melakukan teknik lainnya untuk
dengan sederhana.
relaksasi untuk memberikan obat 5. Untuk memberikan
mengurangi nyeri peredam nyeri obat analgesik agar
dengan mandiri nyeri pada klien
nyeri
teratasi.
berkurang/hilang
2 Penurunan Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji adanya 1. Menentukan interve
penglihatan keperawatan selama 1x24 kemerahan pada nsi selanjutnya
2. Terhindar dari iritasi
b.d Gangguan diharapkan penglihatan mata, cairan eksudat
mata selanjutnya
persepsi kembali normal dengan atau ulserasi
3. Kontak lensa dapat
2. Instruksi klien untuk
KH:
merusak mata
tidak menyentuh
Klien dapat 4. Untuk menambah
matanya
mengidentifikasi pengetauan klien.
3. Pindahkan kontak
5. Untuk mengurangi
penyebab dari lensa apabila klien
infeksi dan
ketidaknormalan memakainya
mencegah infeksi
penglihatan 4. Berikan HE untuk
Klien sekunder, dan
menambah
mengungkapkan membersihkan mata
pengetahuan klien
penglihatannya tentang penyakitnya
kembali normal 5. Kolaborasi dengan
Klien dapat tenaga kesehatan lain
melakukan aktifitas untuk pemberian
dengan normal tetes mata
klien dapat melihat
dengan normal
3 Gangguan citra Setelah melakukan 1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui
tubuh b.d tindakan keperawatan klien tentang penyebab dan gejala
Pembengkakan 1x24 jam diharapkan hordeolum, gejala dari hordeolum
kelopak mata gangguan citra tubuh dan penyebab untuk melanjutkan
2. Bantu klien untuk
teratasi dengan KH: tindakan selanjutnya
mengungkapkan 2. Untuk mengurangi
Klien dapat
perasaannya tentang beban dari gangguan
mengidentifikasi
sakit yang citra tubuh, rasa
penyebab darai
dideritanya cemas, malu pada
gangguan citra 3. Bantu klien untuk
orang lain tentang
tubuh mengerti ,
Klien penyakitnya
memahami 3. Menambah rasa
mengungkapkan
,menerima percaya diri klien
sudah dapat
keadaannya bahwa hordeolum
bersosialisasi 4. Kolaborasi dengan
bukan penyakit yang
dengan baik psikiatri untuk
Klien dapat parah
membantu 4. Membantu
beraktifitas dengan
menyelelesaikan menyelesaikan
normal
masalahnya masalahnya
Percaya diri klien
meningkat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.hordeolum yang
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasany sembuh
sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Tanda terjadinya hordeolum antara lain:kelopak
mata yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan terjadinya
pembesaran pada kelenjar preaurikel, kadang mata berair dan peka terhadap sinar dan adanya
abses yang dapat pecah dengan sendirinya
B. Saran
Di dalam menentukan asuhan keperawatan terlebih mengenai Hordeolum kita harus lebih
banyak berdiskusi dengan klien secara langsung.
Dalam perawatan klien, sebaiknya banyak melibatkan orang terdekat klien, mulai dari
keluarga, kerabat sampai teman dekat klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Doenges, Marilyyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

S-ar putea să vă placă și