Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
OLEH :
SYAMSURIZAL
D611 15 001
GOWA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
penggolongan stratigrafi.
termuda.
praktikum ini.
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Praktikan dapat membuat Profil Lintasan dari problem set yang di dapatkan
saat praktikum.
2. Praktikan mampu menganalisis data berupa koreksi dip, jarak datar dan beda
Lintasan
4. Praktikan dapat membuat Kolom Stratigrafi
1.3 Alat dan Bahan
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
suatu penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur,
yang secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk mewakili daerah tempat
dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang diukur tersebut dapat meliputi satu
suatu formasi, sehingga hanya meliputi satu atau lebih satuan lithostratigrafi yang
lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan beberapa perlapisan saja.
bawah umurnya relatif lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama lapisan
Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau perubahan, sedimen
kini. Hukum ini lebih dikenal dengan semboyannya yaitu The Present is the
key to the past. Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang
masa lampau.
Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang
berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan Fosil yang berada pada
lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya. Fosil yang hidup
pada masa sebelumnya akan digantikan (terlindih) dengan fosil yang ada
Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam
Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan melihat
Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang merupakan hasil dari
suatu lingkungan pengendapan yang tertentu. Aspek fisik, kimia atau biologi
suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapakan
pada waktu yang sama dikatakan berbeda fsies apabila kedua batuan tersebut
salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan
batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan
yang di potongnya.
9. Law of Inclusion
Inklusi terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak, menelan
fragmen2 besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak
meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan
batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan
menentukan sudut bearing (sudut bearing adalah sudut terkecil yang dibentuk
jarak datar dan beda tinggi dari setiap stasiun. Data-data tersebut diperoleh
antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga
ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli
pengendapan.
BAB III
PROSEDUR KERJA
menentukan sudut bearing (sudut bearing adalah sudut terkecil yang dibentuk
antara garis strike dan garis bayangan), yang kemudian di lakukan
jarak datar dan beda tinggi dari setiap stasiun. Data-data tersebut diperoleh
melakukan penelitian stratigrafi pada suatu daerah, dimulai dari dasar lereng
Lapisan pertama dijumpai batuan Sekis Biru dengan ciri fisik warna segar
kedudukan 125oE.
ciri fisik warna segar abu abu, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik
halus, struktur berlapis dan dijumpai adanya struktur sedimen berupa laminasi,
komposisi silika, adapun batuan ini dijumpai sepanjang 16 meter dengan slope
batuan N 135oE/23o sepanjang 10 meter dengan slope 15 o, dengan ciri fisik batuan
warna segar abu abu, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik halus
dengan ukuran butir 1/8 1/4 mm, komposisi kimia silika, struktur berlapis, dan
dengan ciri fisik, warna segar abu abu, warna lapuk kecokelatan, tekstur klastik
halus dengan ukuran butir < 1/256 mm, dan struktur berlapis, komposisi kimia
karbonat dengan kedudukan batuan N 100oE/32o, batuan ini dijumpai sepanjang
dengan ciri fisik warna segar abu abu kecokelatan, warna lapuk cokelat
kedudukan batuannya adalah N 110oE/25o dengan slope 17o, batuan ini ditemukan
sepanjang 10 meter.
kuarsa dengan ciri fisik warna segar cokelat muda, warna lapuk cokelat
kehitaman, tekstur klastik kasar, kedudukan batuannya adalah N 105 oE/27o, slope
ditemukan Batulanau dengan ciri fisik adalah warna segar kecokelatan, tekstur
klastik halus, kedudukan batuan N 138oE/25o, slope 14o, singkapan ini dijumpai
dimana ciri fisik batuan yaitu warna segar abu abu kehitaman, tekstur klastik,
kecokelatan, warna lapuk abu abu kehitaman, tekstur klastik kasar, ukuran butir
1/4 - > 64 mm, sortasi jelek, roundness subangular hingga subrounded, fragmen
dari batuan beku berupa basalt, matriks batuan beku, dan semen berupa gelas
: 20,905
: 25,335
: 16,979
: 31,607
: 23,662
: 17,329
: 24,178
: 22,207
ST 1-2 : 16 x sin 27
: 7,263
ST 2-3 : 10 x sin 15
: 2,588
ST 3-4 : 11 x sin 20
: 3,762
ST 4-5 : 10 x sin 17
: 2,923
ST 5-6 : 8 x sin 15
: 2,070
ST 6-7 : 9 x sin 14
: 2,177
ST 7-8 : 5 x sin 10
: 0,868
ST 8-9 : 15 x sin 13
3,882
ST 1-2 : 16 x cos 27
: 14,256
ST 2-3 : 10 x cos 15
: 9,659
ST 3-4 : 11 x cos 20
: 10,336
ST 4-5 : 10 x cos 17
: 9,563
ST 5-6 : 8 x cos 15
: 7,727
ST 6-7 : 9 x cos 14
: 8,732
ST 7-8 : 5 x cos 10
: 4,924
ST 8-9 : 15 x cos 15
: 14,488
4.2.4 Perhitungan Ketebalan
Rumus : Jarak Penggaris x Skala
ST 1 : -
ST 2 : 13,1 X 100
: 1310
: 13,1 m
ST 3 : 8,5 X 100
: 850
: 8,5 m
ST 4 : 6,5 X 100
: 650
: 6,5 m
ST 5 : 7,6 X 100
: 760
: 7,6 m
ST 6 : 5,4 X 100
: 540
: 5,4 m
ST 7 : 6 X 100
: 600
:6m
ST 8 : 2,4 X 100
: 240
: 2,4 m
ST 9 : 9,5 X 100
: 950
: 9,5 m
4.3 Penjelasan
A. Stasiun 1
Lapisan pertama dijumpai batuan Sekis Biru dengan ciri fisik warna segar
komposisi mineral Glaucophane, Muscovite, dan Biotit, dengan foliasi 25o dan
kedudukan 125oE.
B. Stasiun 2
kedudukan N 150oE/41o dengan ciri fisik warna segar abu abu, warna lapuk
cokelat kehitaman, tekstur klastik halus, struktur berlapis dan dijumpai adanya
struktur sedimen berupa laminasi, komposisi silika, adapun batuan ini dijumpai
sepanjang 16 meter dengan slope 27o. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 7,263
meter dari stasiun sebelumnya. Jarak Datarnya 14,256 meter dari jarak stasiun
C. Stasiun 3
Pada arah yang sama yaitu N 175oE Dijumpai Batupasir halus dengan
kedudukan batuan N 135oE/23o sepanjang 10 meter dengan slope 15o, dengan ciri
fisik batuan warna segar abu abu, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik
halus dengan ukuran butir 1/8 1/4 mm, komposisi kimia silika, struktur berlapis,
dan struktur sedimen laminasi. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 2,588 meter
dari stasiun sebelumnya. Jarak Datarnya 9,659 meter dari jarak stasiun kedua.
D. Stasiun 4
Pada arah N 220oE ditemukan lapisan Napal dengan ciri fisik, warna segar
abu abu, warna lapuk kecokelatan, tekstur klastik halus dengan ukuran butir <
1/256 mm, dan struktur berlapis, komposisi kimia karbonat dengan kedudukan
Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 3,762 meter dari stasiun sebelumnya. Jarak
Datarnya 10,336 meter dari jarak stasiun ketiga. Ketebalan dari litologi ini yaitu
6,5 meter.
E. Stasiun 5
Pada arah yang sama yaitu N 220 oE. Dijumpai Batugamping dengan ciri
fisik warna segar abu abu kecokelatan, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur
bioklastik, komposisi kimia karbonat, struktur berlapis, adapun kedudukan
batuannya adalah N 110oE/25o dengan slope 17o, batuan ini ditemukan sepanjang
10 meter. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 2,923 meter dari stasiun
sebelumnya. Jarak Datarnya 9,563 meter dari jarak stasiun keempat. Ketebalan
F. Stasiun 6
Pada arah N 145oE menemukan Batupasir kuarsa dengan ciri fisik warna
segar cokelat muda, warna lapuk cokelat kehitaman, tekstur klastik kasar,
sepanjang 8 meter. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 2,070 meter dari stasiun
sebelumnya. Jarak Datarnya 7,727 meter dari jarak stasiun kelima. Ketebalan dari
G. Stasiun 7
Pada arah N 160oE ditemukan Batulanau dengan ciri fisik adalah warna
segar kecokelatan, tekstur klastik halus, kedudukan batuan N 138oE/25o, slope 14o,
singkapan ini dijumpai sepanjang 9 meter. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi
2,177 meter dari stasiun sebelumnya. Jarak Datarnya 7,732 meter dari jarak
H. Stasiun 8
Pada arah yang sama yaitu N 160 oE dijumpai Batupasir kasar sepanjang 5
meter, kemiring lereng 10o, dengan kedudukan batuan N 117oE/26o, dimana ciri
fisik batuan yaitu warna segar abu abu kehitaman, tekstur klastik, ukuran butir 1
mm, struktur sedimen laminasi. Pada stasiun ini memiliki beda tinggi 0,868
meter dari stasiun sebelumnya. Jarak Datarnya 4,924 meter dari jarak stasiun
I. Stasiun 9
Konglomerat dengan warna segar abu abu kecokelatan, warna lapuk abu abu
kehitaman, tekstur klastik kasar, ukuran butir 1/4 - > 64 mm, sortasi jelek,
basalt, matriks batuan beku, dan semen berupa gelas silika, batuan Konglomerat
132oE/30o, dengan kemiringan lereng 15o, dari hasil analisis didapatkan kisaran
umur singkapan adalah Paleogen dan termasuk ke dalam formasi Mallawa. Pada
stasiun ini memiliki beda tinggi 3,882 meter dari stasiun sebelumnya. Jarak
Datarnya 14,488 meter dari jarak stasiun keenam. Ketebalan dari litologi ini yaitu
9,5 meter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini sebagai berikut:
1. Pembuatan arah lintasan dilakukan berdasarkan data-data yang di dapatkan
pengukuran jarak datar dan beda tinggi menggunakan data jarak dan slope
data-data tersebut.
3. Perhitungan ketebalan lapisan dapat dilakukan dengan mengetahui jarak pada
didapatkan pada problem set dan Ketebalan. Pada kolom stratigrafi terukur
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, N. 2013.
https://www.scribd.com/document/333165949/penampang-
stratigrafi-terukur#. Diakses pada Jumat, 10 Maret 2017. Pukul 23.49
WITA.
Noor, D. 2009. Bab 3 Pengukuran Stratigrafi Prinsip Stratigrafi pdf. Diakses pada
Sabtu, 11 Maret 2017. Pukul 00.15 WITA.
L