Sunteți pe pagina 1din 14

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Roles of Farmers Groups in Agricultural Technology Adoption

Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl A. Yani No. 70 Bogor 16161

Naskah masuk : 8 Agustus 2011 Naskah diterima : 30 September 2011

ABSTRACT

This paper describes roles of farmers groups in agricultural technology application. A farmers group is
defined as a group of farmers informally consolidate themselves based on their common goals in farming
activities. Initial spirit of establishing a farmers group is to strengthen farmers bargaining position, especially in
terms of collective purchasing of farm inputs and selling their agricultural products efficiently. Indonesia has a long
experience in formation of farmers groups since Mass Intensification (BIMAS) and Special Intensification (INSUS)
were launched in 1970s-1980s. Currently, most of farmers groups in Indonesia are not formed by farmers
themselves, but they are mostly formed as a response to the government program that requires farmers to
become members of a farmers group. Most of government support for farmers, such as distribution of subsidized
fertilizer, agricultural extension, subsidized farm credits and other programs are distributed to farmers group or
farmers groups association. Introduction and promotion of a new technology is also delivered through farmers
groups. Thus, the roles of a farmers group are not only as the means of distributing government assistance and
extension services, but also as the agent for new technology adoption.

Key words : farmers, farmers group, technology, adoption

ABSTRAK

Makalah ini merupakan tinjauan (review) dari berbagai literatur dan hasil penelitian terdahulu, ditujukan
untuk mendeskripsikan peran kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian. Kelompok tani didefinisikan
sebagai sekelompok petani yang secara informal mengkonsolidasi diri berdasarkan kepentingan bersama dalam
berusahatani. Semangat awal pembentukan kelompok tani adalah untuk memperkuat posisi tawar, terutama
dalam pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil secara kolektif. Indonesia mempunyai pengalaman
panjang pembentukan kelompok tani, sejak diluncurkannya program BIMAS, INSUS dan Supra Insus di era
1970-an dan 1980-an. Saat ini kebanyakan kelompok tani di Indonesia tidak lagi dibentuk atas inisiatif petani
dalam memperkuat diri, melainkan kebanyakan merupakan respon dari program-program pemerintah yang
mengharuskan petani berkelompok. Umumnya program-program bantuan pemerintah seperti: penyaluran pupuk
bersudsidi, penyuluhan teknologi pertanian, kredit usahatani bersubsidi, dan program-program lain disalurkan
melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani (Gapoktan). Petani yang ingin mendapat teknologi baru dan
berbagai program bantuan pemerintah harus menjadi anggota kelompok atau anggota Gapoktan. Dengan
demikian, peran kelompok tani tidak hanya sebagai media untuk menyalurkan bantuan-bantuan pemerintah,
tetapi juga sebagai agen penerapan teknologi baru.

Kata kunci : petani, kelompok tani, penerapan, teknologi

PENDAHULUAN yang dihadapi petani yang tidak bisa diatasi


secara individu. Sadjad (2010) mengungkap-
kan bahwa pembentukan kelompok tani
Secara filosofis, kelompok tani di- merupakan proses pewujudan pertanian yang
bentuk untuk memecahkan permasalahan terkonsolidasi (consolidated agriculture),

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

115
sehingga bisa berproduksi secara optimal dan dalam optimalisasi peran kelompok tani ke
efisien. Sebab dengan pertanian terkonsolidasi depan. Penelahaan dalam tulisan ini didasar-
dalam kelompok tani, pengadaan sarana kan studi pustaka yang komprehensif serta
produksi dan penjualan hasil bisa dilakukan penajaman dengan mendalami kasus tertentu.
secara bersama. Dengan demikian, volume
sarana produksi yang dibeli dan volume hasil
yang dijual menjadi lebih besar, sehingga PROFIL SEJARAH PEMBENTUKAN
biaya pangadaan per satuan sarana dan KELOMPOK TANI DAN
pemasaran per satuan hasil menjadi lebih PERKEMBANGANNYA
rendah. Rasionalisasi usahatani yang menge-
jar efisiensi dan nilai tambah ini akan Profil Sejarah Pembentukan Kelompok Tani
mereduksi petani tradisional. Darajat (2011),
mengungkapkan bahwa kelompok tani meru- Kelompok tani yang pertama kali di
pakan salah satu upaya pemberdayaan petani dunia muncul di Amerika Serikat, tepatnya di
untuk meningkatkan produktivitas, penda- Negara Bagian California. Pada tahun 1922
patan, dan kesejahteraan petani. dua orang petani, John C. Tyler dan Thomas
E. Leavey berpikir bahwa masyarakat petani
Demikian juga diseminasi teknologi dan peternak di perdesaan juga berhak
pertanian kepada petani akan lebih efisien jika mempunyai akses terhadap asuransi dari
dilakukan pada kelompok tani, karena dapat perusahaan asuransi dan koperasi (Wikipedia,
menjangkau petani yang lebih banyak dalam 2011a). Semula pada tahun 1920-an petani
satuan waktu tertentu. Karena kelompok tani dan peternak di Amerika Serikat berhak atas
dianggap sebagai organisasi yang efektif untuk asuransi premium dan saling menggadaikan
memberdayakan petani, meningkatkan pro- asuransi untuk memperoleh harga yang tidak
duktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan mahal. Sejak itu Tyler dan Leavy bergabung
petani dengan bantuan fasilitasi pemerintah untuk mendirikan perusahaan asuransi bagi
melalui program dari berbagai kebijakan petani, peternak dan masyarakat perdesaan
pembangunan pertanian, maka perlu dikaji lain. Ide awal dari berkelompok tersebut
pula perannya dalam mempercepat penerapan adalah memudahkan akses terhadap suatu
teknologi. Keberadaan kelompok tani sejak kebijakan yang penting bagi petani/peternak/-
awal dimaksudkan sebagai wahana pember- pekerja perdesaan, yaitu asuransi, pinjaman,
dayaan petani. Dalam perkembangannya ber- dan keringanan harga sarana produksi. Pesan
bagai intervensi yang dilakukan pemerintah, dari keberadaan dan fungsi kelompok tani di
pada banyak kasus justru memperlemah California pada dasarnya menjadi mediator
kemandirian kelompok tani. bagi petani individu untuk mengakses
Adanya inkonsistensi kebijakan dalam kemudahan dari suatu kebijakan di suatu
penanganan kelompok tani, telah membuat negara. Saat ini kelompok yang semula
kelembagaan ini berada dalam posisi sulit. berjumlah dua orang telah menjadi sebuah
Pada sisi lain semakin banyaknya petani yang perusahaan asuransi besar di negara bagian
masuk katagori parttime farmer menyebab- California dengan nama Farmer Insurance
kan kegiatan kelompok tidak bisa berjalan Group (Wikipedia, 2011a).
ideal. Ke depan diperlukan berbagai peru- Kelompok tani didefinisikan sebagai
bahan pendekatan dalam penanganan kelom- kumpulan orang-orang tani atau petani, yang
pok tani. Perubahan tersebut terutama terkait terdiri atas petani dewasa, pria dan wanita, tua
dengan konsistensi dan sinergi yang dan muda, yang terikat secara informal dalam
menguatkan. suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian
Bagaimana hal itu akan dilakukan, dan kebutuhan bersama serta berada di
artikel ini mengupasnya secara komprehensif lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang
yang diawali dengan sejarah pembentukan kontak tani (Deptan RI, 1980 dalam
kelompok tani, dan kaitannya dengan kondisi Mardikanto, 1996). Kelompok tani merupakan
Indonesia. Pada bagian selanjutnya di analisis kelembagaan tani yang langsung meng-
peran kelompok tani dalam penerapan organisir para petani dalam mengembangkan
teknologi serta berbagai masalah dalam usahataninya. Kelompok tani merupakan
penerapan teknologi serta berbagai masalah organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

116
ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wadah kerjasama antar kelompok
sebagai wahana penyuluhan dan penggerak tani. Dalam perkembangannya, banyak
kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani program pemerintah untuk petani disalurkan
juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong melalui wadah gapoktan dan kelompok tani,
royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja oleh karena itu pembentukan kelompok tani
untuk kegiatan usahatani (Hermanto, 2007). diatur dengan surat edaran Menteri Pertanian,
Kelompok tani berfungsi menjadi titik sehingga kelompok tani cenderung menjadi
penting untuk menjalankan dan menterjemah- organisasi formal, mengalami pergeseran dari
kan konsep hak petani ke dalam kebijakan, kelompok sosial (social group) menjadi
strategi, dan program yang layak dalam satu kelompok tugas (task group) (Pelita, 2011).
kesatuan utuh dan sebagai wadah Pembentukan kelompok tani saat ini
transformasi dan pengembangan ke dalam lebih diarahkan kepada kemudahan pelak-
langkah operasional. Kelompok tani penting sanaan tugas pemerintah menyalurkan sarana
sebagai wadah pembinaan petani yang produksi (saprodi) kepada petani, sehingga
tergabung di dalamnya, sehingga dapat mem- lebih terkoordinasi. Kelompok tani pada awal-
perlancar pembangunan pertanian (Mosher, nya dilakukan melalui pendekatan domisili,
1968 dalam Djiwandi, 1994). namun kemudian dimodifikasi mengikuti
Di era pemerintahan Presiden hamparan lahan pertanian. Dua pendekatan
Soeharto yang dikenal dengan rezim Orde kelompok tani tersebut memiliki keunggulan
Baru, kelompok tani identik dengan sebutan dan kelemahan masing-masing. Pengelom-
Kelompencapir, yang artinya kelompok pokan petani menurut hamparan lahan
pendengar, pembaca dan pemirsa. Dalam pertanian dapat memudahkan penyaluran
perkembangannya kelompencapir menjadi saprodi. Kelemahannya adalah usaha untuk
kelompok pembaca, penulis dan pemikir. membuat kelompok tani menjadi dinamis
Kelompencapir ini beranggotakan petani dan menjadi bersifat krusial dan sering menggangu
nelayan di Indonesia. Pada era tahun 1980- kelancaran sarana produksi. Situasi ini terjadi
an kelompok tani mengambil peranan karena petani yang dikelompokkan menurut
penting dalam berbagai implementasi kebi- hamparan lahan tidak selalu saling mengenal
jakan pemerintah (Wikipedia, 2011b). satu dengan yang lain (Pelita, 2011).
Pada masa pemerintahan Soeharto, Fenomena lain menunjukkan selama
kelompok tani sangat nyata sebagai bagian periode tahun 1990-an sampai 2000-an telah
integral pembangunan pertanian, sebagai terjadi lonjakan jumlah kelompok tani yang
obyek upaya pemberdayaan petani dan sangat fantastis yang terkategori dalam 37
subyek usaha pertanian dalam rangka mening- persen kelompok tani pemula, 37 persen
katkan produktivitas, pendapatan dan kesejah- kelompok lanjut, 22 persen kelompok madya
teraannya. Pengalaman menunjukkan, kebera- dan 7 persen kelompok utama. Akan tetapi
daan kelompok tani telah memberikan peningkatan jumlah kelompok tani yang sangat
sumbangan yang sangat signifikan pada fantastis ternyata belum diikuti peningkatan
pencapaian berbagai program pembangunan kualitas, yaitu kelompok tani belum mampu
pertanian. Kelompok tani makin berperan mandiri dalam berbagai hal seperti dalam
sejak tahun 1979, yaitu ketika dilaksanakan menentukan jenis komoditi usahanya,
pola intensifikasi khusus (Insus) dengan menentukan pasar, menentukan mitra usaha,
menggunakan pendekatan kelompok (Pelita, menentukan harga komoditi dan sebagainya.
2011). Semuanya masih tetap ditentukan dari atas.
Peningkatan jumlah dan kelas kelompok tani
Di tahun 1987, dengan penerapan yang sangat luar biasa itu pun ternyata belum
pola Supra Insus, dimana intensifikasi disertai peningkatan pendapatan petani. Na-
dilakukan atas dasar kerjasama antar mun demikian, peningkatan jumlah kelompok
kelompok tani pada hamparan yang lebih luas tani harus dipandang sebagai peningkatan
maka terjadi penggabungan kelompok yang modal dasar konsolidasi pembangunan
ada dalam satu wilayah administratif (desa) pertanian, terutama dari sisi sumber daya
atau yang berada dalam satu aliran irigasi manusia (Pelita, 2011).
petak pengairan tersier. Istilah gabungan
kelompok tani (Gapoktan) kemudian dikenal

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

117
Sesuai dengan Keputusan Menteri yang telah mengalami dinamika seiring de-
Pertanian Nomor 93/Kpts/OT.210/3/1997 ngan perubahan rezim pemerintahan.
tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani- Secara teoritis, kelompok tani diartikan
Nelayan, kelompok tani-nelayan adalah sebagai kumpulan petani yang terikat secara
kumpulan petani-nelayan yang tumbuh informal atas dasar keserasian dan kepen-
berdasarkan keakraban dan keserasian, serta tingan bersama dalam usahatani. Kementerian
kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan Pertanian mendefinisikan kelompok tani
sumberdaya pertanian untuk bekerjasama sebagai kumpulan petani/peternak/pekebun
meningkatkan produktivitas usahatani dan yang dibentuk atas dasar kesamaan
kesejahteraan anggotanya. Artinya kelompok kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
tani merupakan lembaga yang menyatukan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban
para petani secara horizontal dan dapat untuk meningkatkan dan mengembangkan
dibentuk beberapa unit dalam satu desa, bisa usaha anggota. Idealnya, kelompok tani
berdasarkan komoditas, areal tanam pertanian dibentuk oleh dan untuk petani, guna
dan gender (Syahyuti, 2007). mengatasi masalah bersama dalam usahatani
Gema kelompok lebih didominasi serta menguatkan posisi tawar petani, baik
kelompok tani dibandingkan nelayan. Menurut dalam pasar sarana maupun pasar produk
Mintoro (1997), kelembagaan nelayan tangkap pertanian. Organisasinya bersifat non-formal,
juga mengatur kemudahan nelayan memper- namun dapat dikatakan kuat, karena dilandasi
siapkan keperluannya untuk operasi penang- kesadaran bersama dan azas kekeluargaan
kapan di laut dan proses pasca tangkap agar (Anonimous, 2009).
mendapatkan harga jual ikan sebaik-baiknya
dengan pelaku utama adalah nelayan dan
pemilik modal (toke). Toke ini sering Rezim Orde Baru
merangkap sebagai pedagang ikan. Artinya Selama pemerintahan Soeharto, 1965-
kelompok nelayan juga mempunyai agenda 1997, istilah dan keberadaan petani akrab
dan fungsi kerja yang sama dengan kelompok dengan masyarakat Indonesia. Program
tani. pertanian pemerintah banyak dimplementasi-
Sumber daya manusia dalam kelom- kan dan dilakukan dengan melibatkan kelom-
pok tani tersebut akan terorganisir menjadi pok tani, sehingga Indonesia memiliki
pengurus dan anggota dalam satu manajemen pengalaman panjang tentang pembentukan
untuk mengelola sarana produksi pertanian, kelompok tani. Ini dimulai pada tahun 1979
alat mesin pertanian, dan input usahatani yang ketika program Intensifikasi Khusus (Insus)
lain, termasuk jenis teknologi yang akan diluncurkan. Insus adalah modifikasi perbaikan
digunakan untuk berusahatani, pascapanen program Bimbingan Massal (BIMAS), dengan
dan pemasaran hasil produksi. Dengan menyertakan inovasi sosial yaitu membentuk
demikian, fungsi kelompok tani sebagai agent dan mendorong kelompok tani untuk mela-
of change di tingkat petani. Oleh karena itu kukan kegiatan usahatani secara berkelom-
petani sebaiknya membentuk dan bergabung pok. Dalam praktek ini, sebuah kelompok tani
dalam suatu kelompok tani, karena ke- yang terdiri dari 50 sampai 100 petani
anggotaan dalam suatu kelompok akan lebih mencakup areal seluas 25 sampai 50 ha,
memudahkan mendapat akses informasi, didorong untuk bekerja sebagai unit organi-
kredit, teknologi dan kemudahan dari suatu sasi, dimana perencanaan dan pengambilan
kebijakan pemerintah (Kutsiyah et al., 2009). keputusan usahatani dilakukan oleh kelompok.
Lembaga pendamping dari pemerintah adalah
memfasilitasi dan melayani bila diperlukan
Perkembangan Kelompok Tani di Indonesia (Affandi, 1985 dalam Darwanto 1993).
Keberadaan kelompok tani di Indo- Ide awal pembentukan kelompok tani,
nesia telah lama ada sebagai lembaga selain untuk mempermudah pelaksanaan
komunikasi antar petani dalam menjalankan program Insus, juga untuk meningkatkan
aktivitasnya. Berikut akan dibahas perkem- posisi tawar petani melalui pembelian input
bangan kelompok tani berdasarkan perannya kolektif untuk menjadi lebih efisien, melakukan
sinkronisasi sistem tanam, pengendalian hama

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

118
bersama, serta pemasaran produk secara tersebut adalah kredit bersubsidi yang
kolektif. Semua kegiatan penyuluhan dan diberikan dalam bentuk sarana produksi, biaya
promosi dari program pemerintah diberikan persiapan lahan, dan biaya hidup. Kredit
kepada kelompok. Pada tahun 1987 disalurkan melalui koperasi unit desa (KUD)
pemerintah Indonesia meluncurkan program sebelum ke kelompok tani (Swastika, 1995).
Supra Insus, dimana intensifikasi dilakukan Hanya petani anggota kelompok yang diberi
atas dasar kerjasama antar kelompok tani kredit bersubsidi tersebut. Kondisi ini
dalam hamparan yang sama. Beberapa mendorong tiap desa membentuk kelompok
kelompok tani kemudian digabung dalam satu tani agar dapat memanfaatkan fasilitas
wadah kerjasama, yaitu Gabungan Kelompok bantuan pemerintah. Tidak mengherankan jika
Tani, disingkat dengan Gapoktan. Namun pada tahun 2006 telah terbentuk sedikitnya
disayangkan adanya perubahan paradigma 293.568 kelompok tani di seluruh Indonesia
kelompok tani dari kelompok sosial menjadi dan sekitar 3.000 Gapoktan (Budhi dan
kelompok formal yang kemudian berkembang Aminah, 2009).
menjadi kelompok tugas (task groups). Tujuan
utama pembentukan kelompok tani adalah
untuk mempermudah pelaksanaan program-
program pemerintah, seperti penyaluran pupuk PERAN KELOMPOK TANI DALAM
bersubsidi, penyuluhan pertanian, dan PENERAPAN TEKNOLOGI
program lainnya (Darajat, 2011). PERTANIAN
Keunggulan Kelompok sebagai Wadah
Rezim Reformasi Kerjasama
Dalam perkembangan selanjutnya, Ketua kelompok beserta anggotanya
sebagian besar kelompok tani di Indonesia merupakan komponen penting tergantung
tidak dibentuk oleh dan untuk petani, pada ukuran, fungsi dari kelompok tersebut
melainkan lebih banyak merupakan respon (Stockbridge et al. 2003). Namun, yang
dari program-program pemerintah yang terpenting adalah partisipasi anggota sebagai
mengharuskan petani berkelompok. Hampir pemilik organisasi, pelaku kerjasama antara
semua program bantuan pemerintah untuk kelompok dengan pemerintah maupun pihak
petani disalurkan melalui kelompok tani. Oleh swasta dalam bentuk kemitraan, plasma atau
karena itu, petani disyaratkan untuk berkelom- skim yang lain. Apabila anggota kelompok
pok menjadi kelompok tani formal. Kelompok tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan
tani ini menjadi alat untuk mendistribusikan kelompok, maka kelompok tersebut
berbagai bentuk bantuan dan sekaligus seba- kemungkinan akan gagal mencapai tujuan
gai wadah untuk berinteraksi antar peserta kelompok (Stockbridge et al., 2003) karena
program dan dengan petugas pelaksana kelompok tani merupakan gabungan antara
program. Sampai saat ini berbagai kebijakan pemilik, manajer, nasabah dan pekerja yang
pembangunan pertanian masih menjadikan pada hakekatnya adalah anggota kelompok itu
kelompok formal sebagai keharusan, jika ingin sendiri (Gambar 1).
menjadi peserta dari program yang
Berdasar Gambar 1, dijelaskan bahwa
mengandung bantuan untuk petani (Syahyuti,
peran kelompok adalah mendorong pem-
2009).
bangunan ekonomi melalui: (1) apabila
Dalam program Supra Insus, penyu- terdapat resiko yang dihadapi kelompok, maka
luhan tentang intensifikasi padi, khususnya kelompok dapat memanfaatkan kekuatan
promosi penggunaan varietas unggul, peng- dalam mengurangi enefisiensi dalam lembaga
gunaan pupuk, dan pengendalian hama sosial dan perubahan teknologi dan (2) bila
menggunakan pestisida diberikan melalui kelompok dipantau oleh petani anggota yang
kelompok tani. Untuk mempercepat implemen- minatnya terhadap perubahan sosial secara
tasi program intensifikasi padi, terutama Supra efisien, maka banyak perubahan dapat dicapai
Insus, pemerintah Indonesia memberikan dengan melibatkan proses kecil sampai
petani kredit usahatani untuk produksi padi dengan besar serta tahap-tahap pencapaian
yang disebut Kredit Usaha Tani (KUT). Kredit tujuan.

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

119
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi/Kelompok, (Handy, 1999 dalam
Stockbridge et al., 2003).

Meskipun pustaka teori kerjasama terlibat dalam penggunaan teknologi. Hal ini
kelompok terbatas, menurut teori di atas, maka mengindikasikan bahwa kelompok tani efektif
keberadaan kelompok tani sangat penting. dimanfaatkan untuk alih teknologi.
Pemerintah dan pihak swasta dapat
bekerjasama dengan petani anggota dengan
menjalin kemitraan. Artinya, kerjasama dalam Peran Kelompok Tani dalam Penerapan
bentuk apa pun diharapkan dapat mengungkit Teknologi
peran serta aktif kelompok untuk meningkat- Teknologi yang diintroduksikan kepada
kan taraf ekonomi atau kesejahteraan kelompok merupakan pengungkit (leverage)
kelompok. Le Vay (1982) mengulas bahwa dimensi infrastruktur dan teknologi kelompok,
koperasi dan organisasi/kelompok yang namun kelompok tani bukan merupakan
bertujuan untuk mencapai keuntungan akan leverage dimensi hukum dan kelembagaan
melibatkan anggotanya untuk mencapai (Suyitman et al., 2009). Pada umumnya
tujuan. Artinya, kemampuan kelompok untuk pengaruh penggunaan teknologi baru terhadap
meningkatkan modal melakukan kerjasama peningkatan produktivitas tidak diragukan lagi,
adalah nyata. Bahkan, secara ekonomis, misalnya produktivitas meningkat dengan
kelompok tani pun dapat diasumsikan sebagai pesatnya adopsi benih unggul (Gunawan et
suatu perusahaan swasta dengan tujuan al., 1989, Soentoro, 1989). Kelangkaan relatif
jangka panjang untuk memaksimalkan suatu sumberdaya terhadap sumberdaya lain
keuntungan. Peran informasi dan teknologi membimbing masyarakat untuk menciptakan
merupakan modal untuk mencapai tujuan teknologi baru, artinya lembaga pasar yang
tersebut. Oleh karena itu, kelompok tani meru- menentukan arah dan laju perkembangan
pakan pelaku perubahan, termasuk teknologi. teknologi. Campur tangan dari pemerintah
Kelompok tani merupakan bentuk terhadap lembaga pasar selalu ada menurut
kerjasama yang tepat untuk kegiatan yang norma yang dianut dan tujuan tertentu yang
melibatkan penggunaan alat dan mesin hendak dicapai dalam arah dan laju
pertanian, kerjasama pengolahan dan pema- pengembangan teknologi (Gunawan et al.,
saran hasil dan penguatan modal kerja 1989).
(Wikipedia, 2011a). Pengolahan dan pema- Berbagai teknologi pertanian seperti:
saran hasil pertanian hanya dapat dilakukan pengaturan waktu tanam, pergiliran jenis
apabila petani dalam kelompok tersebut tanaman dan varietas, tata air, pengendalian

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

120
organisme pengganggun tanaman (OPT), integrasikan usahatani dengan ternak dengan
konservasi tanah dan air, dan sebagainya cara memanfaatkan pupuk organik untuk
hanya efektif diterapkan jika dilakukan tanaman dan memberi pakan ternak dari
bersama-sama oleh anggota kelompok tani. limbah tanaman. Pola ini sudah banyak
Sebab, jika hanya dilakukan oleh petani diadopsi dan diduplikasi di berbagai wilayah
secara individu, tanpa ada konsolidasi dengan Indonesia. Artinya, kelompok tani berperan
petani lain, tidak akan memberikan hasil yang pula dalam memajukan teknologi dari yang
diharapkan (Muis et al. 2008). bersifat sederhana sampai yang komplek.
Dalam beberapa program nasional Kemajuan teknologi itu penting, namun
dari Kementerian Pertanian, misalnya Prima lebih penting lagi jika diperoleh dari hasil
Tani, kelompok tani difungsikan sebagai penelitian. Teknologi dan penelitian tidak dapat
praktisi penerapan teknologi dalam suatu dilepaskan dalam proses produksi, karena
sistem inovasi tahap awal penumbuhan keduanya merupakan faktor produksi dalam
(Simatupang, 2004). Aliran pengetahuan dan perkembangan sektor pertanian secara
informasi (diseminasi) teknologi yang agregat (Hutabarat, 1999). Umpan balik dari
bersumber dari hasil penelitian disampaikan petani anggota kelompok yang mengadopsi
melalui penyuluh. Petani dan kelompoknya teknologi merupakan masukan yang baik
diposisikan sebagai praktisi agribisnis untuk penelitian teknologi selanjutnya. Karena
penerima atau pengguna teknologi tersebut. dalam proses alih dan adopsi teknologi, tidak
Memasuki tahap pemantapan, peran kelompok ada suatu teknologi pun yang cocok
tani adalah menggerakkan anggotanya dalam diterapkan di semua lokasi dan memberi hasil
mengadopsi teknologi yang telah menjadi memuaskan, sehingga perlu penyuluhan untuk
barang publik, sehingga menjadi masukan membawa hasil-hasil penelitian dan teknologi
bagi lembaga penelitian yang menghasilkan terbaru kepada kelompok yang lain. Hal ini
teknologi untuk menumbuhkan dan penting untuk menghindari resiko awal adopsi
mengembangkan teknologi tersebut menjadi tetapi juga tidak terlambat dalam menangkap
usaha komersial. Dalam tiga tahapan sistem peluang pasar (Hutabarat, 1999).
inovasi teknologi Prima Tani, jelas peran Basuno (2003) menyebutkan bahwa
kelompok tani adalah sebagai baromater optimalisasi proses diseminasi paket teknologi
keberhasilan suatu inovasi teknologi dengan di masa depan masih perlu banyak pem-
keberhasilan umpan balik adopsi kelompok benahan, terutama berkaitan dengan
kepada pihak penyedia teknologi untuk pembagian peran secara tegas antara peneliti
melanjutkan ke tahap inovasi yang lebih maju. dan penyuluh. Kedua motor penggerak proses
Kelompok tani yang ada saat ini penyampaian teknologi kepada petani melalui
menunjukkan banyak peran penting dalam kelompok tersebut juga harus didukung oleh
penyelenggaraan program pembangunan fasilitas penunjang kegiatan agar dapat lebih
pertanian. Pembentukan Sarjana Membangun fokus dan mencapai sasaran, yaitu teknologi
Desa sebagai pendamping kelompok tani tepat guna bagi kelompok atau petani sasaran.
ternak menunjukkan hasil yang cukup baik. Teknologi pertanian yang didiseminasikan
Kelompok tani yang memperoleh bantuan kepada sejumlah petani atau kelompok tani
selain menjalankan program pemerintah juga harus diterima kelompok yang bersangkutan
melakukan percobaan pola pemberian pakan dan disebut sebagai masa kritis teknologi.
pada ternak dengan bahan yang tersedia di Apabila masa kritis tidak tercapai maka
sekitar lokasi setempat. Kelompok tani ternak teknologi tidak akan diadopsi dan hilang begitu
menjadi lebih komersial dengan mengusaha- saja.
kan pembuatan pupuk organik berbahan baku Agar adopsi teknologi dapat berlanjut,
limbah padat dan cair ternak. Selain melaku- jumlah orang dalam kelompok yang meng-
kan pembuatan pupuk organik kelompok tani adopsi dengan berhasil harus mencapai masa
ternak juga mengaplikasikan instalasi biogas, kritis disertai persyaratan berupa tersedianya
sehingga kelompok tani ternak mendapat masukan-masukan pertanian yang dibutuhkan
tambahan pendapatan dan penurunan biaya secara berkelanjutan. Keberlanjutan teknologi
operasional rumah tangga. Bahkan peternak tersebut ditunjukkan oleh penggunaan tekno-
yang berprofesi sebagai petani dapat meng- logi secara terus-menerus sampai teknologi

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

121
tersebut kehilangan manfaatnya atau sampai teknologi baru lebih dulu dibandingkan dengan
ditemukan teknologi baru yang lebih baik untuk petani perorangan dengan asset lahan sempit.
menggantikannya (Basuno, 2003). Untuk Petani dalam kelompok sebagai pelaku inovasi
meningkatkan indek dan status keberlanjutan yang akan menggunakan teknologi umumnya
teknologi perlu penyebarluasan dan diseminasi patuh pada kesepakatan kelompok. Nilai
teknologi melalui kursus, pelatihan dan positif dari aspek tersebut akan mendorong
penyuluhan pertanian yang di Indonesia kelompok untuk mengadopsi inovasi teknologi
umumnya diberikan kepada kelompok tani guna meningkatkan kesejahteraan kelompok
(Suyitman et al. 2009). dan anggotanya.
Efektivitas penggunaan teknologi di Pendekatan konsolidasi lahan dalam
tingkat petani melalui pemberdayaan kelom- satu kelompok dapat dilakukan untuk
pok secara partisipatif berpengaruh signifikan menghindari polarisasi kepemilikan lahan
terhadap peningkatan luas panen, misalnya garapan di pedesaan seperti pola dalam
kasus teknologi kincir air non tradisional dalam program supra insus, sehingga terbentuk
mendukung program swasembada pangan di satuan unit usaha kelompok yang relatif luas
Sumatera Barat (Putri dan Pamekas, 2011). (Rachman, 1989a). Pola ini merupakan pola
Dewasa ini, dimana isu perubahan iklim permberdayaan masyarakat dalam suatu
hangat dibicarakan oleh banyak kalangan, kelompok dan merupakan salah satu model
keterlibatan kelompok tani sebagai pelaku di penguatan modal sosial yang berguna untuk
lapangan yang berhadapan langsung dengan perbaikan pengelolaan usahatani di pedesaan
risiko dan dampak negatif perubahan iklim (Pranadji, 2006). Tata nilai yang dihayati,
harus diperhatikan. Pembentukan forum kompetensi sumber daya manusia, manaje-
diskusi iklim akan mampu merevitalisasi men sosial, keorganisasian masyarakat,
lembaga-lembaga terkait (penelitian, penyu- struktur sosial, dan kepemimpinan yang baik
luhan) serta kelompok tani. Informasi dari merupakan elemen penting modal sosial.
kelompok tani diharapkan dapat memberi Pemahaman individu anggota yang berkonsoli-
informasi iklim yang berkualitas baik, karena dasi dalam kelompok serta penggarapan
bersumber dari pihak yang berkepentingan lahannya akan menghasilkan persepsi yang
(Pasaribu, 2007). Artinya, teknologi juga dapat seragam dan memperkuat kelompok untuk
diciptakan berdasarkan masukan dari petani mewujudkan nilai-nilai positif dari adopsi
atau kelompok tani berdasarkan pengalaman, teknologi.
sehingga menjadi referensi peneliti untuk Teknologi mampu mendorong peru-
mengembangkan teknologi yang ada guna bahan tatanan kelembagaan di pedesaan dan
mengantisipasi kejadian di masa mendatang perubahan kelembagaan akan berdampak
dengan lebih baik. pada struktur tenaga kerja dan pendapatan
masyarakat pedesaan (Gunawan et al. 1989).
POTENSI DAN KENDALA KELOMPOK TANI Artinya perubahan teknologi akan meng-
DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI DAN akibatkan redistribusi pendapatan usahatani.
PROSPEKNYA Pemilihan inovasi pertanian yang tepat guna
(good innovation) akan meningkatkan minat
petani untuk menggunakan teknologi yang
Untuk memprediksi prospek kelompok diintroduksikan (Musyafak dan Tatang, 2005).
tani dalam penerapan teknologi, diperlukan Inovasi baru tersebut harus didampingi dengan
informasi tentang potensi dan kendala terkait penyuluhan yang efektif, sehingga adopsi
dengan proses tersebut. teknologi akan mencapai sasarannya dan
tenaga penyuluh pertanian dapat diberdaya-
kan secara optimal.
Potensi
Kelompok tani yang sudah tidak asing
Secara ekonomis diperkirakan petani dengan fungsi traktor dan mempunyai kemam-
yang menguasai asset besar akan lebih puan finansial yang cukup dapat mendorong
responsif terhadap teknologi baru (Gunawan et laju adopsi teknologi dengan mengembangkan
al., 1989). Petani dalam satu kelompok usaha penyewaan traktor dengan upah
hamparan lahan akan memperoleh manfaat borongan per luas lahan. Rachman (1989b)

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

122
mengungkapkan bahwa berkembangnya sis- mengadopsi teknologi terbatas pada kelompok
tem upah borongan dapat mengontrol yang mengalami keterbatasan tenaga kerja
kelebihan tenaga kerja, menciptakan lapangan (Gunawan et al., 1989). Misalnya transmigran
kerja, dan kelompok yang menguasai teknologi yang memerlukan tambahan tenaga kerja
tertentu menerima pekerjaan tersebut. Traktor untuk mengerjakan lahannya yang relatif luas
yang disewakan dapat diperoleh dari pem- (2,5 ha/KK), akan lebih tertarik untuk ber-
belian secara kredit atau tunai dari modal kelompok dari pada mengerjakan sendiri.
kelompok. Namun, etos kerja dan profesiona-
Dipilihnya kelompok tani sebagai lisme pengurus kelompok tani yang masih
pengelola traktor tangan bantuan atau kredit, rendah dalam mengelola organisasi menjadi
agar skala ekonomi usaha jasa alat tersebut kendala dalam memajukan kelompok tani.
mudah tercapai melalui pengolahan lahan milik Yani (2009) mengungkapkan bahwa rendah-
anggota, sehingga kelompok tani secara nya kesadaran anggota kelompok untuk
bersama dapat menyelenggarakan aktivitas mempertahankan kelompoknya agar tetap
ekonomi dan sosial yang saling menguntung- utuh dan solid, merupakan kendala yang
kan. Salah satu peran kelompok tani dalam sering dihadapi oleh suatu kelompok.
pengembangan traktor tangan yang diadopsi Pemberdayaan petani menjadi sangat penting
adalah makin meningkatnya penyebaran dalam pembangunan pertanian saat ini dan
bantuan traktor roda dua yang sebagian besar masa-masa yang akan datang. Pemberdayaan
berasal dari bantuan pemerintah Jepang petani akan mengarah pada kemandirian
melalui program Second Kennedy Round ( petani dalam berusahatani. Kemandirian
Susilowati et al. 1997). petani dapat ditumbuhkembangkan dalam
Munculnya lembaga pembiayaan suatu kegiatan kelompok. Dalam penyuluhan
usahatani (kredit) dan pemasaran yang dapat pertanian, pendekatan kelompok merupakan
diakses kelompok tani dan petani merupakan metode yang efektif digunakan.
pendorong kelompok tani untuk melanjutkan Penyuluhan merupakan proses mem-
usahatani yang telah dikelola menggunakan beri pelajaran pada petani melalui kelompok.
teknologi yang telah diadopsi. Peningkatan Fungsi kelompok di antaranya sebagai forum
kelembagaan permodalan sangat diperlukan, belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi
karena permodalan merupakan aspek yang usahatani. Dalam proses pengambilan kepu-
paling lemah dan belum dapat diakses secara tusan untuk terlibat dalam kegiatan kelompok
merata oleh petani (Sudaryanto dan Adang, sangat terkait pada persepsi seseorang
2003). Dukungan modal dan akses terhadap terhadap kelompoknya. Persepsi yang benar
informasi teknologi besar pengaruhnya dalam terhadap suatu objek sangat diperlukan,
meningkatkan kinerja kelompok. Kemudahan karena persepsi merupakan dasar pemben-
mengakses modal mendorong petani untuk tukan sikap dan perilaku (Yani, 2009).
menggunakan teknologi yang umumnya perlu Misalnya dalam kasus perbaikan pengelolaan
investasi atau padat modal. Inovasi teknologi agroekosistem lahan kering di pedesaan,
pada umumnya bertujuan memperbaiki kerusakanan tata nilai masyarakat pedesaan
kualitas dan produktivitas serta pada gilirannya menjadi faktor penting penyebab terjadinya
akan memperkuat lembaga kelompok tani dari ketidakberdayaan masyarakat dan kemero-
sisi ekonomi. sotan agroekosistem lahan kering setempat.
Upaya perbaikan tidak saja perlu disejajarkan
dengan pemberdayaan masyarakat, namun
Kendala juga perlu diintegrasikan dengan transformasi
Kemajemukan budaya dan tata nilai sosial budaya dan perekonomian pedesaan
masyarakat Indonesia yang demikian besar (Pranadji, 2006) yang bersifat majemuk.
menciptakan persepsi yang berbeda terhadap Pendekatan masyarakat pertanian,
introduksi teknologi baru. Di daerah dengan yaitu petani, yang berlandaskan tipologi
budaya masyarakat yang tidak mengenal kemajemukan masyarakat dan diiringi dengan
buruh (termasuk buruh tani), misalnya suku pemahaman dan apresiasi terhadap kearifan
Bugis, akan cenderung mempertahankan cara lokal (local wisdom) setempat untuk mengen-
sambat-sinambat, sehingga kelompok yang dalikan alih fungsi lahan lebih diminati

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

123
masyarakat. Strategi ini bertumpu pada parti- teknologi termasuk pengendalian konservasi
sipasi masyarakat dengan melibatkan peran lahan dan dampak perubahan iklim.
serta aktif pihak yang berkepentingan, ter- Keterbukaan pasar tenaga kerja dan
masuk petani dari perencanaan, pelaksanaan, meningkatnya mobilitas tenaga akan dapat
pengawasan, hingga penilaian, diiringi dengan mengakibatkan kelangkaan tenaga kerja
sosialisasi dan advokasi (Iqbal dan dalam kelompok. Sebab individu anggota
Sumaryanto, 2007). Dalam kasus ini, tampak kelompok dimungkinkan bermigrasi ke kota
bahwa kelompok tani mengambil bagian untuk bekerja di sektor di luar pertanian. Pada
penting tidak saja dalam teknologi konservasi bagian ini diperlukan peran tenaga penyuluh
lahan, namun juga strategi mengendalikan alih untuk memotivasi dan memberi edukasi
fungsi lahan secara partisipatif. Lembaga kepada petani agar tidak mudah menyerah
kelompok tani akan banyak berperan dalam bekerja di sektor pertanian. Di lain pihak,
mendorong anggotanya agar aktif melaksana- penyuluh juga perlu dedikasi tinggi dan
kan cara berusahatani yang baik, sehingga berempati kepada nasib petani dalam
dapat menahan laju konservasi lahan. Apabila melakukan tugasnya menyampaikan pesan
pemberdayaan kelembagaan masyarakat, teknologi dan target sasaran yang akan dituju
misalnya kelompok tani, dapat diwujudkan (Musyafak dan Tatang, 2005). Fenomena
maka perbaikan pengelolaan sumber daya terkini dimana kelompok tani bermunculan dan
yang lain (air dan lahan) untuk memantapkan digunakan sebagai alat mencairkan dana dari
ketahanan pangan akan relatif mudah terwujud pemerintah tanpa proses evaluasi dan
(Pranadji, 2005). pendampingan secara berkelanjutan akan
Suradisastra et al. (2009) mengung- menimbulkan ketergantungan individu maupun
kapkan bahwa evolusi kelembagaan terjadi kelompok tani kepada bantuan, mengeliminasi
karena pengaruh faktor pendorong internal sikap kemandirian petani.
(pushing factor) yang menstimulasi anggota Sejati et al. (2002) berpendapat bahwa
kelembagaan untuk berubah sikap ke arah pembangunan pertanian di pedesaan belum
yang berbeda dengan kondisi saat itu, sesuai pernah fokus pada teruwujudnya struktur dan
dengan kebutuhan anggota. Keberadaan keorganisasian masyarakat pedesaan yang
faktor penarik eksternal (pulling factor) sehat. Struktur dan keorganisasian ekonomi
mempercepat proses evolusi kelembagaan ke pedesaan yang ada dewasa ini tidak memberi
arah yang diharapkan masyarakat. Penye- kemungkinan yang cukup berarti bagi
rasian strategi kelembagaan sosio-teknis terwujudnya perekonomian pedesaan yang
tradisional ke lembaga ekonomi modern harus kuat dan memiliki kemandirian yang tinggi.
mempertimbangkan proses reposisi peran Lebih lanjut, strategi keorganisasian masya-
pengurus dan struktur organisasi. Oleh karena rakat pedesaan dalam bingkai pembangunan
itu diperlukan langkah pembinaan dan nasional dan dikendalikan pemerintah pusat,
perumusan model kelembagaan yang bersifat lebih dipandang sebagai instrumen untuk
umum, namun strategi implementasinya melancarkan program pembangunan fisik atau
bersifat spesifik lokasi. Fungsi kelembagaan budaya material. Dua hal yang penting dalam
menunjukan keragaman dan bersifat spesifik menyiapkan keorganisasian ekonomi berbasis
lokasi tergantung pada kondisi sosial kelem- sumberdaya agraris setempat adalah : (1)
bagaan, ekologi dan ketersediaan teknologi mengefisienkan sistem usahatani melalui
pendukung. pembenahan kelembagaan pertanahan dan
Budaya dan tata nilai mempengaruhi pelayanan permodalan; (2) memperbaiki
sikap petani dalam suatu kelompok tani, keorganisasian agribisnis untuk menciptakan
sehingga dalam satuan organisasi dapat nilai tambah bagi masyarakat pedesaan.
menimbulkan konflik yang menghambat Di lain pihak, ketidakjelasan posisi
pemberdayaan kelompok untuk lebih maju dan tenaga penyuluh menghambat fungsi pela-
kuat. Oleh karena itu penyeragaman persepsi yanan penunjang (delivery system) dan
dalam satu keanggotaan kelompok sangat menghapus good will transfer penyuluh untuk
penting untuk menghindari konflik internal. menyampaikan teknologi pertanian kepada
Kekompakan kelompok tani merupakan modal kelompok dan petani. Penyuluh banyak yang
awal untuk mempercepat proses adopsi kehilangan fungsinya bila bergabung dalam

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

124
struktur manajemen pemerintah. Sedangkan mempunyai peran yang sangat vital dalam
penyuluh yang mempertahankan eksistensinya penerapan atau adopsi teknologi. Diseminasi
terkendala dengan bias anggaran kegiatan teknologi yang dilakukan baik oleh peneliti dan
pengkajian, sehingga tidak tertarik lagi dengan penyuluh di Balai Pengkajian Teknologi
kegiatan deseminasi teknologi, sehingga Pertanian (BPTP) maupun penyuluh dari Balai
beberapa penyuluh beralih profesi sebagai Penyuluhan Pertanian (BPP) hampir seluruh-
tenaga pengkaji atau peneliti. Pemanfaatan nya melalui kelompok. Kinerja kelompok tani
keberadaan kelompok tani untuk tujuan politis menjadi barometer keberhasilan penyaluran
dan ketidakpastian posisi penyuluh pertanian inovasi teknologi dari lembaga penelitian
dapat menciptakan frustasi kelompok dan kepada petani.
berakibat kemandulan kelompok tani (Basuno, Kelompok tani juga memainkan ber-
2003). bagai peran, diantaranya sebagai forum
belajar berusahatani dan berorganisasi, waha-
Prospek na kerjasama, dan unit produksi usahatani.
Selain itu, kelompok tani juga berperan dalam
Kondisi saat ini, mengindikasikan memberi umpan balik tentang kinerja suatu
bahwa kelompok tani tidak semua berfungsi teknologi, sehingga menjadi bahan evaluasi
sebagaimana mestinya. Kinerja setiap kelom- untuk perbaikan lebih lanjut oleh peneliti.
pok tani dalam menjalankan perannya dalam
pembangunan pertanian sangat dipengaruhi Potensi yang mempercepat dan mem-
oleh sumberdaya manusia, yaitu anggota perkuat adopsi teknologi secara berkelanjutan
kelompok tani tersebut. Antusias dan keteram- oleh kelompok tani antara lain adalah: (i)
pilan anggota kelompok dalam merespon dan besarnya jumlah anggota kelompok tani, (ii)
mengelola program pemerintah baik yang luasnya hamparan lahan sehingga terjadi
berupa bantuan langsung maupun pinjaman konsolidasi lahan usahatani, (iii) kepatuhan
modal sangat menentukan keberhasilan petani terhadap kesepakatan kelompok, (iv)
pelaksanaan program itu sendiri. Dorongan pemahaman individu anggota yang ber-
dan fasilitas dari pemerintah sesungguhnya konsolidasi dalam kelompok terhadap tujuan
hanya pengungkit saja. Oleh karena itu, bersama, (v) kesamaan persepsi untuk
kelompok tani akan berhasil menjalankan mewujudkan nilai-nilai positif dari adopsi
perannya bila dapat memaksimalkan fasilitas teknologi oleh kelompok, dan (vi) munculnya
yang tersedia yang disediakan pemerintah lembaga pembiayaan yang dapat diakses
maupun yang dimiliki sendiri. terutama oleh kelompok tani.
Selain potensi, kendala yang dihadapi
oleh kelompok dalam adopsi teknologi antara
KESIMPULAN lain adalah: (i) kemajemukan budaya mencip-
takan persepsi yang berbeda terhadap
Kelompok tani di Indonesia saat ini introduksi teknologi baru, (ii) etos kerja dan
tidak lagi dibentuk atas inisiatif petani dalam profesionalisme pengurus kelompok yang
memperkuat diri, melainkan kebanyakan meru- umumnya masih rendah, (iii) kesadaran
pakan respon dari program-program pemerin- sebagian anggota yang rendah mempersulit
tah yang mengharuskan petani berkelompok. untuk mempertahankan keutuhan kelompok,
Program-program bantuan pemerintah seperti: (iv) konflik kepentingan antara beberapa
penyaluran pupuk bersudsidi, penyuluhan anggota kelompok, sehingga menyulitkan pen-
teknologi pertanian, kredit usahatani ber- capaian tujuan kelompok dalam adopsi
subsidi, dan program-program lain disalurkan teknologi.
melalui kelompok tani atau gabungan Untuk memanfaatkan potensi yang
kelompok tani (Gapoktan). Oleh karena itu, ada serta meminimalkan dampak negatif dari
petani yang ingin mendapat fasilitas bantuan kendala yang dihadapai, maka diperlukan
program pemerintah harus menjadi anggota berbagai langkah kebijakan strategis antara
kelompok. lain: (i) peningkatan kapasitas petani untuk
Namun demikian, tidak dapat dipung- bekerjasama dalam kelompok melalui berba-
kiri bahwa kelompok tani di Indonesia gai sekolah lapang atau pelatihan kelembaga-
an petani, (ii) menumbuhkembangkan kesa-

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

125
maan persepsi tentang pentingnya kerjasama Pertanian. Vol. 5 (2), Juni 2007 : 110-125.
dalam kelompok untuk mencapai tujuan Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan
bersama. Dengan demikian akan tercipta rasa Pertanian. Bogor.
kebersamaan (kekompakan) yang kuat dari Hutabarat, B. 1999. Ekonomi Produksi dan
tiap anggota kelompok yang merupakan modal Manajemen Usaha Tani dalam Percepatan
dasar keberhasilan kelompok dalam proses Adopsi Teknologi, Peningkatan Produksi,
adopsi teknologi. dan Kesempatan Kerja; Rangkuman dan
Gagasan dalam Penentuan Arah
Penunjukan pengurus kelompok se- Penelitian di Masa Depan. Dinamika
baiknya dilakukan berdasarkan keterampilan Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan
sosial dan usahatani, sehingga pengurus Pertanian. Ed. Rusastra et.al.: 270-284.
dapat berperan sebagai pemimpin kelompok, Puslit Sosek Pertanian. Bogor.
membimbing anggota pada satu persepsi yang Iqbal, M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi
sama atas program kelompok, program Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
pemerintah dan tujuan yang hendak dicapai Bertumpu pada Partisipasi Masyarakat.
dalam kelompok. Oleh karena itu, aspek Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 5 (2),
sumberdaya manusia kelompok tani sangat Juni 2007: 167-182. Pusat Analisis Sosek
dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
berperan dalam mengoptimalkan peran
kelompok sebagai pelaku alih teknologi dan Kutsiyah, F., M. Mustadjab, R. Anindita, dan A. E.
inovasi. Yustika. 2009. Analisis Kinerja Program
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat
melalui Lembaga Pesantren di Madura.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Agro Ekonomi Vol. 27 (2), Oktober
2009: 109-134. Pusat Analisis Sosek dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Anonimous, 2009. Kelompok Tani. Le Vay, C. 1983. Agricultural Co-operative Theory:
http://azisturindra.wordpress.com/2009/12/ A Review. Journal of Agricultural
02/ kelompok-tani/; Downloaded: 14 April Economics, 34(1): 1-44.
2011
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan
Basuno, E. 2003. Kebijakan Sistem Diseminasi Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Teknologi Pertanian: Belajar dai BPTB Jakarta.
NTB. Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 1
Mintoro, A. 1997. Gejala Disintegrasi dalam
(3), September 2003: 238-254. Puslitbang
Akselerasi Modernisasi pada
Sosek Pertanian. Bogor.
Kelembagaan Nelayan Tangkap di Provinsi
Darajat, S. 2011. Kelompok Tani, Ujung Tombak Sumatera Utara. Prosiding Industrialisasi,
Pertanian Masa Depan. Rekayasa Sosial dan Peranan Pemerintah
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=41182. dalam Pembangunan Pertanian. Ed.
Downloaded: 21 April 2011. Tahlim et al.: 355-363. Puslit Sosek
Darwanto, D.H. 1993. Rice Varietal Improvement Pertanian.
And Productivity Growth In Indonesia. PhD Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan Mem-
Thesis. Faculty of Graduate School, bangun Pertanian. Syarat-Syarat Pokok
University of The Philippines Los Baos. Pembangunan dan Modernisasi. CV
Djiwandi. 1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Yasaguna
Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi Muis, Amran, C. Khairani, Sukarjo, Y.P. Rahadjo.
Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. 2008. Petunjuk Teknis Teknologi Pen-
Prosiding Laporan Penelitian. dukung Pengembangan Agribisnis di Desa
Gunawan, M., A. Pakpahan, dan E. Pasandaran. P4MI. BPTP Sulawesi Tengah.
1989. Perubahan Kelembagaan Pertanian http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id/dokum
pada Pasca Adopsi Padi Unggul. Prosiding en/one/31/file/Juknis-Pelatihan.pdf.
Patanas Evolusi Kelembagaan Pedesaan Downloaded: 21 April 2011.
di Tengah Perkembangan Teknologi Musyafak, A. dan T.M. Ibrahim. 2005. Strategi
Pertanian: 32-46. Pusat Penelitian Agro Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi
Ekonomi. Pertanian Mendukung Prima Tani. Analisis
Hermanto. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani Kebijakan Pertanian Vol. 3 (1), Maret 2005:
dalam Implementasi Prima Tani di 20-37. Puslitbang Sosek Pertanian. Bogor.
Sumatera Selatan. Analisis Kebijakan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

126
Pasaribu, M. S. 2007. Revitalizing Institution to 209-225. Puslitbang Sosek Pertanian.
Enhance Climate Forecast Application in Bogor.
East Nusa Tenggara Province, Indonesia. Soentoro. 1989. Keragaan Hubungan Kerja dan
Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 5 (3), Penguasaan Tanah pada Pasca Adopsi
September 2007: 239-253. Pusat Analisis Teknologi. Prosiding Patanas Evolusi
Sosek dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Kelembagaan Pedesaan di Tengah
Pelita. 2011. Laporan: Kelompok Tani, Ujung Perkembangan Teknologi Pertanian: 59-
Tombak Pertanian Masa Depan. 77. Pusat Penelitian Agro Ekonomi.
http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id= Stockbridge, M., Andrew D., Jonathan K., Jamie M.,
40915, 15 April 2011. and Nigel Poole. 2003. Farmer Organi-
Pranadji, T. 2005. Pemberdayaan Kelembagaan zations for Market Access: An International
dan Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Review. www.dfid.gov.uk/r4d/Pdf/Outputs/
Air. Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 3 (3), R8275_040518_IntRev_FO_MktAccs.Pdf.
September 2005: 256-267. Pusat Analisis 14 November 2011.
Sosek dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Sudaryanto, T. dan A. Agustian. 2003. Peningkatan
Pranadji, T. 2006. Penguatan Modal Sosial untuk Daya Saing Usahatani Padi: Aspek
Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Kelembagaan. Analisis Kebijakan Pertani-
dalam Pengelolaan Agroekosistem Lahan an Vol. 1 (3), September 2003: 255-274.
Kering. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 24 (2), Puslitbang Sosek Pertanian. Bogor.
Oktober 2006: 178-206. Pusat Analisis Suradisastra, K., E.L. Hastuti, B. Wiryono, G.S.
Sosek dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Budi, dan H. Tarigan. 2009. Perumusan
Putri, R. dan R. Pamekas. 2011. Pemberdayaan Model Kelembagaan Petani untuk
Masyarakat untuk Pengoptimalan Tekno- Revitalisasi Kegiatan Ekonomi Pedesaan.
logi Kincir Air di Sumatera Barat. Laporan Sinergi Penelitian Pertanian
http://www.pdf-archive. dengan Perguruan Tinggi dan LPDN
com/2011/03/16/31-ratih-putri-r-r- dengan LPD (SINTA). Pusat Analisis
pamekas/31-ratih-putri-r-r-pamekas.pdf, 15 Sosek dan Kebijakan Pertanian.
April 2011. Susilowati, S.H., A. Purwoto, dan P. Simatupang.
Rachman, B. 1989a. Skala Usaha dan Efisiensi 1997. Efektivitas Kelompok Tani sebagai
Alokasi Masukan Usahatani Padi pada Wadah untuk Pengembangan Traktor
Berbagai Sistem Penguasaan Lahan di Melalui Program Dana Bergulir. Prosiding
Jawa Barat. Prosiding Patanas Evolusi Industrialisasi, Rekayasa Sosial dan
Kelembagaan Pedesaan di Tengah Peranan Pemerintah dalam Pembangunan
Perkembangan Teknologi Pertanian: 78- Pertanian. Ed. Tahlim et al.: 127-138.
93, Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Puslit Sosek Pertanian.
Litbang Pertanian. Suyitman, S.H. Sutjahjo, C. Herison, dan Muladno.
Rachman, B. 1989b. Sistem Hubungan Kerja dan 2009. Status Keberlanjutan Wilayah
Distribusi Pendapatan di Pedesaan Jawa Berbasis Peternakan di Kabupaten
Barat. Prosiding Patanas Evolusi Situbondo untuk Pengembangan Kawasan
Kelembagaan Pedesaan di Tengah Agropolitan. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 27
Perkembangan Teknologi Pertanian: 110- (2), Oktober 2009: 165-191. Pusat Analisis
118. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Sosek dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Sadjad, S. 2010. Kelompok Tani, Apa Swastika, D.K.S. 1995. The Decomposition of Total
Lanjutannya?. http://www.sinartani.com/ Factor Productivity Growth: The Case of
agri-wacana/kelompok-tani-apa- Irrigated Rice Farming in West Java,
lanjutannya-1234154859.htm. Indonesia. PhD Thesis. Faculty of
Downloaded: 3 April 2011. Graduate School, University of The
Sejati, W.K., Syahyuti, T. Pranadji, B. Wiryono, dan Philippines Los Baos.
H. Tarigan. 2002. Strategi Keorganisasian Syahyuti. 2009. Lembaga dan Organisasi Petani
Petani untuk Pengembangan Kemandirian dalam Pengaruh Negara dan Pasar. Forum
Perekonomian Pedesaan. Laporan Hasil Agro Ekonomi. Vol.28(1). pp. 35-53.
Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian. Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabung-
Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah an Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai
Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Kelembagaan Ekonomi di Perdesaan.
Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 5 (1),
Pertanian Vol. 2 (3), September 2004: Maret 2007: 15-35. Pusat Analisis Sosek
dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

PERAN KELOMPOK TANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

127
Taryoto, A.H., F. Sulaiman, T. Pranadji, B. Wikipedia. 2011b. Kelompencapir.. http:// en.
Rachman, E.L. Hastuti, Syahyuti, dan wikipedia.org/wiki/Kelompencapir, 15 April
Sunarsih. 1996. Analisis Kelembagaan Alih 2011.
Teknologi Pertanian dalam Perkembangan Yani, Diarsi Eka. 2009. Persepsi Anggota terhadap
Kelembagaan Pedesaan. Laporan Peran Kelompok Tani pada Penerapan
Penelitian. Puslit Sosek Pertanian. Teknologi Usahatani Belimbing. http://
Wikipedia. 2011a. Farmer Insurance Group. repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/
http://en.wikipedia.org/wiki/Farmers 4109, 17 April 2011.
Insurance_Group, 15 April 2011.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 29 No. 2, Desember 2011 : 115 - 128

128

S-ar putea să vă placă și