Sunteți pe pagina 1din 29

Makalah Tanah Longsor

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya
lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan.
Saya selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi perbaikan
selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak / Ibu
guru selaku pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan penulisannya
yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini bermanfaat
khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada pembaca.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja
yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Masa Pra Sejarah 2
B. Asal Usul Lamongan 2
C. Masa Perkembangan Hindu 3
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara
lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau
Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah
Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu
maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia
berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif dunia. Dengan
demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Di
beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan
sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api.
Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat
subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim
hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman
keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah yang perlu
ditanggulangi sebagai berikut :
1) Faktor apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2) Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana tanah
longsor ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.

B. Jenis-jenis Tanah Longsor


Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.

5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu
yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung
api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

C. Gejala Umum Tanah Longsor


Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah :
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Biasanya terjadi setelah hujan.
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada
gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan
tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta
berat jenis tanah batuan.
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan
air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau
rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air
akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng
yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal


Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih
dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya
tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat


Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil,
pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila
mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada
lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan


Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk
mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
5
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang
dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai,
dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan


Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang
biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan


Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada
daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing


Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan
tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan
sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung
api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi.
Bekas longsoran lama memilki ciri :

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.


Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan
subur.
Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran
lama.
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
Bidang perlapisan batuan
Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air).
Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang
luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan


Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air
tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak
dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

E. Wilayah Rawan Tanah Longsor


Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang
ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang
terancam sekitar 1 juta.
Daerah yang memiliki rawan longsor :
Jawa Tengah 327 Lokasi
Jawa Barat 276 Lokasi
Sumatera Barat 100 Lokasi
Sumatera Utara 53 Lokasi
Yogyakarta 30 Lokasi
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR 2003-2005


No. Propinsi Jumlah
Kejadian Korban Jiwa RH RR RT LPR
(ha) JL
(m)
MD LL
1. Jawa Barat 77 166 108 198 1751 2290 140 705
2. Jawa Tenah 15 17 9 31 22 200 1 75
3. Jawa Timur 1 3 - - 27 - 70 -
4. Sumatera Barat 5 63 25 16 14 - 540 60
5. Sumatera Utara 3 126 - 1 40 8 - 80
6. Sulawesi Selatan 1 33 2 10 - - - -
7. Papua 1 3 5 - - - - -
Jumlah 103 411 149 256 1854 2498 751 920
Keterangan :
MD : Meninggal dunia
ML : Luka - luka
RR : Rumah rusak
RH : Rumah hancur
RT : Rumah terancam
BLR : Bangunan lainnya rusak
BLH : Bangunan lainnya hancur
LPR : Lahan petanian rusak ( dalam hektar)
JL : Jalan terputus
8

Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di Propinsi Jawa
Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan oleh faktor
geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta kegiatannya.

F. Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam
perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui
penyebab dan cara penanggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan
jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat
umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau
dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

G. Tindakan Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor


1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain:
Kondisi medan
Kondisi bencana
Peralatan
Informasi bencana

2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya
supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila
tanah longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan
itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.

B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat
hunian, antara lain:
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui
retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Dan sebagainya

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses


Maret 2008.
2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah.
Jakarta : Mancamedia.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan rahmat serta
karunianya sehingga Tugas makalah Pendidikan Lingkungan Hidup ini dapat terselesaikan.

Makalah ini di susun berdasarkan tugas yang di berikan kepada kelompok kami,yaitu tentang
bencana tanah longsor,makalah ini berisikan tentang definisi tanah longsor ,proses terjadinya tanah
longsor,penyebab terjadinya tanah longsor dan cara mengatasi / penanggulangan tanah longsor

Makalh ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang kelompok kami terima,maka untuk
menyelesaikan tugas ini,kelompok kami harus benar-benar dalam mengerjakan nya.

Penyusun sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini, untuk itu secara
khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima kasih,semoga makalah ini bermanfaat bagi
kitta semua.amin.

Daftar Isi

Kata Pengantar : 1

Daftar Isi ; 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang : 3

2. Rumusan Masalah : 3

3. Tujuan Penelitian : 3

4. Metode Penelitian : 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Tanah Longsor : 5

B. Jenis-Jenis Tanah Longsor :6

C. Proses Terjadinya Tanah Longsor : 7

D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor :7

E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor : 8


F. Pencegahan Terjadinya Tanah Longsor : 8

G. Hal-Hal Yang Dilakukan Selama Dan Sesudah Terjadinya Bencana : 9

BAB III METODOLOGI

A. Sebeluum Bencana Alam Tanah Longsr Terjadi : 10

B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi : 10

C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsoe Terjadi : 11

D. Metode Mapping Analisis : 11

BAB IV

Tipe/Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978) : 14

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan : 18

B. Saran : 18

DAFTAR PUSTAKA : 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.. Latar Belakang

Bencana tanah longsor kerap terjadi di negeri ini, akhir-akhir ini banyak media melaporkan tentang
kejadian tanah longsor yang bukan hanya merusak fisik dan bangunan, namun sampai merengutnya
masyarakat. Kenapa hal itu bisa terjadi berulang-ulang, yah bukan saja merupakan sebuah musibah
namun tak kurang warga yang bermukim di tempat-tempat rawan longsor. Pemerintah selalu
menghimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada akan terjadinya bencana alam, baik itu
longsor, banjir, gunung meletus, dan gempa bumi bahkan pemerintah pun mengintruksikan kepada
pihak pihak yang terkait seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak
PB) agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap bencana tanah longsor, serta
peran penting masyarakat yang tanggap dengan bencana longsor pada titik-titik rawa longsor.

2. Rumusan Masalah
Dilihat dari materi diatas maka makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Longsor?

2. Apa Penyebab terjadinya Longsor?

3. Bagai Mana Tanda-tanda akan terjadinya Longsor?

4. Bagaimana Akibat dari bencana longsor?

5. Bagaimana cara menaggulangi bencana Longsor?

6. Bagaimana Cara untuk mencegah terjadinya korban longsor?

3. Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui pengertian dari longsor

2. untuk mengetahui apa penyebab terjadinya longsor

3. untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda akan terjadinya longsor

4. untuk mengetahui cara menanggulangi dann mencegah longsor

5. untuk sekedar berbagi pengetahuan tentang bencana longsor

4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini di harapkan :

1. Masyarakat lebih memahami dan mengerti akan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan
hidup .

2. Masyarakat akan mengetahui tentang dampak/aibat yang di timbulkan apabila tidak menjag
lingkungan hidup dengan baik .

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Tanah Longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng atau sering disebut
gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau
tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara
umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor
pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama
kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-
faktor lainnya yang turut berpengaruh:

Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut
yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam

Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat

Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah
pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut

Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu

Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

B. Jenis-jenis tanah longsor

Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis longsor yang paling
sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah longsor yang
paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsor Translasi

Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata
atau menggelombang landai.

2. Longsor Rotasi
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan cara
jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang terjal sampai menggantung, terutama di
daerah pantai.

5. Rayapan Tanah

Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Longsor ini
hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan, posisi tiang-tiang
telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring kebawah.

6. Aliran Bahan Rombakan

Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang lembah
yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada kemiringan lereng, volume air,
tekanan air dan jenis materialnya.

C. Proses Terjadinya Tanah Longsor

Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluarlereng.

D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya
penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta
berat jenis tanah batuan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada
lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami dan manusia:

1. Faktor alam

Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:

a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan

batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan

gunung_api.

b. Iklim: curah hujan yang tinggi.

c. Keadaan topografi: lereng yang curam.

d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan
dan tekanan hidrostatika.

e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.

2.Faktor manusia

Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:

a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.

b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.

c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.

d. Penggundulan hutan.

e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.

f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran

masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan

sendiri.

h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.


E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.

Biasanya terjadi setelah hujan.

Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

F. Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor

Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di

dekat pemukiman

Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun

permukiman

Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke

dalam tanah melalui retakan

Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak

Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi

Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)

Jangan membangun rumah di bawah tebing

G. Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana

1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban
secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

2. Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya
tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor
sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan


utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk
bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

BAB III

METODOLOGI

Bencana alam tanah longsor biasanya terjadi ketika musim penghujan. Kapan terjadinya bencana
alam tanah longsor ini hampir bisa dipastikan kapan dan tempatnya di kawasan perbukitan terjal
dengan ketebalan lapisan tanah yang tebal. Kawasan-kawasan perbukitan terjal yang sudah gundul
karena penebangan pohon merupakan salah indikasi kawasan yang rawan bencana alam tanah
longsor. Dalam upaya pengurangan resiko bencana alam tanah longsor, berikut ini ada beberapa
metode dan hal yang harus dilakukan sebelum, ketika, dan sesudah bencana alam tanah longsor
terjadi.

A. Sebelum Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi

Sebelum bencana alam tanah longsor terjadi, lakukanlah hal-hal berikut ini:

1. Hindari membangun rumah, perkantoran, pabrik, dll di kawasan yang memiliki kemiringan
lereng terjal.

2. Rencanakan sarana komunikasi dengan sesama anggota keluarga baik itu menyedian HP, WT,
HT dan saranan komunikasi lainnya.

3. Tentukan tempat yang aman untuk berkumpul apabila bencana alam tanah longsor terjadi.

4. Siapkan perlengkapan darurat dalam Tas Siaga Bencana.

5. Melakukan Town Watching atau berkeliling tempat anda tinggal dan mengamati kawasan-
kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan yang aman apabilan bencana alam tanah longsor
terjadi.

6. Perkuat tebing di kawasan anda tinggal dengan retaining wall atau metode penguatan tebing
lainnya.

7. Kenali tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.

B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi


Apabila anda sudah melakukan beberapa tips di atas dan bencana alam tanah longsor tidak dapat
dihindari, maka ketika terjadi bencana alam tanah longsor, lakukan hal-hal berikut ini:

1. Ketika musim penghujan tiba, tetaplah terjaga karena banyak korban tanah longsor yang terjadi
pada malam hari karena mereka tertidur. Usahakan membuat jadwal piket selama musim
penghujan.

2. Dengarkan informasi terkini dari radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
longsor harus memiliki radio baterai.

3. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah anda rencanakan sebelumnya

C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi

Berikut ini hal-hal yang harus anda lakukan:

1. Tetap menjauh dari kawasan bekas tanah longsor.

2. Mendengarkan informasi melalui radio untuk mendapat kondisi terkini tentang kejadian
bencana alam tanah longsor yang melanda kawasan anda.

3. Lakukan pertolongan kepada orang lain yang menjadi korban bencana alam tanah longsor.

4. Apabila anda melihat kawasan-kawasan yang rusak parah seperti jalan dan jembatan yang
putus, segera laporkan kepada pihak yang berwenang. Informasi anda sangat bermanfaat dalam
tindakan penyaluran bantuan dan pihak terkait bisa memikirkan jalur alternatif.

E. Metode Mapping Analisis

Kita bisa menggunakan Ilmu mapping untuk mengatasi masalah ini, kita akan menggunakan bantuan
citra satelit untuk melakukan proses evakuasi. Tahapanya dijelaskan sebagai berikut :

1. Dapatkan infromasi tentang jam bencana tanah longsor ini terjadi. Jika terjadinya pada waktu
malam hari maka metode ini akan sangat membantu. Jika terjadi bencana pada waktu malam hari
kemungkinan besar semua penduduk sedang berada di dalam rumah sehingga akan lebih mudah
diprediksi

2. Melakukan survey cepat dengan datang ke lokasi bencana dengan membawa GPS. Ambil
koordinat titik titik tertentu sebagai bahan analisis, misalnya titik bagian pinggir pinggir lokasi dan
titik tengah lokasi jika memungkinkan.

3. Kemudian kita input koordinat yang telah diambil dan kita lakukan analisis dengan menggunakan
citra satelit. Perhatikan gambar berikut !
Titik bulat berwarna kuning adalah koordinat yang kita dapatkan di lapangan, hanya berfungsi untuk
mencari tahu lokasi bencana di citra satelit. Kemudian mulai dilakukan analisis singkat persebaran
korban. Kita tidak akan mencari korban di titik A dan titik B karena lokasi tersebut adalah tanah
kosong. Kita akan mencari korban di sekitar titik D, titik C dan titik E karena lokasi tersebut adalah
perumahan padat yang memungkinkan terdapat banyak orang disana. Dengan pergerakan longsoran
tanah yang sangat cepat kemungkinan besar korban tidak bergerak dari rumah terlalu jauh.

4. Kita lacak koordinat titik lokasi yang akan kita gali menggunakan software, kemudian kita input ke
dalam GPS. Tidak lupa kita cetak citra satelit tersebut untuk mempermudah pencarian. Selanjutnya
adalah melakukan pencarian menggunakan GPS dan peta Citra tersebut. Dengan ketelitian GPS
navigasi yang mencapai 5-10 meter saya rasa sudah cukup untuk digunakan dalam situasi mendesak
seperti ini.

Asalkan ada sebuah laptop dengan sambungan internet yang bagus. Analisis ini bisa diselesaikan
tidak lebih dari 1 jam, sudah termasuk input data GPS, menentukan lokasi pencarian hingga input
data koordinat pada GPS. Kita bisa memanfaatkan Citra satelit yang disediakan di secara gratis di
Internet. Dengan cara seperti ini kita bisa mencari korban dengan lebih efisien. Jika pada lokasi yang
kita perkirakan korban tidak ditemukan baru dilakukan pencarian di lokasi yang lain.

Pengembangan :

Bisa juga kita lakukan metode pelacakan "per rumah". Kita cari satu persatu Koordinat rumahnya
kemudian kita gali lokasi perkiraan tersebut. Hal ini dilakukan jika bencana terjadi di pemukiman
jarang penduduk yang mungkin jarak antar satu rumah dengan rumah lain berjauhan

Catatan : Metode ini hanya berlaku jika lokasi tersebut tertimbun oleh tanah yang longsor dari
tempat lain, seperti bukit, gunung dan tebing di sekitarnya dan tidak berlaku jika lokasi tersebut
menjadi objek longsoran sehingga lokasi tersebut hanyut dan berpindah menuju tempat lain.

BAB IV

Istilah "Tanah Longsor" atau "Landslide", seperti yang didefinisikan oleh Cruden (1991) adalah
gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah yang menuruni sebuah lereng. Varnes (1978)
mendefinisikan tanah longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah lereng di
bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan massa dan Dikau dkk
(1996) mendefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan media
transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor tidak hanya sebatas "tanah" dan
"longsor". Penggunaan kata "tanah longsor" memiliki makna yang jauh lebih luas.

A. Tipe / Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978)

Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem klasifikasi lainnya
menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan dan air, udara, atau konten es.

Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat juga terjadi di
daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena faktor cut and fill, sebagai
contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan galian tambang
(terutama tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait dengan pertambangan
khususnya tambang terbuka.

1. SLIDE: terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block Slide.

Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung ke atas, dan pergerakan longsornya secara umum berputar pada satu sumbu yang sejajar
dengan permukaan tanah.

Translational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
rata dengan sedikit rotasi atau miring ke belakang.

Block Slide adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan Translational Slide, tetapi massa
yang bergerak terdiri dari blok-blok yang koheren.

2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang curam atau
tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan
terjun bebas, mental dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan mekanik, dan
keberadaan air pada batuan.

3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan cara berputar kedepan pada
satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang disebabkan oleh gravitasi dan
kandungan air pada rekahan batuan.
4. FLOWS: gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.

Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana campuran tanah yang gembur,
batu, bahan organik, udara, dan air bergerak seperti bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris
flow biasanya disebabkan oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan lebat atau pencairan
salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi tanah gembur atau batuan pada lereng yang
curam.

Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini adalah merupakan jenis
aliran debris yang pergerakannya terjadi sangat cepat.

Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari material halus atau batuan
yang mengandung mineral lempung di lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk
mangkuk atau suatu depresi di bagian atasnya.

Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow) terdiri dari bahan yang
cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran
tanah liat.

Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara lambat dan stabil. Gerakan
ini disebabkan oleh shear stress, pada umumnya terdiri dari 3 jenis:

Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi oleh perubahan
kelembaban dan suhu tanah yang terjadi secara musiman.

Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi ketahanan material
longsoran.

Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan suatu gerakan massa.
Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang melengkung, pagar atau dinding penahan yang
bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau pegunungan.

5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau medan datar. Gerakan
utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai dengan kekar geser atau kekar tarik. Ini disebabkan
oleh likuifaksi, suatu proses dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose, kohesi sedimen
(biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat ke keadaan cair.

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya
tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan
lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk
palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi.

Saran

Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat
hunian, antara lain :

Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).

Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)

Vegetasi kembali lereng-lereng.

Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.

Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah :

Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman

Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman

Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan.

Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal

Dan sebagainya
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau
panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor. Hal ini disebabkan karena letak
wilayah Indonesia diatas lempeng bumi yang labil dan dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia
yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur
menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana.

Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak menyebabkan
terjadinya korban jiwa, seperti tragedi tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi dahsyat di
Tasikmalaya serta Padang, tanah longsor di Cianjur, bahkan banjir di berbagai daerah yang kerap
datang setiap musim hujan.

Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
mengantisipasi terjadinya bencana alam. Mulai dari persiapan peralatan untuk mendeteksi
terjadinya bencana seperti misalnya pada bencana tsunami dan gunung meletus, pembuatan jenis
bangunan yang tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata kota dan kesadaran warga
masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun pemeliharaan daerah hulu sungai dan
pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

B. Permasalahan

Permasalahan yang ingin saya bahas adalah :

a. Apa bencana alam itu ?

b. Faktorfaktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya bencana alam ?


c. Dampak apa yang ditimbulkan dari bencana alam ?

d. Bagaimana cara penanggulangan bencana ?

BAB II

PEMBAHASAN DAN ISI

A. Bencana Tanah Longsor

Longsoran atau tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang merupakan salah satu
jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah
longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah.

B. Sebab terjadinya tanah longsor

Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang
curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh :
Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng
yang terlalu curam

Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat

Gempa Bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang


lemah

Gunung Berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu

Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

C. Dampak yang diakibatkan tanah longsor

Dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor adalah korban meninggal dan hancurnya
rumah yang tertimpa longsoran tanah. Dampak negative yang lain yaitu rusaknya lahan hutan dan
pertanian yang berada dilokasi tanah longsor. Akibat longsoran tanah kadang menutup badan jalan
sehingga terhambatnya arus lalu lintas yang menghubungkan ke wilayah yang lain.

D. Cara penanggulangan bencana tanah longsor

a. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama
lainnya.

b. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.


c. Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air
tanah. Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke dalam
lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan
sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.

d. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.

e. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan
sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).

f. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di
bagian dasar ditanam rumput).

g. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.

h. Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.

i. Pengenalan daerah rawan longsor.

j. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).

k. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.

l. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction.

m. Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel.

n. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.


BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Longsoran atau tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor
terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah.

Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang
curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh :

Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng
yang terlalu curam

Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat

Gempa Bumi menyebabkan tekanan yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang


lemah

Gunung Berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu

Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir

Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
3.2. Saran

Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis
bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Saran-saran, saya sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan
bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan kerugian harta
benda yang besar.

1. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan,
karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.

2. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak terjadi korban
dan kerugian yang besar.

3. Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik ( radio, TV dan
Internet ) maupun Media Cetak ( buku literature, surat kabar, majalah ) tentang bencana-bencana
yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam

3. http://rovicky.wordpress.com/2010/10/18/banjir-bandang-bagaimana-terjadinya/

4. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor

S-ar putea să vă placă și