Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
bagi pasien ginjal, terutama GGA, adalah terbatasnya dokter spesialis ginjal.
Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak lebih dari 80 orang. Itu pun
sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fakultas
kedokteran. Maka, tidaklah mengherankan jika dalam pengobatan kerap faktor
penyulit GGA terabaikan.
Melihat situasi yang banyak terbatas itu, mari kita memulai pola hidup
sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok, periksa kadar
kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik tiap tahun, makan dengan komposisi
berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam. Pertahankan
kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai obat
antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum
jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup
(dalam sehari 2-2,5 liter). (Djoko, 2008).
2
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari penyakit Gagal Ginjal
Akut (GGA)
b. Untuk mengetahui dan memahami apa saja etiologi dari penyakit Gagal
Ginjal Akut (GGA)
c. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi dari penyakit Gagal
Ginjal Akut (GGA)
d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari penyakit Gagal Ginjal
Akut (GGA)
e. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi dari penyakit
Gagal Ginjal Akut (GGA)
f. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari penyakit
Gagal Ginjal Akut (GGA)
g. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan medis
untuk penyakit Gagal Ginjal Akut (GGA)
h. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan keperawatan dari
penyakit Gagal Ginjal Akut (GGA)
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat dapat menambah
wawasan dan informasi dalam penanganan gagal ginjal akut dan mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal akut secara
tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya
dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit,
serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur
akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Saifudin,
2010).
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana ginjal tidak lagi
mengsekresi produk-produk limbah metabolisme. Biasanya karena hiperfusi ginjal
sindrom ini biasa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi produk limbah
nitrogen dalam darah dan aliguria dimana haluaran urine kurang dari 400 ml / 24
jam (Tambayong, 2000).
Gagal ginjal akut dikenal dengan Acute Renal Fallure (ARF) adalah
sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak
(Nursalam, 2006).
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat
azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah( Imam Parsoedi A
dan Ag. Soewito :Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 ).
Jadi Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik
yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan
perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang
cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang
nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (peningkatan kadar nitrogen
darah,peningkatan kreatinin serum,dan retensi produksi metabolit yang harus
dieksresikan oleh ginjal).
4
2.2 Etiologi
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal
akut dengan tiga kategori meliputi :
a. Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomeruls. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan
fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau morfologik pada nefron. Namun
bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya
nekrosis tubulat akut (NTA). Kondisi ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dari
gastrointestinal pankreatitis, pemakaian diuretik yang berlebih)
2) Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
3) Penurunan curah jantung (disaritmia, infark miokard, gagal jantung, syok
kardioenik dn emboli paru)
4) Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis)
b. Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan jaringan ginjal.
Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli sehingga faal ginjal langsung
terganggu. Dapat pula terjadi karena hipoperfusi prarenal yang tak teratasi
sehingga mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal Prosesnya dapat
berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat juga berlangsung perlahanlahan dan
akhirnya mencapai stadium uremia. Kelainan di ginjal ini dapat merupakan
kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal. Beberapa penyebab kelainan ini adala :
1) Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik uremik, renjatan
sepsis dan renjatan hemoragik.
2) Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca sreptococcus,
lupus nefritis, penolakan akut atau krisis donor ginjal.
3) Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan tumor lain yang
langsung menginfiltrasi ginjal dan menimbulkan kerusakan.
4) Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat renjatan dan iskemia
lama, nefrotoksin (kloroform, sublimat, insektisida organik),
hemoglobinuria dan mioglobinuria.
5
5) Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut) tapi umumnya
pielonefritis kronik berulang baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi kelainan struktural menyebabkan kehilangan faal ginjal secara
progresif.
6) Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi progresif.
c. Pascarenal / Postrenal
GGA pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup,
namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Etiologi pascarenal terutama
obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, ciri unik ginjal pasca renal adalah
terjadinya anuria, yang tidak terjadi pada gagal renal atau pre-renal. Kondisi yang
umum adalah sebagai berikut :
1) Obstruksi muara vesika urinaria: hipertropi prostat< karsinoma
2) Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah
atau sumbatan dari tumor (Tambayong, 2000).
6
2.3 Klasifikasi
Tabel Klasifikasi GGA menurut The Acute Dialysis Quality Initiations
Group (Roesli R, 2007).
KATEGORI PENINGKATAN PENURUNAN KRITERIA
KADAR SERUM LAJU FILTRASI URINE
Cr GLOMERULUS OUTPUT
Risk >1,5 kali nilai >25 % nilai dasar <0,5mL/kg/jam
dasar >6 jam
Injury >2,0 kali nilai >50 % nilai dasar <0,5mL/kg/jam,
dasar >12 jam
Failure >3,0 kali nilai >75 % nilai dasar <0.3mL/kg/jam,
dasar >24 jam
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4
minggu
End stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama 3 bulan
7
2.4 Patofisiologi
Menurut Price, (2005) ada beberapa kondisi yang menjadi faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal, yaitu sebagai berikut :
a. Obstruksi tubulus
b. Kebocoran cairan tubulus
c. Penurunan permeabilitas glomerulus
d. Disfungsi vasomotor
e. Umpan balik tubulo-glomerulus
8
WOC
Iskemia atau nefrotoksin
Penurunan
GFR
Respon psikologis
Gagal ginjal akut
Defisit neurologik
Risiko tinggi kejang Resiko MK:Curah
aritmia jantung
9
2.5 Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal ginjal
akut, yaitu periode awal, periode oligunia, periode diuresis, dan periode
perbaikan. Gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine lebih
dari 400 ml/24 jam.
a. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
b. Stadium oliguria
Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya diekskresikan oleh
ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation intraseluler-kalium dan
magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk membersihkan produk
sampah normal tubuh adalah 400 ml. Oliguria timbul dalam waktu 24-48 jam
sesudah trauma dan disertai azotemia. Pada bayi, anak-anak berlangsung selama
35 hari. Terdapat gejala-gejala uremia (pusing, muntah, apatis, rasa haus,
pernapasan kusmaul, anemia, kejang), hiperkalemi, hiperfosfatemi, hipokalsemia,
hiponatremia, dan asidosis metabolik.
c. Stadium diuresis
Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine output
mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih dianggap normal.
Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini, jika
terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
1) Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400 ml/hari
2) Berlangsung 2-3 minggu
3) Pengeluaran urine harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih
4) Tingginya kadar urea darah
5) Kemungkinan menderita kekurangan kalium, natrium dan air
6) Selama stadium dini dieresis, kadar BUN mungkin meningkat terus
10
d. Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu
anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik. Nilai
laboratorium akan kembali normal.
Gejala klinis yang terjadi pada penderita GGA, yaitu:
11
2.6 Komplikasi
a. Jantung: edema paru, aritmia, efusi pericardium.
b. Gangguan elektrolit: hyperkalemia, hiponatremia, asidosis.
c. Neurologi: iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang.
d. Gastrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahaan
gastrointestinal.
e. Hematologi: anemia, diathesis hemoragik.
f. Infeksi: pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial.
2.7 Prognosis
Prognosis dari GGA tergantung dari beberapa factor :
1. Penyakit dasar
Pada umumnya hospital acquired acute renal failure (ARF) mempunyai
prognosis lebih buruk daripada community acquired ARF.
2. Komplikasi, terutama perdarahan saluran cerna dan penyakit
kardiovaskuler, infeksi sekunder disertai sindrom sepsis.
3. Oliguri lebih dari 24jam
4. Usia >50tahun
5. Diagnosis dan pengobatan terlambat
12
2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :
5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral
dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan
digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
4. Pemberian manitol atau furosemid jika dalam keadaan hidrasi yang adekuat
terjadi oliguria.
5. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi
saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus dideteksi dan diterapi.
Kateter harus segera dilepas bila diagnosis obstruksi kandung kemih dapat
disingkirkan.
6. Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa untuk
adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula dideteksi dari
kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai penurunan hemoglobin. Biasanya
antagonis histamin H (misalnya ranitidin) diberikan pada pasien sebagai
profilaksis.
7. Diet rendah protein,tinggi karbohidrat
13
14
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat
menyerang pria maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang
yang sedang menderita penyakit serius,terluka serta usia dewasa dan pada
umumnya lanjut usia. Pada pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh
hipertrofi prostat sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih
yang berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
2. RiwayatPenyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan
penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine output
tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan
setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar,
setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID
atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta
adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
15
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji
tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
a) B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini.
Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik
sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
16
b) B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder dari
gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan
darah sering didapatkan adanya peningkatan.
c) B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek
sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang berlanjut
pada sindrom uremia.
d) B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi
dan penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap,
disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan
perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
e) B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
17
f) B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
18
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan fase diuresis dari gangguan
gagal ginjal akut.
2. Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan pH pada cairan serebrospinal,perembesan air,kongesti paru efek
sekunder perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan
interstisial dari edema paru dan respons asidosis metabolic.
3. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri,perubahan frekuensi,irama,konduksi
elektrikal efek sekunder penurunan pH,hiperkaleni,dan uremia.
4. Aktual/resiko penurunan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan
pH pada cairan serebrospinal afek sekunder dari asidosis metabolic.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat sekunder dari
anoreksia,mual,muntah.
6. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit,ancaman,kondisi
sakit,dan perubahan kesehatan.
19
3.5 Intervensi dan Implementasi
20
- Kolaborasi dengan
dokter
- Atur kemungkinan
tranfungsi
- Persiapan untk
tranfunsi
Hypovolemia
Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb
dan hematokrik
- Motorik vital
- Motorik respon
pasien terhadap
penambahan cairan
- Motorik berat badan
- Dorongan pasien
untuk menambah
intake oral
- Pemberian cairan IV
motorik adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
- Motorik adanya tanda
gagal ginjal
2. Risiko tinggi pola NOC Airway management:
napas tidak efektif Respiratory - Bukan jalan nafas
b.d penurunan pH status:ventilation guanakan chinlift
Respiratory
pada cairan atau jawa thrist bila
status:alrway
serebrospinal perlu
patency - Posisikan pasien
perembesan
Vital sign status
untuk
cairan intersitif
Kriteria hasil
memaksimalkan
dari edema paru
Mendesmonstrikan - Identifikasi pasien
21
dan respon batuk efektif dan perlunya pemasangan
asidosis metabolik. suara nafas alat jalan nafas
bersih,tidak ada buatan
- Pasangan mayo bila
Definisi:ins[irasi sianosis dan
perlu
dan ekspirasi yang dyspneu (mampu
- Lakukan fisioterapi
tidak membera mengeluarkan
dada jika perlu
ventilasi sputum mampu - Keluarkan sekret
bernafas dengan dengan batuk atau
mudah,tidak ada suction
- Auskultasi suara
pursed lip)
Menunjukan jalan nafas ,catatan adanya
nafas yang paten suara tambahan
- Lakukan suction pada
(klien tidak
mayo
mrsatercekik ,irama
- Berikan
nafas ,frenkuensi
bronkoidilator bila
pernafasan dalam
perlu
rentang normal - Berikan pelembab
,tidak ada suara udara kassa basah
nafas abnormal) NaCl lembab
Tanda-tanda vital - Atur intake untuk
dalam rentang cairan
normal (tekanan mengoptimalkan
darah nadi,bernafas) keseimbangan
- Monitor respirasi dan
O2 oxygen therapy
- Bersihkan mulut
,hidung dan secret
trakea
- Pertahankan jalan
nafas yang paten
- Aturan peralatan
oksigenasi
- Monitor aliran
oksigen
- Peralatan posisi
22
pasien
- Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
vital sign monitoring
- Monitor
TD,nadi,suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring
,duduk atau berdiri
- Auskultasi TD pda
kedua lengen dan
banding
- Monitor TD
- Monitor kualitas nadi
- Monitor frenkuensi
dan irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Monitor suhu ,warna
dan kelembaban
pernafasaan )
3. Risiko tinggi NOC Cardiac care
menurunkan Car diac pump - Evaluasi adanya nyeri
curah jantung b.d effectiveness dad intensitif
Circulatin status
penurunan ,lokasi,durasi
Vital sign status
- Catatan adanya
kontraklitis
Kriteria hasil
tanda2 gejala
ventrikel kiri
Tanda vital dalam
penurunana cardiac
,perubahan
rentangan normal
putput
frenkuensi
23
,irama ,konduksi (tekanan darah - Catatan adanya
elektrikal efek ,nadi,respirasi) disritmia jantung
Dapat mentolreransi - Monitor status
sekunder
aktifitas tidak ada pernafasan yang
penurunana pH
kelelahan menandakan gagal
hiperkalemi dan
Tidak ada edema
jantng
uremia
paru,perifer,dan - Monitor abdomen
Definisi: ketidak
tidak ada asites sebagai indicator
adekuatan darah Tidak ada
penurunan perfusi
yang dipompa penurunan - Monitor balance
olehjantung untuk kesadaran cairan
- Monitor adanya
memenuhi
perubahan tekanan
kebutuhan
darah
metabolik tubuh.
- Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antrartimia
- Atur preode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi
aktivitas pasien
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue
tekipneu
- Anjurkan untuk
menurunkan stresss
Vital sign monitoring
- Monitor
Td,nadi,suhu,dan RR
- Catatan adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
24
pasien berbaring
duduk,atau berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor
TD,nadi,RR.sebelum,
selama,dan setelah
aktifitas
- Monitor kualutas dari
nadi
- Monitor adanya
pulsus para doksus
- Monitor Adanya
pulpus alterans
- Monitor jumlah dan
irama jantung
- Monitor bunyi
jantung
- Monitor frenkuensi
dan,irama
pernafasaan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
prnafasaan abnormal
- Monitor
suhu,warna,dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing traid(tekanan
nadi yang
melebar,bradikardi,pe
ningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
25
sing
4. Risiko penurunan NOC NIC
perfusi serebral Circulation Status Peripheral Sensation
Tissue Prefusion;
b.d. penurunan Management
cerebral
pH pada cairan (manajemen sensari
Batasan Karakteristik:
serebrospinal efek perifer)
Mendemonstrasikan
sekunder dari - Monitor adanya
status sirkulasi yang
asidosis metabolik daerah tertentu yang
ditandai dengan:
Definisi: Berisiko hanya peka terhadap
Tekanan systole dan
mengalami panas/dingin/tajam/tu
diastole dalam rentang
penurunan sirkulasi mpul
yang diharapkan
- Monitor adanya
jaringan otak yang Tidak ada
paratese
dapat mengganggu ortostatikhipertensi
- Instruksikan keluarga
Tidak ada tanda tanda
kesehatan.
untuk mengobservasi
peningkatan TIK
Batasan
Mendemonstrasikan kulit jika ada isi atau
Karekteristik:
kemampuan kognitif laserasi
Massa - Gunakan sarung
yang ditandai dengan:
tromboplastin Berkomunikasi dengan tangan untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
parsial abnormal jelas dan sesuai dengan
Massa kepala,leher dan
kemampuan
protrombin Menunjukkan punggung
- Monitor kemampuan
abnormal perhatian,konsentrasi dan
Sekmen ventrikel BAB
orientasi
- Kolaborasikan
kiri akinetik Mmeproses informasi
Aterosklerosis Membuat keputusan pemberian analgesic
- Monitor adanya
aerotik dengan benar
Diseksi arteri Menunjukkan fungsi tromboplebitis
Fibrilasi atrium - Diskusikan mengenai
sensori motori cranial
Miksoma atrium penyebab perubahan
yang utuh: tingkat
Tumor otak
sensasi
Stenosis karotid kesadaran membaik,tidak
Aneurisme ada gerakan involunter.
serebri
Koagulasi(mis,an
emia sel sabit)
Kardiomiopati
26
dilatasi
Koagulasi
intravaskuler
diseminnata
Embolisme
Trauma kepala
Hierkolesterolem
a
Hipertensi
Endokarditis
infeksi
Katup prostetik
mekanis
Stenosis mitral
Neoplasma otak
Baru terjadi
infark
miokardium
Sindrom sick
sinus
Penyalah gunaan
zat
Terapi trobolitik
Efek samping
terkait terapi
27
Definisi:asupan dengan tujuan Anjurkan pasien
Berat badan ideal sesuai
nutrisi tidak cukup untuk meningkatkan
dengan tinggi badan
untuk memenuhi intake Fe
Mempu
kebutuhan Anjurkan pasien
mengidentifikasi
metabolic untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi
Batasan Tidak ada tanda-tanda protein dan vitamin
Karakteristik: malnutrisi C
Tidak terjadi penurunan Berikan substansi
Kram abdomrn
Nyeri abdomen berat badan gula
Yakinkan diet yang
Menghindari
dimakan
makanan
Berat badan 20% mengandung tinggi
atau lebih dibawah serat untuk
ideal mencegah konstipasi
Kerapuhan kapiler Berikan makanan
Diare
yang terpilih (sudah
Kehilangan
dikonsulkan dengan
rambut berlebih
Bising usus ahli gizi)
Ajarkan pasien
hiperaktif
Kurang makanan bagaimana membuat
Kurang informasi catatan makanan
Membrane
harian
mukosa pucat Monitor jumlah
Kurang minat
nutrisi dan
pada makanan
Kesalahan kandungan kalori
Berikan informasi
konsepsi
Ketidakmampuan tentang kebutuhan
memakan nutrisi
Kaji kemampuan
makanan
Tonus otot pasien untuk
28
makanan kurang batas normal
Monitor adanya
dari
penurunan berat
RDA(recommend
badan
ed daily
Monitor tipe dan
allowance)
Cepat kenyang jumlah aktivitas
yang biasa
setelah makan
Sariawan rongga digunakan
Monitor interaksi
mulut
Streatorea anak atau orangtua
Kelemahan otot
selama makan
mengunyah Monitor lingkungan
Kelemahan otot
selama makan
untuk menelan Jadwal pengobatan
Faktor yang dan tindakan tidak
Berhubungan: selama jam makan
Monitor kulit kering
Factor biologis
Factor ekonomi dan perubahan
Ketidakmampuan pigmentasi
untuk Monitor turgor kulit
Monitor mual dan
mengabsorbsi
muntah
nutien
Monitor kadar
Ketidakmampuan
albumin, total
untuk mencerna
protein, dan Hb
makanan
Monitor makanan
Ketidakmampuan
kesukaan
menelan makanan
Monitor kalori dan
Factor psikologis
intake nutrisi
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
6. Kecemasan b.d NOC: NIC:
prognosis Anxiety control Anxiety Reduction
Coping
penyakit,ancaman (penurunan
Impulse control
,kondisi sakit, dan Kecemasan)
29
perubahan Kriteria Hasil: Gunakan pendekatan
kesehatan Mengidentifikasi,meng yang menenangkan
ungkapkan dan Nyatakan dengan
cemas pasien
Vital sign dalam batas Pahami prespektif
menunjukkan kecemasan
Lakukan back/neck
berkurangnya cemas
rub
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenali situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
3.6 Evaluasi
30
7. Pasien tidak mengalami defisit neurologis
8. Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
9. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
10. Kecemasan berkungan.
31
3.7 Discharge Planning
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
3. Control hipertensi
4. Control ketidakseimbangan elektrolit
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
6. Dialysis (cuci darah)
7. Obat-obatan: antihipertensi,suplemen besi,agen pengikat fosfat,suplemen
kalsium,furosemid (membantu berkemih)
8. Ajarkan diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
9. Transplantasi ginjal
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang
ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan
perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang
cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang
nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
4.2 Saran
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya
pencegahan penyakit Gagal Ginjal Akut agar terciptanya kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal Akut
lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit
Gagal Ginjal Akut.
33
DAFTAR PUSTAKA
34