Sunteți pe pagina 1din 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa lebih dari normal <200mg/dL. Apabila dibiarkan tak kendali, penyakit ini
akan menimbulkan penyakit yang dapat berakibat fatal seperti penyakit jantung,
ginjal, kebutaan dan amputasi. Data world health organization (WHO) sampai
September 2015 menunjukan adanya kecendrungan peningkatan angka insiden
dan prevalen DM tipe II yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.
Diperkirakan penderita DM diseluruh dunia mencapai 347 juta orang dan lebih
dari 80% dari kasus ini terjadi dinegara yang mempunyai pendapatan perkapita
yang tergolong rendah dan sedang termasuk Indonesia.
WHO memprediksikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar
7

BAB II
PENELUSURAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin, atau kedua-duanya. WHO
sebelumnya telah merumuskan bahwa DM dikatakan sebagai suatu kumpulan
problem anatomi dan kimiawi akibat gangguan berbagai faktor yang
mengakibatkan defisiensi insulin absolut atau relative dan gangguan fungsi
insulin.

Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM terus-menerus terjadi baik oleh


WHO maupun ADA. Para pakar Indonesia pun bersepakat melalui perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada tahun 1993 untuk membicarakan
standar pengelolaan DM, yang kemudian direvisi pada tahun 1998 dan 2002.

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan


hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya efektifitas biologi dari insulin atau keduanya
(Greenspadan Baxter, 2000)

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Sudarth,
2002)

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute atau relative (Artjatmo, 2002)
8

2.1.2Klasifikasi Diabetes Melitus


Sampai saat ini penyakit diabetes melitus dikloasifikasikan menjadi 3
macam :
2.1.2.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Disebut juga diabetes insulin dependen diabetes melitus (IDDM),
atau diabetes melitus tergantung insulin (DMTI). Prevalensi DMTI
dinegara barat 10% dari DMTTI diabetes melitus tidak tergantung
insulin. Pada dm tipe 1, penderita mengalami gangguan pada
produksi hormon insulin oleh suatu bagian dari limpa. Sedangkan
hormone insulin berfungsi untuk membantu masuknya glukosa
darah ke dalam sel. Akibatnya glukosa darah tidak mampu masuk
kedalam sel, sehingga sel kekurangan glukosa. Adapun glukosa
dibutuhkan untuk menghasilkan energi, akibatnya penderita merasa
lemas karena energi atau tenaga yang dihasilkan oleh tubuh sedikit
tidak sesuai dengan aktivitas tubuh. Kadar gula darah tinggi atau
hiperglikemia disebabkan karena glukosa dalam darah tidak mampu
di serap oleh sel untuk metabolisme. Sebagian glukosa darah akan
bocor dan dibuang melalui urin sehingga pada penderita diabetes
melitus akian banyak urin. Penderita dm tipe 1 harus selalu dibawah
pengawasan dokter dan pemakaian insulin agar membantu tubuh
mengatur zat gula. Penyebab DM tipe 1 belum diketahui secara
pasti, pada penderita DM tipe 1 pankreasnya sejak lahir tidak
menghasilkan hormone insulin. Akibatnya dari muda sampai tua
penderita tergantung dengan hormon insulin buatan yang harus
disuntikan pada saat-saat tertentu. DM tipe 1 ini biasanya
diturunkan oleh orang tuanya.
2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Disebut juga non insulin dependen diabetes melitus (NIDDM),
dimana penderita tidak kekurangan insulin, tetapi ada resistensi dari
9

sel otot maupun sel jaringan lemak untuk dimasuki glukosa darah
dengan demikian kadar glukosa darah juga cukup tinggi, akibat
dari:
1) Glukosa darah yang dimasukan ke dalam sel, kurang dari yang
seharusnya sel kekurangan gula yang merupaka energi utama.
2) Kadar glukosa darah tinggi karena glukosa kurang terserap ke
dalam sel.
3) Kadar glukosa dalam urine tinggi lebih dari normal karena zat
gula bocor ke dalam urine, dari hasil penelitian didapatkan
bahwa DM tipe 1 10-20% sedangkan DM tipe 2 sekitar 80-90%
dari seluruh penderita DM. sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
DM tipe 2 ini tidak disebabkan kekurangan insulin tetapi
resistensi sel untuk dimasukin glukosa darah. Ciri-ciri antara
lain : mulai menderita pada usia >40 tahun, berat badan lebih
tinggi dari normal (tidak selalu normal). Glukosa dapat
dikendalikan dengan diit dan olahraga.
2.1.2.3 Diabetes Gestasional
Merupakan diabetes yang terjadi pada saat kehamilan. Sekitar 4%
wanita hamil menderita tipe ini (Suryono,1996).

2.1.3 Faktor-Faktor Resiko


Faktor resiko ialah faktor-faktor yang dapat menyebabkan DM . Diabetes
semakin bertambah prevalensinya dari tahun ke tahun, secara garis besar
faktor yang menyebabkan peningkatan kadar gula ada 3 macam. Antara
lain, faktor demografi yaitu jumlah penduduk yang terus bertambah, usia
diatas 40 tahun meningkat, urbanisasi yang meningkat dan pengaruh pada
gaya hidup.

Faktor gaya hidup masyarakat meningkat dan berpengaruh pada gaya


hidup, faktor gaya hidup masyarakat yang cendrung kebarat-baratan, dan
10

berkurangnya penyakit infeksi. Secara fisiologis faktor-faktor penyebab


DM antara lain, umur, obesitas, genetik, riwayat melahirkan >4kg bayi.
Dan riwayat DM pada saat kehamilan (Atmojo,2002).

2.1.4 Patofisologi
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang memiliki kumpulan sel yang
berbentuk seperti pulau yang disebut dengan pulau-pulau
langerhans.Didalam pulau-pulau tersebut berisi sel alfa (sel yang
memproduksi glukagon yang kerja zat tersebut berlawanan dengan insulin),
sel beta (sel yang memproduksi insulin yang bertugas memasukkan
glukosa ke dalam sel) dan sel delta (sel yang memproduksi
somastostatin).Pada DM tipe I ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang diakibatkan oleh faktor genetik, imunologi dan mungkin
pula lingkungan (infeksi virus).Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta
diibaratkan sebagai anak kunci yang yang dapat membuka pintu masuk
agar glukosa dapat masuk kedalam sel dan dimetabolisme menjadi
tenaga.Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
dan tetap berada di pembuluh darah.
Pada DM tipe II, mekanisme yang tepat yang menyebabkan gangguan
sekresi insulin, tetapi terdapat faktor-faktor risiko yang mempengaruhi hal
tersebut yaitu faktor usia (> 60th), obesitas, riwayat keluarga dan kelompok
etnik tertentu. Proses terjadinya DM tipe II, yaitu bila jumlah insulin
normal tetapi reseptor insulin yang diibaratkan sebagai lubang kunci pada
permukaan sel berkurang, maka glukosa yang masuk kedalam sel sedikit
sehingga glukosa tetap berada di pembuluh darah.
Pada diabetes gestasional terdapat faktor-faktor risiko yang
mempengaruhinya, yaitu usia tua, kelompok etnik tertentu, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
Diabetes gestasional ini terjadi selama kehamilann karena peningkatan
11

sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap


toleransi glukosa.
Pada pasien dengan gangguan toleransi glukosa menunjukkan kelainan
pada tes toleransi glukosan dan biasanya asimtomatis.Pasien yang
mengalami hal tersebut tidak digolongkan sebagai penderita diabetes
melitus, tetapi dianggap berisiko lebih tinggi menderita diabetes
dibandingkan masyarakat umum.
Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa yang normal atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat akan
menimbulkan hiperglikemia (peningkatan glukosa dalam darah). Jika
hiperglikemianya berat dan ginjal tidak mampu menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar, maka akan timbul glikosuria. Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan kedalam urin, maka ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang
dinamakan diuresis osmotik. Dari hal tersebut akan meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan sebagai kompensasi tubuh akan timbul rasa
haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urin, maka sel dalam
tubuh kekurangan zat nutrisi sehingga berat badan berkurang dan
menimbulkan rasa lapar (polifagia). Akibat kehilangan zat nutrisi yang
akan diubah menjadi energi mengakibatkan rasa lelah, lemah dan
mengantuk. Dari kekurangan zat nutrisi dalam sel dan hiperglikemia juga
dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka berjalan lambat sehingga
dapat terjadi ganggren dan penghilatan kabur.
Selain itu, didalam tubuh terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi sampingnya, yaitu badan keton.Badan keton ini
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa dalam tubuh
jika jumlahnya berlebihan.Hal inilah dinamakan ketoasidosis diabetik yang
menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, nafas
berbau aseton, pernafasan kusmaul, perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.
12

Pathoflow :

Defisiensi insulin

glukagon penurunan pemakaian


glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemi

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN osmotik diuresis

Kekurangan
volume cairan
ketonemia nitrogen urin dehidrasi

mual muntah pH hemokonsentrasi

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan

Kelelahan

asidosis trombosis

Koma aterosklerosis
kematian
makrovaskuler mikrovaskuler

jantung serebral ekstremitas retina ginjal

miokard infark stroke ganggren retinopati diabetik nefropati

ggn. Penglihatan gagal ginjal

Resti infeksi
13

2.1.5 Gambaran Klinis


Menurut Tjokoperwiro (2000) gejala akut pada permulaan menunjukan
tanda yaitu polifagia (banyak makan), polydipsia (banyak minum), dan
poliurea ( banyak kencing), dalam fase ini penderita menunjukan berat
badan yang terus naik karena jumlah insulin masih mencukupi.

Greenspa dan Baxter (2000) gambaran klinis DM meliputi, poliurea, haus,


lemah, polifagia, pandangan kabur berulang, vulvovaginitis, proritus,
neuropati perifer, dan sering kali asimtomatis.

Menurut Waspadji (1999) gambaran klinis DM meliputi triple p, poliuri,


polidipsi, polifagia, kelainan kulit, keputihan bagi wanita, kesemutan, rasa
baal, serta kelemahan tubuh.

2.1.6 Komplikasi

2.1.6.1 Kronik
a. Makrovaskular : hipertensi, penyakit arteri koroner dan penyakit
cerebrovaskuler.
b. Mikrovaskuler : diabetik retinopati, neuropati dan nefropati.

c. Rentan infeksi : TB paru, ginggivitis dan ISK.

d. Kaki diabetik.

2.1.6.2 Akut

a. Koma hipoglikemik.
b. Ketoasidosis diabetik
c. Koma hyperosmolar nonketotik
14

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


2.1.7.1 TTG (tes toleransi glukosa) : memanjang lebih dari 200 mg/dl.
2.1.7.2 Pemeriksaan GDS (gula darah sewaktu) : lebih dari 70-110
mg/dl.
2.1.7.3 Gula darah puasa : lebih dari 120 mg/dl per 2 jam.
2.1.7.4 Gula darah post porandial : meningkat lebih dari 125 mg/dl per
24 jam.
2.1.7.5 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
2.1.7.6 AGD (analisa gas darah) : penurunan HCO3 dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
2.1.7.7 Asam plasma : positif secara mencolok.
2.1.7.8 Osmolaritas serum : meningkat lebih dari 330 mOsm/L.
2.1.7.9 Insulin darah : menurun sampai tidak ada (tipe I).
2.1.7.10 Amilase darah : mungkin meningkat.
2.1.7.11 Trombosit darah, hematokrit, mungkin meningkat ( dehidrasi),
lekositosis, hemokonsentrasi
2.1.7.12 Elektrolit : natrium meningkat selanjutnya menurun, fosfor
lebih sering menurun.
2.1.7.13 Ureum dan kreatinin : mungkin meningkat/normal.
2.1.7.14 Pemeriksaan keton darah : pemeriksaan keton darah lebih
disukai daripada pemeriksaan keton urin untuk diagnosis dan
pemantauan ketoasidosis diabetikum (American Diabetic
Association 2004).
2.1.7.15 Kultur dan sensitifitas : adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi pada luka.
2.1.7.16 Pemeriksaan EKG.

2.1.8 Penatalaksanaan Medik


15

2.1.8.1 Diet

Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (Perkeni)


standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang
berupa karbonhidrat (60-70%), protein (10-15) lemak (20-25%) dan
jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, stress akut
dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Konsumsi
garam dibatasi bila terdapat hipertensi.

Tujuan diet DM :

a. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati


normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal.
c. Mencegah komplikasi akut dan kronis.
d. Meningkatkan kualitas hidup.

2.1.8.2 Pengaturan aktivitas dan olahraga.

Aktivitas dan olahraga pada pasien DM memiliki beberapa tujuan


yaitu, menimbulkan perubahan metabolik, menurunkan kadar glukosa
dalam darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin, menurunkan BB, mengurangi stress
dan mempertahankan kesegaran tubuh. Macam macam latihan
jasmani meliputi aerobik, jalan, joging, berenang dan
bersepeda.Prinsip latihan jaasmani yaitu frekuensi (secara teratur 3-5x
seminggu), intensitas (ringan sedang) dan durasi (30-60
menit).

2.1.8.3 Monitor gula darah secara rutin.


2.1.8.4 Edukasi
16

a. Menjelaskan DM secara mendasar.


b. Penjelasan mengenai insulin.
c. Kapan harus meminta bantuan medis.
d. Pemeriksaan gula darah secara rutin.
e. Menggunakan jarum suntik insulin.
f. Komplikasi dari DM.
g. Follow up.

2.1.8.5 Pengobatan : insulin terapi.

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengakajian
2.2.1.1 Aktivitas/istirahat.

Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, gangguan tidur/istirahat,


takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, penurunan kekuatan otot.

2.2.1.2 Sirkulasi.

Riwayat hipertensi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus


pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia, hipertensi dan
disritmia.

2.2.1.3 Integritas Ego.

Stress, ansietas dan peka rangsang.

2.2.1.4 Eliminasi.

Perubahan pola kemih, nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan


berkemih, ISK baru/berulang dan nyeri abdomen.

2.2.1.5 Makanan/cairan.
17

Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet,


penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,
haus, kulit kering/bersisik, kekakuan distensi abdomen.

2.2.1.6 Neurosensori.

Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada


otot dan gangguan penglihatan.

2.2.1.7 Nyeri/kenyamanan.

Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) dan wajah meringis

2.2.1.8 Pernafasan.

Merasa kekurangan O2, batuk dengan/tanpa sputum purulen.

2.2.1.9 Keamanan.

Kulit kering, gatal, demam, diaforesis dan menurunnya kekuatan


umum.

2.2.1.10 Seksualitas.

Rabas vagina, masalah impoten pada pria dan kesulitan orgasme


pada wanita.

2.2.1.11 Penyuluhan//pembelajaran.

Faktor resiko keluarga : DM, penyakit jantung, stroke dan


hipertensi.
18

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas

Biodata Pasien

Nama : Tn D

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : laki laki

Alamat : kp cakung jln wibawa mukti 2 jati asih bekasi

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal masuk RS : 25 januari 2017

Tanggal Pengkajian : 25 januari 2017

Sumber Informasi : Klien, Keluarga, Medical Record

3.1.2 Riwayat Penyakit


a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
klien demam kurang lebih 1 minggu,mual, muntah 2x,kaki kiri
tertusuk pakusejak 2 minggu,sudah dirawat dirs mitra cibubur
3hari, riwayat DM sejak tahun 2003.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
19

Klien mengeluh ada luka di kaki sebelah kiri, bernanah,


kemerahan, awalnya 5 hari sebelum masuk rs klien mengeluh
terkena paku ditelapak kaki kiri , 3 hari sebelum masuk rs klien
mengeluh luka semakin membesar dank lien mengeluh demam
dan meriang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
DM Tipe II klien terbiasa menggunakan insulin

3.1.3 Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit

a. febris hari 7
b. abses diabetikum pedis sinistra
c. aki stadium II dengan anemia
d. suspek ganggren pedis sinitra

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium:

a. HEMATOLOGI

HB ; 7,80

HT ; 23,6

LEUKOSIT ; 35,90

TROMBOSIT ; 442

b. FUNGSI HATI
20

SGOT ; 37

SGPT ; 12

Protein total ; 5,81

Albumin ; 3,4

Globulin ; 2,41

c. HEMOSTASIS

Masa perdarahan ; 2.00

Masa pembekuan ; 4.00

d. HEPATITIS

HBsAg Rapid ; non reaktif

e. DIABETES

GDS ; 293

f. FUNGSI GINJAL

Ureum darah ; 88

Kreatinin darah ; 2,41

g. ELEKTROLIT

Natrium ; 131

Kalium ; 4,60
21

Klorida ; 96

Foto torax

Kesan cardiomegali

Foto pedis sinistra

Kesimpulan; osteoarhrosis pedis sinistra

3.2 Pengkajian Saat Ini


3.2.1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang
diderita klien, karena klien dan keluarga hanya mengethaui kalau klien
tersebut dirawat di rumah sakit karena adanya luka ulkus dipedis kiri
tersebut. Untuk pemeliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan
diri ke dokter atau mantri praktik di sekitar rumahnya.
3.2.2 Pola Nutrisi/Metabolik
Program diit RS : DM IV (1700 kalori)

Intake makanan : Sebelum sakit klien makan 3 kali sehari,


dengan sayur dan lauk. Klien mempunyai
pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat
sakit/ dirawat di rumah sakit klien hanya
menghabiskan rata-rata porsi pemberian.

Intake cairan : Sebelum sakit klien mminum 6-7 gelas sehari,


minuman pantangan kopi. Saat di rumah sakit
ini klien mendapat cairan infus 1500 ml sehari
dan minum air putih 3-4 gelas sehari.
22

3.2.3 Pola Eliminasi


1. Buang air besar
Sebelum sakit : sekali per dua atau tiga hari. Dan saat sakit di
rumah sakit klien per dua atau tiga hari, dengan konsistensi
padat warna kuning.
2. Buang air kecil
Sebelum sakit klien BAK 7-8 kali sehai. Dan selama di rumah
sakit klien B A K 9-10 kali sehari

3.2.4 Pola Aktivitas Dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain,

3 : dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total.

Oksigenasi : klien bernapas secara spontan tanpa bantuan alat oksigenasi.


23

3.2.5 Pola Tidur Dan Istirahat


Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat
di rumah sakit klien banyak istirahat dan tidur.
3.2.6 Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan
klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
3.2.7 Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
3.2.8 Pola Seksualitas dan Reproduksi
klien menikah satu kali. mempunyai 3anak. Klien merasa senang dan
bahagia karena didampingi oleh istri dan anak anaknya
3.2.9 Pola Peran-Hubungan
Klien lebih dekat dengan istri. Komunikasi dengan perawat sekarang
hanya apabila ditanya.
3.2.10 Pola Managemen Koping-Stres
Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh istrinya.
3.2.11 Sistem Nilai dan Keyakinan
3.2.12 Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi,
tapi meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengatur-Nya.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Keluhan yang dirasakan saat ini
Nyeri pada luka di pedis kaki kiri, skala 5-6, merasa panas seperti
terbakar.
3.3.2 Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36,5C
b. Nadi : 80x / menit
c. Pernafasan : 20x/ menit
d. Tekanan darah : 160/100 mmHg
24

3.3.3 BB/TB :
BB : 70kg
TB : 150cm
3.3.4 Kepala
Bentuk : Normochepal

Rambut : Lebat, sedikit berubah, terakhir keramas 5 hari yang


lalu, rambut berbau.

Mata : Konjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (-/-),


reflek cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.

Mulut : Bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah


tanggal, nafas berbau.
3.3.5 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe
nodus. Tidak ada peningkatan JVP.
3.3.6 Thorak
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Sonor kanan kiri
Palpasi : Fermitus kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak
Auskultasi : Paru-paru : Vasikuler kanan kiri
Jantung : S1 S2 murni, iktus cordis teraba
3.3.7 Abdomen
Inspeksi : Perut kelihatan lebih besar, dengan diameter 30 cm
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
3.3.8 Inguinal dan Genetalia
Tidak ada kelainan di regio inguinal.
25

3.3.9 Ektremitas
Terdapat ulkus dipedis kaki kiri, luas ulkus dengan diameter kurang
lebih 15cm kedalamannya kurang lebih 1cm, nampak jaringan
nekrotik warna putih. Terdapat oedema dibagian kaki distal kanan kiri.
Infus terpasang ditangan kiri.
3.4 Program Terapi

Tanggal 25 januari 2017

Intruksi dr. Bambang.SpB

a. Ceftriaxone 2x1
b. Konsul dr penyakit dalam
c. Besok GV

Intruksi dr sulaiman .sppd

a. Diit DM IV (1700 kalori)


b. Infus asering / 12 jam
c. Topazol 1x1
d. Ondancentron 2x4mg
e. CaCo3 3x1
f. Asaam folat 3x1
g. Aminoral 3x2
h. Transfuse PRC 500cc pre lameson ampul,pos transfuse Ca glukonas
1ampul
i. Sleding scale GDS
j. Cek DR1.GDS,UR,CR, SGOT, SGPT,ELEKTROLIT,RO THORAK,DAN
RONGEN PEDIS SINISTRA

1. Analisa data

No. Data Fokus Etiologi Problem


Kerusakan
1. DO: Ulkus DM
integritas
26

jaringan
a. Ada luka di ekstremitas
bawah (pedis kaki kiri).

b. Luka ulkus dengan diameter :


15 cm kedalaman : 1 cm.

c. Terdapat jaringan nekrotik


warna puutih

d. Terdapat edema di bagian


kaki kiri

DS: Pasien mengatakan ada luka


di pedis kaki sebelah kiri sejak 2
minggu yang lalu.
DS:

a. Pasien mengatakan nyeri.

b. Pasien mengatakan susah


tidur karena nyeri.

DO:

a. P: nyeri bertambah saat


beraktifitas.
2. Iskemik jaringan Nyeri
b. Q: seperti terbakar

c. R: ekstremitas bawah.

d. S: 5-6

e. T: hilang timbul dan nyeri


hanya pada saat digerakkan

f. Pasien meringis kesakitan


ketika nyeri muncul
DO:
Kebutuhan
3. Hilangnya nafsu makan nutrisi kurang
a. Intake makanan : Selama di
dari kebutuhan
rumah sakit pasien hanya
27

menghabiskan rata-rata porsi


pemberian.

DS:

a. Pasien mengatakan sebelum


sakit makan 3 kali sehari dengan
sayur dan lauk.

b. Pasien mengatakan
mempunyai pantangan makanan
yaitu daging kambing.
DO :

a. Pasien selama di rumah sakit


terpasang dower cateter.

b. Dalam melakukan
makan/minum, mandi,
berpakaian, mobilitas di tempat Kelemahan
4. Adanya ulkus pada kaki
tidur, berpindah, ambulasi/ROM mobilitas fisik
dibantu oleh orang lain

c. Untuk kebutuhan toileting


pasien dibantu oleh orang lain
dan dengan bantuan alat

DS :
DO :

a. Rambut lebat sedikit beruban,


terakhir keramas 5 hari yang lalu,
rambut berbau Defisit
5. Kurangnya pengetahuan
perawatan diri
b. Bibir kering, gigi banyak
yang sudah tanggal, nafas berbau

DS :
28

Prioritas Masalah
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ulkus DM ditandai
dengan adanya luka pada pedis dan keluar pus banyak, luka ulkus
dengan diameter : 1 5 cm kedalaman : 1 cm, tterdapat jaringan
nekrotik warna putih, terdapat edema di bagian kaki kiri
2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
luka pada pedis kaki yang menyebabkan nyeri, nyeri bertambah saat
beraktifitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada area ekstremitas bawah
dengan skala nyeri 6, pasien meringis kesakitan ditunjukkan dengan
memegangi area nyeri.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan, ditandai dengan intake makanan selama di
rumah sakit pasien hanya menghabiskan rata-rata porsi pemberian.
4. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya ulkus pada
kaki, klien melakukan makan/minum, mandi, berpakaian, mobilitas di
tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM dibantu oleh orang lain, dan
untuk kebutuhan toileting pasien dibantu oleh orang lain dan dengan
bantuan alat
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ditandai dengan rambut lebat sedikit beruban, terakhir keramas 5 hari
yang lalu, rambut berbau, bibir kering, , nafas berbau.

1. Intervensi keperawatan

No.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Dx
Setelah a. Laksanakan
dilakukan perawatan luka
Pengkajian yang
tindakan sesuai dengan
tepat terhadap
keperawatan perskripsi medik.
luka dan proses
Kerusakan selama 324
penyembuhan
Integritas jam, integritas b. Oleskan
akan membantu
Dx. Cairan jaringan klien preparat antibiotik
dalam
1. Berhubungan membaik, topikal dan
menentukan
Dengan dengan kriteria memasng balutan
tindakan
Ulkus DM hasil: sesuai ketentuan
selanjutnya.
medik.
a. Jaringan
secara umum c. Berikan
tampak utuh dan dukungan nutrisi
29

bebas dari tanda- yang memadai.


tanda infeksi
dan, tekanan dan d. Kaji
trauma. luka/ulkus dan
laporkan tanda
b. Luka yang kesembuhan yang
terbuka berwarna buruk.
merah muda
memperlihatkan
repitelisasi dan
bebas dari
infeksi.

c. Luka yang
baru sembuh
teraba lunak dan
licin.- Bersihkan
luka/ulkus setiap
hari.
Setelah 1. Lakukan
dilakukan pengkajian nyeri
tindakan secara
keperawatan komprehensif
selama 3x24jam termasuk lokasi,
nyeri klien karakteristik,
berkurang, durasi, frekuensi,
dengan kriteria kualitas dan ontro Pengkajian yang
hasil: presipitasi. tepat terhadap
luka dan proses
Nyeri a. Mengontrol 2. penyembuhan
berhubungan nyeri. Observasi reaksi akan membantu
Dx.
dengan nonverbal dari dalam
2.
iskemik b. Melaporkan ketidaknyamanan. menentukan
jaringan bahwa nyeri tindakan
berkurang skala 3. Gunakan selanjutnya.
1-3. teknik
komunikasi
c. Mampu terapeutik untuk
mengenali nyeri mengetahui
(skala, intensitas, pengalaman nyeri
frekuensi dan klien sebelumnya.
tanda nyeri).
4. Kontrol
d. Menyatakan ontro lingkungan
30

rasa nyaman yang


setelah nyeri mempengaruhi
berkurang. nyeri seperti suhu
ruangan,
e. Mengkaji pencahayaan,
karakteristik kebisingan.
nyeri : lokasi,
durasi, intensitas 5. Kurangi
nyeri dengan ontro presipitasi
menggunakan nyeri.
skala nyeri (0-
10). 6. Pilih dan
lakukan
f. penanganan nyeri
Mempertahankan (farmakologis/non
im- mobilisasi farmakologis).
(back slab).
7. Ajarkan
teknik non
farmakologis
(relaksasi,
distraksi dll)
untuk mengetasi
nyeri..

8. Berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri.

9. Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol
nyeri.

10. Kolaborasi
dengan dokter
bila ada komplain
tentang
pemberian
analgetik tidak
berhasil.

11. Monitor
31

penerimaan klien
tentang
manajemen nyeri.
1.
Mengidentifikasi
kekurangan dan
1. Kaji
penyimpangan
intake klien
dari kebutuhan
terapeutik.
2.
Tingkatkan intake
2.
Setelah makan melalui
Mengkaji
dilakukan
pemasukan
tindakan a. Kurangi
makanan yang
keperawatan gangguan dari
adekuat
selama 324 luar
(termasuk
jam, kebutuhan
absorbsi dan
nutrisi kurang b. Sajikan
utilisasinya).
dari kebutuhan makanan dalam
klien membaik, kondisi hangat
Kebutuhan 3. Jika
dengan kriteria
nutrisi makanan yang
hasil: c. Selingi
kurang dari disukai pasien
makan dengan
Dx. kebutuhan dapat
a. Nafsu minum
3. berhubungan dimasukkan
makan
dengan dalam
meningkat d. Jaga
hilangnya perencanaan
kebersihan mulut
nafsu makan makan,
b. klien
kerjasama ini
Kebutuhan
dapat
nutrisi tercukupi e. Berikan
diupayakan
makan sedikit tapi
setelah pulang.
c. Porsi sering
makan klien
4.
habis 3.
Meningkatkan
Kolaborasi
rasa
dengan ahli
keterlibatannya;
giziikan diet dan
memberikan
makanan ringan
informasi pada
dengan tambahan
keluarga untuk
makanan yang
memahami
disukai bila ada
nutrisi pasien.

Dx. Kelemahan Setelah 1. Pastikan Mobilisasi


32

4. mobilitas dilakukan keterbatasan dilakukan


fisik tindakan gerak sendi yang dengan tujuan
berhubungan keperawatan dialami untuk membuat
dengan selama 324 pasien aktif dan
adanya ulkus jam, kelemahan 2. mampu
pada kaki mobilitas fisik Kolaborasi melakukan
membaik, dengan fisioterapi aktivitas sendiri.
dengan kriteria
hasil: 3. Pastikan
motivasi klien
pasien mampu untuk
melakukan mempertahankan
mobilitas fisik pergerakan sendi

4. Pastikan
klien untuk
mempertahankan
pergerakan sendi

5. Pastikan
klien bebas dari
nyeri sebelum
diberikan latihan

6. Anjurkan
ROM Exercise
aktif: jadual;
keteraturan, Latih
ROM pasif.

7. Bantu
identifikasi
program latihan
yang sesuai

8.
Diskusikan dan
instruksikan pada
klien mengenai
latihan yang tepat

9. Anjurkan
dan Bantu klien
duduk di tempat
33

tidur sesuai
toleransi

10. Atur posisi


setiap 2 jam atau
sesuai toleransi

11. Fasilitasi
penggunaan alat
Bantu
1. Monitor
kemampuan
pasien terhadap
perawatan diri
Setelah
2. Monitor
dilakukan
kebutuhan akan
tindakan
personal hygiene,
keperawatan
berpakaian,
selama 324
toileting dan
jam, defisit
makan
perawatan diri
membaik, Untuk
3. Beri
dengan kriteria memberikan
bantuan sampai
Defisit hasil: informasi pada
klien mempunyai
perawatan pasien/keluarga,
kemapuan untuk
diri a. Pasien perawat perlu
Dx. merawat diri
berhubungan mampu mengetahui
5.
dengan memenuhi sejauh mana
4. Bantu
kurangnya aktivitas informasi atau
klien dalam
pengetahuan perawatan diri pengetahuan
memenuhi
secara mandiri yang diketahui
kebutuhannya.
pasien/keluarga.
b.
5. Anjurkan
Pengetahuan
klien untuk
pasien tentang
melakukan
perawatan diri
aktivitas sehari-
meningkat
hari sesuai
kemampuannya

6.
Pertahankan
aktivitas
perawatan diri
34

secara rutin

7. Evaluasi
kemampuan klien
dalam memenuhi
kebutuhan sehari-
hari.

8. Berikan
reinforcement
atas usaha yang
dilakukan dalam
melakukan
perawatan diri
sehari hari.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas ,disertai invasif kuman saprofit. Faktor utama yang
berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh


darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Ulkus diabetes mellitus grade II
akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu
tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri
dibagian distal.

1. Saran

Ulkus diabetes mellitus grade II sangat rawan untuk terjadinya infeksi. Jika
perawatan Ulkus diabetes mellitus grade II tidak dilakukan dengan baik dan benar,
35

maka akan menimbulkan infeksi. Selain itu, Ulkus diabetes mellitus grade II akan
mengganggu aliran darah dan syaraf-syaraf yang peka terhadap rasa nyeri.

Apabila ada Ulkus diabetes mellitus grade II, diharapkan untuk selalu dibersihkan,
biasanya dengan NaCl dan ditutup dengan kassa steril. Jika ada jaringan yang mati,
maka segera dilakukan pengangkatan, agar tidak terjadi pelebaran ulkus diabetikum.
Dan selalu menjaga adar gula darah dengan menjaga pola makan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria. M , dkk.2013.Nursing Intervention Classification (NIC) : Sixth


Edition. Oxford : Mosby Elservier

Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.).2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell

Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of


Health Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier

Baehaqi, Zul Aziz.2013.Blog:Askep Ulkus Diabetikum. Diunduh dari :


https://jiisajis.wordpress.com/askep-ulkus-diabetes-melitus/

Putri, Ria Hestiana.2012.Blog:Perawatan Luka. Diunduh dari :


http://www.perawatluka.com/tips-perawatan-luka-diabetes/

NN.2015.Blog: Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Diunduh dari :


http://www.seputar-anatomimanusia.tk/2015/02/anatomi-fisiologi-pankreas.html
36

S-ar putea să vă placă și