Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
INFERTILITAS
Dosen Pembimbing :
Rodiyah, S.Kep,Ns.,M.Kes
Oleh
Kelompok 5 tingkat 2A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Infertilitas yang sederhana ini tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Sistem Digestif. Pada
kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar
bawasannya kami hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa
kami nanti dalam upaya evaluasi diri.
Kelompok 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Tekanan jiwa pada istri akan menyebabkan terganggunya ovulasi, sel telur
tidak bisa dan jarang berproduksi.Pada tekanan ini pula bisa menyebabkan
saluran telur mengalami (spasme), sehingga sulit dilewati sel telur atau
spermatozoa. Selain itu, karena tekanan jiwa, hubungan suami istri menjadi
terganggu, malas dan tidak bergairah. Keadaan ini semuanya menyebabkan
kesuburan tersebut lebih parah lagi (Samsul, 2004).
1.3 Tujuan
4
6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
5
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri
pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi
hidup.
6
2.3 Etiologi Infertilitas
a. Faktor penyakit
7
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-
remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan
uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
8
haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
b. Faktor fungsional
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam
rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran
telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
9
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory
Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
10
a. Kelainan pada alat kelamin
Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak
turun.
b. Kegagalan fungsional
11
produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis
sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada
suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5
C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
12
Emosi karena didahului orang lain hamil.
c. Manifestasi klinis.
2.4 Patofisiologi
a. Wanita
b. Pria
13
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
1. Wanita
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
2. Pria
14
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
1. Pemeriksaan fisik
c. Galaktorea
15
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %
b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1 oC setelah ovulasi :
Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :
lendir serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan
gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
3. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
4. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
5. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
6. Histerosalpinografi
16
a. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara
terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
b. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
c. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
d. Keterbatasan : tidak bisa menilai
e. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
f. Fimbria : Fimosis fimbria
g. Perlengketan genitalia Int.
h. Endometriosis
i. Kista ovarium
j. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas
CO2)
17
Vikositas 1,6 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50 %
Bentuk normal > 60 %
Kecepatan gerak sperma 0,18 1,2 detik
Persentasi gerak motil > 60 %
Aglutinasi tidak ada
Sel sel sedikit, tidak ada
Uji fruktosa 150 650 mg/dl.
9. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
18
Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 -
10 mg/hari
Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolactin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5
siklus haid
HCG
5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
19
GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
Tindakan Operasi Rekontruksi
Koreksi :
Kelainan Uterus
Kelainan Tuba : tuba plasti
Miomektomi
Kistektomi
Salpingolisis
Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus
endometriosis + infertilitas
Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi
Varicokel.
20
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %
21
BAB III
ASKEP TEORI
Agama : .
Pekerjaan : .
Pendidikan : .
Alamat : .
22
Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang membuat
pasien meminta bantuan kesehatan.
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas
atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya)
23
Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan :
kebiasaan merokok, minuman ( penambah energy, suplemen
makanan/minuman,alkohol), makanan siap saji.
Genogram :
Ket : .
24
3.4 PEMERIKSAAN PER SISTEM
1. Sistem Pernapasan
Anamnesa :
Hidung:
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal
tube.
Sinus paranasalis
Leher
Inspeksi : trakheostomi.
Faring :
25
Area dada:
Wajah
Leher
26
Palpasi : Arteri carotis communis (frekuensi, kekuatan, irama), nilai JVP
untuk melihat fungsi atrium dan ventrikel kanan.
Dada
Ekstrimitas Bawah
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral,
pitting oedem
3. Persyarafan
Anamnesis : nyeri kepala berputar-putar, nyeri kepala sebelah, hilang
keseimbangan, mual muntah(tergantung etiologi), perubahan berbicara,
tremor, parastesia, anasthesia, parese, paralisis, koordinasi antar anggota
badan, reaksi terhadap suara.
27
Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan
persyarafan):
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai
apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa
lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak
baca klien tersebut.
b. Lapangan penglihatan
28
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari
pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa
duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan
sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien
berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh
pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek,
catat berapa derajat lapang penglihatan klien.
4 Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal
dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil
dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isikor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil
terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak
ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil
(diperiksa dengan funduskopi).
Sensibilitas wajah.
29
Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung
memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari
area normal ke area dengan kelainan.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol
berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin).
Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.
Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu
penala yang dientuhkan ke wajah pasien.
6 Nervus VI abdusen :
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot
ekstraokuler.
30
Pendengaran : kaji kemampuan klien mendengarkan kata-kata yang
diucapkan atau diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di
ruang yang disunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah
telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter.
Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami
penurunan pendengaran. Kalau perlu gunakan garpu tala.
4. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa
Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK
mengejan, inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk
menahan urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak
disadari), poliuria (banyak kencing > 1500 cc/24 jam), anuria (jumlah urin
< 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600 ml/24 jam), skrotum
membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal, nafas berbau
31
amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi (rasa
sangat ingin kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk memulai
kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang harus
mengejan), terminal dribbling ( masih didapatkannya tetesan-tetesan urin
pada akhir miksi), intermitensi ( terputus-putusnya pancaran urin pada saat
miksi), residual urine (masih terasa ada sisa urine yang belum tuntas
setelah miksi), retensi urine (ketidakmampuan buli-buli untuk
mengeluarkan urin yang telah melampaui batas kapasitas maksimalnya),
polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari biasanya), disuria
(perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol ( keluarnya urin secara
tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang berwarna putih seperti
cairan limfe)
a. Genetalia eksterna :
Laki-Laki :
Penis
Scrotum
32
b. Genetalia eksterna
Perempuan :
Kandung kemih:
Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba
massa
Ginjal :
33
Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari,
alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan,
melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan
nyeri perut dijelaskan secara PQRST. Gangguan defekasi (diare,
konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik feses meliputi
bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus,
hemorroid, perubahan BB,
Mulut:
Lidah
Faring - Esofagus :
Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)
34
Inspeksi: pembesaran abnormal (asites, distensi abdomen), spider navy,
tampak vena porta hepatika, bekas luka, luka (colostomy, CAPD, hernia),
umbilikus (kebersihan, menonjol,)
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien splenomegali
Kuadran III:
Kuadran IV:
35
Warna kulit
Kekuatan otot :
Keterangan:
Fraktur
Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering,
merah), krepitasi tulang.
36
Luka :
Lesi kulit :
37
Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat
menonjol jika ukurannya < 1 cm, disebut nodulus
Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang
digunakan, kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB, alasan
berhenti, side efek.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme),
alopesia (botak), moon face
Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid, perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid), nyeri tekan,
suhu
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan),
kebersihan, pengeluaran (darah, cairan, lendir).
38
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis
(kriptokismus),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae,
adanya massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka,
kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran ( cairan, darah ), nyeri
tekan,
Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal
Abdomen:
39
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican,
livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.
Laki-laki :
Anamnesa :
Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka.
priapismus
9. Persepsi sensori :
Anamnesa : tanyakan pada klien :
Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda
( diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam
mata
40
Mata
Inspeksi :
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)
Palpasi:
D. Penciuman (Hidung) :
Perkusi : pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan
apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat
41
Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
Ideal Diri :
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan
standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan
pribadi.
HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai
dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal
diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan
tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan
fungsinya di dalam masyarakat.
Identitas Diri
Bagaimana kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
42
alternatif, ramuan obat obatan herbal, membeli obat obat bebas di
toko obat/ apotek ).
3 Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong kuku,
ganti pakaian dll yang berhubungan dengan pola hidup sehat.
43
Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur
pada siang hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa
dan tidur malam berapa lama.
Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang
palin dekat / paling
44
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN:
Nama : Ny. A
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Wringin Pitu Mojowarno Jombang Kel. Wringin pitu
No. Reg : 13-08-96
Tgl. MRS : 08-01-2017 (Jam 09.00)
Diagnosis medis : Infertilitas
Tgl Pengkajian: 08 januari 2017
2. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Pardi
Pekerjaan : Swasta
45
Alamat : Wringin pitu mojowarno
Klien merasa khawatir jika tidak dapat memiliki anak. Klien tampak
gelisah.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
4.4 PEMERIKSAAN PERSISTEM
1. Sistem Pernafasan
Kebersihan : bersih
Polip : tidak ada
46
b. Mulut
Inspeksi : simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : vesikuler
2. Sistem Cardiovaskular dan Limfe
47
e. Uji Nervus V trigeminus : normal
f. Uji Nervus VI abdusen : normal
g. Uji Nervus VII facialis : normal
h. Uji Nervus VIII additorius/akustikus : normal
i. Uji Nervus IX glosoparingeal : normal
j. Uji Nervus X vagus : normal
k. Uji Nervus XI aksesorius : normal
l. Uji Nervus hypoglossal : normal
4. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : anoreksia
a. Mulut
Anamnesa : lemah
Wajah
Inspeksi : pucat (-), sianosis (-)
Palpasi : tidak simetris
Warna kulit : sawo matang
b. Kekuatan otot :
4 4
4 4
6. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Sebelum menikah ibu mengatakan haid tidak teratur.
48
Pasien belum pernah hamil sebelumnya.
a. Payudara :
Inspeksi : simetris kanan kiri, lesi tidak ada, warna areola coklat
Palpasi : tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada
b. Genetalia :
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : Hormonal FSH, LH, E2, Progesteron,
FSH serum : 7 mlU/ml
LH serum : 13 mlU/ml
Progesteron : 4 mlU/ml
Prolaktin : 1 mlU/ml
NS.
Ansietas(00146)
DIAGNOSIS : Domain 9. Koping/ Toleransi Stres
(NANDA-I)
Kelas 2. Respons Koping
49
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
DEFINITION: merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampikan individu
untuk bertindak menghadapi ancaman.
DEFINING Perilaku
CHARACTERI
STICS Gelisah
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam peristiwa hidup
Afektif
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Ragu
Fisiologis
Gemetar
Suara bergetar
Wajah tegang
Simpatis
Anoreksia
Lemah
Mulut kering
Parasimpatis
50
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
51
ENT ASSESSM
Subjective data entry Objective data entry
Diagnosis (Specify):
Ansietas
Client
Diagnostic Related to:
Statement:
Perubahan besar (fungsi peran, status peran,)
52
4.6 Intervensi Keperawatan
Inisial Nama : An.A
Dx.Kep : Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampikan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
NIC NOC
28
keputusan (dari 3
Action: meningkat ke 5)
29
30
4.7 Implementasi keperawatan
No. Tgl/jam Tindakan Paraf
1. 10 januari Perawat
2017 pukul - Melakukan pendekatan kepada klien
08.00 WIB dengan tenang dan meyakinkan
Respon : pasien mampu menceritakan
keluhan yang dirasakan
- Mengobservasi TTV
Hasil :
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 80 x/menit
TD : 110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
Perawat
- Mengamati tanda-tanda verbal dan non
verbal
Respon : pasien tampak gelas
31
4.8 Evaluasi
Ansietas S:
12
Desember - pasien sudah merasa tenang
- Klien mengatakan sudah mengerti
2016 pukul
tindakan yang akan dilakukan untuk
10.00 WIB mengatasi masalah yang dihadapi
O:
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 x/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 21 x/menit
- Tidak cemas
- Tidak gelisah
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum
mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk
segera mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus
tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-
laki, perempuan atau hubungan dari kedua pasangan suami istri tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
file:///F:/INFERTILITAS%20&%20ABORTUS/Askep%20Infertilitas%20%C2%AB
%20Hidayat2%27s%20Blog.htm
34