Sunteți pe pagina 1din 16

Rabu, 15 Agustus 2012

ASKEP KMB (HEMOROID)


Diposkan oleh Ferawati Arung di 22.49

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Hemorrhoid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Literatur
lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan / atau internal dari kanal
anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena-vena anorektal.
Haemoroid (Ambeyen) adalah pelebaran vena di dalam fleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik1). Hanya apabila haemoroid ini menyebabkan keluhan atau
penyulit, diperlukan tindakan.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas
sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal.
B. Anatomi dan Fisiologi
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira kira satu setengah
meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada
otot iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu
dibawah hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal
sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon
sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang kira kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir
pada anus yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada
usus halus yaitu :
1) Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium
menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum
adalah mencegah pergesekan antara organ organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan
cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2) Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia
koli, taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3) Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4) Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai
darahnya. Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon
asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai
separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal
dari aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior, dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang
mengalirkan darah ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter
eksterna yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus,
kebagian tengah kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral
mensuplai bagian distal
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan
sfingter rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek efek berlawanan.
Fisiologi kolon dan rektum
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang
diabsorbsi oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila
jumlah ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.2)
Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa
air dan sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung
banyak mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja
sebagai pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
C. Penyebab
1) Kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena haemoroidalis
2) Keturunan
3) Kelainan anatomi
4) Peningkatan tekanan intra abdomen, pekerjaan, sex
Lebih banyak pada laki laki dari pada wanita.
D. Insiden
Kedua jenis haemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35 % penduduk
yang berusia lebih dari 25 tahun.3) walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
meyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
E. Patofisiologi
Pada daerah rektum terdapat vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari
sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan
inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis misalnya tumor
rektum atau pasien yang selalu konstipasi, sehingga selalu mengedan bila BAK atau pasien
hipertrofi prostat, sehingga tekanan di dalam vena porta juga meningkat yang mengakibatkan
aliran darah balik pada vena-vena ini yang lambat laun bisa terjadi varises vena pada daerah
rektum.
Apabila sudah terjadi varises vena-vena hemoroidalis, konstipasi dapat memperburuk
keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis yang membengkak,
sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan perdarahan secara
perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan prolapsus.
F. MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
Rasa gatal dan nyeri.
Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.
Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat
menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.
G. Pembagian
Haemoroid terbagi atas:
1) Haemoroid interna
Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan di tutupi oleh mukosa.
Haemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rectum
sebelah bawah.
2) Haemoroid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus haemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan didalam jaringan di bawah epitel anus
H. Faktor Pencetus
- Konstipasi atau diare.
- Sering mengejan.
- Kongesti pelvis pada kehamilan.
- Pembesaran prostat.
- Fibroma uteri dan tumor rectum.
I. Gambaran Klinis
A. Haemoroid interna.
1.) Derajat satu.
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi
biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran
cabang-cabang vena hemoridalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular
kemerahan.
2.) Derajat dua.
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi haemoroid ini dapat mengecil
secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
3.) Derajat tiga.
Mengalami prolapsus secara permanen (keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat
masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varises
keluar dan harus didorong kembali tanpa perdarahan.
4.) Derajat IV
Akan timbul keadaan akut, dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat
didorong masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus
yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
B. Haemoroid eksterna.
1.) Akut.
Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan haematoma.
Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri. Kadang-kadang perlu membuang thrombus dengan anastesi local atau dapat diobati
dengan kompres duduk panas dan analgetik.
2.) Kronik atau skintag.
Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari penyambung dan sedikit
pembuluh darah.
J. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan colok dubur.
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada haemoroid interna
tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2) Anoskop.
Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3) Proktosigmoidoskopi.
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
K. Diagnosis
1) Darah di anus.
2) Prolaps.
3) Perasaan tak nyaman di anus (pruritus anus).
4) Pengeluaran lendir
5) Anemia sekunder.
6) Tampak kelainan khas pada inspeksi.
7) Gambaran khas pada anoskopi/rektoskopi.
L. Diagnosis Banding
1) Perdarahan.
2) Trombosis.
3) Strangulasi.
Haemoroid yang mengalami strangulasi adalah haemoroid yang mengalami prolapsus
dimana darah dihalangi oleh spingter ani.
M. Pengobatan
1) Pembedahan pada derajat lanjut.
2) Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan suppositoria.
3) Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau
pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.

N. PENCEGAHAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Riwayat kesehatan:

- Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?


- Adakah nyeri abdomen?
- Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering, apa warnanya?
- Adakah mucus atau pus?
- Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif?

Riwayat diet:

- Bagaimana pola makan klien?


- Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
Riwayat pekerjaan:
- Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama?

Aktivitas dan latihan:

- Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?

Pengkajian obyektif:

- Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal akan adanya hemoroid,
fisura, iritasi, atau pus.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah rectal
meliputi :

1. Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk b.a.b untuk menghindari
nyeri karena haemorhoid atau setelah pembedahan haemorhoid
2. Nyeri berhubungan dengan haemorhoid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan
jaringan
3. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal) atau ruptur hemorrhoid (eksternal).

C. Perencanaan

1. Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk b.a.b untuk menghindari
nyeri karena haemorhoid atau setelah pembedahan haemorhoid

Tujuan :
Eliminasi b.a.b pasien normal dengan nyeri minimal
Intervensi dan rasional

1. Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam.

Rasional :
Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang mungkin akibat pasien
menahan keinginan untuk b.a.b karena nyeri rectal

1. Anjurkan duduk rendam sekali atau dua kali sehari.

Rasional :
Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuh-an dengan meningkatkan
sirkulasi ke daerah perianal dan mempertahankan hygiene yang baik.

1. Berikan cincin busa atau donat pada pasien untuk duduk.

Berikan pelunak tinja selama beberapa hari. jika tidak berhasil, selanjutnya berikan minyak
enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake cairan (6 gelas air perhari).
Rasional :
Mencegah pengerasan tinja yang akan meningkatkan rasa tidak nya-man dengan b.a.b
2. Nyeri berhubungan dengan haemorhoid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan
Tujuan :
Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal
Intervensi dan rasional :
1.) Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan,
ajarkan pasien menggunakan obat nyeri secara teratur sesuai kebutuhan.
Rasional :
Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.
2.) Ajarkan pasien untuk menghindari peregangan pada saat b.a.b
Rasional :
Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan
akan menyebabkan nyeri dan mungkin memper-lambat penyembuhan.
3.) Ajarkan pasien menggunakan salep, suppositoria, atau bentuk lain.
Rasional :
Membantu untuk menyusutkan atau menganastesi membran mukosa yang membengkak
4.) Ajarkan pasien mengenai prognosis :
a.) Penyembuhan yang sempurna mungkin memakan waktu beberapa minggu.
b.) Nyeri akan hilang setelah waktunya.
Rasional :
Pengetahuan tentang hasil yang diha-rapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan
referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yang sempurna
3. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal) atau ruptur hemorrhoid (eksternal).
Tujuan :
Pasien tidak mengalami perdarahan melalui rectal
Intervensi dan rasional :
1.) Ajarkan pasien dalam program b.a.b
a.) Ajarkan pasien untuk meningkatkan diet intake cairan (1 2 quarts) dan serat (buah-buahan
dan sayur).
b.) Ajarkan pasien menggunakan pelunak tinja sesuai kebutuhan
c.) Ajarkan pasien menghindari peregangan.
d.) Ajarkan pasien untuk menghindari mengangkat.
Rasional :
Tinja yang keras atau peregangan pada saat b.a.b akan mengiritasi hemorrhoid dan mukosa
rectum dan mungkin mengakibatkan perdarahan.
2.) Ajarkan pasien untuk mengobservasi perdarahan rectal
Rasional :
Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada pasien
tua.
3.) Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan rectal secara teratur.
Rasional :
Haemorhoid internal, tidak bergejala mungkin timbul atau muncul kembali.
4.) Observasi pembalut seringkali setelah pembedahan (setiap 24 jam). Informasikan pasien
tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan mengelupas.
Rasional :
Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi.
Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak.
D. Evaluasi
Kriteria hasil atas pencapaian tujuan sebagai berikut :

1. Pasien akan mempunyai jumlah perdarahan sedikit pada postoperasi.


2. Pasien akan mengungkapkan nyeri terkontrol baik dengan obat.
3. Pasien akan mempunyai eliminasi yang adekuat dengan tinja yang lunak.
4. Pasien akan mendiskusikan perasaan tentang masalah dan penanganan.
5. Pasien akan menggambarkan dengan tepat perawatan diri setelah keluar.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
edisi IV.
Perawatan pre dan post operasi
Pre operasi
Pasien mungkin diberikan laxatif dan diberi dorongann untuk memakan diet penuh dan normal
hingga beberapa jam sebelum anattesi lokal dilakukan. Obat pelembek feses sering diberikan
untuk memudahkan pengeluaran feses melalui rektum pasa masa post operatif dan laxatif besar
mungkin diberikan untuk meningkatkan jumlah kotoran yang keluar. Enema mungkin di minta,
dilakukan 1-2 jam sebelum pembedahan.
Post operasi
Pembedahan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Rasa nyeri yang merupakan akibat
spasme rektal dapat menghambat buang air kecil dan defikasi. Rasa nyeri dapat diminimalkan
dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan pelembek feses. Selama 12 jam pertama setelah
pembedahan perdarahan merupakan hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul didalam
lubang anal dan tidak dikeluarkan, untuk itu tanda-tanda lain dari perdarahan harus di monitor
(TTV, tidak dapt beristirahat dan haus). Pada periode ini sitbath di hindari karena penghangatan
akan menambahkan perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan pembuluh darah.
Peningkatan rasa nyaman :
- Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, tidur miring sering menjadi pilihan.
- Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong waktu duduk.
- Berikan obat-obat analgesik selama 24 jan pertama.
- Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam pertama : kompres rektal atau sit bath dilakukan 3-4
kaali/hari.
Peningkatan eliminasi
- Berikan pelembek feses sesui resep
- Berikan analgetik jika mungkin, menjelang air besar pertama.
- Jika diminta untuk enema, gunkan kateter yang diberi pelumas dengan baik atau tube rektal
yang kecil
Pendidikan pada pasien :
- Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi.
- Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolah raga
ringan.
- Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga penyembuhan
sempurna.
- Lpaorkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu defikasi, drainasse yang
supuratif.
J.Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri (spasme sfingter pasca operasi)
2. Konstipasi b.d faktor fungsional (penolakan kebiasaan/menggugurkan keinginan untuk defekasi)
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
4. Resiko infeksi
5. Defisit self care b.d kelelahan
6. Defisit pengetahuan b.d misinterpretasi informasi
7. PK : Hemoragi

Laporan Kasus

Laporan kasus pada Tn. M dengan diagnosa medik Hernia Inguinalis Lateral (HIL)

Tanggal pengkajian :
Tanggal Operasi :
Tempat Praktek :

1. Pre operatif care


Pada pukul 10.15 wib klien Tn. M dibawa dari ruangan perawatan dengan menggunakan
brankar, identitas klien sebagai berikut :
a. Identitas
Nama pasien : Tn. M
Jenis kelamin : Laki laki
Usia : 40 tahun
Status perkwinan : Kawin
Agama : Islam
Suku :
Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Diagnosa medik : HIL

2. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada selangkangan kanan yang terasa nyeri

3. Riwayat penyakit
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada selangkangan kanan sebesar telur ayam. Benjolan
tersebut muncul semenjak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul. Benjolan terasa nyeri. Pasien
mempunyai riwayat penyakit malaria.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : CM
GCS :E4
V6
M5
Nilai normal GCS : 15
Vital Sign : Tekanan darah : 120/80
Nadi : 80
Suhu : 36 C
Pernafasan : 22X/i
Insfeksi : - frekuensi pernafasan 22X/i
- Abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, tidak ada kemerahan
- Kulit bersih, sawo matang, tugor kulit normal
Palpasi : tidak ada nyeritekan pada bagian abdomen

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hematologi :
HB : 14,4 gr%
Leukosit : 5500 mm3
Eritrosit :4,8 jt/mm3
Trombosit : 189.000 mm3
PCV : 45 V%

Pemeriksaan urin :
Eritrosit : 0-2 /LP
Leukosit : 2-3 /LP
Epitel : 5-7 / LP

Gula darah acak : 95mg/dl


SGPT : 23 u/I
Rontgen : tidak ada kelainan

6. Persiapan klien
a. Klien dipakaikan baju OK
b. Bulu pubis dan disekitar nya telah dicukur
c. Puasa (mulai dari jam 1 malam)
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
e. Hasil foto torak
f. Inform consent
g. Klien terpasang infus R/L 20 t/i

7. Persiapan instrumen dan kamar operasi


- Skapel
- Pinset anatomis
- Pinset serugis
- Guntingan jaringan
- Gunting benang
- Nal pudel
- Klem
- Koher
- Hak
- Stiil dep
- Pemegang disenfektan
- Double hak
- Duk klem
- Gaun operasi
- Duck besar : 2 buah
- Puck sedang : 4 buah
- Jas operasi : 4 buah
- Hand scon : 4 buah

Alat penunjang
- Diatmi congulation : 1 buah
- Oksimeter : 1 buah
- Suction pump surgery : 1 buah
- Monitor : 1 buah
- Lampu operasi : 1 buah
- Meja instrument : 1 buah
- Benang
- Cromic : 1 buah
- Plain : 1,2/0
- Silk : 1,2/0 , 3/0
- Polypropylene : 3/0

8. Pelaksana operasi
Operator : dr. Robet. SP.B
Asisten : Perawat Dame dan Shaleh
Perawat sirkulasi : Perawat dadang
Ahli anastesi : Perawat aida
Jenis anastesi : Anastesi spinal
Obat anastesi : Bupivacaine Spinal 5mg
9. Persiapan diruang penerimaan / pre operasi
15 BBWI : klien berada di ruang transit untuk menunggu dilakukannya tindakan operasi oleh tim operasi.
Klien memakai baju operasi
31 BBWI : klien dibaringkan di brangkar oleh prawat
33 BBWI : perawat melakukan pengkajian pre operatif kepada klien
35 BBWI : tim operasi melakukan persiapan alat-alat untuk operasi, melakukan persiapan kamar operasi,
melakukan persiapan personel untuk melakukan tindakan operasi.

10. Intra operasi


Pukul 10:40 BBWI : klien dinaikkan ke meja operasi
0:45 BBWI : perawat anastesi menyiapkan obat, posisi klien untuk dilakukan tindakan anastesi, melakukan
injeksi lumbal (Bupivacaine Spinal 5mg), melakukan injeksi IV Bolus (Onasentron 8mg)
0:50 BBWI : Operator dan asisten perasi mencuci tangan dengan menguunakan antiseptic hybrid scrub
dengan teknik sterelisasi lalu dibilas dengan alcohol 96% (scrubbimg), operator dan asisten
operasi memakai jas operasi (gowning), selanjutnya memakai sarung tangan steril (gloving)
1:00 BBWI : Asisten operasi mendesinfeksi daerah insisi dengan bethadine (iodium providen) 10%. Dimana
tubuh klien ditutup dengan kain steril yang dimulai dari kaki, bagian kepala samping kanan dan
kiri, untuk membentuk batas tegas operasi atau daerah insisi
1:10 BBWI : insisi 1-2 cm di atas ligamentuminguinal sehingga tembus searah dengn seratnya, sayatan
diperluas dari lateral hingga cincin internalsampai tuberculum pubicum. Pisahkan dan ligasi vena
dari jaringan subkutan. Selanjutnya insisi di bersihkan dan ditutup oleh kasa steril yang sudah
diberi bethadin 10% lalu diplester operator dan asisten melepas jas operasi, mencuci tangan,
perawat instrumen mencuci alat-alat dan membersihkan kamar operasi.
1:30 BBWI : klien selesai operasi selanjutnya dipindahkan ke RR (Recovery room)

11. Post operasi care


Klien dipindahkan keruangan RR pukul 11.30 BBWI dengan kesadaran CM, klien terpasang
infuse R/L dengan 20 tetes. Hasil TTV yaitu :
a. TTV (Post operasi) 11.35
Tekanan darah : 120/90
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36C
Pernafasan : 20x/menit
b. TTV (Post operasi) 12.00
Tekanan darah : 110/80
Suhu : 35 C
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 20x/menit
c. Instruksi dokter
Bedrest : total
Diit : bubur saring
d. Terapi medis
Tramadol : 2x1
Deksa : 2x1
Ranitidine : 2x1
Efinefrin : 2x1
12. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Tindakan Deficit
- Klien mengatakan lemas perawatan diri
untuk bergerak
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien terpasang infuse R/L
Adanya insisi
bedah

Aktifitas
terbatas

Kurang
perawatan diri
2. DS : Tindakan opersi Hipotermi
- Klien mengatakn menggigil
- Klien mengatakan kedinginan
DO :
- Klien tampak tremor
- Klien memakai selimut dari
kaki hingga kepala Suhu ruangan
- Suhu 35 C

Perubahan suhu
tubuh
3. DS : Resiko tinggi
- Klien mengatakan asupan Asupan infeksi
nutrisi berkurang nutrisi
- Klien mengatakan tubuhnya berkurang
lemah
DO :
- Terdapat luka insisi Daya tahan
- Terdapat jahitan diperut tubuh menurun
Infaksi mikro
organisme

Resti infeksi

Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC


Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
Smeltzer,Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta; EGC
Istiqomah, Indriana. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan HIL. Jakarta; EGC

S-ar putea să vă placă și