Sunteți pe pagina 1din 19

1

Seminar Pendidikan Fisika


Genap 2015 (04)

LAPORAN KAJIAN JURNAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Seminar Pendidikan Fisika (FI 590)

Dosen:
Asep Sutiadi, S.Pd, M.Si. & Harun Imansyah, M.Ed

STEM Learning Through Engineering Design: Fourth-Grade Students


Investigations In Aerospace

Oleh:
Taneu Taria Fitri, 1206301

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
November, 2015
2

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengkajian Jurnal
Pada awalnya, kita sering di buat kagum dengan adanya penemuan-penemuan baru
yang manfaatnya sangat dekat dengan masalah yang dialami pada masyarakat, kita
semakin dibuat kagum ketika penemunya adalah remaja atau pemuda yang masih
berstatus pelajar. Namun sebenarnya jumlah penemuan di Indonesia masihlah sangat
minim jika dibandingkan masalah yang saat ini dihadapi Indonesia, tercatat oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, setiap tahunnya Indonesia hanya mendaftarkan
Hak Paten atas penemuan sebesar 5000an, dengan hak paten internasional sekitar 15an
pertahun, masih sangat kecil dibandingkan Singapura yang bisa mencapai 650an dan
Malaysia dengan 385 paten apalagi jika dibandingkan Jepang yang pada tahun 2010
mencapai 32.000an hak paten (LIPI, 2010). Hal ini diduga karena jumlah peneliti di
Indonesia hanya sebesar 8000an sedangkan akademisi di sejumlah Perguruan tinggi
sebesar 160.000an, jumlah tersebut sangatlah kecil jika dibandikan dengan jumlah
penduduk Indonesia sebesar 238 juta jiwa. Jika kita melihat proposal-proposal PIMNAS
yang lolos di Dikti pun jumlah PKM dengan kategori PKM-T, PKM-GT, dan PKM-P
sangatlah sedikit, PKM-K (1626) biasanya lebih mendominasi, atau menurut hasil
penerimaan tahun 2015 sekitar bulan agustus kemarin sekitar 23% nya adalah PKM-K
(kewirausahaan) dan PKM dengan judul bangun ruang hanya sekitar 4% sedangkan
PKM-T, PKM-GT dan PKM-P hanya menempati presentasi 0,5% hingga 2,5%(. Hal
tersebut membuktikan jika daya cipta mahasiswa saja akan teknologi baru sudah kurang,
apalagi siswa SMA ke bawah. Sebuah inovasi dalam teknologi yang berbasis sains
diawali dengan pemahaman sains yang baik dan pengaplikasiannya yang maksimal.
Pertanyaanya, apakah bentuk pengajaran dan kurikulum di Indonesia sudah
mencapai ke arah sana?. Hingga kini, pendidikan kita masih berkutat dalam peningkatan
kecerdasan pengetahuan siswa yang tidak berujung pada pemahaman dan pengaplikasian
yang baik. Sebagai buktinya, hingga hari ini penawaran kelas tambahan atau bimbingan
belajar semakin tinggi dikarenakan peminatnya pun semakin banyak, mengapa? Karena
sebagian besar tujuan belajar siswa menjadi menyimpang, yakni untuk nilai, karena
hingga saat ini keberhasilan studi siswa masih sering sekali dilihat dari nilai. Coba
bandingkan dengan sains camp atau program-program sains project yang masih minim
peminat yang mengakibatkan minimnya penyelenggara, padahal manfaatnya lebih terasa
daripada hanya belajar dikelas saja. Sebuah pemahaman sains yang baik harus berujung
pada pengaplikasian yang baik pula, sehingga hasilnya juga dapat dimanfaatkan dengan
baik. Pendidikan STEM dinilai dapat membentuk generasi yang tidak cakap akan
pengetahuan tapi dapat mengaplikasikannya sehingga mmapu memecahkan masalah.

B. Tujuan
Tujuan dari pengkajian jurnal bagi pengkaji adalah ingin mengetahui pendekatan
belajar STEM yang kini sedang hangat diperbincangkan dan diteliti oleh pakar
pendidikan di seluruh dunia. Selain itu juga untuk mencari model kegiatan belajar yang
3

dapat mengintegrasikan matematika, sains, teknologi dan teknik secara langsung, yang
dimana hasil dari kegiatan belajar adalah sebuat produk atau desain yang didapat dengan
mengkolaborasikan semua aspek STEM. Pada jurnal ini, menariknya, kegiatan belajar
diujikan pada siswa-siswi sekolah dasar kelas 4. Sehingga membuka pengetahuan baru
sekaligus memberi contoh jika model pembelajaran STEM bisa digunakan pada siswa
sekolah dasar, itu berarti siswa sekolah menegah pertama dan ataspun bisa diajak dalam
pembelajaran berbasis STEM dan mungkin akan menghasilkan hasil yang lebih baik dan
futuristic.
C. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama, yaitu Bab 1
Pendahuluan yang memaparkan latar belakang pemilihan jurnal dan tujuan diambilnya
jurnal tersebut untuk dikaji.
Bagian kedua, yaitu Bab 2 Isi jurnal yang terdiri dari identitas jurnal yang dikaji,
masalah yang dikaji, solusi pemecahan masalah yang digunakan, tekhnik pengolahan
data yang digunakan dan kesimpulan jurnal.
Bagian ketiga, yaitu Bab 3 Kajian dan Komentar yang berisi kajian tambahan yang
disarankan dosen, pendapat penulis, untuk pengembanagn penelitian skripsi yang akan
direncanakan.
Bagian keempat, yaitu Bab 4 Kesimpulan dan Saran yang berisi kesimpulan
penulis dari apa yang dapat diambil dari jurnal tersebut dan saran terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
4

BAB II
ISI
A. Identitas Journal
Identitas jurnal yang ditampilkan melalui judul, penulis, penerbit dan tahun terbit jurnal
yang dikaji. Identitasnya adalah sebagai berikut :
Judul : STEM learning through engineering design:
fourth-grade students investigations in
aerospace
DOI : 10.1186/s40594-015-0027-7
Peneliti : Lyn D English dan Donna T King
Correspondence : l.english@qut.edu.au
Faculty of Education, Queensland University of Technology,
Victoria Park
Road, Kelvin Grove, 4059 Brisbane, Queensland, Australia
Penerbit : Springer (Link.Springer.com)
Jumlah halaman : 18 lembar
Diterima pada tanggal : 1 November 2014
Diterbitkan pada tanggal : 19 Agustus 2015
Bahasa : Inggris
Sampel : 63 siswa

B. Tujuan Utama Jurnal


Tujuan utama peneliti dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui apakah desain
teknik dapat dimasukan kedalam kurikulum sekolah dasar. Dalam jurnal ini, diteliti lebih
dalam apakah siswa kelas 4 sekolah dasar dapat menerima pelajaran desain teknik
melalui pemecahan masalah mendesain pesawat kertas yang dapat melayang di udara
paling lama. Peneliti juga ingin mengetahui metode belajar apakah yang cocok
digunakan untuk anak kelas 4 sekolah dasar dimana dalam metode tersebut siswa dapat
mengkolaborasikan kemampuan sains, matematik dan desain tekniknya.

C. Rumusan Masalah
Pada jurnal, peneliti memfokuskan penelitiannya pada pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana sifat dasar dari desain awal dan desain proses siswa?
2. Apa rekomendasi siswa untuk meningkatkan kemampuan pesawat mereka untuk
meluncur?
3. Bagaimana siswa mengemukakan peningkatan desain mereka agar desain tersebut
dapat mencapai tujuan?
4. Apakah pembelajaran yang dilakukan siswa menampilkan semua masalah?
D. Masalah yang dikaji
Mata pelajaran sains dan matematika masih berjalan sendiri-sendiri. Keduanya
masih belum bisa terintegrasi dengan teknologi dan engineering.
Mengetahui cara untuk mencapai keseimbangan konten dalam STEM.
5

E. Solusi
Dengan diberikannya kegiatan dan masalah pada siswa, dengan dipandu oleh
instruktur dan guru yang mengerti, siswa diharapkan dapat menyelsaikan masalah
dengan mengkolaborasikan sains, matematika, teknologi dan engineering.

F. Metode Penelitian/ Desain Penelitian


Proses penelitiannya adalah sebagai berikut : penelitian dilakukan 3 sesi, dalam 3
hari, yang setiap sesinya dilaksanakan dalam 1 hari. Dalam satu hari, tiap sesi diselsaikan
dalam waktu 4 jam 20 menit hingga 5 jam 30 menit. Setiap sesi memuat kegiatan yang
berbeda-beda, yakni sebagai berikut :
- Sesi pertama : Exploring aerospace engineering and aerodynamics
(mengeksplorasi rekayasa ruang angkasa dan aerodinamik). Disini siswa
terlebih dahulu diberi pengetahuan awal tentang teknik oleh para insinyur yang
bekerja di pemerintahan. Siswa diajak berdiskusi soal dunia kedirgantaraan,
menyibak pakar apa saja yang bekerja didalamnya, mengetahui materi-materi
sains apa saja yang dipakai disana, dan di akhir diskusi siswa diberi visual
lewat sebuat video mengenai sebuah pesawat boeing saat lepas landas, diudara
dan mendarat. Sambil memutar video, instruktur memberikan pertanyaan
mengenai :
Bagaimana gerakan dan arah pesawat saat lepas landas, saat terbang,
dan mendarat?
Bagaimana kecepatan pesawat saat lepas landas, saat terbang, dan
mendarat?
Bagaimana bentuk atau fitur dari pesawat yang memungkinkannya
untuk terbang?
- Sesi kedua: Designing, building, and testing a paper plane (merancang,
membangun dan menguji coba pesawat kertas). Di sesi ini siswa mulai disebar
menjadi beberapa kelompok yang setiap satu kelompoknya terdiri dari 3 hingga
4 orang. Di sesi ini siswa mulai diberi instruksi untuk merancang dan
menerbangkan pesawatnya sendiri dari selembar kertas A4 dan pesawat hanya
boleh diluncurkan oleh tangan dan siswa ditantang untuk menemukan desain
yang membuat pesawat bertahan diudara lebih lama.
- Sesi ketiga: Redesigning, reconstructing, and testing their planes (merancang
ulang, membangun ulang dan menguji coba lagi pesawat kertas). Di sesi ini,
siswa mulai mendiskusikan gaya-gaya apa saja yang bekerja pada pesawat.
Lalu setelah itu siswa diberi kesempatan untuk kembali ke kelompoknya dan
mendiskusikan apakah mereka akan mengganti design pesawatnya, atau
memperbaikinya. Siswa juga diajak berdiskusi seputar pertanyaan yang ada di
dalam workbook sesi ketiga yakni:
Bagaimana cara kamu meluncur kan pesawat mu?
Bagaimana sifat jalur pesawat dalam penerbangan?
Bagaimana cara pesawat mu mendarat?
6

Berapa waktu pesawat baru tinggal di udara?


Mengapa desain terakhir menjadi desain terbaik bagi kamu?
Gaya-gaya apa sajakah yang bekerja pada pesawat?

G. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 63 siswa kelas 4, yang rata-rata berusia 9 10 tahun. Ke-
63 siswa ini berasa dari 3 kelas di sekolah dasar negeri dan 2 sekolah dasar swasta.
Pemilihan sekolah swasta dan negeri ini didasarkan dari komitmen peneliti untuk
memperkenalkan pendidikan teknik kepada kedua sector pendidikan tersebut, dimana
kedua sector pendidikan tersebut sangat tertarik dengan pendidikan STEM yang sedang
popular.

H. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Hasil Workbook siswa
Variabel terikat : Sekolah swasta/negeri, Kelas, Instruktur.

I. Instrument

Instrument tidak terlampir pada jurnal. Namun penulis menceritakan jika


instrument yang diberikan pada siswa berupa workbook yang berisi pertanyaan setiap
sesinya. Workbook yang diberikan hanya satu untuk setiap siswa dan digunakan dari sesi
satu hingga sesi terakhir. Workbook berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah dijabarkan
di dalam metode/desain penelitian.

J. Teknik Pengolahan data


Pada penelitian jurnal ini, data diperoleh dengan cara merekam aktivitas siswa
lewat workbook, video dan audio. Data yang didapat lewat workbook adalah penjelasan
dan gambar sketsa siswa. Pada workbook diberikan beberapa pertanyaa setiap sesinya,
jawaban siswa pada workbook merupakan data yang pertama. Lalu pengambilan data
juga dilakukan lewat audio visual, yakni dengan merekam kegiatan penelitian, dari sini
peneliti mendapatkan bagaimana jawaban siswa atas pertanyaan instruktur (yang tidak
tertulis pada workbook), dan proses diskusi kelompok mereka.
Karena data yang didapat berupa uraian, maka penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode Ground Theory dengan Constant
Comparative sebagai metode analisis datanya.
Peneliti memfokuskan analisis data pada pertanyaan yang ada dirumusan masalah,
karenanya, data-data yang didapat diolah beberapa kali untuk menjawab pertanyaan yang
berbeda. Tiap pertanyaan diolah dengan metode yang sama, namun dengan cara yang
sedikit berbeda.
Analisis data dilakukan oleh peneliti pertama, lalu hasilnya diberkan kepada
peneliti kedua untuk dikoreksi, kemudian jika terdapat kesalahan atau keraguan, hal
tersebut diselsaikan dengan kesepakatan bersama.
Pada pertanyaan pertama, peneliti membuat beberapa indikator ketercapaian, atau
dalam grounded theory dikenal sebagai scheme coding. Indikator yang dibuat sebanyak 7
7

buat. Lalu indikator-indikator ini membentuk level, untuk level satu terdiri dari satu
indikator, sedangkan level dua memuat beberapa indikator, sedangkan level ketiga
memuat semua indikator yang dibuat, itu berarti penialain tertinggi ada di level ketiga,
berikut dijelaskan lebih jauh :
1. Bagaimana sifat dasar dari desain awal dan desain proses siswa?
Pada pertanyaan ini English dan King membuat beberapa indikator atau acuan
penialaian, diantaranya :
Sketsa Dasar
Dalam hal ini, pada sketsa ditampilkan sketsa dasar pesawat, lengkap
dengan bagian-bagiana yang lengkap dan diberi keterangan (mana yang
ekor, mana yang badan dan mana yang hidung)
Pengukuran
Pada bagian ini, sketsa siswa pada workbook dilengkap dengan ukuran,
minimal satu bagia dari pesawat dilengkapi dengan ukuran, misalkan
ekor xx cm
Prespektif
Perspektif atau sudut pandang pada gambar diperhitungkan. Misalkan
sketsa dilengkapi dengan keterangan sisi kanan. Sehingga pada
workbook akan terdapat lebih dari satu sketsa pesawat tergantung dari
sudut pandangnya.
Melipat Kertas
Terdapat keterangan untuk melipat kertas, seperti tanda panah,
pelabelan 1,2,3 atau melalui gambar-gambar step by step, atau seperti
pada contoh dibawah:

Perhitungan
Terdapat penjelasan termasuk perhitungan seperti untuk jalur
penerbangan, atau total rentang sayap, seperti pada contoh dibawah ini:
8

Prosedur Konstruktif

Terdapat rincian petunjuk yang diberikan tentang bagaimana


membangun pesawat, terdapat langkah-langkah rinci untuk melipat
kertas tidak hanya keterangan panah atau label angka.
Tingkat desain
- Level 1 (basic design) :
Pada level ini, desain terdiri dari sketsa dasar pesawat yang
dilengkapi dengan keterangan-keterangan bagian pesawat. Dari
tiga kelas yang diujikan (N=63) sebanyak 21% dari siswa
desainnya termasuk ke dalam level ini.
- Level 2 (measurement, calculation, paper folding, perspektive):
Pada level ini, sketsa dilengkapi dengan ukuran-ukuran pada
setiap bagian pesawat, lalu perhitungan yang cukup, dan
terdapat cara melipat kertas juga dilengkapi dengan beberapa
9

perspektif. Terdapat sekitar 60% dari 63 siswa yang desainya


termasuk ke dalam level ini. Setengahnya (49% nya) memuat
perhitungan namun tidak dihubungkan dengan konstruksi
pesawat tersebut (yakni, pengukuran yang ditulis di halaman
buku, tapi tidak dihubungkan dengan desain). Dan sekitar 10%
nya terdapat cara melipat kertas dan pengukuran yang lebih rinci
yang dihubungkan dengan konstruksi pesawat.
- Level 3 :
Desain yang termasuk level ini memuat semua aspek pada level
2 namun lebih detail, termasuk instruksi lebih rinci tentang
konstruksi pesawat seperti cara melipat atau keterangan dibagian
mana harus dilipat. Hanya 20% desain siswa yang termasuk
pada level ini.
Intinya, pada pertanyaan ini, siswa mampu membuat desain awal yang
dilengkapi dengan keterangan-keterangan dengan berbagai kompleksivitas
desain. Pertanyaan nomor satu juga mempertanyakan bagaimana proses desain
siswa, pertanyaan ini diolah dari data video dan audio yang sudah ditulis
transkripnya, sehingga dari transkrip video, peneliti dapat menyimpulkan jika
percakapan dan gerak-gerik siswa saat dalam mendesign berbanding lurus
dengan hasil desainnya. Sebelum siswa menggambar desainya, hampir semua
anak mendiskusikannya dahulu dengan teman-temannya, mereka
menggambarkan desainnya lewat gerakan tangan atau jarinya, hal tersebut
membuat desain tidak terlalu jelas untuk dipahami, sehingga banyak siswa
yang tidak menggambarkan desain awalnya tidak memberoleh keberhasilan
pada saat proses penerbangan pesawat.
Pada pertanyaan kedua, peneliti mengkategorikan semua siswa ke dalam 5 kategori
menurut jawaban mereka pada workbooknya, yakni :
1) Respon tidak ada atau terbatas.
Pada kategori ini siswa tidak mengatakan akan merubah desain mereka,
hanya sebatas akan merubah cara menerbangkan pesawat, memegang
pesawat dengan lebih hati-hati, atau merubah cara terbang. Justifikasi
siswa menunjukan siswa sudah puas dengan desain awal mereka.
2) Merubah arah
Dalam kategori ini siswa banyak merespon terkait merubah arah terkait
adanya angina atau sifat dari penluncuran yang kemudian berimbas
pada cara mereka melempar pesawat, apakah ke atas, dalam garis lurus
atau secara diagonal. Adanya indikasi dari bagaimana siswa
mengarahkan bagian tubuh atau tubuh mereka juga disertakan disini.
Justifikasi siswa yang disertakan adalah jika diluncurkan lebih tinggi,
maka pesawat akan terbang ke atas nantinya akna menyebabkan
pesawat jatuh ke bawah.
3) Menargetkan komponen pesawat
Siswa yang termasuk dalam kategori ini akan menyebutkan bagian
pesawat pada proses launching. Misalkan jika menerbangkan bagian
10

depan pesawat lebih dulu maka pesawat akan terbang lebih jauh atau
mengarahkan hidung pesawat jika aku akan menerbangkannya.
Justifikasi utama siswa untuk pendekatan ini adalah dalam
meningkatkan durasi terbang pesawat.
4) Mengatur kecepatan
Siswa merekomendaikan untuk mengatur kecepatan dari pesawat untuk
meningkatkan peluncuran dengan pembenaran siswa mengacu pada
peningkatan atau penurunan kecepatan pesawat itu.
5) Mengatur gaya
Dalam kategori ini, siswa berpendapat jika mengatur gaya pada pesawat
dapat dilakukan saat mereka menerbangkan pesawat, jika gaya yang
akan di kerjakan kecil, maka doronglah pesawat dengan pelan, tapi jika
ingin gayanya besar, maka doronglah pesawat dengan keras.
Penelitian menunjukan bahwa hampir 20% siswa masuk ke dalam kategori 1, lalu
38% siswa termasuk kategori 2, dan lebih dari 11% termasuk ke dalam kategori 2 dan 4
dan sisanya tidak mengatakan apapun. Secara spesifik, peneliti mengklaim bahwa 30%
mengomentari dampak dari gaya dan lebih dari 29% menyebut jika gaya, kecepatan dan
arah akan mempengaruhi lamanya waktu mengudara, sedangkan 20% siswa memilih
hanya mengubah arah dari pesawat atau mengubah arah pesawat dikombinasikan
dengan memaksimalkan waktu mengudara. Sehingga jika di tarik kesimpulan, hampir
1/3 siswa menunjukan gagasannya dalam sains dan matematika dalam meningkatkan
waktu mengudara dan memperbaiki cara meluncurkan.
Sedangkan pertanyaan ketiga, peneliti menghimpun semua data dan
menyimpulkannya langsung jika 1/3 dari siswa menunjukan aplikasi dari disiplin ilmu
pada rekomendasi mereka untuk meningkatkan desain mereka, walaupun demikian, alas
an dari desain baru mereka tidak terlalu terbangun dengan baik. Lalu pada pertanyaan
terakhir, peneliti membandingkan hasil redesign siswa dengan initial designnya, peneliti
memakai kembali level 1, 2 dan 3. Lalu hasilnya, siswa dengan kategori level 1 naik, dari
21% ke 26%, lalu siswa-siswa di kategori level 2 naik dari 60% menjadi 64% dan siswa
dengan kategori level 3 turun dari 20% menuju 10%.
.

K. Kesimpulan
Siswa dapat membuat desain awal dengan berbagai tingkat kompleksitas.
Penelitian menunjukan bahwa fase redesign dari design penelitian ini dapat
meningkatkan pengembangan disiplin ilmu mereka.
Meski hasil anotasi dari workbook siswa setelah fase redesain mengalami penurunan,
namun hal tersebut dikarenakan pemahaman siswa yang lebih baik namun masih
belum cukup dan kurang yakin dalam mengisi workbooknya
Setelah dilakukan penelitian, siswa dapat menerapkan matematika dan sains dalam
mengembangkan desain pesawat mereka.
Siswa kelas 4 sekolah dasar ternyata dapat diajak untuk mempelajari desain teknik
lewat pendekatan STEM. Mereka ternyata dapat menggunakan pemahaman sains
11

mereka, lalu dikolaborasikan dengan kemampuan matematika mereka untuk


memecahkan sebuah problem lewat desain teknik.
Dalam mencapai pembeljaran STEM dengan setiap komponenya tercapai dengan
seimbang, maka model aktivitas seperti ini dapat digunakan untuk hal tersebut.
Peneliti juga menemukan jika gerak-gerik atau penggambaran siswa lewat
ekspresinya atau representational expressivity sangat mempengaruhi hasil desain
siswa.
12

BAB III
HASIL KAJIAN
A. Tabel Jurnal Utama dan Pendukung

NO Judul DOI Fokus Penelitian Relevansi


dengan
penelitian
1. Stem Learning 10.1186/s40594-015- Mencari tahu potensi
Through 0027-7 pada siswa kelas 4
Engineering sekolah dasar dalam
Design: Fourth- mempelajari teknik
Grade Students desain lewat
Investigations In pembelajaran STEM
Aerospace
2. Attitudes 10.1007/s10798-011- Meneliti Pembelajaran Menggunakan
towards science, 9160-x berbasis proyek yang STEM sebagai
technology, diintegrasikan dengan subjek penelitian.
engineering STEM dengan Mencari tahu
and menggunakan metode apakah
mathematics survey dan wawancara pengintegrasia
(STEM) in a ke-empat aspek
project-based STEM secara
learning seimbang dapat
(PjBL) meningkatkan
environment pemahaman
siswa dan lebih
membuat siswa
dapat
menyelsaikan
permasalahan
dengan
menggunakan
desain teknik
yang
menghasilkan
produk teknologi.
3. Teaching 10.1007/s10798-007- Mengajrkan sains Menggunakan
science through 9045-1 melalui desian desain teknologi
designing teknologi. dan desain teknik
technology dalam
mengajarkan
sains

B. Kajian
13

1. STEM
a. Sejarah
Pendidikan akan diarahkan kepada STEM ternyata sudah dimulai di era
koloni, pada saat itu Ben Franklin (1749) menulis proposal terkait kepada
pendidikan bagi pemuda di Pennsilvania, yang bertopik seperti pencangkokan,
bertanam, inokulasi, bisnis, manufaktur, berdagang, jasa, dan efek dari teknik dan
mesin, dan mekanika yang seharusnya diajarkan kepada anak-anak. Lalu, salah
satu sekolah di Inggris yakni Napoleons School for Industry (1806 1815) sudah
mulai megintegrasikan Teknik, sains dan matematika dengan teori yang diajarkan
seputar geometri, menulis, matematika dan sains dan praktiknya diarahkan kepada
pekerjaan di workshop dalam membuat sebuah produk menurut desain dan
spesifikasi dari instrukri. Lalu hal tersebut dilanjutkan oleh Rensselaer Polytechnic
Institutue (1824) yang pertama kali berbicara mengenai tentang praktik seni bagi
mahasiswanya, hal ini dilanjutkan oleh Land rant Act (1862) yang banyak
mengajarkan pendidikan teknik bagi guru-guru. Lalu hal-hal tersebut terus
berlanjut diberbagai vocational school yang mengajarkan teknik yang
dintegrasikan dengan sains dan matematika, namun gebrakan besar muncul saat
Rusia (Uni Soviet) meluncurkan Satelit Sputnik, hal tersebut membuat Amerika
geram dan lebih membuat inovasi terbaru pendidikan sains, hingga pada tahun
1996, National Science Education Standar memsang standar yang tinggi bagi
pembelajaran sains untuk siswa SD hingga SMA, diharapkan siswa-siswa akan
siap untuk karir di bidang sains, teknologi. teknik, dan matematika.
Sehingga pada tahun 1990, National Education Foundation secara resmi
mengukukuhkan akronim STEM yaitu Sains, Teknologi, Engineering dan
Matematika.
b. Pengertian
Pendidikan STEM adalah bentuk integrasi dari sains, teknologi, matematika
dan teknik. STEM adalah pendidikan yang menggabungkan banyak aspek atau
disipllin ilmu dan pendekatan aplikasi yang biasanya diterapkan dengan problem-
based learning di dunia nyata. Pendidikan STEM mengintegrasikan ke-empat
disiplin ilmu melalui pendekatan mengajar dan belajar yag kohesif dan aktif.
Karena, ke-empat disiplin ilmu tersebut seharusnya tidak berjalan sendiri-sendiri
karena tidak akan terlalu bermanfaat di dunia kerja.
c. Perkembangan
STEM kemudian berkembang dinegara-negara maju maupun berkembang,
misalnya di Jepang, Australia, Negara-negara Eropa, Thailand, Vietnam, China,
Indonesia hingga ke Negara-negara di Afrika.
2. Grounded Theory
Grounded Theory adalah teori dalam penelitian kuliatif dimana dipakai saat teori yang
sudah ada tidak mampu lagi menjelaskan fenomena yang terdapat pada data. Sehingga
grounded theory biasanya bukan membandingkan fenomena yang terjadi pada data
dengan teori yang sudah ada, tapi justru mengeluarkan teori atau memperaiki teori
yang sudah ada dari data yang diperoleh. Gounded theory biasanya hanya dipakai
14

oleh peneliti yang jam terbangnya sudah tinggi dan memiliki pemikiran yang dapat
diterima oleh masyarakat.
3. Constant Comparative Data Analysis
Constan comparative analisis data merupaka cara megaalisis data kualitatif dengan
menggunakan logika di peneliti dibantu dengan indikator-indikator yang peneliti buat
sendiri.
4. Belajar teknik desain kedirgantaraan melalui STEM pada siswa kelas 4 sekolah
dasar.
Pada Jurnal ini, ada empat pokok permasalahan yang akan diujikan pada siswa
melalui serangkaian pertanyaan dan kegiatan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimuat
dalam sebuah workbook. Penelitian ini melibatkan guru dan insinyur teknik sebagai
fasilitator. Penelitian ini terbagi ke dalam 3 sesi pertemuan yang setiap pertemuannya
menghabiskan 4 hingga 4 setengah jam. Subjek penelitian terdiri dari dua sekolah
negeri dan 1 sekolah wasta, tiap-taip sekolah diambil 1 kelas dengan jumlah
keseluruhan 63 siswa. Ke-63 siswa ini ibagi-bagi ke dalam sejumlah kelompok dengan
satu kelompoknya terdiri dari 3-4 orang siswa.
Penelitian dimulai dari pemberian materi atau pengetahuan awal bagi siswa
yang dilanjut dengan pemberian pertanyaan mengenai pergerakan pesawat saat
terbang, akan terbang dan mendarat, lalu bagaimana kecepatan pesawat dan bentuk
pesawat yang bagaimana yang akan membuat pesawat terbang.di sesi kedua siswa pun
masih diberi pertanyaan, sesi ini siswa mulai mendesign pesawat yang terbuat dari
kertas yang nantinya harus bertahan paling lama di udara. Sesi ketiga, siswa diberi
pengetahuan kembali mengenai gaya-gaya yang muncul pada pesawat, saat pesawat
terbang, mendarat dan akan terbang. Dari sini siswa dipersilahkan untuk memikirkan
apakah desain awalnya kana membuat pesawat terbang lebih lama, sehingga disesi ini
siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki designnya, dan diakhir pertemuan, siswa
diminta menyimpulkan dari desain pesawat finalnya, seperti bagaimana desain inalnya,
berapa waktu terbangnya, dan mengapa desain finalnya merupakan desain yang paling
baik, lalu gaya-gaya apa saa yang bekerja pada pesawatnya.
Peneliti kemudian mengolah data kualitatif tersebut dengan kembali meninjau
pertayaan awal.
a. Bagaimana sifat desain awal dan desain proses siswa?
Peneliti mengemukakan jika dari hasil penelitian bahwa sebagian besar siswa
(80%) sudah menugasai atau sudah dapat membuat desain awal sebuah pesawat,
artinya mereka tidak hanya dapat menggambarkan pesawat yang akan dibuat tapi
juga menggambar sebuah rancangan produk, lengkap dengan keterangan yang
menunjukan bagian-bagian pesawat, langkah-langkah mebuat pesawat dan
perhitungan serta ukuran dari desain. intinya siswa sudah mengerti jika mereka
diinstruksikan membuat desain atau rencna bangun pesawat, bukan hanya
menggambarkannya saja. Lalu bagaimana dengan desain proses siswa pada
awalnya? Peneliti beranggapan jika desain proses sangatlah penting bagi
pembentukan pengetahuan yang akan megantarkan siswa pada pemecahan
masalah. Peneliti memberikan contoh siswa yang membuat pesawat dengan
diawali dengan proses menggambar desain dengan yang tidak diawali dengan
15

proses menggambar desain, hasilnya yang diawali dengan menggambar desain


lebih berhasil dibandingkan yang tidak. Peneliti juga mengungkapkan, desain
proses tidak hanya focus pada proses menggambar desainnya saja, tapi proses
diskusi dan percakapan dan gerak-gerik antar siswa pada kelompoknya juga
berbanding lurus dengan hasil desain.
b. Apa rekomendasi siswa untuk meningkatkan kemampuan pesawat mereka untuk
meluncur?
Pada pertanyaan ini penelitia menemukan hampir 1/3 sampel peneitian dapat
memenuhi keinginan peneliti, yakni siswa dapat menampilkan desain perbaikan,
dengan bermaca-macam rekomendasi seperti merubah arah atau kecepatan,
merubah atau menambahkan komponen pesawat, atau juga mengatur gaya yang
diberikan pada pesawat. Sehingga peneliti menemukan jika siswa sudah dapat
mengkolaborasikan pengetahuan alam dan matematikanya lalu di gunakan
bersamaan dengan kemmapuan desain tekniknya untuk memecahkan suatu
masalah.
c. Bagaimana siswa mengemukakan peningkatan desain mereka agar desain tersebut
dapat mencapai tujuan?
Hasil dari penelitian mengemukakan jika hampir 1/3 objek penelitian dapat
menawarkan desain perbaikan mereka, namun sayangnya banyak siswa yang tidak
dapat mengemukakan alasannya dengan baik.
d. Apakah pembelajaran yang dilakukan siswa menampilkan semua masalah?
Peneliti membandingkan hasil pekerjaan siswa pada sesi satu dengan di sesi ketiga
ini. Pada sesi kektiga yang merupakan kegiatan final, siswa sudah menyelsaikan
pekerjaanya mendesain ulang pesawat dengan menambahkan anotasi-anotasi pada
sketsa dan melampirkan alas an mengapa siswa menganti desainya, dan mengapa
desainnya yang sekarang lebih baikda ri desai sebelumya. Hasilnya jika menurut
tingkatan pada sesi pertama, pada level pertama, terjadi peninkatan siswa yang
masuk pada level ini yakni dari 21% ke 26%, begitupun pada level 2 yakni dari
60% menuju ke 64%, namun pada level 3 terdapat pengurangan yakni dari 20%
turun ke 10%.

Namun, pada intinya, peneliti berhasil menemukan model aktivitas untuk


siswa kelas 4 yang dapat menerapkan ke-empat aspek STEM secara seimbang, selain
itu peneliti menemukan bahwa respresentational expressivity atau gerak-gerik dan
ekspresi siswa sat mendesain dan berdiskusi merupakan hal penting dan sangat
berbanding lurus dengan hasil desainnya.

Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan jika model aktivitas ini sangat
cocok untuk siswa sekolah dasar, khususnya pada kelas 4, hal tersbeut semakin
meyakinkan jika pendidikan desain teknik juga dapat dipelajari oleh siswa muda atau
siswa sekolah dasar kebawah, karenanya, penelitian ini seperti studi kasus bagi
pemerintah yang akan menerapkan pelajaran desian teknik pada siswa sekolah dasar.
Karena semakin muda anak diajari dengan desain teknik, maka penemuan-penemuan
baru dapat segera didapat dan jumlah saintis atau peneliti atau penemu isa semakin
16

bertambah karena terbiasanya mereka dalam membuat desin teknik yang dilengkapi
keterangan matematika dan berbasis sains.

5. Integrasi STEM dalam Project-Based Learning (PjBL) Dalam Meningkatkan


Pemahaman Sains, Kemampuan Matematika Dalam Teknik, Dan Pengaplikasian
Teknologi.
Pada jurnal pendukung, peneliti melakukan penelitian pada 31 mahasiswa
institute teknologi di Taiwan. Mereka diminta untuk membuat mobil listrik multi
fungsi (multi-function-electric-vehicle). Mereka dibagi ke dalam 5 kelompok dengan
5 6 orang tiap kelompoknya. Sebelumnya mereka sudah diberi pengetahuan terlebih
dahulu mengenai STEM, dan setelah mobil jadi, mahasiswa di wawancara mengenai
perilakunya terhadap STEM dan diminta untuk menjabarkan STEM dari kegiatan
yang mereka lakukan. Para mahasiswa mengaku pada STEM, sains dan engineering
adalah dua bagian terpenting, mereka juga mengatakan saat wawancara jika
professional di masa yang akan datang pengetahuan sains akan semakin berguna
untuk karir mereka jika di barengi dengan kemampuan engineering dan teknologi
yang dapat meningkatkan taraf hidup dan membuat dunia lebih efesien dan nyaman
ditinggali. Kesimpulannya, menggabungkan PjBL dengan STEM dapat meningkatkan
keefektivan membentuk kebermaknaan pembelajaran dan mempengaruhi sikap siswa
dalam mengejar cita-cita.

6. STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)


Beberapa studi menunjukan ( seperti Goldin 2003; Seymour and Hewitt 2000;
Singh et al. 2002) menunjukan jika sains, teknologi, teknik dan matematika saling
berhubungan satu sama lain. Karenanya STEM dibuat untuk membentuk pelajaran
yang lebih berarti yang melibatkan pengintegrasian pengetahuan, konsep dan
kemampuan/keahlian secara sistematik. STEM juga dinilai mampu dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih baik dari sains dan engineering (Springer et
al. 1999). STEM pada mahasiswa membuktikan peningkatan pencapaian belajar, dan
ketertarikan pada pembelajaran semakin meningkat (Springer et al. 1999). Sebuah
studi oleh Porter (2006) menunjukan jika STEM dapat meningkatkan kecepatan siswa
belajar, meskipun hasil tersebut hanya cocok pada siswa dibawah usia sekolah dasar.
Penelitian pada jurnal pendukung pertama memfokuskan pengplikasian STEM pada
project based learning (PjBL) yang bertujuan untuk membekali mahasiswa
kesempatan untuk menggunakan dan mengintegrasikan pengetahuan dari ke-empat
aspek STEM dan meningkatkan ketertarikan mereka dalam mempelajari STEM,
sehingga pada saat mahasiswa mengintegrasikan ke-empat aspek STEM ke dalam
PjBL pedagogic, objek penelitian juga dapat merefleksikan diri pada pengetahuan
STEM mereka hal itu dapat membantu peneliti memahami hubungan antara
pembelajaran mereka dan tujuan pemecahan masalah dan dapat meningkatkan minat
belajar (Hmelo-Silver 2004; Salomon & Perkins 1989).
17

1. Komentar
Pada jurnal pertama, peneliti yang sudah meneliti kemampuan STEM pada anak-
anak SMP, melanjutkan penelitiannya kepada anak-anak sekolah dasar. Tujunnya untuk
mengetahui seberapa mudakah siswa dapat menguasai desain teknik. Dari penelitian
diketahui jika siswa kelas 4 sekolah dasar ternyata dapat diberi aktivitas yang dapat
membangkitkan semangat menyatukan ke-empat aspek STEM. Dalam pengetahuan ini
juga ditemukan jika siswa gerak-gerik siswa atau representational expressivity yang
berbanding lurus dengan hasil desain siswa.
Penelitian ini dapat menjadi contoh bagus bagi guru yang ingin menumbuhkan
kemampuan desain teknik siswa yang dipadukan dengan kemampuan sains dan
matematikanya. Mengingat kemampuan desain teknik ini sangat penting dalam
pemecahan masalah di dunia nyata, maka penelitian ini membuka cakrawala pembaca jika
siswa sekolah dasarpun sudah bisa dikenalkan dengan desain teknik dan pembelajaran
berbasis STEM. Sehingga pengenalan terhadap desain teknik dapat dilakukan sedini
mungkin dengan tujuan membentuk generasi baru yang tidak hanya peka terhadap
masalah, tapi juga dapat memecahkanya dengan produk yang diperoleh hasil dari proses
STEM yang didalamnya berperan pula desain teknik nya.

Rencana untuk penelitian


Setelah membaca beberapa jurnal atau artikel mengenai STEM, saya mungkin dapat
melakukannya juga, namun tidak di sekolah dasar, namun di sekolah menengah
pertama(SMP). Penelitian tidak akan dipisahkan dari pembelajaran, namun disatukan, jadi
mungkin akan memakan 1 hingga 2 pertemuan, dan ditempatkan pada pertemuan
membuat proyek. Siswa akan ditugasi untuk membuat sebuah aplikasi dari satu
kompetensi dasar, misalkan KD Kemagnetan, misalkan mereka di berikan tugas untuk
membuat kereta maglev, pengetahuan awal kereta maglev sudah diberikan saat pemberian
materi diawal, lalu pada pertemuan pertama proyek pertama, siswa diajak untuk membuat
sketsa kereta maglev sederhana dari kumparan dan dua buat magnet dan batu batere, lalu
siswa akan menguji desain mereka, dan memperhitungkan kecepatan kereta, lalu di akhir
pertemuan pertama siswa ditugaskan untuk memeperbaiki desainnya dan menuliskan
alasannya, maka dipertemuan kedua, siswa akan membuat kereta dari desain yang sudah
diperbaiki dan secara bergantian mempresentasikannya. Penilaian akan dilakukan dengan
menilai sketsa desain siswa menggunakan indikator penelitian diatas, dan pemahaman
sains siswa akan dinilai menggunakan uji-t.
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
Dari jurnal utama yang dikaji dihasilkan beberapa kemungkinan negatif diantaranya :
Karena penelitian ini menitikberatkan pada desain teknik, bagi siswa yang
kecakapannya dalam menggambar kurang, maka akan sulit menilainya, karena bisa jadi
di dalam pikirannya terpikir desain yang baik dan bagus, tapi mereka sulit
menuangkannya dalam gambar.
Karena pengolahan data menggunakan grounded theory, kesimpulan yang didapatkan
mungkin berbeda jika penelitian lain yang melakukannya.
STEM merupakan pendekatan belajar yang sedang hagat dibicarakan karena
mengkombinasikan sains, teknologi, teknik dan matematika yang hasilnya jika
dikombinasikan secara seimbang akan mempengaruhi siswa dalam memecahkan
masalah. Jika belajar sains saja mungkin hanya bisa mendasari pemikiran siswa dalam
memecahkan masalah, dan belajar teknologi saja siswa tidak dapat mengetahui dasar dari
teknologi tersebut, dan belajar teknik saja siswa mungkin tisak bisa menciptakan produk
yang baik dan belajar matematika saja siswa hanya bisa berhitung, namun jika ke-
empatnya digabungkan, siswa tidak hanya tahu ke-empat ilmu tersebut, tapi juga dapat
lebih paham lewat pemecahan masalah yang menghasilkan suatu produk, dengan begitu,
kemampuan nalar dan daya kreatifitas siswa juga dapat meningkat.

Saran :
Beberapa saran untuk jurnal ini :
Dalam pembagian kelompok usahakan merata, maksudnya siswa-siswa yang memiliki
kemampuan lebih itu disebar agar dapat membimbing teman-teman yang lain. Dalam
konteks penelitian ini, karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan menggambar
yang baik, cobalah sebar anak yang dapat menggambar dengan baik ke setiap
kelompok.
Workbook sebaiknya ikut dilampirkan, karena dapat menambah pemahaman bagi
pembaca jurnal mengenai mana desain siswa yang masuk ke dalam level 1, level 2 dan
level 3 yang kemudian membuat peneliti mengambil kesimpulan pada jurnal.

Referensi :
Creswell, John W. (2008). Educational Research, Planning, Conducting and evaluating
quantitative and qualitative research. Pearson Education.
Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Springer, L., Stanne, M. E., & Donovan, S. S. (1999). Effects of small-group learning on
undergraduates in science, mathematics, engineering and technology: A meta-analysis.
Review of Educational Research. 69(1) Hlm 2151.
19

English, Lyn D & King, Donna T . (2015). STEM learning through engineering design:
fourth-grade students investigations in aerospace. Springer.com.
Bell, Dawne. (2009). The reality of STEM education, design And Technology teachers
perceptions: a phenomenographic study. Springer.
Sidawi, Mai M.(2009).Teaching science through designing Technology. Springer.
Hlm 284 285
Torlakson, Tom. (2014). INNOVATE: A Blueprint for Science, Technology, Engineering,
and Mathematics in California Public Education. Californians Dedicated to Education
Foundation: California.

S-ar putea să vă placă și