Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PEKERJAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PEMBERI TUGAS
1. Pemberi tugas adalah Kepala Staf Angkatan Darat yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur
Zeni selaku Kalakgiat.
2. Pemberi tugas dapat mengambil alih secara sepihak pekerjaan tersebut dengan hanya
memberitahukan secara tertulis kepada pemborong dan biaya penyelesaian pekerjaan selanjutnya
akan dibebankan kepada pemborong bila :
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penanda tanganan kontrak (surat
perjanjian pemborongan), pemborong belum memulai pekerjaan tersebut.
d. Memberi keterangan tidak benar yang bisa dan dapat merugikan pemberi tugas.
f. Pekerjaan terlambat dan tidak sesuai dengan rencana waktu pelaksanaan (Time
Schedule) yang telah disetujui direksi, yang mana jika diperhitungkan denda keterlambatan
tersebut melebihi 5 % dari harga pemborongan.
Pasal 2
DIREKSI
1. Direksi adalah tim yang dipimpin oleh Perwira Zeni yang berdasarkan surat perintah
Direktur Zeni, bertugas menjamin dan menjaga agar kegiatan pembangunan proyek senantiasa
sesuai rencana, mutu dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Direksi dapat diwakili satu orang atau lebih untuk diberi tugas sebagai pengawas lapangan
sehari-hari yang bertugas mengawasi pada seluruh pelaksanaan pekerjaan atau sebagian,
selanjutnya kontraktor akan diberitahukan secara tertulis.
3. Peraturan dan petunjuk oleh orang-orang tersebut nomor 1, akan dianggap sebagai yang
dikeluarkan oleh direksi itu sendiri, sejauh peraturan-peraturan/petunjuk-petunjuk itu tidak
menyimpang dari syarat-syarat pekerjaan.
1. Kontraktor adalah suatu badan usaha atau perusahaan yang memenangkan pelelangan
dan akan bertanggung jawab dalam penyelesaian seluruh pekerjaan sebagaimana diatur dalam
surat perjanjian.
4. Kewajiban kontraktor :
a. Kontraktor diwajibkan pada setiap saat menjaga disiplin dan tata tertib terhadap
semua buruh pegawai termasuk pengurusan bahan-bahan yang berada di bawahnya.
Siapapun diantara mereka yang melanggar terhadap peraturan, mengganggu atau
merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh, melakukan perbuatan yang merugikan
pelaksanaan pembangunan harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah
direksi lapangan/pengawas.
5. Tugas kontraktor :
a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPMK diterima kontraktor harus
mulai melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan . Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan
agar dapat mulainya pekerjaan harus segera dipenuhi.
c. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak lainnya agar supaya sejauh mungkin
dipergunakan peralatan yang seragam dan merk sama untuk bangunan proyek ini agar
memudahkan pemeliharaan.
Pasal 4
PEKERJAAN-PEKERJAAN ATAU PROYEK YANG MENGGUNAKAN
PIHAK KETIGA ATAU MENGGUNAKAN SUB KONTRAKTOR
2. Kontraktor tidak dibenarkan untuk meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian
atau seluruhnya kepada pihak (sub kontraktor) tanpa terlebih dahulu memberitahukan dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
4
3. Kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan sub kontraktornya.
Pasal 5
INSTRUKSI PERENCANAAN
Kontraktor harus mematuhi dan menepati segala instruksi yang diberikan oleh perencana
dan direksi lapangan/pengawas. Apabila dalam 7 (tujuh) hari, sesudah menerima instruksi tertulis
tersebut dari perencana/pengawas tidak dilaksanakan, maka pekerjaan akan dialihkan dan
ditangani oleh pihak lain, dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor (pertama).
Pasal 6
PERIZINAN
Kontraktor harus bertanggungjawab atas penggunaan alat-alat yang telah dipatenkan atas
kemungkinan timbulnya ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Pasal 7
PEMAKAIAN UKURAN
1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam Bestek dan gambar-gambar.
3. Pengambilan ukuran-ukuran atau kapasitas yang keliru dalam pelaksanaan, dalam hal
apapun menjadi tanggung jawab kontraktor, oleh karena itu sebelumnya kepada kontraktor
diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh (Cross Cheking) terhadap semua gambar-
gambar yang ada (Arsitektur, Konstruksi, Elektrikal dan Mekanikal).
Pasal 8
PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT
YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN
Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan ketentuan di dalam
Bestek. Untuk jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan dan atau surat
pernyataan (sertifikasi/klasifikasi) instansi yang ditunjuk oleh direksi untuk kebutuhan tersebut.
Pengawas menginstruksikan kepada kontraktor untuk segera mengeluarkan material-material
yang ternyata tidak memenuhi Bestek. Semua biaya yang diperlukan baik untuk field test ataupun
Lab test menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 10
TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
(DEFECTS LIABILITY PERIOD)
Pasal 11
PERUBAHAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Perencana/pengawas berhak mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah ada
dengan memberikan instruksi tertulis kepada kontraktor.
2. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau modifikasi)
desain, kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan yang seperti tercantum di dalam gambar-gambar
kerja (kontrak).
4. Penyesuaian biaya :
a. Biaya dalam kontrak (surat perjanjian pemborongan) menentukan penilaian
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang sama ketika biaya ditetapkan
untuk pekerjaan tersebut.
b. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi yang sama, atau
yang sulit penilaiannya didalam pelaksanaan, maka biaya tersebut akan tetap menjadi
dasar sejauh penilaian tersebut masih dapat diterima.
c. Penilaian pekerjaan yang terpaksa dibatalkan adalah sesuai dengan biaya didalam
kontrak (surat perjanjian pemborongan).
Pasal 12
LAPORAN-LAPORAN
d. Hal ikhwal keadaan pesanan barang-barang baik di dalam maupun di luar negeri
e. Hal ikhwal mengenai buruh/pekerjaan.
f. Keadaan cuaca.
g. Lain-lain termasuk pekerjaan tambah/kurang.
2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui kebenarannya
oleh petugas-petugas pengawas/direksi lapangan.
3. Berdasarkan laporan harian tersebut maka setiap minggu kontraktor diwajibkan membuat
laporan kemajuan fisik mingguan yang disampaikan langsung kepada pengawas/direksi lapangan
untuk mendapat persetujuan.
4. Perintah direksi/pengawas lapangan baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah
dimuat dalam laporan harian dan telah diperiksa serta disetujui oleh direksi.
5. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu berada ditempat pekerjaan agar
dapat diteliti kembali oleh direksi lapangan/pengawas setiap saat.
Pasal 13
RAPAT RUTIN YANG BERSIFAT TEKNIS
Rapat rutin diadakan setiap minggu dan setiap bulan dipimpin oleh pengawas/direksi
lapangan dan dihadiri oleh tenaga ahli perencana, wakil dari pemberi tugas, site manager dari
kontraktor dan wakil-wakil dari sub kontraktor. Kontraktor dan sub kontraktor yang tidak
menghadiri rapat-rapat teknis ini dianggap lalai dan dapat dikenakan sangsi-sangsi.
Pasal 14
BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN LAIN-LAIN
1. Satu minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, Kontraktor harus menyiapkan :
a. Bagan skema kemajuan pekerjaan (time schedule) sesuai dengan batas waktu
maksimal yang telah ditetapkan dalam waktu penyelesaian pekerjaan. Time schedule
tersebut harus sesuai dengan bagan yang disusun dan dilengkapi :
1) Bar chart (bagan secara konvensional).
2) Network Planning bila diperlukan (sesuai petunjuk direksi).
3) Volume masing-masing pekerjaan.
4) Man days (tenaga kerja) yang diperlukan.
5) Grafik S
6) Gambaran mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
jadwal yang dibuat kontraktor.
7) Struktur dan susunan organisasi proyek.
6. Kontraktor diwajibkan membuat skema organisasi personel proyek berikut nama-nama dan
jabatannya, sesuai yang dilampirkan pada surat penawaran, untuk kemudian diserahkan kepada
Direksi/Pengawas.
Pasal 15
AREAL PEKERJAAN DAN PENGGUNAANNYA
Pengaturan dan penggunaan areal kerja ditentukan oleh direksi/pengawas. Kontraktor dapat
memberikan usulan-usulannya dengan memberikan peta penetapan gudang-gudang, los-los kerja
tempat menimbun bahan-bahan tersebut.
Pasal 16
KEAMANAN, KESELAMATAN MANUSIA/BARANG DAN ASURANSI
2. Kontraktor bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi (claim)
yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau meninggalnya
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut bilamana hal itu disebabkan oleh karena
kelalaian kontraktor.
3. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut maka
Kontraktor diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan diri korban tersebut.
4. Kontraktor harus memenuhi peraturan hukum mengenai perawatan dan tunjangan dari
si korban atau keluarganya.
5. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
6. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama pelaksanaan
dapat mempergunakan atau menyambung pipa yang telah ada dengan meteran air sendiri (guna
memperhitungkan pembayarannya) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal ini
meragukan harus diperiksa di laboratorium.
7. Peralatan dan perlengkapan PPPK guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalu lengkap berada ditempat pekerjaan.
Pasal 17
PENGAWASAN PEKERJAAN
3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan pengawas
adalah menjadi tanggungjawab kontraktor, pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
disempurnakan sebagian atau seluruhnya untuk disesuaikan dengan Bestek yang sudah
ditentukan.
4. Jika diperlukan pengawasan oleh pengawas diluar jam kerja maka segala biaya untuk itu
menjadi beban kontraktor.
Pasal 18
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN/PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat
perjanjian. Penyerahan pertama harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal yang telah
ditetapkan dalam surat perjanjian pemborongan sesuai dengan penjelasan tentang waktu
penyelesaian yang ditetapkan.
2. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasannya tepat sesuai
dengan alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam Bestek.
3. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada pengawas, selambat-
lambatnya 1(satu) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dimana direksi/pengawas akan
mengadakan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan
disampaikan kepada kontraktor sebelum penyerahan pertama, pemeriksaan maupun penyerahan
tersebut dituangkan dalam berita acara.
Pasal 19
KELAMBATAN DAN PERPANJANGAN WAKTU
1. Kelalaian kontraktor atau sub kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tambahan dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan kontraktor (sub kontraktor),
tidak diluluskan dalam claim perpanjangan waktu.
2. Untuk kelambatan akibat tindakan pemberi tugas/pemilik atau pengawas, keadaan force
majeure dan sebagainya dapat diadakan perpanjangan waktu setelah dinilai dengan seksama
oleh pengawas atau permintaan tertulis dari kontraktor.
9
Pasal 20
BERITA ACARA PRESTASI PEKERJAAN
1. Berita acara yang menyatakan besarnya prestasi pekerjaan di lapangan yang harus
dibayarkan kepada kontraktor oleh pemilik akan dikeluarkan oleh tim komisi. Untuk kebutuhan itu
sebelumnya kontraktor diwajibkan mengajukan perhitungan jumlah prestasi pekerjaan di lapangan
sesuai dengan laporan kemajuan pekerjaan untuk diteliti kebenarannya.
2. Jumlah barang-barang dan materiil yang telah berada di lokasi pekerjaan bagaimanapun
besarnya tidak diperhitungkan sebagai nilai prestasi kecuali barang telah terpasang (contoh
peralatan AC, genset dan lain-lain).
10
BAB II
PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN
Pasal 1
PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU
1. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu dan
melindungi pemberi tugas dari suatu merk lain yang belum terkenal dan teruji kualitasnya. Apabila
terdapat perselisihan tentang merk/pemeriksaan bahan maka pengawas lapangan berhak
mengirimkan contoh-contoh bahan ke instansi terkait dan segala biaya yang berhubungan dengan
hal tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.
2 Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam Bestek dan gambar.
3. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus diperiksa terlebih
dahulu oleh direksi (terutama bahan yang bervolume besar) untuk disetujui atau ditolak/
dikembalikan.
4. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh pengawas
lapangan supaya segera dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan tersebut masih tetap
dipergunakan pelaksana maka pengawas lapangan berhak memerintahkan membongkar.
Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
1. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi dalam
negeri sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur
Negara tanggal. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan Keppres no. 24 /1995.
2. Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/setempat yang memenuhi syarat sesuai
dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan izin dari
Kalakgiat/direksi.
4. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan dipergunakan
yang mutu/kualitas kelas I (KW I).
5. Bila rekanan/kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu bahan
untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan harus ditolak dan
dikeluarkan dari lokasi proyek paling lambat 24 jam setelah ditolak atas biaya/tanggungjawab
kontraktor pelaksana.
7. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu barang
maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kwalitas dan tipe dari barang-barang yang
dikehendaki pemberi tugas/Kalakgiat.
3. Selama waktu tersebut kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan dengan resiko ditanggung
sendiri. Apabila ternyata bahwa bahan-bahan yang diperiksakan tersebut tidak baik atau tidak
memenuhi syarat-syarat maka bahan-bahan tersebut harus segera disingkirkan dan semua
bagian pekerjaan yang telah dikerjakan dengan bahan tersebut harus dibongkar dan selanjutnya
harus menggantikannya kembali dengan bahan lain yang memenuhi syarat.
Pasal 4
AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA
1. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan, pekerjaan beton dan pemadatan tanah/pasir
harus bersih dan tidak mengandung zat-zat kimia (garam) yang dapat merusak pekerjaan.
2 Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air minum setempat
maka kontraktor harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi persyaratan.
3 Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
garam-garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton,
baja tulangan dan baja WF. Sebaiknya air yang dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang
dapat diminum.
4. Penyediaan listrik untuk kerja diupayakan oleh kontraktor dari listrik negara atau sumber
lain tanpa mengganggu lingkungan setempat.
Pasal 5
PASIR
Pasir yang dipergunakan untuk adukan harus pasir yang berkualitas baik dan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam P.B.I. 1971.
1. Pasir beton.
a. Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat
dan ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,75-5 mm, kadar lumpur tidak boleh
lebih dari 5%.
b. Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton sedang untuk beton dengan keawetan yang tinggi reaksi pasir
terhadap alkasit harus negatif.
2. Pasir cor. Berbutir sangat kasar tajam dan bersih dari lumpur .
3. Pasir pasang. Adukan pasir yang dipergunakan untuk adukan pasang dan plesteran
dengan syarat antara lain :
a. Butiran-butirannya harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari
tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5%.
12
b. Untuk adukan plesteran dan adukan pasang butirannya harus lolos ayakan yang
berlubang persegi 3 mm.
4. Pasir urug. Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan-bahan organik (sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-daun,
garam dan lain-lain) serta tidak mengandung lumpur.
Pasal 6
BATU PECAH /SPLIT
1. Batu pecah yang dapat dipergunakan adalah jenis yang permukaannya kasar/jenis klos
atau andesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran yaitu 2-3 cm. Batu pecah/split tersebut tidak
boleh dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.
2. Batu pecah/split diperiksa sesuai yang disyaratkan oleh peraturan umum Bahan Bangunan
/ PUBBI serta Peraturan Beton Indonesia/PBI-1971.
Pasal 7
SEMEN
2. Dalam pengangkutannya, semen harus terlindung dari hujan, harus dalam zak/kantong
yang asli pabrik dalam keadaan tertutup rapat tidak kena air dan diletakkan pada tempat yang
telah ditinggikan paling rendah 30 cm dari lantai/tanah.
3. Semen yang telah disimpan lebih dari 4 (empat) bulan harus dites kembali
sebelumdipakai atau dipergunakan dengan dibawa ke laboratorium pemeriksaan bahan-bahan
bangunan dan hasilnya segera dilaporkan kepada pengawas lapangan untuk mendapatkan
persetujuan, untuk ini segala pembiayaannya ditanggung oleh kontraktor.
Pasal 8
BAJA TULANGAN
1. Bahan baja dalam segala hal harus memenuhi ketentuan dari PBI-1971
2. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
dialam terbuka atau jangka waktu yang lama. Penyimpangan untuk masing-masing diameter
harus dikelompokkan sendiri-sendiri.
4. Ukuran diameter harus tepat dan sesuai gambar konstruksi yang sudah ditentukan.
5. Penggunaan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang semacam itu
harus mendapat persetujuan perencana/pengawas.
6. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
13
Pasal 9
KERAMIK
1. Proses pembakaran harus sedemikian rupa, sehingga tidak dapat hancur apabila
direndamdalam air.
2. Tahan terhadap zat asam dan alkasit serta zat kimia lainnya
3. Warna harus merata, baik masing-masing maupun terhadap yang lain dan permukaannya
harus rata/licin tanpa cacat serta harus keras.
Pasal 10
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
2. Kualitas kunci tanam yang dipergunakan adalah kualitas baik dan kuat, pengunci 2 (dua)
kali.
Pasal 11
PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK
1. SYARAT UMUM :
a. Pada setiap alat listrik harus tercantum dengan jelas :
1) Nama pembuat dan merk dagang
2) Daya tegangan dan/arus minimal.
3) Data teknis lain.
2. MEMILIH PERLENGKAPANNYA :
a. Dalam memilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menentukan jenis
ukuran, tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut :
1) Kesesuaian dengan maksud pemasangan dan penggunaannya.
2) Kekuatan dan keawetannya, termasuk bagian yang dimaksudkan untuk
melindungi perlengkapan yang lain.
3) Keadaanya dan resistance isolasinya
4) Pengaruh suhu, baik pada keadaan normal maupun abnormal.
5) Pengaruh bunga api.
14
b. Standar penggunaan material listrik & kabel yang diakui oleh SII dan LMK PLN
Untuk material : Berdasar surat Direktorat Jendral listrik dan Pemanfaatan Energi No.
3441/45/640.2/2006 tanggal 2 Oktober 2006 Jenis dan ukuran kabel yang dipakai untuk
rumah tinggal, gedung dan kantor.
Dalam bangunan :
1) Kabel yang digunakan untuk penerangan :
a) NYM : 2 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 2,5 mm2
c) NYM : 4 X 2,5 mm2
2) Kabel yang digunakan untuk penerangan dari instalasi penerangan ke
lampu NYM 2 X 1,5 mm2.
3) Untuk Stop Kontak Biasa 220 V
a) NYM : 3 X 2,5 mm2
b) NYM : 3 X 4 mm2 (AC)
4) Untuk Stop Kontak Khusus 380 V
a) 4 X 16 mm2
b) 4 X 25 mm2
c) 4 X 35 mm2
5) Arde (Grounding ) MDP & SDP
a) BC 6 mm2 - 450 Va 900 Va
b) BC 10 mm2 - 900 Va 2.200 Va
c) BC 16 mm2 - 720 Va 10.600 Va
Pasal 12
BAJA RINGAN
1. Baja ringan adalah suatu sistem konstruksi rangka atap yang terdiri dari canal C dan reng
yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kuda-kuda utama atap dengan sistem
pembautan.
2. Bahan baku yang dipergunakan adalah bahan baku baja galvallume (Alumunium 55 %,
Zinc 43,5 % dan Silikon 1,5 %) dengan ketebalan kuda-kuda utama 0,75 mm dan reng 0,45 mm.
Pasal 13
PENUTUP ATAP
Penutup atap dan nok atap bangunan gedung harus memenuhi ketentuan bahan yang
diatur SNI/SKNI/SKBI yang berlaku tentang bahan penutup atap genteng morando glazur
Pasal 14
PENUTUP PLAFOND GYPSUM DAN RANGKA BESI HOLLOW
1. Bahan gypsum yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah
pecah, satu sama lain harus rata dan tidak bergelombang.
4. Bahan plafond yang dipergunakan gypsum dan tebal minimum 9 mm bahan yang
dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah-pecah.
Pasal 15
GRC (GLASSFIBRE REINFORCED CEMENT)
1. GRC (Glassfibre Reinforced Cement) adalah bahan bangunan sejenis beton. Terbuat dari
semen yang diperkuat oleh fibregalss yang memiliki sifat alkali resistant.
2. Karakteristik GRC :
a. Mudah diaplikasikan serta mampu membentuk detail yang rumit sehingga
sangatmemudahkan para arsitek dan perancang untuk berkreasi dengan bahan ini.
b. Bentuk tipis serta pemasangan yang mudah sehingga mengurangi biaya
pengangkutandan pemasangan.
c. Bobotnya yang ringan akan mengurangi biaya struktur dan pondasi
d. Tahan cuaca, tahan api, tahan korosi, tidak berjamur dan anti rayap serta tahan
abrasi.
e. Tidak terpengaruh sinar ultra violet
f. Tidak mengandung asbestos
g. Biaya perawatan yang rendah
h. Mudah di cat
Pasal 16
LIST
2. Bahan tersebut harus lurus, rata, tidak cacat/pecah-pecah dan tidak lengkung.
Pasal 17
KAYU
Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan segala sifat dan kekurangan-kekurangan
yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau mengurangi nilai
konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu kayu
kelas I dan kelas II.
Pasal 18
PAKU
Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan diatasnya berpetak-
petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luar diberi gurat-gurat sedang bagian ujung yang
runcing berbentuk tetrahedral yang konis.
Pasal 19
PIPA AIR
2. Pipa Galvanis. Galvanis Iron Pipa (GIP) harus menggunakan class medium dengan ukuran
yang dipergunakan diameter sesuai dengan gambar rencana. Pipa untuk instalasi dishwasher
mempergunakan pipa dan perlengkapan pendukungnya adalah galva steel (schedule 40) diameter
.
Pasal 20
PERLENGKAPAN SANITAIR
1. Semua material harus memenuhi ukuran, standart dan mudah didapatkan dipasaran,
kecuali bila ditentukan lain.
2. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai yang
telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih.
Pasal 21
DINDING PARTISI GYPSUME
1. Bahan yang dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah pecah, satu
sama lain harus rata dan tidak bergelombang.
17
2. Dinding partisi menggunkan bahan-bahan :
a. Ukuran : 1200 x 2400 mm
b. Tebal : 12 mm
c. Mutu : Ketahanan terhadap api minimal 1 jam
d. Berat : 10,5 kg/ m2
4. Bahan plafond yang dipergunakan gypsume board dan tebal 12 mm bahan yang
dipergunakan harus rata tidak lengkung dan tidak cacat/ pecah-pecah.
Pasal 22
CAT
1. Seluruh bahan cat (besi, kayu dan tembok) yang dipergunakan harus sesuai prototypedan
berkualitas baik, serta waktu tiba ditempat pekerjaan harus masih tertutup dalam kaleng aslinya.
2. Cat yang sudah siap pakai tidak diperbolehkan mengandung endapan-endapan sesudah
diaduk dengan baik, harus menjadi homogin serta dapat dicatkan dengan mudah, untuk
pengecatan terdiri dari bagian dinding, plafond dan kayu/kusen. Warna cat adalah asli dari
kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dan bermacam-macam warna. Cat yang
sudah disetujui warna dan merknya harus diberitahukan kepada pemberi tugas, guna
melaksanakan pemeliharaan dikemudian hari dan sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecatan
Kontraktor harus menunjukan contoh merk maupun jenis warnanya kepada Pengawas Lapangan.
18
BAB III
PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 1
PAGAR PENGAMAN
Pasal 2
PENJAGAAN
1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus atas bahan,
peralatan, mesin-mesin dan alat-alat kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang lapangan)
selama berlangsungnya pekerjaan/pembangunan.
Pasal 3
PENERANGAN DAN SUMBER DAYA
Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu harus diberi penerangan yang cukup. Daya listrik baik untuk penerangan,
sumberdaya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi dan atau percobaan
berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh Kontraktor atas beban dan biaya Kontraktor.
Pasal 4
KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan bekas dan lain-
lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikannya pekerjaan oleh pengawas.
Akibat dari seluruh hal itu menjadi tanggungan kontraktor.
2. Penimbunan bahan-bahan yang ada di dalam maupun di luar gudang diatur agar tidak
mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar memudahkan jalannya
pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh direksi maupun pengawas.
Pasal 5
KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN
Pasal 6
FASILITAS LAPANGAN
2. Air untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan semua petugas yang ada di proyek.
4. Alat-alat PPPK.
Pasal 7
BANGUNAN SEMENTARA DAN DIREKSI KEET
2. Apabila seluruh proyek dinyatakan selesai bangunan sementara menjadi milik Pemberi
Tugas dan Kontraktor wajib memindahkan bongkaran bangunan sementara tersebut ketempat
yang ditentukan.
3. Yang dapat diajukan dalam harga penawaran hanya bangunan sementara (bangunan
Direksi Keet).
Pasal 8
ALAT PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN
1. Kontraktor, sub kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang melaksanakan pekerjaan harus
menyediakan alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan pekerjaannya sesuai dengan bidangnya
masing-masing seperti :
a. Alat-alat ukur (Theodolith, waterpas, dll).
b. Alat-alat pemotong, penduga dan penarik.
c. Dan alat-alat pengetesan lainnya yang diperlukan.
2. Penentuan siku-siku bangunan maupun level (elevasi 0,00) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan memakai alat yang tepat atau alat ukur (waterpass dan theodolite).
.
3. Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan), buku
petunjuk alat-alat yang akan dipasang, tenaga kerja untuk memutuskan segala sesuatunya di
lapangan dan bertindak atas nama Kontraktor dan sub kontraktor yang bersangkutan.
20
Pasal 9
PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL
3. Jalan masuk ketempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh rekanan/
kontraktor pelaksana bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan proyek
tanpa dimasukkan didalam anggaran biaya/kontrak.
4. Direksi keet atau kantor direksi rekanan/kontraktor pelaksana harus menyediakan ruangan
yang cukup untuk guna kantor direksi dengan perlengkapannya meja, kursi dan papan tulis.
7. Material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari lokasi,
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan penolakan.
Pasal 10
BARANG CONTOH (SAMPLE)
Pasal 11
URAIAN PEKERJAAN
3. Gambar pekerjaan :
a. Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar Bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh perencana telah
disampaikan kepada rekanan/kontraktor beserta dokumen dokumen lain. Rekanan/
kontraktor tidak boleh mengubah atau menambah tanpa persetujuan tertulis dari Kalakgiat.
Gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
c. Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar bestek baik
peyimpangan atau perubahan atas perintah pemberi tugas atau tidak, rekanan/kontraktor
harus membuat gambar kerja atau gambar penjelasan (shop drawing) untuk mendapatkan
persetujuan dari pemberi tugas/kalakgiat.
Pasal 12
PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN
Kontraktor dan sub kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas, mutu pekerjaan
ataupun atas pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,
misalnya :
1. Pengujian mutu beton.
2. Pengujian kabel-kabel listrik (merger).
3. Pengujian tekanan untuk pipa-pipa (plumbing).
4. Pengujian kebocoran.
5. Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.
6. Pengujian mutu pekerjaan jalan/bahan pembentuk jalan.
22
Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh kontraktor dan sub
kontraktor yang bersangkutan, laporan pengujian mutu beton harus segera diserahkan selambat-
lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal pengujian kubus beton yang bersangkutan. Laporan yang
diterima 3 (tiga) hari atau lebih setelah tanggal pengujian dianggap batal. Bila dianggap perlu
oleh pengawas, kontraktor dapat diperintahkan untuk mengadakan core drilling atas biaya
Kontraktor.
Pasal 13
GAMBAR-GAMBARAS BUILT DRAWING DAN SHOP DRAWING
1. Dalam hal-hal tertentu maka untuk kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan sesuatu
pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan dimana hal-hal tersebut tidak terdapat
didalam gambar kerja maka kontraktor diwajibkan membuat gambar shop drawing dan harus
mendapatkan persetujuan dari direksi lapangan/pengawas.
Pasal 14
PASS/SERTIFIKAT KONTRAKTOR DAN SUB-SUB KONTRAKTOR
Semua kontraktor dan sub kontraktor yang bertanggung jawab atas pekerjaan
pelaksanaan proyek ini, harus memiliki pas/sertifikat golongan tertinggi, di antaranya :
1. SIPP.
2. Pasang untuk listrik dan pemipaan (plumbing) SIKA, SPI.
3. Dan lain-lain yang berlaku diwilayah.
4. SIPP dari Badan Keselamatan Kerja.
Pasal 15
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK
3. Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna), dicetak 3 set.
23
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan pada proyek ini adalah pekerjaan rehab kantor Pussimpur Kodiklat TNI-
AD di Bandung Jawa Barat merupakan kegiatan pemeliharaan bangunan TNI AD TA. 2017 yang
dilaksanakan sesuai gambar.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang meliputi :
a. Pembuatan direksi keet
b. Kebutuhan air kerja
c. Kebutuhan listrik kerja
d. Pembuatan foto dokumentasi :
1) Saat permulaan pekerjaan ( 0 % )
2) Setiap jenis/item pekerjaan ( proses dan finish )
3) Setiap pengajuan pembayaran angsuran
4) Setiap masa pemeliharaan berakhir
5) Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3 (tiga)
lembar dan disusun dalam album dan diberi keterangan.
2. Pekerjaan bongkaran :
a. Untuk pekerjaan bongkaran ini, perlu diperhatikan rencana gambar Bestek.
b. Bahan-bahan bekas bongkaran harus disingkirkan dari lokasi/lapangan pekerjaan
agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 3
PEKERJAAN BETON
1. Pekerjaan Beton :
a. Semua pekerjaan ini harus mengikuti Peraturan Beton Bertulang (PBI Th. 1971)
sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
b. Mutu beton bertulang struktural yang dipakai yaitu campuran 1pc : 2ps : 3kr kecuali
yang sudah disebutkan .
c. Untuk pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan sesuai
denganspesifikasi mutu U 32, U 24 sebagai tulangan Utama dan U 22 untuk begel.
d. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm.
e. Semen yang dipakai harus semen portland kelas 4 yang sesuai dengan
pengarahan yang ditetapkan dalam standard NI-8 atau ASTM C-150 type I. Dalam hal ini
yang digunakan adalah semen PC (setara Gresik atau merk lain) sesuai dengan syarat-
syarat ini yang telah mendapat persetujuan dari Direksi.
f. Semen-semen diatas harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-semen yang
datang terlebih dahulu dalam gudang dapat dipakai lebih dahulu dan mudah diperiksa.
g. Tidak diizinkan memakai lebih dari satu macam/type semen untuk suatu jenis
pekerjaan.
h. Agregat halus yang dipakai dapat terdiri dari :
24
1) Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau
sumber lainnya yang disetujui oleh direksi.
2) Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu atau
kombinasi dari pasir alam.
3) Pasir dan kerikil halus yang akan dipakai harus bersih dan bebas dari tanah
liat, karang, serpihan-serpihan mika, bahan-bahan organik dan alkalis, jumlah
bahan bahan yang merugikan tersebut tidak boleh lebih dari 5 %.
4) Bahan harus berbentuk baik (kubus) keras padat sisi-sisi yang tajam &
awet.
5) Pasir yang dipakai hendaknya mempunyai gradasi baik sesuai dengan PBI-
1971 atau SK SNI T.15/1991-03.
i. Agregat kasar yang akan dipergunakan dapat terdiri koral atau batu pecah.
1) Banyaknya bahan-bahan yang merusak tersebut, tidak boleh melebihi
persyaratan maksimum, yang diatur oleh PBI-1971 atau SK SNI.
2) Agregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat, awet dan
tidak berpori-pori.
3) Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik jika disaring dengan
saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton (PBI) 1971
atau SK SNI.
4) Ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 4 cm, dan jika gradasi tidak
sesuai, maka kontraktor harus menyaring atau mengolah kembali bahan, dan
jikadiperlukan agregat harus dicuci.
j. Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
garam, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lain-lain dalam jumlah yang merusak.
Kecuali air yang berasal dari PDAM maka sebelum dipakai untuk pekerjaan beton ini, air
harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
PBI-1971 atau SK SNI.
k. Baja tulangan/besi.
1) Semua baja tulangan yang dipakai harus baru, bebas karat.
2) Mutu baja tulangan yang dipakai adalah U-32 dan U-24 sesuai dengan
standard Indonesia NI 2 PBI-1971 atau SK SNI dan mendapat persetujuan dari
Direksi. Pemakaian dari setiap jenisnya lihat gambar.
3) Jika diperlukan, kontraktor harus dapat memberikan sertifikat dari baja
tulangan yang dipakai, dari Laboratorium Pengujian Bahan atau Pabrik yang
bersangkutan.
4) Sebelum baja-baja tulangan didatangkan ketempat pekerjaan, Kontraktor
harus menyerahkan dulu contoh-contoh besi.
5) Jika ternyata baja-baja tulangan tidak sesuai dengan contoh-contoh yang
dimaksudkan, Direksi mengafkir besi-besi tersebut. Segala kerugian menjadi
tanggung jawab kontraktor.
6) Baja tulangan harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar-gambar beton.
7) Sebelum dipasang, baja tulangan harus bersih dari serpihan-serpihan
karat,minyak, gemuk yang dapat mengurangi daya lekat.
8) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar, besi beton
diikat pada tempatnya dengan kawat-kawat pengikat, klem-klem yang khusus
diganjal blok-blok atau sisi-sisi besi, spacer atau gantungan-gantungan, sehingga
dijamin tidak terjadi penggeseran-penggeseran pada waktu pengecoran beton.
25
l. Ukuran-ukuran besi dak beton diatas jendela adalah sebagai berikut :
1) Pas. Balok beton 15/25 menggunakan campuran 1pc : 2ps : 3kr :
a) Besi untuk tulangan pokok : 12 mm
b) Besi untuk beugel : 8 mm -10/15 cm
2) Pas. Toping beton 10/60 menggunakan campuran 1pc : 2ps : 3kr :
a) Besi untuk tulangan pokok : 10 mm + 8 mm
b) Besi untuk pembagi : 8 mm -10/15 cm
o. Pengangkutan beton.
1) Beton harus diangkut dari mixer ketempat pengecoran dalam container
yang kedap air dengan secepatnya dan dituangkan pada bekesting secara hati-hati
tanpa menimbulkan pemisahan-pemisahan bagian-bagian campuran.
2) Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah perubahan
konsisten beton.
q. Bekisting
1) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga beton dapat dengan baik
ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk acuan selama
pengerasan beton berlangsung.
2) Rencana (design) seluruh cetakan/acuan menjadi tanggung jawab
kontraktor dan untuk acuan tertentu terlebih dahulu harus diajukan ke tim
pengawas/direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum rencana acuan
dilaksanakan.
3) Bahan acuan dapat berupa papan-papan bekisting ukuran 3/20 atau
plywood tebal 9 mm serta diperkuat dengan penguat dari kayu/balok ukuran 4/6
atau 5/7 atau cetakan dari plat baja yang dapat dipergunakan secara berulang-
ulang.
4) Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air kemudian
diberi lapisan minyak (form oil) supaya tidak terjadi penyerapan air semen pada
beton yang baru dituangkan dan kemudian untuk mencegah lekatnya beton pada
cetakan.
5) Penggunaan minyak harus hati-hati jangan sampai besi tulangan dan
beugel terkena minyak karena akan mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
6) Acuan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan kubus yang
cukup untuk memikul 2 x berat sendiri.
7) Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan konstruksi selama
pelaksanaan adalah kontraktor harus meminta ijin kepada pengawas/direksi
bilamana bermaksud akan membongkar cetakan.
8) Segala ijin yang diberikan pengawas/direksi sekali-sekali tidak menjadi
bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab kontraktor dari adanya
kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut.
9) Pembongkaran cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
r. Pemeliharaan Beton.
1) Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan
petunjuk/persetujuan Direksi. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan-kerusakan pada beton.
2) Pada permukaan-permukaan beton yang tidak beraturan harus segera
diperbaiki sampai disetujui oleh Direksi dan dilakukan oleh tukang yang ahli.
3) Setelah pengecoran (beton telah mengeras) maka seluruh permukaan
beton min 3 kali sehari harus dibasahi/disiram air dan apabila matahari bersinar
27
terik maka permukaan beton tersebut harus ditutupi/dilindungi sehingga tidak
terkena panas matahariyang berlebihan.
Pasal 4
PEKERJAAN PARTISI
1. Persiapan.
a. Sebelum dimulai pekerjaan ini, kontraktor wajib meneliti kembali bentuk, letak
ukuran dari masing-masing partisi yang akan dikerjakan. Pemasangannya agar
dilaksanakan dengan baik dan rapih sehingga menghasilkan pekerjaan yang tegak lurus
menurut lod dan mendatar menurut water pass.
b. Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar pelaksanaan dibengkel/shop
drawing dengan ukuran disesuaikan di lapangan.
1. Lingkup pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini
dengan baik.
b. Pekerjaan plesteran ini meliputi semua plesteran permukaan pasangan bata dan
beton yang terlihat ataupun yang diperlukan untuk di finish.
c. Pekerjaan plesteran yang dilaksanakan adalah plesteran biasa dan acian.
2. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh,
agar adukan dapat melekat dengan baik.
b. Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1pc : 4 ps
sedangkan untuk plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps .
c. Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 2 ps setelah dipermukaan beton yang
akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
d. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya
rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan
permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata
permukaannya maka dalam pelaksanaannya pemborong harus menginstruksikan kepada
tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran setiap bidangnya.
e. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kusen pintu dan jendela /bouvenlight
agar dibuat tali air dengan lebar dan dalam 1 cm.
3. Campuran plesteran
a. Untuk pencampuran bahan adukan semen instan, digunakan mesin mixing
sehingga pencampuran dapat lebih sempurna. Adukan semen instan dicampur dengan air
dengan komposisi sesuai produk. Air ditambahkan secara bertahap kedalam mesin mixing,
dan aduk sampai rata selama 3 4 menit.
b. Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan homogen.
c. Untuk semua bidang kedap air, beton, bagian luar dari pasangan dinding dan
semua pasangan batu bata bagian dalam pada daerah basah dipakai aduk plesteran
kedap airdengan campuran 1 pc : 3 pasir, atau adukan readymix mortar.
4. Pemeliharaan
a. Selama pemasangan bata, beton belum difinish, kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan-bahan lainnya.
b. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan wajib
memperbaikinya.
c. Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumurlebih dari dua (2) minggu, cukup kering dan bersih dari noda seperti yang
diisyaratkan.
Pasal 6
PEKERJAAN ATAP DAN PLAFOND
3. Pekerjaan pasangan listplank kayu kamper dan rangka disesuaikan dengan gambar detail.
4. Pekerjaan talang jurai menggunkaan zinkallume, talang tegak dan talang datar
menggunakan PVC disesuaikan dengan gambar detail.
6. Ukuran-ukuran tersebut diatas sesuai dengan ruangannya akan ditentukan kemudian oleh
direksi lapangan serta bahan-bahan yang akan dipasang, kontraktor harus mengajukan contoh-
contoh kepada direksi lapangan untuk mendapat persetujuan.
Pasal 7
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU
1. Persiapan.
a. Sebelum dimulai pekerjaan ini, kontraktor wajib meneliti kembali bentuk, letak
ukuran dari masing-masing kusen dan pintu yang akan dikerjakan. Pemasangannya agar
dilaksanakan dengan baik dan rapih sehingga menghasilkan pekerjaan yang tegak lurus
menurut lod dan mendatar menurut water pass.
b. Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar pelaksanaan dibengkel/shop
drawing dengan ukuran disesuaikan di lapangan.
3. Perlengkapan kusen dan pintu sudah termasuk dalam paket kusen dan pintu.
4. Sebelum pekerjaan diserahkan permukaan kusen harus bersih dari segala kotoran atau
noda-noda.
30
Pasal 8
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN KUNCI-KUNCI
1. Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel pintu, jendela, slot, kait angin dan pemasangan
kunci pada pintu setara merk Paloma, Gradino.
2. Alat - alat kunci dan engsel serta lainnya harus berkualitas baik dan dipasang dengan
menggunakan baut sekrup, dikerjakan dengan rapi dan tidak diperkenankan menggunakan paku.
3. Semua daun pintu dipasang dengan engsel Uk. 4 (minimal 3 buah) dan daun jendela
dipasang engsel Uk. 3 (minimal 2 buah).
4. Engsel atas dipasang 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel bawah dipasang
32 cm (as) dari permukaan bawah pintu dan engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara
kedua engsel tersebut.
5. Untuk pintu KM/WC, engsel atas dan bawah dipasang 28 cm (as) dari permukaan pintu,
engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
7. Semua bahan - bahan yang diperlukan selain berkualitas dan bermutu baik jugaharus
mendapat persetujuan dari Direksi.
8. Semua perlengkapan pintu dan jendela harus dikerjakan dengan rapi dan sempuna.
Pasal 9
PEKERJAAN KERAMIK
1. Semua keramik yang dipasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang
berlaku dan sesuai dengan gambar rencana serta harus mendapat persetujuan Direksi.
5. Persyaratan Pelaksanaan :
a. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik, disyaratkan harus keras, bersih,
bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya. Tebal screed lantai harus sesuai
dengan yang disyaratkan, rata permukaannya dan waterpass.
b. Pemasangan ubin keramik harus menggunakan bahan adukan yang terdiri dari
semen dan pasir setebal2 cm atau aduk perekat semen instant, dengan ketebalan minimal
7mm. Sewaktu pemasangan bagian bawah ubin harus terisi padat dengan semen.
31
c. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata, tidak berombak, tidak menonjol,
dan tidak miring.
d. Garis-garis siar harus lurus baik vertikal maupun horizontal (waterpass). Jarak siar
harus sekecil mungkin, untuk keramik tidak lebih dari 4 mm. Untuk mengisi siar digunakan
bahan pasta semendengan warna sesuai warna keramik. Pengisian/pengecoran siar
dilakukan paling cepat 24 jam setelah ubin dipasang dan ubin sudah benar-benar kuat
melekat pada lantai. Siar-siar sebelum dicor harus bersih dari debu dan kotoran lain.
e. Selama masa pengeringan yaitu 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin, bidang ubin
tidak boleh diinjak/diberi beban apapun.
f. Bahan ubin keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih.
g. Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan ubin harus
dibersihkan sebelum menjadi keras/kering.
h. Setelah selesai pemasangan ubin dibersihkan dengan lap basah atau bahan
pembersih lunak yang ada di pasaran.
i. Sebelum melakukan pemasangan, Kontraktor harus menentukan awal
pemasangan dan pemotongan untuk mendapat persetujuan direksi lapangan.
j. Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus digunakan alat pemotong
khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.
6. Pasir yang dipakai mempunyai gradasi 2 mm dan harus benar-benar bersih bila perlu
dicuci dan disaring.
7. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau
ternoda.
8. Pola pemasangan keramik, warna dan ukuran harus sesuai dengan gambar atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
9. Pemasangan keramik lantai untuk daerah basah diturunkan 5 cm dari peil lantai sekitarnya
atau sesuai dengan gambar.
10. Sewaktu keramik dipasang, seluruh rongga pada permukaan tegel bagian belakang harus
terisi dengan adukan.
11. Pemasangan keramik harus benar-benar rata dengan memperhatikan peil finish baik untuk
lantai maupun dinding.
12. Setelah selesai pemasangan, lantai keramik harus terlindungi dari kemungkinan cacat
yang diakibatkan dari pelaksanaan pekerjaan lain.
13. Bila terjadi kerusakan, keramik harus diperbaiki dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan
yang lain dan biaya menjadi tanggungjawab kontraktor.
Pasal 10
PEKERJAAN SANITAIR
1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan instalasi perpipaan berupa instalasi air bersih, instalasi air
kotor, instalasi air sisa, kloset, jet shower, shower dan gantungan handuk.
2. Pipa distribusi air bersih dalam bangunan dipakai bahan pipa GIP ukuran 3/4 untuk pipa
utama dan 1/2 untuk pipa pembagi.
32
3. Instalasi air kotor dipasang sesuai gambar, jenis pipa yang digunakan PVC setara AW 4"
sambungan harus benar-benar rapat (tidak bocor) khususnya yang tertanam dalam dinding/ lantai
bangunan.
4. Instalasi air sisa dipasang sesuai gambar, jenis pipa yang digunakan PVC setara AW 3"
sambungan harus benar-benar rapat (tidak bocor) khususnya yang tertanam dalam dinding/ lantai
bangunan.
5. Pemasangan kloset duduk dipasang pada KM/WC menggunakan merk setara Toto,
American Standard, Ina (di sesuaikan dengan gambar).
6. Pemasangan jet shower, shower dengan merk setara Toto, Ina, Amstard disesuaikan
petunjuk direksi lapangan.
Pasal 11
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRICAL
2. Peraturan umum :
a. Persyaratan Pelaksana Pekerjaan listrik.
1) Harus mempunyai SIK-PLN golongan C yang masih berlaku.
2) Harus dapat disetujui oleh Pemberi Tugas/Direksi/Pengawas.
3) Mengikuti aturan Puil (Peraturan Umum Instalasi Listrik ) & PLN.
b. Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core dimana
core ketiga merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
c. Sistem tegangan listrik 380 Volt 3 fase 50 Hz atau 220 Volt 1 fase 50 Hz.
b. Syarat-syarat fisik.
1) Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama, diminta merk
atau terbuat oleh pabrik yang sama.
2) Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang
jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap kali
peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit yang lengkap.
3) Bila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik atau merknya, hal ini
dimaksudkan untuk mengikat mutu, type perencanaan dan karakteristik.
33
4. Spesifikasi Teknik Bahan dan Peralatan.
a. Pipa merk Wavin dan Fitting merk Panasonic
1) Seluruh pengkabelan untuk penerangan didalam beton dengan metal
conduit, stop kontak dan exhaust fan dilaksanakan dalam pipa dan fitting-fitting high
impacconduit PVC merk Waler dan Clipsal untuk dalam bangunan kecuali untuk
feeder dan NYY tanpa pipa. Untuk di halaman terpasang dalam trench atau
tertanam dalam tanah memakai pipa galvanis cllas hight.
2) Sparing pipa menggunakan pipa galvanis yang ukurannya 2 tingkat di atas
pipa instalasi.
3) Penyambungan dari jalur instalasi ke armature lampu menggunakan pipa
flexible jenis PVC merk Wavin.
4) Semua teknik pelaksanaan yaitu percabangan, pembelokan, pengetahuan
dan sebagainya harus menggunakan fitting-fitting yang sesuai yaitu socket, elbow,
T-doos, cross-doos, terminal 3 m puntir, isolasi ban, klem besi dan lain-lain.
e. Panel Listrik.
1) Umum.
a) Tegangan kerja :380 volt 3 fase 50 Hz.
b) Interupsting capacity untuk main breaker 40 KA dan cabang-
cabangnya minimal 25 KA.
c) Jenis panel indoor freestanding dengan pintu.
d) Lalu lintas kabel :
(1) Masuk dari bawah.
(2) Keluar dari bawah.
e) Gambar detail harus dibuat oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas sebelum pembuatan.
2) Pemutusan Daya.
a) Rated breaking capacity pada 380 volt 3 fase AC tidak kurang
dari 25 KA.
b) Release harus mengandung :
(1) Thermal overload releas.
34
(2) Magnetic short cicuit release (mempunyai sistem range).
(3) Under voltage release khusus untuk main breaker dari tran
former dengan motor dan timer mechanism.
3) Rumah Panel dan Busbar.
a) Ukuran rumah panel harus dapat mencakup semua peralatan
dengan penempatan yang cukup serta elektris dan fisik.
b) Pasangan semua komponen harus dapat dicapai dari bagian depan
dengan mudah tanpa pintu terkunci.
c) Rumah panel dari besi plat dengan tebal tidak kurang dari 2 mm.
d) Semua permukaan plat baja sebelum dicat harus mendapat
pengolahan pembersihan sejenis phospatizing treatment atau senilai.
e) Bagian dalam dan luar harus mendapat paling sedikit satu lapis cat
penahan karat.
f) Untuk lapisan akhir cat finish bagian luar dasarnya abu-abu.
g) Ruangan pencapaian harus cukup untuk memudahkan kerja.
h) Label-label terbuat dari bahan trafolite yang tersusun berlapis putih
hitam putih dan digravir sesuai kebutuhan dalam bahasa Indonesia.
i) Bukaan ventilasi dari bagian sisi panel.
j) Semua pengkabelan didalam panel harus rapi terdiri atas kabel-
kabel berwarna, mudah diusut dan mudah dalam pemeliharaan.
k) Busbar dan teknis penyambungan harus menurut peraturan PUIL
dan DIN.
l) Bahan dari tembaga yang berdaya hantar tinggi, bentuk persegi
panjang dipasang pada pole-pole isolator dengan kekuatan dan jarak sesuai
ketentuan untuk menahan tekanan-tekanan elektris dan mekanis pada level
hubung singkat.
m) Busbar dalam panel harus disusun rapi sampai semua terminal
kabel atau bar lainnya tidak menyebabkan lekukan yang tidak wajar.
n) Busbar harus dicat secara standar untuk membedakan fasanya.
o) Batang penghubung antara busbar dengan breaker harus
mempunyai penampang yang cukup dengan rating harus tidak kurang dari
125 % dari rating breaker.
p) Pada sambungan-sambungan busbar harus diberi bahan pelindung
(thinned).
q) Ujung kabel harus memakai sepatu kabel dari tembaga.
4) Instrumen dan Peralatan Petunjuk Lainnya.
a) Voltmeter :
(1) Jenis moving iron, range 600 volt, ukuran 96 x 96 mm, kelas
2,5 hubungan langsung.
(2) Rangkaian memakai fuse.
(3) Bentuk persegi empat pasangan masuk.
(4) Selectorswitch dapat megukur :
(a) Fasa/fasa
(b) Fasa/netral
b) Ammeter :
(1) Jenis moving iron, range sesuai kebutuhan, ukuran 96 x 96
mm, hubungan langsung dengan trafo arus kelas 2,5.
(2) Bentuk persegi empat pasangan masuk.
c) Lampu pilot.
5) Instalasi listrik.
a) Instalasi penerangan menggunakan kabel NYM 2 x 2,5 mm2.
b) Dari instalasi penerangan ke stop kontak menggunakan kabel NYM
2 x 1,5 mm2.
2) Penyambungan Kabel.
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
b) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau
nama masing-masing dan harus diadakan pengetesan-pengetesan tahanan
isolasi dimana penyambungan dilakukan.
c) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambung-penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC harus
disolasi dengan pipa karet atau PVC.
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi oleh ahli
dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya kontraktor.Semua
kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan
SII dan SPLN. Semua kabel/kawat harus dalam keadaan baru dan harus
jelas mengenai ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya. Semua
kawat dengan penampang 6 mm2 keatas harus dari bahan terpilih
(standar).
3) Splice/Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan baik
dalam feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-kotak
penghubung yang dapat dicapai (acessible). Sambungan pada kabel circuit cabang
harus dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik dengan cara-cara
solderless conector. Dalam membuat splice conector harus dihubungkan pada
sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan.
b. Instalasi Saklar.
1) Saklar-saklar dari jenis locker mekanis dengan rating 10A/13A, 250 V, pada
umumnya dipasang inbouw kecuali disebutkan lain pada gambar. Jika
tidakditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada
tembok dengan ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali
ditentukan lain oleh Direksi. Saklar-saklar tersebut harus dipasang dalam kotak-
kotak dan ring stelannya yang standar dilengkapi dengan tutup persegi.
Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang bersekatan.
2) Stop Kontak. Stop kontak adalah dengan type yang memakai
earthingcontact dengan rating sesuai dengan gambar dan besaran alat yang
dilayani. Semua pasangan stop kontak harus diberi saluran ke tanah (grounding).
36
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian 30
cm dari atas lantai yang sudah selesai, atau sesuai petunjuk Direksi.
Pasal 12
PEKERJAAN INSTALASI AIR
2. Persyaratan Pemasangan.
a. Umum.
1) Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin
kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
2) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang
dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
3) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum
dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta
penghalang lainnya.
4) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang
diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai
dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan di gambar/ shop drawing yang telah
disetujui direksi lapangan.
5) Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.
6) Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan
cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
7) Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti
berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar/ shop drawing yang telah
disetujui direksi lapangan.
a) Dibagian dalam bangunan. Dia. 150 mm atau lebih kecil 1 %
b) Dibagian luar bangunan :
- Diameter 150 mm atau lebih kecil 1 %.
- Diameter 200 mm atau lebih besar 1 %.
8) Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik
buangan. Drains dan Vents harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan.
9) Katup (valves) dan saringan (stainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh
menukik.
10) Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan
angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa
atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
11) Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil urus tepat kearah
pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup
dan fitting pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
38
12) Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-
pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan
terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan dan persyaratan pabrik.
b. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan dimana
pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-
pipa melalui dinding tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus
dipakai dengan bahan rockwool 15 kg/m3. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung
pipa yang terbuka dalam pekerjaan pemipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan,
ditutup dengan menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda
lain.
c. Sambungan.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir
berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm.
2) Kedalaman ulir pada pipa-pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk
pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 kali.
3) Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite
dengan campuran minyak.
4) Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dengan pisau roda.
5) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter.
6) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
d. Sambungan Lem.
1) Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
2) Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus
dipergunakan alat pres/s khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan
alat pemotong khusus agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang
pipa.
3) Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa.
e. Sleeves.
1) Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
2) Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran diluar pipa ataupun isolasi.
3) Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang
mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
4) Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis Flushing Sleeves.
5) Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan rubber
sealed atau caulk.
f. Pembersihan.
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan disetiap service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-
cara/metoda-metoda yang disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.
3. Pengujian.
a. Sistem Air Bersih.
39
1) Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan tekanan air
dibawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah 50 % atau 10 kg/cm dan
tidak lebih tinggi dalam jangka waktu 1 jam.
2) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji
kembali.
3) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus)
dari hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.
.
b. Sistem Air Limbah.
1) Pipa-pipa bertekanan harus diuji dengan tekanan air sebesar tekanan kerja
ditambah 50 % atau 8 kg/cm2 selama 1 jam.
2) Pipa-pipa gravitasi harus diuji dengan tekanan statis sebesar 3.0 meter
diatas titik tertinggi selama 1 jam.
Pasal 13
PEKERJAAN BATU ALAM
1. Pekerjaan pemasangan batu alam/tempel harus dilaksanakan dengan sempurna dan rapi.
2. Jarak pemasangan antara batu dengan batu atau nut maksimal 4 mm disesuaikan
denganbentuk batu yang dipasang.
3. Diatas batu alam dipasang list menonjol lebar antara 8 sampai 10 cm disesuaikan
petunjukdireksi dilapangan.
4. Setelah pemasangan rapi dan bersih dilanjutkan coating untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
Pasal 14
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
1. Umum :Untuk melindungi bangunan dari bahaya kilat perlu dipasang penangkal petir yang
efektif.
3. Sistem Instalasi yang berlaku adalah system penangkal petir, system penangkal petir ini
dipasang di atap (roof top ) dan sistim menara penempatan titik penangkal petir diatur sedemikian
rupa sehingga dapat diperolah area cover yang optimal.
4. Konduktor yang dipakai untuk system ini memakai kabel yang direkomondasikan oleh
pabrik pembuat, sesuai gambar
5. Besarnya Tahapan System Penangkal Petir ini adalah maximum 0,9 s/d 1 ohm.
40
6. Untuk penangkal petir dengan model konvensional/digunakan copper rood dan slitzen
tembaga lengkap dengan tiangnya. Dipasang pada atap bangunan dengan jarak 20 cm.
7. Penghantar dari copper rood adalah kabel BC (bare copper) atau NYA penampang minimal
95 mm. Pemasangan kabel ini dilengkapi klem agar tidak menempel dinding.
8. Untuk elektroda pentanahan (arde) digunakan pipa galvanized dengan diameter minimum
1 inci. Pada ujung bawah pipa dipasang copper rood yang dibuat runcing sepanjang 0,5 m.
Elektroda dipasang sedalam minimal 6 (enam) m atau sampai muka air pada kondisi dengan
tahanan pentanahan maxmimum 5.
Pasal 15
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Pekerjaan pengecatan meliputi dinding, plafond, kusen, daun pintu dan listplank.
b. Pengecetan dinding dalam dan plafond harus sesuai gambar dengan warna cat
yang digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI AD, jenis cat yang digunakan
adalah setara merk Dulux dan Jotun.
c. Pengecetan penebalan kolom dinding luar harus sesuai gambar dengan warna cat
yang digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI AD, jenis cat yang digunakan
adalah setara merk Dulux dan Jotun (S5020-G30Y).
d. Pengecetan kayu dan listplank harus sesuai gambar dengan warna cat yang
digunakan harus sesuai Prototype standarisasi TNI AD, jenis cat yang digunakan adalah
setara merk Dulux (42626) dan Jotun (GARDEX 6020 G10Y).
3. Pelaksanaan :
a. Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala macam
kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang dan retak-retak di tutup dengan dempul
terlebih dahulu, kemudian digosok dengan amplas sampai rata serta baru dipulas, minimal
3 (tiga) kali.
c. Pengecatan minimal dilakukan 3 kali sampai baik dan rata dengan menggunakan
roller 20 cm atau dengan cara lain yang telah disetujui oleh Direksi.
d. Lapisan kedua baru boleh dilaksanakan setelah lewat minimum 12 jam dari lapisan
pertama.
4. Pekerjaan cat ini harus dikerjakan/dilaksanakan dengan tenaga yang sudah ahli dan
apabila diperlukan, kontraktor wajib menambah lapisan pengecatan, sehingga dianggap sempurna
oleh Pengawas Lapangan, serta diharuskan menyerahkan contoh-contoh cat untuk mendapatkan
persetujuan.
41
Pasal 16
PERUBAHAN-PERUBAHAN
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan di atas karena sesuatu hal harus seizin
Kalakgiat.
Pasal 17
PENUTUP
1. Semua bahan dan persyaratan mengenai pekerjaan konstruksi, elektrikal dan mekanikal
serta mengenai bahan-bahan yang berlaku namun belum tercantum dalam Bestek ini,
kontraktorharus mematuhinya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal
pada bestek ini akan dilakukan penetapan di lapangan oleh direksi lapangan.
2. Demikian bestek ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan pekerjaan rehab
kantor Pussimpur Kodiklat TNI-AD di Bandung Jawa Barat.