Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BADUNG TENTANG PEDOMAN STRUKTUR
ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
DENPASAR
2015
K A M P U S FAKUL T A S H U K U M U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
JALAN B A L I N O M O R 1 D E N P A S A R
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
ii
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
KATA PENGANTAR
iii
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
DAFTAR ISI
iv
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
v
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
RINGKASAN
vi
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
vii
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Pasal 11 PP 72/2005 menentukan, Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah
Desa dan BPD.
2
Merupakan pelaksanaan Pasal 202 UU 32/2004: (1) Pemerintah desa terdiri atas
kepala desa dan perangkat desa. (2) Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan
perangkat desa lainnya. (3) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi
dari Pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
3
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
B. IDENTIFIKASI MASALAH
D. METODE
3
Langkah-langkah penelitian hukum tersebut merujuk pada Metode Penelitian
Hukum berbasis kajian sosio-legal, sebaqgaimana terangkum dalam Marhaendra Wija
Atmaja, 2014, Metode Penelitian Hukum dalam Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Perundang-undangan, Denpasar: Progran Studi Magister Ilmu
Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, hlm. 12. Risalah ini merujuk pada
Soelistyowati Irianto, 2012, Memperkenalkan kajian sosio-legal dan implikasi
metodologisnya, dalam Adriaan W. Bedner, dkk ( Eds.), Kajian Sosio-Legal, (Denpasar:
Pustaka Larasan); dan Soelistyowati Irianto, 2011, Praktik Penelitian Hukum: Perspektif
Sosiolegal, dalam Soelistyowati Irianto dan Shidarta, (Eds.), Metode Penelitian Hukum:
Knstelasi dan Refleksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia).
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
7
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
4
Merujuk pada Miles dan Huberman berdasarkan pemahaman Agus Salim, 2006,
Teori & Paradigma Penelitian Sosial, Edisi Kedua, (Yogyakarta: Tiara Wacana), hlm. 22-
23; dan Nyoman Kutha Ratna, 2010, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu
Sosial Humaniora Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 310-311.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
8
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
5
Marhaendra Wija Atmaja, 2014, Memahami Interpretasi Secara Hermeneutikal:
Menalar Pertimbangan Hukum Pumk Nomor 50/PUU-XII/2014, Bahan dipersiapkan
Dalam Rangka Penerbitan Buku 50th Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 19
Agustus 2014, hlm. 5-7; dan Gede Marhaendra Wija Atmaja, 2012, Politik Pluralisme
Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah,
Disertasi Doktor, (Malang: PDIH Fakultas Hukum Universitas Brawijaya), hlm. 17-18.
Kedua tulisan ini merujuk berbagai pandangan tentang hermeneutika hukum dan
hermeneutika pada umumnya.
A. KAJIAN TEORITIS
A.1. Menempatkan Sudut Pandang Tentang Desa
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa
Departemen Dalam Negeri, sesuai dengan pemikiran dan konteks empirik
yang berkembang di Indonesia, memahami setidaknya ada tiga tipe
bentuk Desa:6
1. Tipe Desa adat atau sebagai self governing community sebagai
bentuk Desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep otonomi asli
sebenarnya diilhami dari pengertian Desa adat ini. Desa adat
mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara. Desa adat tidak
menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan oleh negara.
Saat ini Desa pakraman di Bali yang masih tersisa sebagai bentuk
Desa adat yang jelas.
2. Tipe Desa administratif (local state government) adalah Desa
sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai
kepanjangan negara dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara. Desa administrati secara
substansial tidak mempunyai otonomi dan demokrasi. Kelurahan
yang berada di perkotaan merupakan contoh yang paling jelas dari
6
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007, Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Desa, (Jakarta: Direktorat Pemerintahan
Desa dan Kelurahan Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen
Dalam Negeri), hlm. 83-84.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
11
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
7
tipe Desa administratif. Pada uraian sebelumnya8 disebutkan
bahwa Desa administratif (the local state government) atau
disebut orang Bali sebagai Desa Dinas.
3. Tipe Desa otonom atau dulu disebut sebagai Desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self government, seperti halnya
posisi dan bentuk daerah otonom di Indonesia. Secara konseptual,
Desa otonom adalah Desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai kewenangan penuh untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Desa otonom
berhak membentuk pemerintahan sendiri, mempunyai badan
legislatif, berwenang membuat peraturan Desa dan juga
memperoleh desentralisasi keuangan dari negara. Pada uraian
sebelumnya9 disebutkan bahwa Desa otonom (local self
government) atau yang dalam UU No. 19/1965 disebut Desa
Praja,10 yakni Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
berhak dan berwenang mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
7
Penjelasan Umum UU 32/2004: Undang-Undang ini mengakui otonomi yang
dimiliki oleh desa ataupun dengannsebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah
desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun
pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap
desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang
dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan
lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan
diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari
desa itu sendiri. Jadi, yang dimaksud dengan dengan Desa Administratif atau desa yang
bersifat administratif oleh pembentuk UU 32/2004 adalah desa bentukan baru di luar
desa genealogis atau desa yang memiliki otonomi asli.
8
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit., hlm. 3.
9
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit., hlm. 12.
10
Desapraja menurut pembentuk UU 19/1965 dipersiapkan sebagai daerah tingkat
III. Nama UU ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja
Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III Di Seluruh
Wilayah Republik Indonesia.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
12
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
11
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit., hlm. 85-87.
Kedua, integrasi masyarakat adat dalam Desa. Dalam model ini, nilai,
istitusi, dan mekanisme yang dikenal dalam masyarakat adat diakomodasi
dalam pemerintahan Desa.
Ketiga, koeksitensi antara masyarakat adat dengan Desa dimana
masing-masing saling behubungan dan saling memperkuat. Dalam model
ini, Desa administratif menjalankan kewenangannya tanpa harus
meniadakan masyarakat adat.
Sebagai kosekusensi dari keragaman Desa berdasarkan optional
village, maka kewenangan Desa pun disesuaikan dengan Desa yang
dipilih:12
1. Desa integrated memiliki tiga kewenangan, yakni kewenangan
asal-usul, kewenangan atributif, dan kewenangan pembantuan.
2. Desa yang koeksistensi dengan masyarakat adat, memiliki dua
kewenangan, yakni kewenangan atributif dan kewenangan
pembantuan, sedangkan kewenangan asal usul menjadi
kewenangan kesatuan masyarakat hukum adat (desa adat).
3. Kepala Desa dibantu oleh unsur pemerintah Desa yang meliputi
sekretaris Desa dan perangkat Desa.
4. Struktur organisasi pemerintah Desa ditetapkan melalui
Peraturan Desa dengan memperhatikan model dan kewenangan
Desa.
Adapun penjelasan kewenangan asal-usul, kewenangan atributif, dan
kewenangan pembantuan, yakni:
1. Kewenangan asal-usul yang diakui oleh negara: mengelola aset
(sumberdaya alam, tanah ulayat, tanah kas Desa) dalam
wilayah yurisdiksi Desa, membentuk struktur pemerintahan
12
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit., hlm. 88.
13
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, Naskah ...,
Ibid.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
16
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 740.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
17
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
15
Sondang P. Siagian, 1982a, Peranan Staf dalam Managemen, (Jakarta: Gunung
Agung), hlm. 20. Lihat juga Sondang P. Siagian, 1984, Filsafat Administrasi, (Jakarta:
Gunung Agung), hlm. 7.
setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
sama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara
formal dalam suatu ikatan hirakhi dimana selalu terdapat hubungan
antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
16
Terkutip dalam Arifin Tahir, 2014, Buku Ajar Perilaku Organisasi, (Yogyakarta:
Deepublish), hlm. 21-22.
17
Sondang P. Siagian, 1982b, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,
(Jakarta: Gunung Agung), hlm. 9-11. Uraian tersebut terdapat pula dalam Sondang P.
Siagian, 1982a, Ibid. Bandingkan dengan Soewarno Handayaningrat, 1985, Pengantar
Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, (Jakarta: Gunung Agung), hlm. 42.
18
Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo, ( Eds), 2008, Panduan
Membentuk Organisasi Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (OPKAD) , (Jakarta:
LGSP/Local Governance Support Program), hlm. 9.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
20
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
19
Pariata Westra, Sutarto, dan Ibnu Syamsi, ( Eds), 1977, Ensiklopedi Administrasi,
(Jakarta: Gunung Agung), hlm. 232, 233, 323.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional), hlm. 703, 1547.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
22
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa yang terdiri
atas sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan,
pelaksana teknis.
Pedoman Struktur adalah dasar bagi penyusunan struktur organisasi
Organisasi dan Tata dan tata kerja Pemerintah Desa.
Kerja Pemerintah Desa
21
JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-pengertian Dasar
dalam Teori Hukum, alihbahasa B. Arief Sidharta, (Bandung: Citra Aditya Bakti), hlm. 71.
22
JJ. H. Bruggink, 2011, Ibid., hlm. 72.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
23
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
23
Sebelumnya, dalam UU 10/2004, Pasal 5 huruf b dan huruf c masing memuat
asas kelembagaan dan organ pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis dan
materi muatan, dalam UU 12/2011, Pasal 5 huruf b dan huruf c, menjadi kelembagaan
atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
24
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Tabel 2.4. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat
Materiil Berdasarkan Pasal 6 yat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan
PASAL 6 UU 12/2011 PENJELASAN PASAL 6 UU 12/2011
Ayat (1)
Materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus
mencerminkan asas:
a. pengayoman bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan pelindungan untuk menciptakan
ketentraman masyarakat.
b. kemanusiaan bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan
daerah.
1) Apakah penerapan Penerapan sistem baru Perlu pendalaman
sistem baru yang yang akan diatur dalam tentang memberikan
akan diatur dalam perda akan memberikan beban kuangan daerah
Perda memberikan beban kuangan daerah khususnya dalam
beban keuangan khususnya dalam melaksanakan
daerah. melaksanakan kewenangan berkenaan
kewenangan berkenaan dengan perangkat desa
dengan perangkat desa.
Misalnya seperti perlu
adanya rekomendasi
Camat dalam
pengangkatan perangkat
desa (Kaur dan Kelian
Banjar Dinas). Untuk
menghindari masalah
hukum terhadap
rekomendasi yang akan
dikeluarkan maka Camat
akan melakukan rapat
untuk mengkaji
berkenaan rekomendasi
tersebut.
2) Dalam hal Secara prosentase, Tanpa menyebut
memberikan beban, beban yang ditimbulkan prosentase, namun
seberapa banyak untuk penerapan sistem secara kualitatif
beban yang baru tersebut sangat disebutkan bebannya
ditimbulkan pada kecil dari APBD kecil.
keuangan daerah (% Kabupaten Badung dan
dari PAD, 5 dari melekat dalam Rencana
pengeluaran daerah, Kegiatan anggaran (RKA)
5 dari ... dalam di masing-masing SKPD
APBD)? yang membidangi
pemerintahan desa.
3) Apakah beban atau Beban yang ditimbulkan Secara kualitatif
biaya itu lebih kecil lebih kecil dari manfaat disebutkan bahwa biaya
atau lebih besar dari yang diperoleh, karena lebih kecil dari manfaat,
manfaatnya? pentingnya penerapan mengingat pentingnya
sistem baru yang akan penerapan sistem baru
diatur dalam Perda yang yang akan diatur dalam
akan dibentuk Perda yang akan
menyesuaikan dengan dibentuk.
Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 dan
peraturan
pelaksanaannya sebagai
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
33
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
24
I.C. van der Vlies, 2005, Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang-
undangan, terjemahan Linus Doludjawa dari judul asli: Handboek Wetgeving, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI), hlm. 271-274, 284. A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi
Doktor, (Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia), hlm. 338, 345. Yuliandri,
2007, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik dalam Rangka
Pembuatan Undang-Undang Berkelanjuan, Disertasi Doktor, (Surabaya: Program
Pascasarjana Universitas Airlangga), hlm. 142-145.
25
Asas perlunya pengaturan juga dikenal dalam praktek pembuatan kebijakan publik
pada negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi
(Organization for Economic Cooperation and Development /OECD), yang terlingkup dalam
Analisis Dampak Peraturan (Regulatory Impact Analysis atau RIA). RIA adalah sebuah
metode yang bertujuan menilai secara sistematis pengaruh negatif dan positif peraturan
yang sedang diusulkan ataupun yang sedang berjalan. Salah satu prinsipnya adalah
regulasi efektif minimum, bahwa untuk menjamin iklim peraturan yang kondusif, maka
peraturan hanyalah merupakan kebutuhan minimum untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Artinya, memang ada masalah yang nyata dan perlu dipecahkan, serta tidak
ada alternatif non-peraturan yang tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah
satu langkah yang dianjurkan program RIA adalah pemilihan alternatif tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk alternatifnya adalah (1) self
regulation; (2) quasi regulaton; dan (3) explicit regulation. Ida Nurseppy, Paryadi, dan
David Ray, 2002, Buku Pedoman Kaji Ulang Peraturan Indonesia, (Disampaikan pada
Seminar 28 Nopember, Nusa Dua Provinsi Bali, Kerjasama Balitbang Indag Depperindag,
Disperindag Provinsi Bali, PEG, USAID), hlm. 4-5, 10-11.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
35
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
26
Pasal 93 ayat (1) UU 22/1999 menentukan Desa dapat dibentuk, dihapus,
dan/atau digabung dengan memperhatikan asal-usulnya atas prakarsa masyarakat
dengan persetujuan Pemerintah Kabupaten dan DPRD.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
39
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Tabel 3.1. Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B UUD 1945
Pasal 18 Pasal 18A Pasal 18B
(1) Negara Kesatuan Republik (1) Hubungan wewenang (1) Negara
Indonesia dibagi atas antara pemerintah mengakui dan
daerah-daerah provinsi dan pusat dan menghormati
daerah provinsi itu dibagi pemerintahan daerah satuan-satuan
atas kabupaten dan kota, provinsi, kabupaten, pemerintahan
yang tiap-tiap provinsi, dan kota, atau antara daerah yang
kabupaten, dan kota itu provinsi dan bersifat khusus
mempunyai pemerintahan kabupaten dan kota, atau bersifat
daerah, yang diatur dengan diatur dengan istimewa yang
undang-undang. undang-undang diatur dengan
(2) Pemerintahan daerah dengan undang-undang.
provinsi, daerah kabupaten, memperhatikan (2) Negara mengakui
dan kota mengatur dan kekhususan dan dan menghormati
mengurus sendiri urusan keragaman daerah. kesatuan-kesatuan
pemerintahan menurut asas
(2) Hubungan keuangan, masyarakat hukum
otonomi dan tugas
pelayanan umum, adat beserta hak-
pembantuan.
pemanfaatan sumber hak tradisionalnya
(3) Pemerintahan daerah
daya alam dan sumber sepanjang masih
provinsi, daerah kabupaten,
daya lainnya antara hidup dan sesuai
dan kota memiliki Dewan
pemerintah pusat dan dengan
Perwakilan Rakyat Daerah
pemerintahan daerah perkembangan
yang anggota-anggotanya
diatur dan masyarakat dan
dipilih melalui pemilihan
dilaksanakan secara prinsip Negara
umum.
adil dan selaras Kesatuan Republik
(4) Gubernur, Bupati, dan
berdasarkan undang- Indonesia, yang
Walikota masing-masing
undang. diatur dalam
sebagai kepala pemerintah
undang-undang.
daerah provinsi, kabupaten,
dan kota dipilih secara
demokratis.
(5) Pemerintahan daerah
menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
(6) Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara
penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.
Sumber: Diolah dari UUD 1945
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
41
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
27
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2008, Naskah Komprehensif
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Buku IV
Kekuasaan Pemerintahan Negara, Jilid 2, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi).
28
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2008, Ibid.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
42
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
daerah dan kita tahu bahwa pada kenyataannya itu ada satuan-
satuan sampai dengan desa dan ada juga satu kenyataan bahwa
tadinya ada tetapi dalam proses penyeragaman yang terjadi
beberapa tahun selama beberapa tahun belakangan ini, itu menjadi
ada perubahan-perubahan juga. Tetapi tetap ada tingkatnya itu
misalnya pada tingkat desa apa dusun, begitu apa marga, begitu.
Jadi nanti itu diatur dan mungkin tidak sama untuk setiap daerah.
Makanya ada keragaman dengan memperhatikan kekhususan daerah
(garis bawah dari pemakalah).
29
Marhaendra Wija Atmaja, 2014, Desa Adat dalam Undang-Undang tentang
Desa: Memposisikan Desa Adat Sesuai Politik Pengakuan Kesatuan-Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat Yang Diamanatkan UUD 1945, (Makalah dalam Diskusi Publik dengan tema
Undang-Undang Desa, Solusikah?, diselengarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Udayana, di Aula Fakultas Hukum Universitas Udayana
Denpasar, Sabtu 10 Mei), hlm. 12-13.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
46
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
30
Pasal 8 ayat (1) UU 6/2014: Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (4) huruf a merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang
ada.
31
Pasal 8 UU 6/2014 perihal Pembentukan Desa.
32
Pasal 9 UU 6/2014: Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau
kepentingan program nasional yang strategis.
33
Pasal 10 UU 6/2014: Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung
menjadi Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan
memperhatikan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
34
Pasal 11 UU 6/2014 perihal Desa dapat berubah status menjadi kelurahan.
35
Pasal 12 UU 6/2014 perihal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
mengubah status kelurahan menjadi Desa.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
47
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
36
Pasal 48 UU 6/2014: Perangkat Desa terdiri atas:
a. sekretariat Desa;
b. pelaksana kewilayahan; dan
c. pelaksana teknis.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
48
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Kabupaten/Kota.
Pasal 50 Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa sebagaimana
ayat (2) dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49,37 dan Pasal 50 ayat (1)38
diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 65 Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa
ayat (2) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 84 Pengaturan lebih lanjut mengenai perencanaan, pelaksanaan
ayat (3) pembangunan Kawasan Perdesaan, pemanfaatan, dan
pendayagunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 98 Desa Adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah
ayat (1) Kabupaten/Kota.39
Pasal 101 Penataan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)40
ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
37
Pasal 49 UU 65/2014 perihal tugas dan pengangkatan Perangkat Desa.
38
Pasal 50 ayat (1) UU 6/2014 perihal persyaratan Perangkat Desa.
39
Penjelasan Pasal 98 ayat (1) UU 6/2014: Yang dimaksud dengan penetapan
Desa Adat adalah penetapan untuk pertama kalinya.
40
Pasal 101 ayat (1) UU 6/2014: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa Adat.
c. unsur kewilayahan.
(4) Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.
(5) Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan
dengan peraturan desa.
Pasal 13
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sekurang-kurangnya memuat:
a. tata cara penyusunan struktur organisasi;
b. perangkat;
c. tugas dan fungsi;
d. hubungan kerja.
meliputi; (a) tata usaha, (b) perbekalan, (c) kepegawaian, (d) keuangan,
dan (e) hubungan masyarakat, Abdurokhman selanjutnya
mengemukakan:
1. Untuk melaksanakan fungsi tata usaha, perbekalan, kepegawaian
dan hubungan masyarakat dibutuhkan seorang Kepala Urusan
Tata Usaha. Beban tugas urusan Tata Usaha cukup berat sehingga
pada desa yang besar perlu ada staf urusan tata usaha.
2. Sedangkan fungsi keuangan karena begitu luasnya tugas yang
harus dikerjakan mulai dari penyusunan rencana (RAPBDes),
pembukuan, dan laporan pertanggungjawaban, sesuai
kewenangan poin 5, maka dibutuhkan seorang Kepala Urusan
Keuangan dan dibantu seorang staf.
3. Untuk mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan dan
pembangunan desa secara maksimal dibutuhkan perencanaan
yang matang, yang meliputi tugas pengumpulan data,
pengolahan, penyusunan program, evaluasi dan pelaporan.
Pekerjaan ini cukup luas karena menyangkut berbagai aspek yang
ada di desa, maka dibutuhkan seorang Kepala Urusan
Perencanaan.
4. Dengan demikian pada sekretariat dibutuhkan minimal 3 (tiga)
Kepala Urusan yaitu Urusan Tata Usaha, Urusan Keuangan, dan
Urusan Perencanaan.41
41
Abdurokhman, Mewujudkan Perangkat Desa Yang Berkualitas: Sebuah Kajian
Menyongsong Implementasi Undang-undang Desa,
http://static.banyumaskab.go.id/website/file/221120140946461417229206.pdf <diunduh
19/6/2015>
Perencanaan, dalam kutipan di atas, tidak disebutkan sebagai cakupan manajemen
operatif, namun digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya kepala urusan
perencanaan. Perencanaan, di dalam literatur ilmu administrasi disebutkan sebagai salah
satu proses administrasi/manajemen. William H. Newman mengemukakan lima proses
administrasi/manajemen, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3)
Pengumpulan sumber, (4) Pengendalian kerja, dan (5) Pengawasan. Dalton E. Mc.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
57
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Farland menyebutkan: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, dan (3) Pengawasan. F.W.
Taylor menyebutkan: (1) Perencanaan, (2) Pembinaan kerja, dan (3) Mengatur
pekerjaan. Terkutip dalam Soewarno Handayaningrat, 1985, Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Managemen, (Jakarta: PT Gunung Agung), hlm. 21-22.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
58
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
yakni hal-hal yang digali dari asas pemerintahan daerah (otonomi dan
tugas pembantuan) sebagai materi muatan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.42
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU 12/2011), Pasal 14
menentukan materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka:
a. penyelenggaraan otonomi daerah; dan
b. penyelenggaraan tugas pembantuan; serta
c. menampung kondisi khusus daerah; dan/atau
d. penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Menampung kondisi khusus daerah merupakan bawaan dari asas
otonomi daerah, jadi termasuk materi muatan yang digali dari asas
otonomi daerah. Penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi merupakan materi muatan obyektif-normatif.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut
UU 23/2014), Pasal 236 ayat (1) menentukan untuk menyelenggarakan
Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda. Ayat
(3) menentukan Perda memuat materi muatan:
a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan
42
Gede Marhaendra Wija Atmaja, 1995, Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan
Daerah Tingkat II (Kasus Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan Kota Daerah Tingkat
II Denpasar), Tesis Magister, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran),
hlm. 168.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
67
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
kepentingan adat.
nasional.
b. Penerbitan kode
Desa
berdasarkan
nomor registrasi
dari Gubernur
sebagai Wakil
Pemerintah
Pusat.
2 Kerja Sama Fasilitasi kerja Fasilitasi kerja sama Fasilitasi kerja
Desa sama antarDesa antarDesa dari sama antarDesa
dari Daerah Daerahkabupaten/ dalam 1 (satu)
provinsi yang kota yang berbeda Daerah
berbeda. dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
Daerah provinsi.
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan keuangan desa;
j. melaksanakan urusan yang
menjadi kewenangan desa;
k. mendamaikan perselisihan
masyarakat di desa;
l. membina, mengayomi dan
melestarikan nilai-nilai sosial
budaya dan adat istiadat;
m. memberdayakan masyarakat
dan kelembagaan di desa;
n. mengembangkan potensi
sumber daya alam dan
melestarikan lingkungan
hidup;
o. membina kerukunan antar
umat beragama di desa.
(2) Selain kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perbekel
mempunyai kewajiban untuk
memberi laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada Bupati,
memberikan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD
serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan
desa kepada masyarakat;
(3) Laporan peyelenggaraan
pemerintahan desa sebagaiaman
dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Bupati melalui
Camat 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
(4) Laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun dalam
musyawarah BPD.
(5) Menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan
desa kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat berupa selebaran yang
ditempelkan pada papan
pengumuman atau diinformasikan
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
77
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
Bagian Keempat
Perangkat Desa
Pasal 13
(1) Perangkat Desa bertugas
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
78
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
BAB III TATA CARA 1. Pasal 3 Perda Badung 3/2007, tidak disebut
PENYUSUNAN STRUKTUR dalam UU 6/2014 dan PP 43/2014. Pasal 26
ORGANISASI ayat (3) huruf a UU 6/2014 menentukan
Pasal 3 dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa
(1) Susunan Organisasi dan Tata berhak mengusulkan struktur organisasi dan
Kerja Pemerintah Desa tata kerja Pemerintah Desa. Tafsirnya adalah
ditetapkan dengan usul dituangkan dalam bentuk Rancangan
Peraturan desa. Peraturan Desa dan disampaikan Kepala Desa
(2) Bagan Susunan Organisasi kepada BPD untuk dibahas dan disepakati
Pemerintahan Desa bersama sebagai Peraturan Desa (Pasal 26
sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b UU 6/2014 dan Pasal 6
pada ayat (1) tercantum Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
dalam Lampiran Peraturan Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
daerah ini dan merupakan Pedoman Teknis Peraturan Di Desa).
bagian yang tidak 2. Pasal 4 Perda Badung 3/2007, tidak disebut
terpisahkan dari Peraturan dalam UU 6/2014 dan PP 43/2014. Sekalipun
Daerah ini. demikian, hal itu dapat diakomodasi dalam
kerangka UU 6/2014 dan PP 43/2014,
Pasal 4 tepatnya merujuk pada Pasal 27 huruf a UU
Susunan Organisasi Pemerintahan 6/2014, Pasal 48 huruf a dan Pasal 49 ayat (1)
Desa sebagaimana dimaksud PP 43/2014, yang menentukan dalam
dalam pasal 3 dilaporkan oleh melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan
Pasal 10
(1) Kepala Urusan berkedudukan
sebagai unsur pembantu
Sekretaris Desa dalam bidang
tugasnya.
(2) Kepala Urusan mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan
kesekretariatan desa dalam
bidang tugasnya.
(3) Kepala Urusan dalam
melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan kegiatan-
kegiatan urusan
pemerintahan, umum,
keuangan, pembangunan
dan kesejahteraan rakyat
sesuai bidang tugasnya
masing-masing;
b. Memberikan pelayanan
administrasi kepada
Sekretaris desa.
Pasal 11
(1) Pelaksana Teknis Lapangan
berkedudukan sebagai staf
teknis Perbekel dalam bidang
tugasnya.
(2) Pelaksana Teknis Lapangan
mempunyai tugas membantu
perbekel dalam melaksanakan
tugasnya yang bersifat teknis.
(3) Pelaksana Teknis Lapangan
dalam melaksnakan tugas
sebagaiman dimaksud pada
ayat (2) mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang bersifat
teknis;
b. Memberikan pelayanan dan
pertimbangan teknis
kepada Perbekel.
Pasal 12
(1) Kelian Banjar Dinas
berkedudukan sebagai staf
operasional Perbekel di
wilayah kerjanya.
(2) Kelian Banjar Dinas
mempunyai tugas untuk
melaksanakan kegiatan
Perbekel dalam kepemimpinan
Perbekel di wilayah kerjanya.
(3) Kelian Banjar Dinas dalam
melaksanakan tugas
sebagaiamana dimaksud pada
ayat (2) mempunyai tugas :
a. Melakukan kegiatan
Pemerintahan,
Pembangunan dan
ketertiban masyarakat di
wilayah kerjanya;
b. Melaksanakan Peraturan
Desa di wilayah kerjanya;
c. Melaksanakan kebijakan
Perbekel di wilayah
kerjanya.
Pasal 17
Peraturan Daerah ini mulai Contoh 2:
berlaku pada tanggal Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 4 Tahun
diundangkan. 2010 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini
sepanjang pengaturan pelaksanaannya, diatur
dengan Peraturan Bupati.
Sumber: Diolah dari Perda Badung 3/2007, UU 6/2014, UU 12/2011, dan PP 43/2014.
43
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti),
hlm. 19.
44
Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi Press), hlm.
169-174, 240-244.
45
Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta:
Penerbit Ind-Hill.Co), hlm. 14-17.
46
M. Solly Lubis, 1989, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, (Bandung:
Penerbit CV Mandar Maju), hlm. 6-9.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
94
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
47
Gede Marhaendra WiJa Atmaja, Politik Pluralisme Hukum ...., hlm. 28-29.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
96
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
sosiologis, dan yuridis; dan (2) harus juga ada dalam naskah akademis
rancangan peraturan perundang-undangan.
Tabel 4.3. Pertimbangan Pembentukan Peraturan Perundangundangan
Menurut UU 12/2011
KATEGORI DALAM DALAM KONSIDERAN
NASKAH AKADEMIS (MENIMBANG)
Landasan Landasan filosofis merupakan Unsur filosofis
Filosofis pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
mempertimbangkan pandangan pandangan hidup,
hidup, kesadaran, dan cita kesadaran, dan cita hukum
hukum yang meliputi suasana yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa kebatinan serta falsafah
Indonesia yang bersumber dari bangsa Indonesia yang
Pancasila dan Pembukaan bersumber dari Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Pembukaan Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 1945. Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
48
Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011).
49
Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
98
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan
berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa
telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu
dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri,
dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera;
50
Hasil FGD tanggal 3 September 2015 di BPMD Kabupaten Badung.
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung
114
tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
dengan nama lain masih tetap berlaku, sampai ditetapkan yang baru
sesuai dengan Peraturan Daerah ini.
Kedelapan, Bab Ketentuan Penutup. Bab ini memuat ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Peraturan Desa tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
2. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah
Kabupaten Badung Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2007 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 1)
dicabut dan dinyatakan tidak berlalaku.
3. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertama, permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan pemberian
pedoman struktur dan organisasi dan tata kerja pemerintah desa adalah
(1) Peraturan Daerah yang lama substansinya bertentangan dengan UU
6/2014 dan PP 43/2014. Permasalahan tersebut diatasi dengan
pembuatan Peraturan Daerah yang baru dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah, yang salah satu urusan pemerintahan daerah adalah
mengatur dan mengurus desa.
Kedua, dan (2) UU 6/2014 dan PP 43/2014 tidak mengamanatkan
pembuatan Peraturan Daerah tentang pedoman struktur organisasi dan
tata kerja pemerintah desa. Namun, UU 6/2014 menentukan
pemberdayaan masyarakat dan Desa merupakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah (termasuk kabupaten/kota) dan
Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan kewenangan Daerah. Perihal struktur organisasi dan
tata kerja pemerintah desa merupakan urusan pemerintahan yang
lokasinya dalam daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu perlu ditetapkan
Peraturan Daerah sebagai bentuk hukum kebijakan daerah tersebut.
Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar pemerintahan
desa memiliki landasan dan kepastian dalam penyusunan struktur
organisasi dan tata kerja pemerintah desa dan bagi pemerintah daerah
dalam memfasilitasi dan membimbing pemerintahan desa.
C. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TANYA
[]
SURAT TUGAS
[]