Sunteți pe pagina 1din 25

BAB I

PENDAHULUAN

Spondilitis mengacu pada rasa sakit punggung kronis dan kekakuan yang
disebabkan oleh infeksi parah atau peradangan pada sendi tulang belakang.
Peradangan pada tulang belakang dapat disebabkan oleh infeksi atau peradangan
kronik pada jaringan di sekitar tulang belakang seperti pada ankilosis spondilitis.
Ankilosis spondilitis menyerang bagian dari insersi tendon, ligamen, fascia, dan
jaringan fibrosa kapsul sendi. Ankilosis spondilitis dianggap sebagai penyakit
rematik yang relatif jarang terjadi.1

Spondilitis ankilosis merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,


ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang
belakang dengan penyebab yang masih belum jelas. Penyakit ini melibatkan
sendi-sendi perifer, sinovial, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang
mengakibatkkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka
merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada
stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain
SA adalah marie strumpell disease atau bechterews disease.2

Penyakit ini termasuk jarang dan insidensinya sebanding dengan artritis


rematoid. Sekitar 20 % donor darah dengan HLA-B27 menderita kelainan
sakroilitis. Manifestasi biasanya dimulai pada masa remaja dan jarang di atas 40
tahun, lebih banyak pada pria daripada wanita.3

BAB II

INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI

1
Di amerika serikat, prevalensi spondilitis ankilosis sebesar 100- 200 per
100.000 penduduk, yang merupakan penyakit spondiloartritis terbanyak. Namun,
prevalensi spondilitis ankilosis di jerman mencapai 1% hingga 5 % sedangkan di
prancis 0, 49 %.4

Spondilitis ankilosis biasanya mulai sejak dekade kedua hingga ketiga


kehidupan dengan median usia 23 tahun. Pada 5 % pasien, gejala timbul pada
usia lebih dari 40 tahun. Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis
seringkali tidak dikenali selama bertahun- tahun. Prevalensi spondilitis ankilosis
antara pria dan wanita berbanding 2:1 sampai 3:1. Spondilitis ankilosis pada
wanita seringkali timbul lebih ringan gejalanya.4

Dilaporkan sebanyak 0,2 % dari eropa menderita spondilitis ankilosis dan


pada orang jepang dan negro insidensinya lebih rendah. Spondilitis ankilosis
berbeda dengan artritis rheumatoid dalam onset, insidens, distribusi penyakit,
umur serta respon terhadap pengobatan. 4

BAB III

ANATOMI

2
Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam 5 daerah,
tetapi hanya 24 dari jumlah tersebut [ 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracica,
dan 5 vertebra lumbalis] dapat digerakkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa
kelima vertebra melebur membentuk os sacrum, dan keempat vertebra coccygea
melebur untuk membentuk os coccygis.5

Gambar 3.1 columna vertebrae.6

Vertebra dari berbagai daerah memiliki ukuran dan sifat khas, dan vertebra
dalam satu daerah pun satu dengan yang lainnya memperlihatkan perbedaan yang
lebih kecil. Vertebra yang khas terdiri atas corpus vertebrae dan arcus vertebrae.
Corpus vertebrae adalah bagian ventral yang memberi kekuatan pada columna
vertebralis dan menganggung berat tubuh. Corpus vertebrae, terutama dari
pediculus arcus vertebrae dan lamina arcus vertebrae. Pediculus arcus vertebrae
adalah taju pendek yang kokoh dan menghubungkan lengkung pada corpus
vertebrae; incisura vertebralis merupakan torehan pada pediculus arcus vertebrae.
Incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior pada vertebra-
vertebra yang bertetangga membentuk sebuah foramen intervertebrale. Pediculus

3
arcus vertebrae menjorok ke arah dorsal bertemu dengan dua lempeng tulang yang
lebar dan gepeng, yakni lamina arcus vertebrae. Arcus vertebrae dan permukaan
dorsal corpus vertebrale membatasi foramen vertebrale. Foramen vertebrale
berurutan pada columna vertebralis yang utuh, membentuk canalis vertebralis
yang berisi medulla spinalis, meninges, jaringan lemak, akar saraf dan pembuluh.5

Gambar 3.2 vertebra yang khas. A. tampakan anterior B. tampakan lateral. 2

Secara umum tulang punggung cervical memiliki bentuk tulang yang kecil
dengan spina atau processus spinosus yang pendek, kecuali pada tulang ke-2 dan
ke-7 yang processusnya agak panjang. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari
C1- C7, namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau
aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang
lehernya.5

Gambar 3.3 tampakan superior os vertebrae C4 dan C7.7

4
Gambar 3.4 os vertebrae cervicalis.8

Pada tulang punggung thorax, processus spinosusnya akan berhubungan


dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal
juga sebagai tulang punggung dorsal dalam konteks mamalia. Bagian ini diberi
nomor T1-T12. Pada tulang punggung lumbal ( L1-L5) merupakan bagian paling
tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi
dengan derajat kecil. Pada tulang punggung sacral terdapat 5 tulang yakni S1- S5.
Tulang- tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis
satu sama lainnya. Pada tulang punggung coccygeal ( Co1- co5) yang saling
bergabung dan tanpa celah.5

5
Gambar 3.5 os vertebrae thorakalis dan ligamentum. 9

Gambar 3.6 Os Vertebrae Lumbalis.10

Gambar 3.7 Os vertebrae sacralis dan coccygis. 11

6
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga
berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligamen, antara lain :

Ligament :

1. Ligamentum intersegmental ( menghubungkan seluruh panjang


tulang belakang dari ujung ke ujung) :
a) Ligamentum longitudinalis anterior
b) Ligamentum Longitudinalis posterior
c) Ligamentum Praspinosum
2. Ligamentum intersegmental ( menghubungkan satu ruas tulang
belakang ke ruas yang berdekatan ) :
a) Ligamentum intertransversum
b) Ligamentum flavum
c) Ligamentum interspinosum
3. Ligamentum- ligamentum yang memperkuat hubungan di antara
tulang occipitalis denga vertebra C1 dengan C2, dan ligamentum
sacriiliaca di antara tulang sacrum dengan tulang pinggul. 1

Gambar 3.8 ligamentum pada Os Vertebrae.11


Otot- otot :
1. Otot- otot dinding perut
2. Otot- otot extensor tulang punggung
3. Otot gluteus maximus
4. Otot flexor paha ( iliopsoas)
5. Otot hamstrings

7
Gambar 3.9 otot pada os vertebrae.12

Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah


tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal
dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan
koksigeus. Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus
vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan tulang belakang
dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Fungsi kolumna vertebralis adalah
menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya
melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. 5

Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang


lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut
tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan
struktur yang tebesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan.
Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat
melekatnya otot-otot punggung, sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus
transverse terdapat facies artikularis vertebrae dengan vertebrae yang lainnya.
Arah permukaan facet joint mencegah/ membatasi gerakan berlawanan arah
dengan permukaan facet joint.5

8
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertikal sagital memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordrosis
lumbalis ( hiperekstensi lumbal) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar. 5

Bagian lain dari vertebrae adalahlamina dan predikel yang membentuk


arkus tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosessus
spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai
tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot- otot punggung. Diantara dua buah-
buah tulang vertebrae terdapat diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai
bantalan sendi.5

BAB IV

ETIOPATOGENESIS

Patogenesis pada Spondilitis ankilosis (SA) tidak begitu dipahami, tetapi SA


merupakan penyakit yang diperantarai oleh sistem imun, dibuktikan dengan
adanya peningkatan igA dan berhubungan erat dengan Human Leucocyte Antigen
B27 ( HLA B27). Saat ini kira-kira 90 % pasien yang terdiagnosis sebagai
spondilitis ankilosis memiliki HLA-B27 positif. Namun, terdeteksinya HLA B27
saja tidak membuat seseorang akan langsung mengalami SA. Sekitar 8 % individu
pada populasi secara umum memiliki gen HLA-B27, namun tidak mengalami
SA.1

Proses patogenesis yang terjadi pada SA ditandai dengan adanya inflamasi


dan terjadinya fusi. Faktor genetik pada pasien yang memiliki HLA- B27 biasanya
akan menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang serta
ligamen- ligamen paravertebral. Diskus intervertebralis juga terinvasi oleh
jaringan vaskular dan fibrosa sehingga timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur
artikular. Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani antar

9
tulang vertebra( sindesmofit). Jaringan synovial sekitar sendi yang terkena akan
meradang akibat dari gen HLA-B27.3

Gambar 4.1 tulang belakang normal dan tulang belakang

dengan spondilitis ankilosa.2

BAB V

DIAGNOSIS

5.1 Gambaran klinis


Umumnya, gambaran klinis spondilitis ankilosa berupa kekakuan
tulang belakang yang mengenai sendi sakroiliaka dan spinal dengan
osifikasi di sekelilingnya. Penyakit ini jarang didapat, predominant pada
pria muda. Pada wanita muda ditemukan bentuk tidak berat yang kadang
disertai artritis rheumatoid. 13
Awitan spondilitis ankilosa biasanya timbul secara perlahan-lahan,
dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah
dan panggul. Bisa juga terjadi kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang
dengan sedikit berolahraga. Gejala-gejalanya dapat sedemikian ringan dan
tidak progresif sehingga banyak penderita penyakit ini yang tidak
terdiagnosa. Selain itu, gejala-gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan
dengan gangguan mekanik pada tulang belakang. 13
Spondilitis ankilosa biasanya ditemukan pada laki-laki muda dengan
gejala awal berupa rasa nyeri yang tersamar pada tulang belakang mulai dari

10
leher dan daerah dada dan berlangsung selama beberapa tahun. Nyeri
terutama dirasakan pada pagi hari atau setelah istirahat dari aktivitas. Pada
tingkat selanjutnya terjadi kekakuan pada tulang belakang. 13
Pada stadium dini ditemukan sklerosis pada kartilago sakroiliaka yang
dapat dilihat pada foto rontgen. Osifikasi annulus fibrosis dari sendi
intervertebra memberi gambaran radiologi tulang belakang seperti sebatang
bambu. Manifestasi klinis dapat berupa kelainan sistemik ringan, kehilangan
berat badan, dan suhu meningkat sedikit. 13
Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang yang pada dasarnya sehat
tetapi memiliki riwayat sakit punggung yang persisten dengan awitan yang
perlahan-lahan. Nyeri punggung akan membaik apabila berolahrga dan
menjadi lebih berat apabila beristirahat, dan adanya radiasi difus di seluruh
punggung bagian bawah dan daerah bokong. 13
Pemeriksaan fisik tidak menemukan adanya skoliosis, berkurangnya
gerakan yang simetris, nyeri difus, dan tes mengangkat kaki dengan posisi
lurus negatif. Sistem saraf perifer biasanya tidak mengalami perubahan.
Dengan semakin beratnya penyakit , maka lordosis lumbal normal menjadi
hilang, fusi tulang punggung dorsal menimbulkan kifosis, dan
pengembangan thoraks yang terbatas. Pada tahap yang lebih lanjut terdapat
fusi tulang belakang yang dapat menyebabkan kontraktur fleksi panggul,
sehingga pasien harus memfleksikan lututnya untuk mempertahankan posisi
tubuh agar tetap tegak. Nyeri biasanya meghilang setelah ankilosis menjadi
komplit, dan sinovitis berkurang nyata. 13
Pada pemeriksaan ditemukan adanya gangguan pergerakan tulang
belakang ke segala arah yang biasanya dimulai dengan gangguan ekstensi
dan sekaligus merupakan gangguan paling berat. Gangguan ekspani rongga
dada ketika melakukan inspirasi dalam juga dapat ditemukan. Selain
gangguan pada sendi vertebra, tedapat gangguan juga pada sendi sakroiliaka
dan kelainanan pada sendi panggul, bahu dan lutut pada 30 % pasien.13

5.2 Gambaran Radiologi


5.2.1 Foto Polos
Sakroilitis terjadi di awal perjalanan dari spondilitis ankilosis dan
dianggap sebagai ciri khas penyakit ini. Pada pasien dengan

11
spondilitis ankilosis , foto polos os vertebrae dapat mendeteksi adanya
syndesmophytes, yang merupakan prediksi perkembangan
syndesmophytes baru. Pada foto polos, tanda awal sakroilitis adalah
ketidakbedaan sendi. Sendi awalnya melebar sebelum menyempit.
Akan terlihat erosi os. Subchondral di sisi sendi iliaka , diikuti dengan
sklerosis subkhondral dan proliferasi tulang. 13

Gambar 5.1 menunjukkan erosi sendi sakroiliaka bilateral

dan sklerosis subkhondral iliaka.13

Gambar 5.2 menunjukkan fusi sampurna

12
pada sendi sakroiliaka bilateral.13

Pada tahap akhir, sendi sakroiliaka dapat dilihat sangat tipis, garis
padat, atau mungkin tidak terlihat sama sekali. sakroilliitis biasanya
simetris, meskipun mungkin asimetris pada awal penyakit.13

Pada tulang belakang, tahap awal spondilitis diwujudkan sebagai


erosi kecil di sudut- sudut corpus vertebrae. Terdapat area yang
dikelilingi oleh sklerosis reaktif dan dikenal dengan nama lesi
romanus.13

Gambar 5.3 foto lumbosacral tampakan lateral,


menunjukkan erosi sudut anterior corpus vertebra T12 dan L1.
Lesi romanus yang khas ditunjukkan pada tanda anak panah. 13

Corpus vertebrae yang selaras merupakan tampakan karakteristik


dari spondilitis ankilosis; disebabkan oleh gabungan dari erosi dan
pembentukan tulang baru periosteal sepanjang aspek anterior dari
korpus vertebrae. Paling jelas terlihat pada vertebrae lumbalis, dimana
korteks anterior dari korpus vertebrae normal adalah konkaf. Diikuti
pembentukan sindesmofit, dimana osifikasi fiber terluar dari anulus

13
fibrosis yang berujung pada peninggian sudut vertebrae dengan
vertebrae yang lain. 13

Gambar 5.4 corpus vertebrae L3 dan L4 selaras,


sindesmofit L3 dan L4 serta fusi sendi facet lumbalis.13

14
Gambar 5.5 bamboo spine. Fusi sampurna pada corpus vertebrae.
Ankilosis sendi facet. Dan ossifikasi ligamentum posterior
sehingga menghasilkan tampakan troley track.13

Pada pasien dengan spondilitis ankilosis, fraktur biasanya sering


muncul pada thorakolumbar dan penghubung servikothorakalis.
Fraktur pada vertebrae servikalis dan subluksasi atlantoaxial jarang
terjadi. Fraktur biasanya transversal, dari anterior sampai posterior.
sering disebut juga chalk stick fracture .13

Gambar 5.6 fraktur sendi thorakolumbar.


Tampak fraktur corpus vertebrae T12, dengan disrupsi ligamentum
longitudinalis anterior yang terossifikasi ( anak panah).

15
Terdapat fraktur kompresi lama L1.13

Gambar 5.7 chalk stick fracture. Menunjukkan fraktur pada os vertebrae


cervikalis, yang menimbulkan pemisah antara diskus intervertebralis C6 dan C7. 13

5.2.2 CT Scan
CT Scan sangat berguna pada pasien yang diyakini spondilitis ankilosis
dan pada foto polos sendi sakroiliaka normal. Gambaran yang dapat
ditemukan seperti erosi pada sendi, sklerosis subkhondral. 13

Gambar 5.8 sakroilitis bilateral. Ct scan axial ditemukan erosi dan sklerosis
subkhondral. 13

16
5.2.3 MRI
MRI memiliki peran dalam diagnosis awal sakroiliitis. MRI lebih
unggul diandingkan CT scan dalam mendeteksi perubahan tulang
rawan, erosi tulang, dan perubahan tulang subchondral. MRI juga
sensitif dalam penilaian aktivitas penyakit relatif awal. Situs yang
terkena dampak termasuk persimpangan discovertebral dan sendi
perifer. Secara umum, bidang peningkatan sinyal T2 berkorelasi
dengan kehadiran edema atau jaringan fibrosa. 13

Gambar 5.9 Pseudarthrosis. MRI potongan sagittal menunjukkan lesi


discovertebral T11-T12 prominent (panah) dengan keterlibatan elemen posterior
(panah).13

17
Gambar 5.10 Pseudarthrosis. Potongan sagittal T2 menunjukkan daerah linier dari
intensitas sinyal tinggi memperluas miring dari lesi vertebra T11-T12 disc (panah)
untuk elemen posterior (panah).13

5.2.4 Nuklir
Skintigrafi Tulang dapat membantu pada pasien dengan spondilitis
ankilosis yang pada temuan radiografi normal atau samar-samar.
Penilaian kualitatif dari akumulasi radionuklida di wilayah sacroiliac
mungkin sulit karena serapan normal pada lokasi. Analisis kuantitatif
mungkin lebih berguna pada pasien ini.13

18
Gamar 5.11 Scintigraphy kuantitatif. Peningkatan serapan sacroiliac terlihat,
dengan sendi sakroilika ke serapan rasio sakral yang melebihi 1,7: 1 di setiap sisi. 13

5.3 Patologi Anatomi


Evaluasi histopatologis umumnya tidak bagian dari pemeriksaan
diagnostik pada pasien dengan ankylosing spondylitis. Lesi patologis dasar
adalah peradangan pada enthesis (entesitis), yang terjadi di lokasi
penyisipan ligamen dan tendon ke tulang. Gambaran histologis menunjukan
peradangan kronis dengan CD4 + dan CD8 + T limfosit dan makrofag. Lesi
awal spondilitis ankilosis termasuk subchondral jaringan granulasi yang
mengikis sendi. Seiring waktu, fibrosis dan osifikasi terjadi, yang dapat
dilihat pada radiografi sebagai periostitis dan pengerasan di situs enthesitis,
terutama sendi SI, tulang belakang, dan tumit.13

19
Gambar 5.12 pewarnaan Hematoxylin dan eosin, infiltrasi sel mononuklear padat
(panah kuning) dan edema interstitial sumsum tulang (panah merah). 14

Gambar 5.13 analisis sel CD3+ T, agregat sel mononuklear dalam sendi
zygapophyseal (panah kuning).14

5.4 Pemeriksaan Laboratorium


Sekitar 15% dari pasien datang dengan anemia normositik normokromik
dari penyakit kronis. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) atau protein C-
reaktif (CRP) meningkat pada sekitar 75% pasien dan dapat berkorelasi
dengan aktivitas penyakit di beberapa, tapi tidak semua pasien; nilai-nilai ini
juga dapat digunakan sebagai penanda respon terhadap pengobatan.13
Alkaline fosfatase (ALP) meningkat pada 50% pasien; ini menunjukkan
penulangan aktif tetapi tidak berkorelasi dengan aktivitas penyakit. Creatine
kinase (CK) kadang-kadang tinggi tetapi tidak terkait dengan kelemahan
otot. Serum immunoglobulin A (IgA) mungkin meningkat, berhubungan
dengan peningkatan fase akut reaktan.13
Sembilan puluh dua persen pasien berkulit putih dengan spondilitis
ankilosis adalah HLA-B27-positif; persentase lebih rendah pada pasien dari
latar belakang etnis lainnya. Menentukan status HLA-B27 bukan merupakan
bagian penting dari evaluasi klinis dan tidak diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Namun, pada pasien yang diduga menderita spondyloarthropathy,
menentukan status HLA-B27 dapat membantu mendukung diagnosis,
terutama pada populasi dengan prevalensi rendah HLA-B27.13

20
BAB VI

DIAGNOSIS BANDING

6.1 Artritis Reumatoid

Jika artritis perifer timbul pada fase awal penyakit, maka SA sulit
dibedakan dengan artritis reumatoid. Pada SA biasa didapatkan HLA-B27
positif, faktor reumatoid negatif dan tidak ditemukan nodul reumatoid.

21
Radiografi SA tampak gambaran sakroiliitis yang tidak ditemukan pada
artritis reumatoid.15

6.2 Penyakit Kelompok Spondiloartropati Seronegatif

Pada tahap dini, SA sulit dibedakan dengan penyakit-penyakit kelompok


spondiloartropati seronegatif. Sindrom Reiter dan artrtitis psoriatik memiliki
gambaran radiologis yang berbeda dengan SA, dimana ditemukan
sakroiliitis asimetris dan discontuous spondylitis dengan sindesmofit
nonmarginal.Kolitis ulseratif dan penyakit Chron yang disertai SA
cenderung menunjukkan gejala-gejala intestinal.15

6.3 Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis (DISH)

Karakteristik radiografi DISH yaitu entesofit pada vertebra, juga entesofit


dan osteofit sendi-sendi perifer. Bentuk vertebra tetap normal dan tidak
ditemukan kelainan sendi sakroiliaka dan apofiseal.16

BAB VII

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan SA semula hanya bertujuan untuk mengurangi gejala yang


timbul. Akan tetapi, belakangan diupayakan agar dapat menginduksi respon klinis

22
mayor dan mungkin bermanfaat dalam disease-modifying . Berbagai modalitas
telah tersedia, namun secara garis besar penatalaksanaan SA meliputi terapi
farmakologi dan non farmakologi. Tidak ada satupun modalitas yang berhasil
menyembuhkan semua manifestasi pada penderita SA. Perlu pendekatan
kombinasi modalitas agar bisa mengurangi gejala, memperbaiki fungsi dan jika
mungkin menghambat progresi penyakit.16

1. Fisioterapi dan edukasi penderita.


Dalam penatalaksanaan SA selain intervensi farmakologi, maka fisioterapi,
latihan dan edukasi penderita sangatlah penting. Namun demikian, masih
sedikit data yang tersedia dan kontroversi pendekatan mana yang paling
sesuai juga masih ada.Dalam suatu meta-analisis, grup latihan di rumah
sakit dilaporkan lebih efektif dibanding program individual mandiri di
rumah. Program terapi spa juga digunakan sebagai tambahan terapi
standar dan program grup fisioterapi terbukti lebih bermanfaat untuk
memperbaiki respon klinis disamping lebih murah.16

Penurunan range of motion dan kifosis vertebra jelas ikut berperan pada
morbiditas yang tinggi, sehingga program latihan reguler secara individual
penting untuk mempertahankan fungsi dan postur tubuh. Imobilitas jangka
panjang seperti traveling jauh dengan mobil dan pesawat terbang sebaiknya
dikurangi dan diselingi dengan istirahat untuk melakukan stretching . Lebih
dianjurkan untuk tidur memakai bantal tipis dengan posisi terlentang. Latihan
nafas dalam dan berhenti merokok juga sangat dianjurkan. Kemudian,
berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot masih tahan
terhadap posisi ekstensi.Berbagai grup support seperti the Spondylitis
Association of Amerika dan the National Ankylosing Spondylitis Society
(NASS) di Inggris juga bermanfaat untuk edukasi dan menyediakan informasi
tambahan bagi penderita SA dan keluarganya.16

2. Antidepresan trisiklik dan muscle relaxant

23
Dalam studi kecil secara acak dengan pemberian amitriptilin selama 2 minggu,
Koh dkk. melaporkan adanya perbaikan dalam hal tidur dan berkurangnya
aktifitas penyakit dengan efek samping minimal.16

3. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)


Sering digunakan sebagai lini pertama terapi dan terbukti efektif mengeruangi
gejala aksial dan perifer. Indometasin 75- 100 mg per hari adalah NSID yang
paling sering digunakan dalam pengobatan SA. 16

BAB VIII

PROGNOSIS

Bila penyakit ini ditemukan pada tahap dini, maka deformitas tulang belakang
bisa dicegah. Tetapi bila ditemukan pada tahap lanjut atau telah berlangsung

24
progresif, hanya sedikit yang mengalami perbaikan. Dengan pengobatan dan
penatalaksanaan yang baik, ternyata prognosis lebih baik dari dugaan yaitu 95%
penderita dapat hidup normal, sedang 5% sisanya mengalami onset progresif
sampai terjadi deformitas vertebra dan ankilosa. 17

25

S-ar putea să vă placă și