Sunteți pe pagina 1din 126

MELAMPAUI TENAGA DALAM UNTUK HIDUP

BERKESADARAN
Sumber: Free Ebook from Agung Webe, Melampaui
tenaga dalam, http://sakraindonesia.com

Karena sudah 5 tahun buku ini terbit dalam bentuk


cetak, maka saya berkeinginan untuk sharing kepada
lebih banyak orang lagi yang belum bisa menikmati
buku tersebut ( karena sudah tidak dicetak lagi ),
untuk itu saya terbitkan dalam bentuk elektronik yaitu
Ebook. Edisi Ebook ini adalah versi pertama dari tulisan
saya yang belum di revisi di penerbit. Buku ini saya
tulis bukan bertujuan untuk PROFIT, seperti tujuan
penulisan awal buku tersebut dalam bentuk cetak yang
juga tidak bertujuan untuk PROFIT. Tujuan saya adalah
sharing kepada lebih banyak orang dan berusaha
memberikanmanfaat yang cerdas dan
memberdayakan. Salam cerdas Indonesia!

DAFTAR ISI

1. Ah! Tenaga Dalam


2. Yogya, 1986
3. Pendekar
4. Pecahnya perguruan
5. Jakarta, 1993
6. Jenuh, Rileks, Pasrah
7. Rahasia Demo
8. Tidak puas
9. Dengan teori fisika
10.Jurus dan gerakan Yoga
11.Apa lagi?
12.Konsentrasi, proyeksi pikiran dan ego
13.Kesehatan
14.Tubuh
15.Cakra dan jurus tenaga dalam
16.Kundalini dan bangkitnya tenaga dalam
17.Melampaui konsentrasi
18.Katarsis
19.Pendekar sejati
20.Hidup sadar dengan melampaui tenaga dalam
21.Biografi

1. AH ! TENAGA DALAM !

Saya akan mulai dengan kata " tenaga dalam". Ah!


Terus terang tenaga dalam merupakan kata yang
menarik bagi warga Nusantara ini. Tidak asing lagi,
bahkan sebagian orang pernah merasakan, menurut
mereka, apa dan bagaimana tenaga dalam itu. Juga
kalau kita melihat hal-hal yang sedikit fantastis dan di
luar nalar, mudah distempel sebagai tenaga dalam.
Membingungkan. Namun demikian adanya, tenaga
dalam bagi masyarakat kita mungkin sudah menjadi
bagian dari tradisi budaya Nusantara. Ya, tradisi
budaya yang dipunyai Nusantara. Tidak jelas betul
kapan tenaga dalam mulai ada di negeri ini, namun
saya yakin, tenaga dalam merupakan warisan yang
telah lama mengakar dalam budaya Nusantara.
Walaupun ya, gerakan yang ada dan pola
pernafasannya mirip dengan Yoga. Namun, tenaga
dalam adalah asli berciri Nusantara. Kalau yoga yang di
temukan oleh para Yogi di India mempunyai berbagai
gerakan pembersihan melalui nafas yang terkenal
dengan istilah Kriya, maka budaya Nusantara
mempunyai gerakan pembersihan melalui gerakan dan
nafas yang kita kenal dengan nama tenaga dalam.

Saat ini kita tidak akan membicarakan tenaga dalam


yang umum dikenal, yaitu konsentrasi dan pemunculan
kekuatan super, yang berasal dari energi pikiran kita.
Kita akan melihat tenaga dalam dari sisi yang lain. Sisi
yang menyejukkan, yang melembutkan, yang dapat
membuat jiwa kita berevolusi, yang dapat
mengantarkan kita kepada "rasa sejati" diri kita. Yang
dapat membuat kita mendengarkan suara nurani yang
berbisik sangat lembut itu, dan menjadikan kita
manusia penuh cinta. Melihat tenaga dalam dari sisi
yang lain, sebenarnya bukan juga. Inilah tujuan utama
dari latihan tenaga dalam di Nusantara pada awalnya.
Yaitu untuk "pembersihan". Pembersihan dari sampah-
sampah pikiran bawah sadar manusia. Sampah pikiran
itu merupakan debu penghalang dari cermin hati,
sehingga kita tidak dapat berkaca darinya.. Dan latihan
Tenaga Dalam yang dimaknai untuk pembersihan atau
katarsis dapat mengembangkan rasa dalam diri, dapat
menumbuhkan Kasih.

Hanya saja, sekarang tenaga dalam sudah mengalami


distorsi makna yang jauh sekali. Latihan konsentrasi
dan penguatan kekuatan pikiran justru akan
menebalkan debu dan sampah dari cermin hati
tersebut. Jarang ada yang memahami makna awal ini,
malah banyak yang menyimpangkan dari makna
pembersihan ini. Hasilnya? Bisa kita lihat.
Membanggakan kekuatan yang dimiliki.
Mengembangkan konsentrasi sehingga merasa bisa
melihat ke depan, mendengar jauh, ataupun melempar
orang dari jauh. Semua itu akan membawa ego kita
semakin besar. Dan akan membuat jiwa kita semakin
keras. Jiwa yang keras, tidak akan menerima
kelembutan, tidak akan memancarkan Kasih. Dan
pertarungan serta perkelahian tidak terhindarkan.
Apalagi kalau kita melihat demo tenaga dalam yang
ada, seperti mementalkan orang, membuat bola lampu
pijar yang dijatuhkan tidak pecah, mengangkat orang
dengan jari, mematahkan pompa air dari besi, dan
lainnya.

Hal yang pada mulanya hanya digunakan sebagai


pertunjukan atau hiburan, atau bisa juga dikatakan
sebagai gula-gula, pemanis. Sekarang hal tersebut
dijadikan tujuan seseorang untuk mempelajari tenaga
dalam. Bahkan kesehatan juga ditawarkan dalam
tenaga dalam, yang mana kesehatanpun sebenarnya
adalah efek samping dari tenaga dalam, bukan
hasilnya. Hal-hal seperti demo yang seakan-akan
menggunakan kekuatan adikodrati, kelihatan fantastis
dan tidak masuk akal, sebenarnya sangat masuk akal
sekali. Sangat rasional dan mudah sekali dilakukan.
Hanya saja hal itu dibungkus sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kesan seolah-olah dilakukan dengan
kekuatan yang tak tampak. Dan ironisnya, orang akan
lebih tertarik dengan demo-demo tersebut, dengan
efek kesehatan yang muncul dari latihannya, bukan
dengan apa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
dengan apa yang dinamakan "bangkitnya" tenaga
dalam. Lebih celakanya lagi, sekarang ada yang ikut-
ikutan menggunakan istilah Cakra dan Kundalini
(terutama karena semakin populernya penggunaan
istilahistilah ini di tanah air). Bukan karena mereka
benar-benar paham dengan apa yang dinamakan
Kundalini dan Cakra, namun karena istilah tersebut
dapat mendongkrak popularitas suatu perguruan.

Mencampur-adukkan istilah Kundalini dan Cakra dalam


tenaga dalam sungguh sangat membingungkan.
Mungkin ada orang yang masih bingung, sehingga
mereka mencari teman untuk bingung! Tenaga dalam
sebenarnya sudah didesain, sudah dirancang untuk
komunitas Nusantara, sesuai dengan adat budaya dan
kebutuhan pada jaman atau waktu itu. Tidak dapat
dipungkiri atau disangkal kalau gerakan-gerakan dan
pola pernafasannya yang ada berasal dari Yoga. Hanya
saja, oleh seorang yang ahli Yoga, (saya yakin
bahwasannya pencetus latihan tenaga dalam dengan
jurus ini mengenal Yoga secara dalam) kemudian
menyesuaikan menurut kebutuhan setempat. Lalu
terjadilah asimilasi, dan kemudian terkenal dengan
nama tenaga dalam. Asimilasi itu sangat dibutuhkan.
Di mana suatu ajaran yang diperlukan di suatu tempat
akan disesuaikan dengan budaya yang ada. Seperti
Islam di tanah Jawa yang kemudian diasimilasikan
dengan wayang oleh Sunan Kali Jaga. Lalu meditasi
setelah bersinggungan dengan Jepang muncullah Zen,
kalau bersinggungan dengan Cina muncullah Tao.
Kemudian oleh seorang Guru Spiritual, Osho, meditasi
yang diusung ke Amerika untuk konsumsi barat
disesuaikan dengan kebutuhan barat dan muncullah
Active Meditation. Juga seorang Yogi yang pada
jamannya mengajarkan meditasi di Barat, Maharisi
Mahesh Yogi, kemudian memunculkan Transcendental
Meditation.

Marilah kita coba memaknai kembali tenaga dalam dan


membuka sudutsudut kelembutan tenaga dalam.
Sedikit demi sedikit melampaui anak tangga
konsentrasi dalam tenaga dalam sehingga dapat
mencapai jurus tertinggi yang terkenal dengan Jurus
Diam, ketika Konsentrasi dan gerakan terlampaui.
Pelampauan tenaga dalam, saat sampah-sampah
bawah sadar terbuang, akan membuat tubuh kita
nyaman, pikiran tenang. Otomatis kesehatan akan kita
dapatkan dengan lancarnya peredaran darah kita.
Kalau pikiran tenang, rasa kita berkembang dan tubuh
akan semakin peka terhadap alam, sehingga akan
merasakan sensasi-sensasi alam yang sangat alami.
Getaran listrik tubuh akan terasa kalau kita peka. Saya
mengajak untuk menjadi "Pendekar" di atas Pendekar.
Menjadi Pendekar sejati. Kalau latihan-latihan tenaga
dalam dijadikan sebagai wahana katarsis atau
pembersihan, kemudian kita mendapatkan Jurus Diam,
saat itu dapat dikatakan kalau "tenaga dalam" kita
sudah 'bangkit'. Dan 'jalur' tenaga dalam kita sudah
'terbuka' Pendekar di atas Pendekar, seorang Pendekar
sejati, bukan yang bisa makan beling, bukan bisa
mematahkan besi, bukan bisa mementalkan orang atau
mematahkan dragon.

Seorang Pendekar sejati adalah seorang manusia yang


lembut, penuh kasih dan memancarkan kenyamanan
bagi sekitarnya. Bukan seorang yang bisa meramal
atau mencari barang hilang, atau tahu sebelum
terjadinya suatu peristiwa. Walaupun dia tahu itu
semua, dia memilih untuk diam dari pada
membicarakannya kepada orang lain. Karena dia sudah
menjadi seorang Pendekar sejati. Pendekar sejati yang
menguasai jurus tertinggi, jurus diam, akan sangat
manusiawi, akan selaras dengan alam. Akan minum di
saat haus, dan akan makan di saat lapar. Kita akan
mulai masuk tenaga dalam sebagai pemahaman
TRANSCENDENTAL, pemahaman yang mengantar
untuk melampaui latihan tenaga dalam.

Sebelumnya, saya akan kembali ditahun 1986, saat


pertama saya mengenal tenaga dalam, tenaga dalam
yang sudah terdistorsi sebagai latihan-latihan kekuatan
pikiran. Dari sana, semoga kita bisa melihat tenaga
dalam dengan prespektif yang lain. Untuk perjalanan
spiritual kita, untuk melaju menuju stasiun jiwa atau
maqam kita yang lebih tinggi. Menuju kepada
penyatuan, menuju kepada diam. Dan menjadi
pendekar di atas pendekar. Setelah itu memang tidak
ada yang harus kita lakukan, karena kita mencapai
dalam kepasrahan atas kehendak Yang Maha Tunggal,
yang berbisik lewat hati dengan suara yang sangat
lembut.

YOGYA, 1 9 8 6

Saya baru duduk di bangku SMP waktu itu. Gejolak


ingin tahu semakin besar terhadap apa yang selama ini
menjadi teka-teki buat saya. Kakek saya, sekarang
Almarhum, waktu saya masih SD sering bercerita
tentang apa yang dinamakannya kekuatan pikiran,
magnetisme katanya. Beliau katakan bahwa
konsentrasi dapat membuat pikiran semakin kuat.
Tenaga yang dihasilkan bisa dahsyat. Konon, kata
tetangga-tetangga saya, kakek termasuk salah satu
orang yang disegani, karena dianggap mempunyai
kekuatan lebih. Namun kalau kami sedang berbincang,
(waktu itu selalu dilakukan pada waktu sore hari, di
warung klontong milik kakek), saya selalu minta
kepada kakek untuk menunjukkan kekuatan itu seperti
apa. Kakek hanya selalu bilang, kalau itu semua tidak
ada gunanya. Yang penting katanya, sopo gawe
nganggo, sopo nandur ngunduh, "siapa berbuat bakal
menuai akibatnya". Saya selalu tidak puas dengan
jawaban semacam itu.
Sekali waktu, kakek memberikan suatu pola nafas yang
katanya bisa menguatkan energi pikiran kita. Namun
kakek tidak memberikan bagaimana menggunakannya.
Karena saya penasaran, ya saya melakukan juga. Pola
itu adalah waktu menarik nafas pelan sambil
mengatakan dalam hati, aku menghirup kekuatan
alam. Lalu tahan nafas sebentar sambil mengatakan
kekuatan alam sudah ada dalam diriku. Kemudian
buang nafas pelan sambil bilang kekuatan alam bisa
saya gunakan semauku. Hal itu saya lakukan sejak
kelas 4 SD, tanpa tahu untuk apa. Sekali waktu, saat
menutup mata dan melakukan pola nafas itu, saya
melihat cahaya warna-warni menyilaukan yang saya
tidak tahu. Kakek hanya bilang, tidak apa-apa,
lanjutkan. Kembali saya tidak puas dengan jawaban
semacam itu. Atau paling tidak saya belum memahami
maksud kakek waktu itu.

Masuk SMP, ayah saya sudah memberikan kebebasan


untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah yang saya
senangi. Saya langsung bilang kalau ingin masuk di
salah satu perguruan tenaga dalam. Ayah sempat tidak
setuju karena menganggap umur saya masih belum
cukup untuk mempelajari Tenaga Dalam. Tetapi kakek
meyakinkan ayah kalau saya tidak apa-apa bila
mengikuti kegiatan seperti itu. Akhirnya bersama
teman-teman, masuklah saya di satu perguruan
Tenaga Dalam di Yogyakarta. Hari pertama latihan,
deg-degan juga, apa yang akan saya pelajari nanti.
Apakah akan sama seperti apa yang saya bayangkan?
Hari pertama itu, sebelumnya saya dan teman-teman
diberikan demo dari para senior yang bisa
mementalkan orang. Wah, langsung terbayang di
benak saya bahwa nanti saya juga pasti bisa
melakukan hal semacam itu. Kemudian saya disuruh
untuk melakukan gerakan putaran yang berputar
melawan jarum jam. Disuruh berputar sebanyak-
banyaknya. Tidak diberikan penjelasan untuk apa
manfaatnya, saya langsung melakukannya, walupun
hasilnya pusing dan muntah-muntah. Latihan kedua
masih disuruh memutar. Katanya untuk melatih
keseimbangan. Kali ini sudah tidak pusing dan muntah.
Malah ada rasa yang enak waktu melakukannya. Sulit
diungkapkan. Saat itu saya tidak tahu. Dan anehnya,
saya malah kangen untuk melakukan jurus berputar
itu.

Semenjak latihan, saya jadi jarang ngobrol dengan


kakek. Kakek juga kelihatannya tidak menunjukkan
untuk mengajak ngobrol seperti dulu. Dulu kakek bisa
cerita panjang lebar tentang magnetisme. Setelah saya
latihan, beliau hanya selalu mengulang-ulang kalimat,
kalau pikiran anteng, kita akan menjadi orang sakti.
Anteng itu sama dengan tenang, diam. Waktu itu saya
mengacuhkan kata kakek. Karena saya anggap hanya
sebagai pepatah biasa. Saya juga ingat kalau setelah
itu kakek selalu bercerita tentang Krishnamurti,
seorang tokoh spiritual yang kakek kagumi. Karena
waktu itu saya tidak tertarik, maka saya banyak tidak
menanggapi kakek kalau lagi cerita tentang
Krishnamurti. Sebenarnya banyak yang kakek
ceritakan tentang Krishnamurti dan ajarannya.
Menyesal juga sekarang, mengapa dulu tidak belajar
banyak tentang yang satu ini. Kakek sekarang sudah
almarhum, dan sekarang tentunya sudah tidak bisa
mendengarkan beliau bercerita tentang Krishnamurti
lagi.

Selama saya latihan tenaga dalam, beberapa kata


kakek selalu terpatri di hati saya, yaitu mengenai
Karma. Siapa berbuat pasti menuai akibatnya. Juga
kakek pernah mengatakan tentang ilmu "kasunyatan".
Tadinya saya menganggap ilmu ini adalah ilmu
adikodrati, tidak tahunya hanya pemahaman tentang
hidup. Jadi waktu itu saya anggap hanya sebagai angin
lalu saja. Namun yang selalu saya ingat adalah
pemahaman bahwa hari ini yang penting. Kakek
mengatakan bahwa masa depan ada pada hari ini. Dan
masa lalu sudah lewat. Kita sedang menikmati buah
masa lalu pada hari ini. Saya tidak paham waktu itu.
Yang menarik bagi saya saat itu adalah mementalkan
orang. Saya nantinya baru paham tentang kasunyatan
ini setelah saya bertemu dengan seorang Guru,
seorang Mursyid di kemudian tahun, yang membuka
wawasan dan cara pandang saya tentang kehidupan,
yang membimbing untuk berjalan ke dalam diri, juga
melihat sisi lain tentang tenaga dalam ini. Kembali
kepada latihan tenaga dalam, Jurus dasar yang saya
dapatkan adalah sepuluh gerakan. Dengan pola nafas
dasar ditahan di perut. Nanti akan kita selami distorsi
yang terjadi dalam pola pernafasannya, sekarang kita
selami sesuai dengan kejadian yang ada.
Tahun itu istilah Cakra dan Kundalini belum populer
walaupun sudah ada yang menggunakannya. Istilah itu
baru populer setelah dekade 90-an. Tahun itu,
istilahnya adalah 'pembukaan jalur tenaga dalam'.
Setelah hapal melakukan gerakan sepuluh jurus
dengan pola nafasnya, barulah seseorang 'dibuka' jalur
tenaga dalamnya. Kalau sekarang, yang lagi populer
adalah Attunement Reiki. Attunenment dan 'buka jalur
tenaga dalam', sebenarnya fenomena yang sama.
Hanya saja karena istilahnya berbeda, maka orang
akan penasaran dengan istilah asing tersebut. Bahkan
pembukaan 'jalur Cakra' - pun mempunyai makna yang
kurang lebih sama dengan itu. Setelah 'pembukaan
jalur' itu, barulah bisa menggunakan apa yang
dinamakan tenaga dalam . Saat itu juga, saya bisa
mementalkan orang. Dikeroyok rame-rame terpental
semua. Saya bangga. Saya merasa hebat. Percaya diri
saya bertambah. Juga semakin merasakan sensasi
dalam badan ini. Ada getaran, ada rasa panas, ada
rasa kesemutan. Semuanya membuat saya exited.
Ada satu pengalaman yang aneh dan tak terlupakan.
Saya naik sepeda berangkat ke sekolah, pagi hari.
Waktu di perempatan jalan, saya berhenti agak maju
dari garis polisi. Tiba-tiba pengendara motor yang
melaju dari kanan menabrak saya. Sepeda saya oleng
tapi tidak sempat jatuh, sementara motor itu jatuh.
Pengendara motor rupanya tidak mau selesai sampai di
situ saja. Kelihatannya dia marah. Orangnya lebih
besar dari saya. Pakai seragam SMA, sementara saya
SMP. Dia mendatangi saya dan memegang krah baju
saya. Genggaman tangannya mulai diluncurkan untuk
meninju kepala saya. Dan, kejadian yang tidak pernah
saya duga terjadi. Sebelum tangan itu menyentuh
saya, orang itu sudah terpental terkapar di aspal jalan.
Saya bingung. Apa yang terjadi? Inikah tenaga dalam?
Saya tidak yakin dengan ini semua. Mungkinkah latihan
saya yang singkat bisa menghasilkan hal seperti ini?
Kemudian banyak orang-orang mengerubungi saya,
saya dikira cidera. Salah satunya kemudian
membetulkan sepeda saya dan menyuruh saya cepat-
cepat pergi dari tempat itu. Dengan cepat saya melaju
ke sekolahan. Di sekolahan saya cerita sama teman-
teman. Akhirnya banyak yang tertarik untuk ikut
latihan tenaga dalam. Di perguruan, hal itu juga
menjadi bahasan yang menarik. Seorang senior saya di
perguruan mengatakan mustahil kalau hanya latihan
yang relatif sebentar ini bisa menimbulkan tenaga yang
besar pada peristiwa tersebut. Dia mengatakan pasti
saya pernah latihan sesuatu sebelumnya. Saya tidak
tahu. Dan saya juga tidak yakin, apakah ini karena
pola nafas yang pernah saya latih yang diberikan oleh
Kakek?

Beberapa bulan kemudian, latihan pola nafasnya sudah


berubah, yaitu dikeluarkan lewat hidung dengan
hentakan keras. Seperti orang membuang ingus. Itu
dikenal dengan nama jurus Kasaran. Di sana kemudian
dilatih untuk mematahkan besi pompa dragon dan
memecahkan ujung minuman botol. Asyik juga. Saya
menikmatinya waktu itu. Namun yang saya rasakan,
rasa ingin mencoba apa yang dinamakan ilmu itu
semakin terasa. Setiap ada konflik dengan seseorang
yang maju adalah rasa ingin menantang. Saat itu saya
sempat membuat tidur seorang guru sekolah yang
kami benci. Dia bisa tidur ngorok di dalam kelas. Geli
juga waktu itu. Kemudian meningkat lagi dengan
halusan, yaitu pola nafas yang dihirup halus pelan dan
dikeluarkan halus pelan. Kadang kami sampai
terengah-engah melakukannya. Keringat mengucur
deras dan badan menjadi panas. Kemudian ada
gerakan gabungan atau kawinan, yaitu gabungan pola
nafas keras dan halus. Juga ada gabungan gerak atau
jurus yang digabungkan menjadi beberapa gerakan.
Jadi satu rangkaian gerak. Kalau dilihat sangat indah.
Itulah seninya. Maka ada yang menamakannya juga
Seni

Tenaga Dalam. Pada waktu nama tenaga dalam mulai


tercemar jelek, yaitu dekade 90-an, kemudian banyak
perguruan yang mengganti namanya menjadi Seni
Pernafasan, Seni Nafas, dan sebagainya. Hal itu
sebenarnya tidak perlu dilakukan. Yang perlu adalah
membenahi makna tenaga dalam sehingga tidak
disalah-tafsirkan dan dipersepsikan buruk oleh
masyarakat. Mengembalikan makna tenaga dalam
pada awalnya. Kalau-pun diganti dengan nama seni
pernafasan, namun makna yang diajarkan masih tetap
untuk konsentrasi menguatkan kekuatan pikiran,
hasilnya sama saja. Memperbesar ego manusia.
Setelah hampir satu setengah tahun latihan, mulailah
ujian untuk gerakan khusus yang latihannya beralih
malam hari. Tadinya sore hari jam 16.oo. Saya
mengikutinya, dan lulus. Boleh mengikuti latihan
malam hari. Latihannya sekarang jam 19.00 Latihan
malam hari pada awalnnya hanya memandang lilin
selama 30 menit, tidak boleh berkedip. Mata perih dan
mengeluarkan air mata. Pola nafasnya menghirup
pelan sekali dan mengeluarkan pelan sekali.
Perintahnya hanya konsentrasi pada lilin. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut. Mungkin para pelatih waktu itu
juga tidak tahu makna dari memandang lilin sehingga
tidak bisa menjelaskannya. Bahkan mungkin guru
utamanya juga tidak tahu? Kemudian kami mulai
belajar berbagai macam demo-demo tenaga dalam
yang biasa dilakukan untuk pertunjukan. Seperti
berjalan di atas api, mengangkat orang dengan koran,
tarik tambang dengan benang jahit, dan lain-lain.

Sampai saya lulus SMP dan masuk SMA, berbagai


demo telah saya kuasai. Gerak dan gabungan jurus
serta gabungan beberapa pola pernafasan terus dilatih.
Rasa tidak puas terhadap apa yang saya dapatkan
semakin lebih. Ada yang kurang. Tapi saya tidak tahu
apa. Saya kemudian mencari teman dari lain perguruan
untuk mencoba seberapa besar tenaga saya. Kadang
saya menang dan bangga. Kadang saya kalah dan lebih
giat lagi untuk latihan. Suatu kejar-mengejar yang
tidak putus-putus. Saya tak sadar bahwa sudah masuk
dalam mata rantai pemuasan ego. Tahun kelima saya
latihan, kemudian ada ujian untuk "kependekaran".
Yaitu akan memperoleh jurus-jurus khusus dan
pamungkas, serta berhak untuk mengajar. Saya
mengikutinya dan lulus. Latihan kependekaran
sebenarnya banyak diamnya, semacam meditasi pada
waktu itu. Namun masih berkonsentrasi. Walaupun
duduk diam, memejamkan mata, konsentrasi pada
satu titik tetap dijalankan. Visualisasi terhadap cahaya
yang masuk lewat ubun-ubun kemudian masuk
melewati dada dan seluruh tubuh.

Ada satu jurus yang dinamakan "gerak naluri" waktu


itu. Yaitu saya disuruh untuk bergerak mengikuti kata
hati. Apapun gerakan yang muncul ya diikuti. Ada yang
bergerak tidak karuan. Ada yang menari lembut. Ada
yang tertawa, menangis, pokoknya macam-macam.
Waktu itu, hal itu dinamakan gerak naluri karena
dengan gerakan itu kita bisa melakukan gerakan jurus
orang lain yang tidak kita kenal, atau gerakan yang
kita anggap waktu itu dapat dari alam lain. Setelah
melakukan latihan itu, rasanya plong sekali. Bisa
teriak, bisa jungkir balik, bisa loncat-loncat, bisa
nendang sesuka hati. Kita bisa bergerak sesuka kita.
Tetapi yang menjadi titik inti latihan itu adalah
bagaimana kita mengambil gerakan yang belum kita
ketahui, dan kita bisa bergerak walaupun kita belum
pernah belajar gerakan tersebut. Lalu acara inti dalam
jenjang itu adalah 'pembangkitan inti' tenaga dalam.
Kami semua duduk melingkar, tengah malam. Lalu
dibalut kain putih melingkar. Si Guru besar kemudian
memegang kepala masing-masing. Setelah itu,
diajarkannyalah jurus diam. Yaitu berdiri diam dengan
tangan menyilang di dada. Badan benar-benar diam,
namun pikiran tetap memvisualisasikan tentang
adanya cahaya putih yang menyelimuti kita. Kami
semua dikatakan 'telah bangkit' inti tenaga dalamnya.
Dan berhak untuk memberikan latihan tenaga dalam
bagi yang mau mempelajari. Saya sendiri sebenarnya
tidak tahu, mungkin juga teman-teman saya waktu itu.
Yang dikatakan bangkit intinya itu seperti apa. Yang
kami rasakan saat itu memang suatu sensasi getaran
yang merambat sepanjang tulang punggung. Namun
kok tidak ada sesuatu kejadian yang lebih dalam tubuh
ini. Saya kira kalau kemudian bisa mengeluarkan asap
atau terbang paling tidak.

PENDEKAR

Setelah menjadi Pendekar, apa hebatnya? Toh, tetap


juga butuh tidur dan makan nasi. Tetap juga naik
sepeda kalau mau ke sekolah. Tetap juga harus ujian
untuk lulus. Pendekar hanyalah suatu jenjang. Jenjang
yang dalam perguruan tenaga dalam seseorang berhak
belajar untuk mendalaminya lebih dalam lagi. Tentunya
sesuai kapasitas gurunya. Celakanya kalau gurunya
hanya tahu dari sisi jurus dan gerak, tanpa tahu makna
dan simbolnya, filosofinya, dan apa tujuannya, sudah
barang tentu muridnya juga hanya jadi burung Beo.
Murid hanya akan dipuaskan oleh sensasi yang
dirasakan di tubuhnya, oleh pengalaman-pengalaman
pikirannya, oleh demo-demo yang bisa dilakukannya.
Menyedihkan. Jenjang pendekar dari satu perguruan
dengan lain perguruan berbeda. Kalau seorang guru
memang mempersiapkan seorang murid yang
diharapkan siap untuk menerima inti ajarannya, sudah
barang tentu latihan-latihan sebelumnya adalah latihan
persiapan untuk jenjang yang berikutnya. Bukan
sekedar latihan jurus saja.

Menurut asal katanya, pendekar terdiri dari dua asal


kata. Pende atau pandai, dan Kar dari karya atau
berkarya. Jadi Pendekar adalah seorang yang pandai
berkarya. Berkarya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan. Namun, dalam jenjang tenaga dalam,
pendekar adalah identik dengan kesaktian dan
kelebihan yang tidak dipunyai oleh yuniornya. Saya
juga demikian. Menjadi pendekar adalah idola para
yunior waktu itu. Bayangan saya adalah mereka yang
bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh
orang lain. Pokoknya, pendekar adalah sakti
mandraguna, ora tedas tapak paluning pande sisaning
gurindo, tidak mempan senjata tajam dan senapan.
Walaupun sebenarnya, sebelum menjadi pendekar
sudah menyatakan di bawah sumpah: 1. Takwa kepada
Tuhan YME 2. Berbakti kepada masyarakat 3. Tidak
mencari permusuhan, tapi mencari kawan 4.
Mengembangkan sikap cinta kasih.
Sumpah yang indah, sumpah yang bisa menggalang
persatuan dan kesatuan. Namun kelihatannya sumpah
itu hanya menjadi sekedar slogan saja. Seperti para
wakil rakyat yang bersumpah sebelum menduduki
jabatannya. Sumpah hanya menjadi service bibir saja.
Setelah itu tetap saja korupsi, tetap saja menipu dan
mengelabui rakyat. Apa yang salah? Bayangkan saja.
Sampai saat ini, yang terdaftar di Ikatan Pencak Silat
Indonesia sudah lebih dari seratus perguruan. Belum
lagi yang tidak terdaftar, yang hanya berupa yayasan.
Kalau saja, mereka sudah menelorkan lebih dari seribu
pendekar. Dan pendekar-pendekar itu benar-benar
menghayati sumpahnya, kemudian menerjemahkan
dalam kehidupan sehari-hari lewat lapangan kerjanya,
betapa nyamannya lingkungan kita ini. Namun apa
yang terjadi. Tidak kita pungkiri, banyak para pendekar
yang menjadi satuan pengaman, menggunakan
kependekarannya untuk menekan orang lain, demi
uang. Saya punya seorang teman yang masih berlatih
tenaga dalam. Dia selalu bilang kepada saya, kalau dia
berlatih dari dulu, mungkin sekarang sudah jadi
pendekar, dan dia sudah bisa menguasai berbagai ilmu
yang dalam benaknya amat sakti.

Saya sedih dengan pandangan seperti itu. Masih


banyak orang yang beranggapan demikian. Menjadi
pendekar adalah sakti. Apalagi didukung oleh beberapa
sinetron kita yang memvisualisasikan kesaktian dan
kanuragan. Komplit sudah angan-angan dari
masyarakat kita. Juga ada seorang teman, yang
berambisi sekali belajar tenaga dalam. Katanya, karena
lingkungannya banyak preman jadi dia harus bisa
mengimbangi orang -orang sekitarnya dengan belajar
kanuragan. Teman saya tidak sadar dengan hal itu. Dia
melakukan suatu kejar-kejaran yang tidak putus-putus.
Yang satu kuat, yang lain kalah. Yang kalah akan
belajar lagi, kemudian bisa mengalahkan yang tadinya
kuat. Lalu yang kalah akan belajar lagi. Begitu
seterusnya yang akan menjadi lingkaran yang tidak
akan pernah putus. Mengapa hal itu harus terjadi. Di
mana sumpah untuk mengembangkan cinta kasih?
Namun demikianlah anggapan kebanyakan orang.
Tenaga Dalam adalah olah kanuragan untuk
memperoleh kesaktian. Untuk membuat mempunyai
kekuatan lebih. Apa benar demikian? Saya yakin,
seseorang yang sudah mencapai kependekaran,
tentunya dengan asumsi pendekar yang benar-benar
menghayatinya, tahu akan arti tenaga dalam.
Sayangnya, beberapa orang akan membungkus arti itu
untuk mencari anggota. Lalu tenaga dalam memang
dimunculkan sebagai olah kesaktian semata-mata
untuk profit, untuk uang. Untuk mengembangkan
jaringan yayasannya yang tentunya membawa
keuntungan bagi beberapa orang tersebut.

Dalam latihan kependekaran, sebenarnya banyak yang


harus dijabarkan untuk pengertian pemula, supaya
mereka juga tahu arti sesungguhnya dari predikat
pendekar. Kita tahu bahwa tenaga dalam bisa
mementalkan orang yang menyerang dirinya. Dengan
syarat bahwa si penyerang terpancing emosinya.
Dalam keadaan seperti itu, orang yang menyerang
tidak akan bisa menyentuh bahkan terpental beberapa
meter. Dalam tataran Pendekar, kalau seorang
pendekar diserang dan si penyerang terpental, atau
diserang dengan senjata tajam dan tidak luka, semua
hal itu akan dikatakan bahwa dia gagal melakoni
ilmunya. Lho anehkan? Diserang mental, di bacok tidak
apa-apa, kok malah di katagorikan gagal. Ya, hal itu
termasuk bahwa seorang pendekar belum bisa
melakukan ilmu secara benar. Ada suatu pengertian
yang kelihatannya bertolak belakang dengan seseorang
yang baru belajar tenaga dalam. Apabila masuk
pertama kali, ia akan menilai bahwa dirinya berhasil
apabila sudah bisa mementalkan orang.

Seorang pendekar harusnya tidak akan mementalkan


orang. Yang harus dihayati oleh seorang pendekar
adalah, ilmu dia harusnya sudah bisa mengubah niat
seseorang. Apabila orang akan menyerang, belum
sampai menyerang orang akan mengurungkan niatnya,
lebih bagus lagi kalau kemudian menjadi kawan.
Apabila ada permusuhan, kemudian dia datang,
permusuhan itu akan menjadi silaturrahmi yang
menyenangkan. Indah bukan? seharusnya hal inipun
sudah dimasyarakatkan sejak di tingkat dasar. Tapi
kenyataannya tidak. Masalahnya kembali kepada uang
dan besarnya perguruan. Kalau dari awal tidak ada
mementalkan orang, tidak ada adu tenaga, ya tidak
ada muridnya, tidak berkembang perguruannya, tidak
profit. Namun kalau latihan mementalkan orang selalu
dijadikan maskot penarik, kita bisa lihat hasilnya.
Orang akan mengklaim dirinya serba bisa, bisa
menyembuhkan, bisa ini bisa itu. Walaupun kadang dia
bersembunyi di balik nama Tuhan, mengatas namakan
Tuhan, tapi ego itu tetap tidak bisa disembunyikan.
Kenyataannya ya masih cari uang juga. Walaupun kata
bayar diganti dengan Mahar!

Untuk menghayati ilmu pendekar yang tepat tidaklah


mudah. Ya, tentunya hal itu tercipta kalau seseorang
mempunyai rasa Kasih yang besar. Bukan ego yang
besar. Dan para pendekar kita masih memupuk ego ini
dalam setiap latihannya. Memupuk ego dalam setiap
latihan dan tidak disadari oleh mereka. Dalam latihan,
selalu ada yang namanya adu tenaga. Lalu ada yang
kalah dan ada yang menang. Yang menang akan
bangga, dan cenderung akan mencoba ilmunya kepada
orang lain. Yang kalah akan meningkatkan latihan lagi
dan di kemudian hari akan mencoba menantang lagi.
Dalam suatu latihan, kami sedang mempraktekkan
ilmu yang namanya Pantek. Kalau ilmu ini dilakukan,
orang akan bertingkah seperti apa yang diharapkan.
Teman saya mencobanya. Tiba-tiba dia mengeram
seperti harimau. Teman saya berubah tingkahnya
seperti harimau. Dia mencakar, meloncat dan
menyerang. Tenaganya menjadi kuat. Empat orang
tidak bisa memeganginya. Lalu satu persatu kami
menyerangnya secara gantian. Bangga sekali waktu
itu. Dan sekarangpun masih ada beberapa perguruan
yang masih menawarkan ilmu semacam itu. Kadang
mereka membungkusnya dengan nama ilmu Khodam,
ilmu Harimau Putih, dan sebagainya. Aneh. Sudah
menjadi manusia, malah ingin menjadi binatang. Hal
itu tidak disadari oleh para pendekarnya. Banyak yang
kemudian bangga bisa menjadi harimau, monyet, ular.
Mereka tidak sadar sudah menurunkan derajadnya
sendiri. Sadar tidak sih kalau kita ini manusia yang
punya potensi untuk berkembang dan berevolusi
secara spiritual? Kok malah turun menjadi binatang.

Seorang Pendekar tidak akan mengklaim dirinya


pendekar, seperti iklan di majalah-majalah kita. Meng-
iklankan bisa ini dan bisa itu. Tidak! Pendekar adalah
manusia sejati. Yang tadinya orang biasa sekarang
menjadi manusia. Dia akan berkarya. Pandai berkarya.
Berkarya tanpa pamrih. (Nanti kita bahas dalam
Pendekar Sejati). Munculnya ego dalam diri pendekar,
setidaknya mereka yang mengaku pendekar adalah
karena latihan konsentrasi yang menguatkan pikiran
dia. Karena terlalu kuat energi pikirannya, dia akan
mencari pembenaran dari setiap tindakan yang dia
lakukan. Tidak akan terbuka terhadap orang lain yang
memang lebih dari dia. Ada satu latihan yang
sebenarnya kalau dimaknai secara tepat hasilnya
sangat bagus sekali. Yaitu satu jurus yang bernama
Mahdi. Dimana dalam setiap langkahnya, kita akan
mengucapkan afirmasi TIDAK ADA DAYA UPAYA DAN
KEKUATAN KECUALI DARI TUHAN. Indah sekali bukan?
Namun kenyataannya afirmasi itu tidak terlalu dihayati
sehingga yang tercipta adalah proyeksi dari jurus itu,
yaitu dapat untuk berhubungan dengan apa yang
dianggap roh-roh orang yang sudah meninggal.
Sebenarnya banyak sekali distorsi yang terjadi dalam
latihan-latihan ini, disaat hal pemanis dan gula-gula
sudah jadi hidangan utama. Distorsi itu akan kita
selami dalam bab berikutnya, dan kita berusaha
mengembalikan kepada makna yang terkandung,
makna awal dari latihan Tenaga Dalam.

Waktu itu sedang terjadi perkelahian antar sekolah.


Seorang teman yang sudah masuk dalam latihan
kependekaran terlibat di dalamnya. Namun apa yang
terjadi. Dia datang ke rumah saya dalam keadaan
babak belur. Mukanya biru kena tonjok. Dia bingung,
kok bisa ya kena serangan seperti ini? Sesungguhnya
hal itu bukan sekali terjadi. Pernah juga seorang teman
matanya biru kena tinju gara-gara salah paham.
Banyak lagi yang lainnya. Tapi hal itu tidak pernah
diekspose. Tidak pernah diceritakan keluar. Banyak
sekali orang yang sudah latihan tenaga dalam dan
masih kena pukul, ha ha ha... Hal itu terjadi karena
pemaknaan yang kurang. tenaga dalam hanya
dipahami sebagai latihan untuk mementalkan orang.
Ada juga yang tiap hari selalu memberi energi di
sekeliling kandang ayamnya, supaya tidak dicuri. Atau
kalau dicuri malingnya akan terpental. Hasilnya? Dia
sendiri bingung, kok masih ada saja pencuri yang bisa
mengambi ayamnya. Di mana salahnya, begitu
pikirnya. Dan kejadian serupa begitu banyak yang
dialami oleh teman yang lain. Sehingga tidak sedikit
pula yang kecewa dengan latihan yang dia geluti
selama ini. Kok tidak seperti yang dia bayangkan
sebelumnya? Kalau hal-hal seperti ini sudah dijelaskan
sebelumnya, tenaga dalam itu apa, maknanya apa,
tujuannya apa, hasil yang akan dicapai apa, seseorang
yang akan belajar tentunya akan tahu dengan tepat
apa yang sedang dia pelajari. Tidak menjanjikan
seseuatu yang hanya bisa dilakukan dalam demonstrasi
saja. Ya, kebanyakan hal-hal seperti mementalkan
orang, bikin energi dan sebagainya itu hanya berhasil
dalam demonstrasi. Atau kalau sedang adu tenaga
dengan sesama orang yang latihan.

Bayangkan kalau tidak ada iming-iming semacam itu.


Kalau kita berlatih dan kemudian diberitahu kalau tidak
akan sakti, akan biasa-biasa saja. Kalau sakit ya ke
dokter dulu. Tidak semua penyakit bisa diobati dengan
tenaga dalam. Kalau sakitnya pegel linu, kurang
semangat, dan sejenis darah tidak lancar, penyakit
yang timbul karena stress, itu akan tertolong dengan
tenaga dalam. Akan tertolong, bukan berarti selesai.
Hanya menimbulkan interval sehat. Hal itu karena
pemaknaan yang kurang. Apabila hal itu dilakukan
suatu perguruan, mungkin hanya beberapa gelintir saja
orang yang mau belajar. Bahkan mungkin tidak ada.
Tapi, kalaupun ada pemanis, ada gula-gula, ya
semestinya ditekankan kalau itu hanya pemanis. Kalau
tidak, hal semacam itu akan sangat memerosotkan
kesadaran seseorang. Sudah bukan saatnya lagi untuk
bermain dengan peman-ispemanis itu. Masyarakat kita
sudah cukup belajar dari hal-hal semacam itu lama
sekali. Sudah saatnya untuk meningkat. Untuk berjalan
lebih jauh ke depan. Untuk melampaui tenaga dalam.
Melampaui adalah memberikan makna lebih dalam.
(Nanti akan kita selami dalam bab Melampaui Tenaga
Dalam).

Ada iklan di majalah yang menyatakan bahwa si A


adalah pendekar dari daerah ini, ahli dalam hal
pengobatan dan ilmu ini dan itu. Kalau memang
pendekar, tidak perlu mencari pengakuan. Tidak usah
iklan supaya dikenal. Tujuannya apa kalau bukan uang.
Kalau mau cari uang kerja yang benar. Jangan
membodohi masyarakat dengan tipuan santet, dengan
penyembuhan segala macam penyakit, dengan bisa
berhubungan dengan jin dan segala macam. Sadar
tidak sadar, latihan-latihan yang memupuk ego ini
akan semakin menciptakan generasi pendekar yang
tidak sadar. Akhirnya banyak pendekar yang merasa
bisa, bukan bisa merasa.

Terlihat jelas beberapa perguruan, bahkan saya


katakan semua perguruan mengalami perpecahan.
Alasannya karena beda paham. Yah, keakuan yang
besar menyebabkan dirinya merasa lebih mampu untuk
mendirikan perguruan baru dengan segala
kelebihannya. Sampah dalam diri mereka belum
dikeluarkan, belum dihabiskan sehingga mereka
melakukan tindakan Katarsis dengan mendirikan
perguruan baru. Ya, bawah sadar atau mereka penuh
sampah tak berguna yang berisi obsesi-obsesi
terpendam. Perguruan baru itu sebenarnya lahan
pembersihan bagi dia, namun orang yang belajar
akhirnya menjadi kebagian sampah-sampah mereka.
Mereka secara tak sengaja menjadikan muridnya
sebagai tong sampah dirinya. Begitu seterusnya hingga
generasi yang terus memecahkan diri.

Pendekar harusnya berkarya tanpa pamrih. Tanpa


pamrih ketenaran, pamrih uang, pamrih besarnya
suatu perguruan. Karyanya adalah kemakmuran.
Bukan kebesaran perguruan yang menjadikannya
imporium baru. Aneh, kalau banyak pendekar sakti di
negeri ini, toh masih banyak kasus pelanggaran hak
asasi manusia terjadi tanpa ujung pangkal
penyelesaian. Mengapa tidak saja disantet para wakil
rakyat yang korup, mengapa tidak mengirim hujan
teluh kepada para pejabat? Mengapa pembobol bank
yang bersembunyi tidak ketemu-ketemu. Akhirnya
banyak yang berdalih dengan alasan macam-macam.
Bersembunyi di balik topeng kependekaran. Ego yang
besar dengan pikiran yang sangat kuat menyebabkan
perguruanperguruan menjadi pecah tanpa membawa
makna awal yang sangat indah, makna yang
menghaluskan hati, mengembangkan rasa. Yang ada
adalah takar-menakar kekuatan dan iklan kesaktian
serta tawaran kesehatan.

PECAHNYA PERGURUAN

Para murid tenaga dalam yang sudah mencapai


kependekaran akhirnya banyak yang memisahkan diri
dari induknya. Bukan karena ingin mengembangkan
visi dari induknya, tetapi karena sudah merasa mampu
dan merasa lebih dari yang lainnya. Terbukti akhirnya
dengan munculnya berbagai nama perguruan dewasa
ini. Sekali lagi, hal itu semata karena ego, keakuan
yang merasa telah lebih. Kita akan mencermati
perkembangan sekian banyak nama perguruan tenaga
dalam yang ada. Tetapi ada pula yang berdalih bahwa
hal itu wajar saja terjadi karena telah mendapatkan
ilmu baru yang memang harus dikembangkan. Boleh-
boleh saja, tolak ukurnya hanya satu. Apabila pendirian
perguruan itu karena ingin mendapat nama,
pengakuan, uang dan orientasi materi, bukan karena
untuk berbagi rasa, untuk membuka suatu kesadaran
baru, untuk meningkatkan kesadaran, jelas hal itu
karena keakuan yang tinggi. Ada juga yang
mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk
menyehatkan masyarakat. Lihat saja, apabila dengan
apa yang dikatakan sehat itu menambah kesadaran,
tidak malah memerosotkannya dengan tambahan ilusi
tentang 'sehat'. Ilusi tentang 'sehat', adalah apa yang
dianggap bisa menyelesaikan segala macam penyakit.
Bisa saja, seseorang melakukan tindakan untuk
mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dalam
dirinya. Namun apabila dilihat dengan latihan
konsentrasi semacam itu, tidak menyelesaikannya.

Latihan-latihan konsentrasi yang dilakukan akan


menguatkan lapisan energi dalam diri seseorang.
Apabila penyakitnya berada dalam tubuh yang lebih
dalam, yaitu lapisan mental ataupun spiritual, ia tidak
akan muncul dalam tataran fisik karena terhalang oleh
lapisan energi atau pikiran yang kuat. Dan hal itu
bukan berarti selesai. Hal itu hanya memberi interval
sehat, menunda saja. Kesehatan yang dihasilkan tidak
bersifat holistik, menyeluruh. Padahal, makna tenaga
dalam adalah memberikan kesehatan secara holistik,
terpadu, meyeluruh, sebagai makna yang
sebenarbenarnya. Tentang kesehatan akan kita selami
dalam bab berikutnya.
Tahun 1990, saya bertemu dengan Eyang Atmo Wasi
(Beliau kakek dari isteri saya. Tahun 1990 saya masih
pacaran, jadi beliau kakek dari pacar saya), seorang
kakek yang merupakan salah satu penasehat, yang
dituakan dalam dunia tenaga dalam di Yogyakarta.
Beliau termasuk di dalam orang pertama yang
mengusung tenaga dalam di Yogya setelah pertama
muncul dari daerah Jawa Barat. Setelah di Yogya ini,
tenaga dalam berkembang pesat dan mengalami
beberapa kali perpecahan sampai jumlahnya yang
sangat banyak dewasa ini. Dengan berganti nama,
mengganti beberapa jurus, ganti motto, ganti visi, dan
merambah di kota-kota sekeliling Jawa, akhirnya
sampai juga ke Ibu Kota, Jakarta.

Beliau mengatakan, pada mulanya hanya ada satu


nama, satu perguruan. Seorang yang dihormati karena
telah mengembangkan tenaga dalam dengan cirinya
yang mempunyai 10 gerak, (walaupun sekarang ada
yang dipadatkan menjadi 4 atau 5). Beliau adalah
Bapak Andadinata. Tahun 1930 beliau mulai
mengembangkan tenaga dalam dari daerah Cicalengka
yang kemudian jurus-jurusnya sampai sekarang
mewarnai hampir seluruh perguruan tenaga dalam di
Indonesia. Berarti sekali perjuangan beliau untuk
mengembangkan tenaga dalam yang beliau olah untuk
konsumsi masyarakat Nusantara. Beliau begitu
memahami masalah masyarakat dan apa yang
dibutuhkannya pada waktu itu. Pada waktu negara
masih belum aman dari penjajahan, pada waktu
masyarakat kita masih bergerilya melawan penjajah,
kemudian terus pada masa pasca kemerdekaan.
Kebutuhan dan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat waktu itu beliau
salurkan melalui gerakan yang tertuang dalam 10 jurus
tenaga dalam.

Salam hormat kepada beliau, Bapak Andadinata.


Seandainya beliau masih ada, pasti beliau akan
berjuang lagi untuk mengembalikan tenaga dalam
sesuai makna awalnya. Beliau pasti akan
menyesuaikan sesuai jamannya, sesuai kebutuhannya.
Namun tidak menghilangkan ciri Nusantaranya. Di
Yogya, pada waktu itu ada satu nama, yang diusung
langsung dari Cicalengka, ML. Berkembangnya ML lalu
mencetak sekian banyak orang yang telah dipercayai
untuk mengembangkannya. Lalu berkembang lagi
menjadi PS. PS ini kemudian mencoba merambah
keluar sampai Jakarta dan kota lainnya. Lalu PS
berkembang lagi menjadi SP. Di SP sempat terjadi
sedikit pengembangan paham yang akhirnya muncul
MP. Pada masa sebelum 1986, tenaga dalam juga
dimaksudkan untuk syiar Islam. Maka anggotanya
dikhususkan yang beragama Islam. Karena setiap
jurusnya akan disisipi dzikir. Kemudian ada yang
bertanya, kalau orang non Islam belajar dan tanpa
dzikirnya, hanya jurus atau gerak dan nafas, apa bisa
berhasil? Kemudian ada yang bereksperimen untuk itu,
dan berhasil. Muncullah nama SN. SN adalah tenaga
dalam universal pertama yang berkembang pesat.
Sejak itu, tenaga dalam sudah tidak berbau ekslusive
Islam lagi. Dari PS tadi mucul lagi SLB. Kemudian SLB
berkembang menjadi PD.

Sejak berkembang di Ibu kota, SN menjadi beranak


lagi dengan nama SNI. PS yang sejak semula masih
untuk syiar islam, berkembang di Sulawesi dan
Sumatera. Akhirnya muncul lagi dari SN berkembang
menjadi SPK, lalu jadi KS. Sejak berbagai nama yang
pecah itu masing-masing telah menelorkan orang-
orang yang dipercaya untuk mendapatkan rahasianya.
Namun terlihat bahwa orang-orang itu kemudian
mendirikan nama-nama baru yang sekarang sudah
tidak terhitung lagi. Ada yang hanya kecil, tidak
terdaftar. Ada juga yang mengatakan bahwa ia
mendirikan perguruan karena dapat bimbingan dari
mimpi. Tapi kalau dilihat, gerakkannya ya itu-itu saja.
Pola nafasnya ya itu juga. Ia hanya akan meyakinkan
saja, membentuk opini baru tentang apa yang
dikatakan ilmunya itu.

Menginjak tahun 2000 banyak yang menggabungkan


dengan sains modern, maka muncul juga istilah
Metafisika, Cybernetic, atau Elektrophysic untuk
perguruannya. Sekali lagi, kalau dicermati pola nafas
dari semua itu masih bersumber dari tenaga dalam
konvensional. Konsentrasinya masih dengan generator
listrik tubuh yang berada di sekitar pusar. Sebelum
tahun 1985, Tenaga Dalam dipopulerkan dengan
adanya mementalkan orang, dibacok tidak apa-apa.
Lalu setelah tahun 1986, terutama di atas tahun 1988,
tenaga dalam berkembang dengan motto kesehatan.
Perguruan yang ada sudah membicarakan tentang
kesehatan yang didapat dengan latihan tenaga dalam.
Nama perguruannya juga sudah banyak yang diganti.
Dari Perguruan Tenaga Dalam (PTD) ada yang menjadi
Perguruan Tenaga Inti, lalu menjadi Beladiri Tenaga
Dalam (BTD). Kemudian dengan mengusung kesehatan
itu lalu nama tenaga dalam berubah menjadi Seni
Pernafasan. Begitu marak nama seni pernafasan ini.
Ada yang bernama seni nafas, olah nafas. Perubahan
nama itu untuk menjadikan beda dengan yang dulu.
Hanya namanya yang beda, intinya sama, masih
konsentrasi juga. Gerakkannya sama, pola nafasnya
sama. Kemudian sejak masuknya aliran Prana ke
Indonesia, tenaga dalam banyak yang menghubungkan
dan membicarakan Prana untuk latihannya. Lalu untuk
lebih menarik lagi, ada yang menggantinya dengan
istilah Bio Energi.

Prana adalah Energi vital manusia, energi hidup. Lalu


Bio adalah Hidup, maka Bio Energi adalah Energi
Hidup. Sama saja, sami mawon. Namun seorang teman
tetap ngotot bahwa Prana tidak sama dengan Bio
Energi. Hanya beda bahasa mas, satu sanskerta dan
satunya Inggris. Hanya untuk kelihatan beda maka
mereka memberi nama beda. It's oke, beda tidak apa-
apa. Kesehatan masih menjadi penarik bagi latihan
tenaga dalam. Walaupun sebenarnya tidak semua
penyakit sembuh dengan latihan ini. Penyakit non-
infeksi akan tertolong. Tetapi penyakit infeksi malah
akan berbahaya bila latihan tenaga dalam. Penyakit
infeksi seperti usus buntu, liver, perlu istirahat yang
banyak (bed rest). Apabila latihan tenaga dalam yang
banyak mengeluarkan energi maka infeksinya akan
bertambah. Namun hal ini tidak pernah diungkap lebih
dalam.

Maraknya istilah Cakra, Kundalini dan Yoga di atas


tahun 90, turut mempengaruhi dunia tenaga dalam.
Banyak yang kemudian mencampur-adukkan antara
Cakra dan tenaga dalam, sehingga ada yang
mendirikan aliran Inti Cakra. Ada pula Tenaga Dalam
Kundalini Indonesia. Entah bagaimana mereka sampai
bisa mencampur itu semua. Pengertian Cakra dan
Kundalini di kalangan praktisi tenaga dalam terus
terang sungguh sangat kacau. Dengan mencampur
istilah Cakra atau Kundalini dengan tenaga dalam itu
sudah sangat merusak arti dari Cakra ataupun tenaga
dalam itu sendiri. Namun karena ada nilai profit dengan
nama tersebut maka beberapa oknum memakainya
dengan maksud agar dapat mendatangkan keuntungan
dalam perguruannya. Kalau dilihat dari perpecahan
yang terjadi, pergantian nama berujung pada
pemaksaan untuk mencampur aliran yang sebenarnya
sudah mempunyai kedudukannya masing-masing,- hal
yang sebenarnya merupakan tindakan pemuasan ego.
Kalau akan belajar titik-titik tubuh manusia, ya belajar
ilmu akupunkur. Lalu akupunkur digabungkan dengan
tenaga dalam. Titik akupunkur itu dianggap Cakra.
Sensasi listrik tubuh di punggung dikatakan Kundalini.
Kacau !.

Berbagai pihak yang sebenarnya memegang kunci


dalam pertumbuhan tenaga dalam, yaitu para guru
besar, para pelatih inti, malah ikut untuk meramaikan
kekacauan itu. Belum tahu Cakra dan Kundalini, atau
hanya tahu sedikit, lalu ikut berbicara tentang hal itu
dalam tenaga dalam. Teman saya, sekarang seorang
guru salah satu perguruan pernafasan. Mengatakan
kalau dalam latihannya, bisa memegang Kundalini,
mengikatnya lalu menariknya supaya seseorang bisa
dikendalikan dari jarak jauh. Yang lebih hebat lagi, dia
bisa membuka dan menutup Cakra seperti membuka
dan menutup buku. Bahkan, Kundalini dalam diri
seseorang bisa dia bangkitkan dengan ditandai adanya
rasa panas di punggung. Bahkan, dalam
perkembangan sekarang ini, karena istilah "meditasi"
sedang digandrungi, maka dunia tenaga dalam juga
menggunakannya. Berbagai perguruan Seni Pernafasan
yang mempunyai dasar tenaga dalam mulai
menawarkan meditasi sebagai salah satu pelajarannya.
Meditasi yang menggunakan konsentrasi. Bingung
juga. Meditasi adalah menyadari setiap tarikan nafas.
Sementara yang ada di tenaga dalam adalah
konsentrasi terhadap nafas. Dari perjalanan
perkembangan dunia tenaga dalam kita bisa melihat
tentang pergantian nama, dari tenaga dalam ke seni
pernafasan, juga pengembangan misi dari kanuragan
ditambah kesehatan. Masuknya istilah-istilah cakra,
kundalini dan meditasi yang dimaknai sangat kacau
oleh beberapa praktisi tenaga dalam. Sebenarnya hal
itu tidak perlu terjadi.

Latihan apapun sebenarnya tidak menjadi soal, jalan


apapun tidak masalah. Toh semua jalan akan bermuara
sama, menuju Tuhan. Hanya saja apakah latihan yang
kita jalankan itu mengembangkan kasih atau tidak?
Apakah bila latihan tenaga dalam dijalankan, seseorang
akan mempunyai hati bersih dan saling menyayangi?
Kalau ya, teruskan. Kalau tidak, hentikan! Hati bersih
dan saling menyayangi dengan latihan pengembangan
kekuatan seperti selama ini, bagaimana mungkin? Ya,
maka dari itu, tidak perlu lagi adanya perpecahan
perguruan. Tidak perlu lagi ada yang merasa lebih
untuk mendirikan perguruan baru. Yang dibutuhkan
adalah bagaimana menjadikan tenaga dalam sebagai
wahana pembersihan sampah emosi dari seseorang.
Silahkan dirikan nama baru. Silahkan dirikan perguruan
baru. Tapi jangan lupa dengan sejarahmu, dengan
gurumu. Hal sebenarnya yang penting dilakukan
adalah membentuk manusia baru. Bukan namanya,
bukan perguruannya, bukan yayasannya, namun
benar-benar seorang manusia baru yang penuh cinta
kasih.

JAKARTA 1993
Saya mulai meninggalkan Yogya untuk bekerja di
Jakarta pada tahun 1993. Saya jauh dari teman-teman
yang hampir setiap malam berdiskusi dan berlatih
tenaga dalam. Saya dan beberapa teman waktu itu
juga sempat mendirikan tenaga dalam Rasa Sejati
yang sekarang sudah bubar. Beberapa dari diskusi
kami ada yang menghasilkan pemahaman baru, juga
pertanyaan-pertanyaan baru seputar tenaga dalam.
Yang jadi menggelitik kami waktu itu, karena kami
belum bekerja, seorang teman bertanya, "kalau sudah
bisa mementalkan orang dan matahin besi, bisa
diterima kerja di bank tidak ya?" Kami semua tertawa
dengan sindirannya itu. Tapi betul juga. Kami mulai
berpikir. Apa yang kami lakukan ini sebenarnya
bermanfaat bagi kehidupan kami atau tidak. Dengan
kesibukan baru sebagai karyawan baru, tentunya
banyak menyita waktu saya untuk lebih serius dengan
pekerjaan baru ini.

Beberapa bulan hampir tidak pernah untuk berpikir


tentang tenaga dalam. Namun hal itu banyak
memberikan waktu bagi saya untuk merenungi setiap
langkah yang sebelumnya pernah saya lakukan. Benar
juga apa yang dikatakan teman saya dulu, sekarang
dalam pekerjaan saya, saya tidak perlu mementalkan
orang, matahin besi. Lalu kalau demikian, untuk apa
sebenarnya latihan tenaga dalam itu bagi orang kerja
seperti ini? Kesehatan? Itulah yang ditawarkan latihan-
latihan dewasa ini. Tapi bisakah kita sehat dengan
latihan-latihan itu. Kalau olah nafasnya disertai
gerakan yang mengeluarkan keringat, pagi harinya ya
pasti badan akan segar. Tidak gampang loyo.
Sebenarnya masalah kesehatan tidak selesai sampai di
situ saja. Penyebab sakitnya belum ketemu. Kalau
penyakit itu ditimbulkan oleh pikiran, dan latihan-
latihan itu hanya menjadi pelarian supaya ada kegiatan
sehingga tidak memikirkan suatu masalah, masalah itu
akan menumpuk dan menjadi sampah dalam diri. Lama
kelamaan akan menjadi seperti timbunan yang siap
meledak. Tinggal tunggu waktu. Kita hanya menunda
masalah yang ada. Kita sedang menyulut bom waktu.

Baru setahun saya kerja, pada suatu pagi badan saya


rasanya tidak enak sekali. Seperti gejala masuk angin.
Kadang muntah dan keluar keringat dingin. Saya pikir,
karena kurang olah raga. Setahun ini memang saya
jarang untuk menggerakkan badan. Kemudian timbul
dalam benak saya untuk kembali melakukan gerakan
jurus tenaga dalam. Siapa tahu badan akan kembali fit
lagi. Benar juga, dalam empat hari badan saya mulai
segar, dan bisa masuk kerja lagi. Seminggu kemudian,
tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Saya kembali
muntah-muntah dan sampai tidak bisa berdiri. Muka
pucat sekali. Badan lemas tidak bisa apa-apa, tetapi
belum pingsan. Langsung saya menuju klinik untuk
diperiksa darah. Saat itu juga, dokter mengatakan
bahwa saya harus dirawat inap! Fungsi hati saya tidak
normal. Kata orang kena penyakit kuning, atau
hepatitis A. Lalu menurut USG, hati saya mengalami
pembengkakan. Saya harus istirahat total di tempat
tidur di rumah sakit sampai sembuh total. Di RS ST.
CAROLUS Jakarta, saya sempat dirawat seminggu
lamanya. Karena tidak betah, saya minta untuk pulang
ke Yogya dan dirawat di sana. Sebenarnya pihak
rumah sakit tidak mengijinkan, tapi saya memaksanya.
Alhasil saya bisa pindah ke Yogya meskipun harus naik
kereta api, sendirian!

Kata dokter di Yogya, ini terjadi karena kerja yang


terlalu diforsir. Tubuh butuh istirahat yang cukup.
Benar juga, waktu pertama ada tanda-tanda itu, saya
malah melakukan latihan yang memaksa untuk
mengeluarkan keringat. Latihan berat sebetulnya. Dan
itu ternyata malah memperburuk keadaan saya. Sudah
hampir sebulan saya di rumah sakit. Orang tua juga
mulai khawatir, mengingat sakit saya yang menurut
dokter belum ada perbaikan. Lalu dengan tanpa
sepengetahuan dokter, mulailah mencari penyembuhan
alternatif. Dari mulai pijat syaraf, jamu, japa mantra,
tenaga batin dan paranormal yang didatangi ibu saya
di pegunungan Wonosari, semuanya tidak membantu
sedikitpun. Teman-teman dari praktisi tenaga dalam
juga mencobanya, tapi tidak berhasil. Saya kemudian
mencoba melakukan sendiri untuk menyembuhkan
penyakit saya. Hasilnya buruk sekali. Malam itu saya
malah masuk dalam masa kritis. Suhu badan saya
meningkat di atas 40 drajad. Saya mulai tidak
sadarkan diri. Tidak bisa apa-apa. Sesaat yang bisa
saya dengarkan hanya keluarga saya, Ibu saya, Bapak,
tiga adik saya dan pacar saya (sekarang isteri saya),
semuanya menangis. Saya mendengar itu. Tapi saya
tidak tahu yang mereka tangisi itu apa.

Entah sudah berapa lama saya tidak sadarkan diri.


Menurut mereka saya pingsan karena suhu badan saya
yang tinggi, yang sebelumnya saya juga sempat
mengigau katanya. Kemudian saya mulai bisa
membuka mata, dan mereka bilang Alhamdulillah.
Saya masih lemas. Saya lihat kakek saya sudah duduk
di samping saya, masih meletakkan kedua telapak
tangannya di atas perut saya. Ya, sebelumnya kakek
tidak melakukan itu pada waktu awal-awal saya masuk
rumah sakit. Mengapa? Kenapa kakek tidak melakukan
penyembuhan kepada cucunya ini. Saya kemudian
bertanya padanya, "Kenapa tidak dari dulu saya
disembuhin kek?" "Kakek tidak menyembuhkan kamu,
kakek hanya membantu kamu melewati masa kritis ini.
Yang bisa menyembuhkan kamu hanya dirimu sendiri.
Kamu belum sembuh. Tergantung kamu sekarang.
Tidak ada yang bisa membantumu. Pasrahkan semua
pada Yang di Atas." Saya diam. Mencoba mengerti apa
yang diucapkannya. Setelah itu, yang sebelumnya saya
sangat khawatir dengan hilangnya pekerjaan saya,
saya mulai bisa rileks. Kalau dengan lamanya saya
sakit ini saya kemudian dikeluarkan dari pekerjaan ya
sudah. Status saya memang masih belum karyawan
tetap, masih dalam masa ikatan dinas. Dan sekarang
saya sakit selama hampir empat bulan. Saya kemudian
bisa menikmati sakit saya. Benar-benar menikmatinya.
Sering ketemu dengan dokter malah menambah
pengetahuan saya tentang penyakit dan cara kerja
tubuh ini. Dan semua itu semakin menambah rasa
"nyaman" saya dalam menjalani sakit ini.

Akhir bulan keempat, dokter menyatakan


pembengkakan di liver saya sudah mulai menurun..
Belum sembuh total, saya masih harus banyak
istirahat. (Sebagai catatan, saya dirawat inap di rumah
sakit PKU Muhammadiyah Yogya selama satu bulan
dan masa kritis saya terjadi setelah tiga hari pulang
dari rumah sakit). Banyak waktu lagi di rumah
menyebabkan saya kembali bisa ngobrol dengan
kakek. Banyak yang beliau sampaikan. Tetapi yang
selalu ditekankan adalah bahwa sesuatu yang menimpa
kita adalah hasil perbuatan kita sendiri. Berarti
penyakit saya juga hasil perbuatan saya? Saya belum
mengerti dengan hal ini. Bagaimana hal itu bisa terjadi.
Beliau mengatakan saya akan mengerti kalau saya
diam. Tentu saja bukan diamnya fisik ini. Saat itu saya
baru mengerti bahwa latihan tenaga dalam tidak bisa
menyembuhkan penyakit infeksi. Terbukti dengan diri
saya. Infeksi hati yang saya derita menjadi semakin
parah setelah saya melakukan latihan gerak beberapa
hari, yang harusnya saya istirahat total. Mulai saat itu
juga saya bertanya dalam diri saya, apa ada yang
salah dalam latihan tenaga dalam. Yang salah yang
mana, metode atau cara saya menghayatinya? Dalam
satu obrolan dengan kakek, beliau mengatakan tidak
ada yang salah. Semua latihan itu adalah proses yang
tidak pernah berhenti. Hanya saja saya belum melebur
di dalamnya. Belum mengerti makna yang harus saya
pelajari dari setiap latihan itu. Kelak dalam beberapa
tahun kemudian saya baru bertemu dengan seorang
Guru. Beliau yang memberikan pemahaman dan cara
pendang baru untuk kehidupan ini, sehingga saya bisa
melampaui latihan tenaga dalam, memberi makna
secara Transcendental. Lewat beliau juga akhirnya
saya menemukan pemahaman antara tenaga dalam
dan Yoga, latihan pola nafasnya yang merupakan
pembersihan dan asimilasi dari Kriya.

Kembali kepada keadaan saya di Yogya, Sudah genap


enam bulan saya sakit. Lama memang. Dan keadaan
saya sudah mulai membaik. Dokter mengatakan saya
sudah diijinkan untuk kembali ke Jakarta. Namun
jangan kerja terlalu berat dulu. Mungkin butuh dua
bulan lagi katanya. Atas keputusan dokter itu
kemudian saya kembali ke Jakarta. Di Jakarta, dokter
perusahaan memberi saya waktu untuk istirahat dua
bulan lagi. Tetapi saya disuruh untuk mencoba bekerja
dengan tidak mengikat. Kalau letih ya istirahat atau
pulang. Demikian saya mencoba untuk mengikuti kata
dokter sampai dua bulan. Total saya sakit dan tidak
masuk kerja adalah delapan bulan. Waktu yang lama
untuk seorang pegawai yang baru dalam ikatan dinas.
Tetapi Puji Tuhan, saya kemudian tidak menghadapi
persoalan dengan bagian personalia dalam meneruskan
jenjang karier saya. Tubuh saya sakit. Demikan pikir
saya setelah beberapa bulan berselang. Mengapa ini
terjadi? Bukankah latihan tenaga dalam yang saya
lakukan, ataupun kemampuan saya untuk
menyembuhkan seharusnya bisa menanggulanginya?
Apa yang salah? Kemudian teringat kata Kakek, ya
mungkin semua ini ada hikmahnya. Tetapi apa?
Banyak pertanyaan berkecamuk dalam diri yang tidak
terjawab. Tidak mungkin latihan saya selama ini tidak
berguna. Tetapi untuk kasus seperti ini mengapa tidak
bisa? Kemudian perlahan-lahan saya merasa tidak
butuh lagi latihan-latihan itu. Saya bingung juga, tidak
butuh atau tidak ingin melakukan latihan. Yang jelas
dengan pengalaman-pengalaman yang lalu, saya
jenuh. Benar, saya jenuh. Saat itu saya mencapai titik
jenuh.

Akhirnya saya hidup apa adanya. Maksud saya,


pandangan saya terhadap sesuatu tidak
dilatarbelakangi pendangan tenaga dalam. Kalau dulu,
setiap berada di suatu tempat saya pasti akan
merasakan apakah tempat ini 'berenergi' baik atau
jelek. Kemudian kalau ketemu orang akan mencoba
merasakan tenaga orang tersebut. Lalu akan mencoba
apakah suatu tempat ada makhluk halusnya apa tidak.
Sekarang dengan kejenuhan saya, saya hidup apa
adanya. Saya bena-rbenar melupakan hal-hal itu
semua. Dan, saya ternyata merasakan rileks. Plong!
Tidak ada yang mengejar terhadap pikiran-pikiran
saya. Saya rileks dengan keadaan tanpa mengetahui
ini....... JENUH, RILEKS, PASRAH Keadaan tanpa
mengetahui. Ya, dulu saya tahu tentang tenaga dalam
dalam perspektif saya waktu itu. Saya tahu apa yang
saya tahu. Kemudian kejenuhan menuntun saya untuk
berada dalam keadaan tidak berbuat apa-apa. Tidak
berbuat apa-apa karena saya bingung. Bingung untuk
apa sebenarnya saya belajar ini semua. Dan sekarang,
saya diam. Saya teringat juga kata Eyang Atmo Wasi
bahwa sebenarnya jurus diam itu tidak bisa diajarkan.
Ia akan datang sendiri. Jurus Diam bukan berbentuk
jurus. Tetapi suatu keadaan. Latihan-latihan tenaga
dalam sebelumnya hanya membantu proses terjadinya
Diam ini. Sebenarnya banyak juga yang mengalami
keadaan seperti saya. Latihan dengan giat, lalu bisa
melakukan apa saja. Kemudian jenuh dengan latihan-
latihan itu, akhirnya ya pasrah. Tidak menggunakan
latihan lagi. Saya yakin banyak yang mengalaminya.
Tetapi mereka memilih tidak bicara. Dan juga mungkin
tidak ada kesempatan bicara, untuk sharing, berbagi
rasa tentang pengalamannya.

Saya, dengan segala keterbatasan saya, memulai


untuk mengajak anda semua untuk jenuh, untuk
bingung, untuk masuk dalam keadaan tanpa
mengetahui, dalam kepasrahan. Keadaan waktu itu
menyenangkan, dan sekarang juga menyenangkan.
Tidak usah berpikir apakah tempat ini energinya baik
atau buruk. Kalau ketemu orang tidak peduli apakah
dia punya energi lebih atau tidak. Sangat rileks. Dan
saat itulah saya mulai mengalir bersama alam. Kalau
lapar ya makan, kalau haus ya minum. Suatu saat saya
ketemu dengan orang yang mengaku belajar ilmu dari
Jawa Barat. Dia bersikukuh, sangat yakin sekali kalau
saya bisa tenaga dalam. Katanya, dia bisa
merasakannya. Kemudian dia meminta saya untuk
menyerangnya. Saya tidak mau, karena saya katakan
padanya kalau saya tidak bisa apa-apa. Tetapi dia
menganggap saya berbohong. Kemudian dia bilang,
kalau saya tidak mau mencobanya, dia yang akan
mencoba saya. Saya bilang silakan. Saya benar-benar
pasrah untuk tidak menggunakan apa yang pernah
saya bisa. Ternyata, sebelum dia menyerang saya, dia
menyalami saya. Dia berkata bahwa ilmu saya tidak
bisa dia "tembus". Saya bingung, saya tidak melakukan
apa-apa kok dibilang begitu. Saya katakan padanya
bahwa saya benar-benar tidak punya apa-apa, saya
tidak melakukan apa-apa. Saat itu dia berkata, justru
dengan kepasrahan itu ilmu sejati muncul. Wah saya
tambah bingung lagi saat itu. Masak kepasrahan bisa
memunculkan ilmu. Kalau bisa ya ilmu pasrah itu tadi,
ha ha ha.... Untuk teman saya, Yunus, salam hormat
saya untukmu.

Suatu sore, teman saya mengantar seorang bapak


yang dalam keadaan lemas karena katanya sakit usus
buntu. Saya bilang, mengapa tidak dioperasi. Bapak itu
bilang takut operasi dan tidak ada biaya. Teman saya
bilang supaya saya mau menolong bapak itu. Saya
katakan bahwa saya tidak bisa apa-apa. Tetapi bapak
itu juga bilang bahwa dia yakin saya bisa
melakukannya. Apa yang harus saya lakukan? Saya
bingung. Dulu waktu saya sakit liver saya tidak bisa
berbuat apa-apa, sekarang malah ada orang yang
datang ke rumah saya. Saya masuk ke kamar sebentar
untuk berdoa, apa yang harus saya lakukan. Seperti
mendapat insight, kemudian saya katakan pada bapak
itu bahwa saya hanya mengajak kepada bapak untuk
menuju dalam keadaan pasrah. Penyembuhan
datangnya dari Tuhan. Bapak itu mengatakan,"saya
pasrah apa yang akan Pak Agung lakukan".
Sebenarnya tidak ada yang saya lakukan. Kami
bertemu sebanyak 10 kali, tiap malam. Bapak itu saya
ajak berdoa bersama, kemudian saya menempelkan
tangan pada perutnya. Tanpa konsentrasi untuk
menyalurkan tenaga. Itu saja. Lambat laun, bapak itu
kelihatan bergairah, tenaganya mulai pulih. Lalu
dengan tiba-tiba setelah sepuluh hari itu, saya ketemu
bapak itu sudah main bola. Katanya, puji Tuhan, dia
sudah sembuh. Kata dokternya juga sudah tidak perlu
operasi.

Saya juga baru menyadari sebuah proses. Proses


perjalanan. Memang perjalanan itu dimulai dari rasa
jenuh. Benar-benar jenuh. Kemudian dengan tidak
sadar, yang akhirnya saya menyadari bahwa saat itu
saya tidak sadar melampaui rasa jenuh saya.
Kejenuhan yang membawa saya dalam rasa rileks.
Yang membawa saya dalam keadaan tanpa
mengetahui. Yang ternyata, dengan keadaan itu, saya
bisa berpikir jernih, menilai tanpa menghakimi, tanpa
latar belakang pengetahuan tenaga dalam. Kepasrahan
yang memang menjadi dasar bagi apa saja, yang
membawa saya bisa menikmati rasa sehat. Dan,
kejenuhan itupula yang membawa saya bertemu
dengan guru saya.

Walaupun banyak yang mengharap macam-macam


dari beliau. Beliau hanya mengajak untuk sadar setiap
waktu, pasrah setiap waktu. Karena dengan pasrah itu,
kata beliau, kita terhubung dengan akal universal.
Dengan energi alam. Dan sesuatu akan terjadi pada
diri. Tentunya bukan kesaktian, tetapi peningkatan
kesadaran. Perjalanan ke dalam diri! Saya juga baru
mengerti, mengapa justru pada saat saya pasrah,
teman saya Yunus mengatakan saya punya ilmu. Dan
seorang Bapak sembuh pada saat saya juga pasrah
tidak bisa menyembuhkan dia. Walaupun para praktisi
tenaga dalam akan mengatakan kalau mereka juga
bisa melakukan penyembuhan dengan konsentrasi.
Entah itu konsentrasi dengan warna, dengan titik-titik
tubuh, dengan penyapuan energi pasien, dengan air
garam. Ya, kekuatan pikiran bisa memperbaiki
kerusakan fungsi tubuh. Ingat, kekuatan pikiran akan
membantu itu semua. Kekuatan pikiran itu akan pindah
kepada fungsi yang rusak. Kekuatan itu akan pindah di
sana. Selama kekuatan pikiran itu di sana, fungsi akan
membaik. Tetapi sampai kapan?

Kekuatan pikiran ada batasnya. Penyembuhan yang


permanen datang dari diri sendiri, bukan dari kekuatan
pikiran orang lain. Tidak disadari, orang yang
disembuhkan dengan konsentrasi, dengan pemindahan
kekuatan pikiran seperti itu, akan sakit lagi dalam
jangka waktu yang bermacammacam. Mungkin
beberapa bulan, beberapa tahun. Tergantung kekuatan
pikiran si penyembuh. Sekali lagi, itu bukan
penyembuhan holistik, terpadu. Hanya memberi
interval sehat. Lewat kepasrahan, kita diajak untuk
menyayangi diri sendiri. Mengenal sinyal-sinyal badan,
kebutuhannya. Kalau capek ya istirahat, kalau kurang
air ya minum. Jurus Diam adalah kepasrahan. Pasrah
bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Tetapi sadar
dalam melakukan sesuatu dan hanya bersandar kepada
Tuhan. Justru di sanalah kekuatan alam bekerja.
Kekuatan alam yang gratis sebenarnya dapat kita
akses dengan mudah. Tidak perlu beaya, tidak perlu
ada pembukaan 'jalur' khusus tubuh. Tidak perlu
membangkitkan sesuatu. Yang perlu dibangkitkan ya
kesadaran kita untuk pasrah itu. Sebenarnya hanya
dibutuhkan swicth on ke pasrah. Setelah itu kekuatan
alam akan mengalir sendiri. Tentunya kalau ingin
peredaran darah kita lancar ya kita tetap butuh gerak
badan untuk melancarkannya. Makanya ada gerakan
Yoga, dan ada gerakan Tenaga Dalam ini. Ada metode
penyembuhan Reiki yang dasarnya kepasrahan juga.
Padahal itulah makna dari tenaga dalam secara
transcendental.

Di Indonesia, Reiki jadi macam-macam. Yang semula


dengan dasar kepasrahan, jadi tercampur dengan
konsentrasi. Ada yang berbaur dengan titik tubuh,
dengan warna, bahkan konsentrasi dengan hawa panas
atau dingin yang dihasilkan. Reiki yang tidak pasrah,
sudah bukan Reiki lagi. Tenaga dalam yang tidak
pasrah juga bukan tenaga dalam lagi. Jelas, kalau kita
katakan tenaga dalam, bukan tenaga dalam seperti
dewasa ini. Tenaga dalam berarti tenaga yang ada di
dalam. Apa itu, ya batin kita. Bukan berarti batin akan
mengeluarkan tenaga hebat dan sakti. Tetapi akan
mengeluarkan suara yang sanggup kita dengar. Dan itu
terjadi dalam kondisi pasrah, hening. Zen! Dengan
semangat kepasrahan, akhirnya saya harus melampaui
bentuk segala macam demo tenaga dalam yang
kadang banyak mengelabui penonton. Saya harus
jujur, saya tidak mau masyarakat tetap menjadi lahan
penipuan oknum yang berdalih menunjukkan ilmunya,
sekedar mencari untung pribadi. Nanti kita akan sedikit
menguak tentang demo tenaga dalam. Bagaimana hal
itu dilakukan dan atas dasar apa. Bukan untuk
menelanjangi sesuatu, namun harapan saya semoga
kita jadi semakin sadar dengan apa sebenarnya tenaga
dalam itu. Kemudian kalau demo itu dilakukan ya atas
dasar prinsip pertunjukan hiburan yang tanpa mengikut
sertakan tenaga dalam. Memang hal itu terjadi karena
rumus-rumus yang sederhana saja.
RAHASIA DEMO

Demo tenaga dalam, seperti yang kita lihat,


mempertontonkan hal-hal yang kelihatannya dilakukan
di luar kekuatan fisik kita. Hal itu tentunya sangat
menarik bagi kalangan masyarakat, dan mereka
menganggap ada unsur adikodrati di sana. Tidak
semua masyarakat menganggap seperti itu tentunya.
Ada beberapa yang malah sinis, karena menganggap
bid'ah, keluar dari jalur agama. Kalangan intelektual
yang rasional juga tidak mempercayai hal itu karena
bagi mereka hal tersebut tidak dapat dilogikakan,
meskipun sesuatu yang rasional senantiasa berubah
seiring dengan evolusi jiwa seseorang. Mereka yang
menganggap ada kekuatan gaib sangat
menyenanginya, bahkan sampai banyak yang tertipu
dengan hal-hal semacam itu. Memang tidak semua
kalangan yang melakukan demo menyalahgunakan
kepercayaan ini. Ada yang benar-benar menggunakan
kekuatan pikiran mereka. Namun, sekarang hal itu bisa
dikatakan dapat dihitung dengan jari. Bahkan kalau
saya katakan, mereka tidak mau muncul di permukaan
umum. Alasannya karena hal itu memang tidak untuk
dipertontonkan, hanya untuk keperluan yang memang
mendesak untuk dilakukan.

Ada beberapa rahasia demo yang akan kita selami.


Bukan untuk membuka yang bertujuan untuk
mempermalukan pelaku yang bersangkutan. Tetapi
supaya kita semua dapat belajar dari fenomena yang
ada, kemudian dapat menjadikan ini semua sebagai
sebuah proses pembelajaran. Kita lihat, banyak
masyarakat yang tertipu dengan apa yang
dikatakannya sebagai 'ilmu' yang bisa dibeli. Dengan
penyembuhan yang melakukan beberapa trik yang
merogoh kocek sangat banyak. Kapan kita maju?
Sebagai bangsa yang tega menipu sesamanya untuk
keuntungan dirinya sendiri. Kapan kita berpikir untuk
kemajuan kita, kalau yang kita pikirkan hanyalah hal-
hal yang memerosotkan kesadaran kita dan membuat
kita kerdil dengan pola berpikir sempit seperti itu.
Kapan kita bisa jujur dengan diri sendiri, dan berani
mengatakan kalau demo yang dilakukan adalah hasil
dari rumus fisika dasar, atau kebenaran logika yang
dibungkus sehingga mata telanjang tidak bisa
mengetahuinya. Beberapa pesulap kita juga melakukan
hal semacam itu. Namun mereka mengatakan itu atas
nama sulap. Bagus. Celakanya, karena masyarakat kita
sudah terbiasa ditipu oleh oknum dukun, maka para
pesulap itupun dikatakan memiliki kekuatan lain diluar
dirinya. Mereka dikira bersekongkol dengan jin,
menguasai ilmu hitam. Saya jamin 100% bahwa
pesulap yang sering muncul di teve tidak punya ilmu
adikodrati! Hal itu karena keterkondisian dari
lingkungan masyarakat kita. Apabila hal semacam itu
bisa dilihat dengan kacamata jernih, ditonton sebagai
hiburan belaka, alangkah indahnya pertunjukan
tersebut. Dan kita bisa menilainya atas dasar seni yang
dilakukan.

Marilah kita berpikiran terbuka untuk menerima


sesuatu yang baru. Mungkin Anda akan terguncang
setelah mengetahui beberapa rahasia demo ini, karena
hal itu sangat sederhana sekali. Kalau Anda siap
dengan pemikiran baru, silakan lanjutkan membaca
buku ini. Tetapi bila Anda lebih senang dengan
keadaan yang membelenggu lingkungan dengan isu-isu
yang kadang banyak dipertanyakan, atau mungkin hal
ini tetap mendatangkan keuntungan pribadi anda,
jangan lanjutkan membaca buku ini. Karena dari bab
sekarang dan selanjutnya, hal-hal baru akan banyak
ditemui. Sebenarnya bukan baru, tidak ada sesuatu
yang baru. Namun karena selama ini belum dibuka, itu
yang mengakibatkan seperti baru. Pikiran anda akan
tertantang dengan cakrawala ini. Apabila Anda
bermaksud terus berjalan untuk melampauinya satu
persatu pengalaman yang ada, saya akan menemani
Anda dengan pertanyaan-pertanyaan yang dari semula
tabu untuk dipertanyakan kepada seorang guru tenaga
dalam. Atau mungkin juga guru itu tidak menjawabnya
karena dia sendiri tidak tahu.

ILMU KEBAL

Pada tahun 1989, saya dan beberapa teman pergi ke


daerah Klaten Jawa Tengah. Disana terdengar seorang
guru yang bisa mentransfer ilmu kebal. Kami pergi
kesana. Sampai di sana disebutkan beberapa syarat
yang harus dipenuhi, yaitu mahar sebesar 50.000
rupiah perorang, minimal lima orang. Karena kami
bertiga, tentunya kurang dua, dan saat itu uang kami
juga kurang. Saat itu uang 50.000 rupiah bagi pelajar
seperti saya termasuk banyak. Kami kembali lagi
beberapa hari setelah itu. Lengkap dengan lima orang
dan uang yang disepakati. Malam hari terjadilah
prosesi itu. Kami hanya duduk berkeliling makan ayam
utuh yang dia katakan sudah diberi kekuatan. Dan
kekuatan itu akan masuk dalam tubuh nantinya.
Setelah itu, guru itu mengambil silet. Kami disuruh
mengambilnya satu persatu. Lalu secara bergantian,
tubuh kami disilet, dari mulai muka sampai kaki. Aneh,
tidak terjadi luka di tubuh ini. Kami senang dan
percaya bahwa ilmu kebal sudah masuk di tubuh ini.
Kami pulang dengan penuh percaya diri. Beberapa hari
kemudian salah seorang teman datang dengan luka di
tangan. Dia bilang tangannya sobek ketika dia
mencoba menyilet sendiri tangannya, untuk
membuktikan kekebalannya. Saya juga penasaran.
Saya coba sendiri, eh luka juga. Mengapa ini bisa
terjadi. Mengapa di sana kami semua kebal? Saya jadi
merenung. Sambil memandangi sebuah silet, saya
bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya
terjadi.

Beberapa hari kemudian, saya pangil semua teman


saya itu. Saya sudah sediakan beberapa silet. Lalu satu
persatu, saya silet tubuh mereka. Mereka heran,
mengapa tidak apa-apa? Dan mereka pikir, hanya saya
yang bisa menghayati ilmu itu. Lalu mereka mencari
pembenaran masing-masing. Ada yang bilang sudah
melanggar pantangan lah, ini dan itu. Saya katakan
tidak demikian. Kita semua telah ditipu oleh orang itu.
Saya sebelumnya telah mempersiapkan silet ini. Satu
sisinya saya biarkan tajam. Satu sisinya saya goreskan
pada baja sehingga tumpul. Namun saya sudah tandai
mana sisi yang tumpul. Sisi yang tajam berguna untuk
meyakinkan bahwa silet ini tajam. Maka sebelumnya
diperlihatkan ketajamannya dengan menggores buah,
kertas dan papan. Sehingga semua menyaksikannya.
Lalu setelah semua terkondisi oleh ketajaman silet itu,
barulah menggores tubuh dengan sisi yang tumpul.
Setelah itu, sempat juga melakukan penipuan ini
kepada beberapa orang untuk meyakinkan mereka
bahwa mereka sudah punya ilmu. Kepada beberapa
orang tersebut, saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga mereka membaca buku ini, dan
tidak tertipu lagi. Sampai sekarang banyak yang
melakukan hal tersebut. Bahkan bukan silet. Pedang
yang setengahnya dibuat tajam, dan setengah
kebawah dibuat tumpul. Untuk membacok papan
dipakailah bagian atas yang tajam. Untuk membacok
badan, dipakailah bagian bawah yang tumpul.
Demikian juga dengan pisau yang telah direkayasa
sebelumnya. Setelah itu, mereka tentu akan meminta
apa yang dikatakannya

TAHAN AIR KERAS

Pertunjukan cuci tangan dengan air keras sangat sering


dilakukan. Sangat kelihatan hebat karena begitu air
keras kena pada lapisan seng dan aluminium akan
mengeluarkan asap yang banyak, yang mengakibatkan
kesan ngeri bila kena air itu. Benarkah butuh ilmu
khusus untuk tahan cuci tangan dengan air keras?

Saya pernah menelpon suatu yayasan yang


mengiklankan diri pada sebuah majalah. Dia
mengatakan menjual ilmu yang dia namakan "ilmu
wali", harganya 150.000 rupiah. Saya tanya, setelah
saya bayar dan mendapatkan doa tersebut, apa yang
bisa saya lakukan. Dia mengatakan bahwa saya akan
bisa cuci tangan dengan air keras. Kemudian saya
tutup telpon tersebut, dan saya sedih dengan hal yang
dilakukan semacam itu. Membayar uang 150 ribu
rupiah dan bisa cuci tangan dengan air keras? Suatu
saat, saya bertandang ke rumah seorang teman. Saya
membawa botol yang bertuliskan air keras. Saya
siramkan pada sebuah aluminium, dan berasap
banyak, lama kelamaan aluminium itu bolong. Saya
minta tangan teman saya.
Dia ketakukan. Dia bilang jangan macam-macam, dia
tak punya ilmu apa-apa. Saya katakan saya jamin
tidak apa-apa. Dengan agak takut, saya siram tangan
teman saya itu. Dia heran, mengapa tidak apa-apa?
Apakah saya memberi dia ilmu, kata dia. Tidak, saya
tidak memberi ilmu apa-apa. Saya hanya ingin
membuktikan bahwa hal ini bisa dilakukan semua
orang, tanpa ilmu yang harus dia beli. Kesan ngeri
memang ditimbulkan lebih dulu dengan menyiram
lapisan aluminium atau seng dengan air keras itu.
Sehingga anggapan orang kemudian sangat takut bila
kena tangan. Kena aluminium saja bolong, bagaimana
kalau kena tangan. Padahal secara awam saja air keras
yang dibeli dari toko material itu tidak akan melukai
tangan atau tubuh kita, walaupun kalau kena
aluminium atau baju akan bereaksi yang
mengakibatkan berlubang. Hal yang biasa, yang
kemudian dibungkus dengan kesan ngeri sehingga bisa
untuk mendapatkan uang dengan alasan Mahar.

MEMECAHKAN BOTOL

Botol minuman yang dipukul dengan telapak tangan


pada bagian lubangnya, sehingga pada bagian pantat
botol akan pecah berlubang. Hal yang sangat mendasar
pada rumus tekanan. Botol yang diisi air dengan tetap
menyisakan ruang udara sedikit di dalamnya, akan
menyebabkan tekanan dalam botol semakin besar bila
diberi pukulan pada lubang ujungnya. Tekanan itu akan
mendorong air yang menyebabkan pecahnya bagian
pantat botol. Asal dengan teknik pemukulan yang
tepat, tepat kena pada bagian telapak tangan yang
kemudian menyebabkan tekanan berpindah ke bawah,
hal itu akan berhasil tanpa harus membangkitkan
sesuatu dalam tubuh ini. Yang dibangkitkan tentu saja
kepercayaannya untuk bisa melakukan itu.

MEMATAHKAN BESI DRAGON, KIKIR, PLAT

Mematahkan besi pompa dragon yang biasa digunakan


untuk pompa air, sungguh hebat. Sebetulnya besi itu
besi khusus. Khusus di beli di pasar Jatinegara dengan
ukuran ketebalan tertentu. Ada yang 1/2, 1/4, 1 atau 2
(ukuran besi tersebut). Sudah disediakan khusus dari
besi pompa, kikir ataupun plat besi bahkan per mobil.
Bahkan demo di luar negeri-pun oleh suatu perguruan,
besinya khusus di datangkan dari Jakarta, yang dibeli
di Jatinegara. Coba kalau besi dari sana, bisa-bisa
tangannya yang memar. Teknik ayunan dan sasaran
tepat pada tengah besi akan mengakibatkan
keberhasilannya. Pernah suatu saat, saya mencoba
mematahkan kikir punya kakek yang ternyata terbuat
dari besi baja asli. Hasilnya tangan saya yang memar.
Tetapi waktu saya mematahkan kikir di perguruan kok
gampang saja, aneh. Ternyata kikir itu khusus di beli di
pasar Jatinegara yang kandungan bajanya sedikit. Ha
ha ha....... Pantas saja plat besi atau per mobil serta
kikir bisa patah dalam demo Tenaga Dalam.

MENGANGKAT ORANG DENGAN KORAN

Selembar koran digunakan mengangkat orang.


Menurut mereka, teorinya, koran diberi tenaga
sehingga sekeras papan, lalu orang diambil tenaganya
sehingga seringan kapas. Wow, fantastis. Lalu saya
pernah bertanya, kalau teori itu dipraktekkan pada
media lain bagaimana? Media yang saya maksud
adalah koran itu tidak dipegang oleh dua orang pada
dua sisinya. Taruh saja koran itu di antara dua meja.
Toh sudah sekeras papan. Mereka berkelit bahwa dua
orang yang memegang dua sisinya itu yang
menyalurkan tenaga. Oke, sekarang kalau perlu dua
orang pada dua sisinya, koran itu kita ganti dengan
seember air. Toh teorinya sama, tenaga disalurkan di
air dan air akan sekeras papan. Lalu suruh orang
berdiri diatasnya. Mereka bilang tidak bisa, harus
koran. Mengapa harus koran? Mengapa harus ada dua
orang yang memegangi pada dua sisinya? Bukankah ini
sangat ganjil? Bukan ganjil sebenarnya, tetapi yang
menemukan demo ini sangat bisa mengelabuhi
pandangan sehingga orang tidak melihat tekniknya.
Begini, orang yang berdiri di koran itu kedua
tangannya akan memegangi kedua pundak orang yang
memegangi koran, sehingga gaya beratnya jelas akan
berkurang. Dan dia bisa terangkat sejalan dengan
kedua orang yang memegangi koran berdiri. Apabila
orang yang diangkat duduk besila, kedua orang yang
memegangi koran itu akan menempelkan tangan
mereka yang memegangi korang dengan paha orang
yang diangkat supaya bisa jadi tumpuan. Tentunya
karena ini terjadi di bawah koran, hal itu tidak terlihat.
Ada juga yang melapisi korannya tidak selembar
melainkan beberapa lapis. Ha ha ha, permainan yang
bagus, sebenarnya hal ini adalah teknik sulap, bukan
aplikasi ilmu Tenaga Dalam. ------------------------------
---- Sekian dulu dengan demo tenaga dalam.
Saya sengaja hanya menulis beberapa yang saya
jadikan contoh di sini, supaya kita tidak terjebak untuk
meniru melakukannya dan mengatakan bahwa inilah
ilmu tenaga dalam. Dan tujuan saya sekali lagi, bukan
untuk membuka rahasia suatu perguruan, bukan untuk
mematikan suatu lahan mata pencaharian, sama sekali
bukan. Saya ingin kita semua bisa belajar. Bisa
menyadari proses pembelajaran yang diberikan oleh
alam, oleh waktu. Bahwa sudah bukan saatnya lagi kita
melakukan hal-hal yang sangat merugikan orang lain.
Boleh-boleh saja demo semacam itu dilakukan. Namun
dalam bingkai seni pertunjukan. Bukan dalam rangka
menunjukkan ilmu.

TIDAK PUAS

Kalau pernah ada paranormal yang bisa mematikan


listrik seluruh gedung, hal itupun pernah saya lakukan.
Suatu saat, saya iseng untuk mengisi suatu acara di
kompleks perumahan. Dan acara itu adalah mematikan
listrik di area acara itu. Acara berlangsung meriah, dan
listrikpun padam begitu saya bilang padam. Seluruh
warga gempar. Ada yang bilang saya pakai Jin, saya
punya ilmu hitam. Saya hanya tersenyum mendengar
tanggapan mereka, yang tentunya terkondisi oleh apa
yang pernah mereka tahu. Sebelumnya saya tidak
mengatakan kalau akan menunjukkan ilmu ini atau itu,
saya bilang akan menampilkan ilusi sulap. Berbagai
anggapan kemudian muncul tentang diri saya, ha ha
ha.. Kepada seluruh warga kompleks saya, maaf kalau
baru sekarang saya buka rahasianya. Sebenarnya hal
tersebut adalah kerja tim. Saya memakai alat remote
listrik. Kebetulan alat tersebut tidak saya temukan di
Indonesia, saya membelinya di Jerman. Remote kecil
itu saya simpan di dalam baju sehingga tidak kelihatan
saat saya tekan tombol mati atau hidup. Kemudian
seorang rekan lagi telah memasang alat sensornya di
pusat listrik komplek, sehingga kalau saya tekan
tombol off-nya, otomatis seluruh listrik yang terhubung
dari sana juga akan mati. Benar saya memakai Jin,
yaitu jin yang membantu memasang alat remote itu.
Ilmu saya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi

Terakhir saya sempat mendirikan perguruan tenaga


dalam di Bekasi, yang karena saat itu saya belum bisa
memberi makna kepada tenaga dalam, saya kemudian
memberinya nama Seni Pernafasan Inti. Saat itu kami
sempat memberikan pelatihan di beberapa tempat di
kawasan Sudirman. Saya takut dengan kesan jelek
tenaga dalam. Namun sekarang, dengan segala
kerelaan saya, saya merasa tidak bisa lagi untuk
berkecimpung di dalamnya, dengan pola pengajaran
dan metode seperti mengembangkan konsentrasi.
Kemudian oleh teman saya, perguruan itu
diteruskannya, yang kemudian sekarang saya dengar
sudah menjadi sebuah Yayasan. Syukur, Puji Tuhan,
mungkin hal tersebut merupakan proses juga bagi
teman saya itu.

Ada rasa tidak puas dalam perjalanan ini. Entah apa


itu. Namun rasanya ada saja yang kurang. Sudah
belajar tenaga dalam, ingin jadi pelatih. Sudah melatih,
ingin mendirikan perguruan sendiri. Sekarang sudah
mempunyai perguruan sendiri, entah kepengin apa
lagi. Akhirnya pada awal pertemuan saya dengan
seorang Mursyd, seorang guru, beliau melontarkan
satu pertanyaan yang menggugah kesadaran saya.
Beliau bertanya, apakah dengan tenaga dalam itu
dapat menghapuskan ego-mu? Selama ego itu belum
pupus, kamu tidak akan pernah puas, karena kamu
belum menyadari kehadiran Tuhan. Pertanyaan itu
yang mencambuk saya untuk bangun dan berjalan.
Ketidakpuasan saya telah mengantar saya kepada
pelampauan. Kepada keadaan transcendental. Dan
kemudian, saya menyadari bahwa latihan-latihan saya
dulu adalah menguatkan pikiran saya yang
mengakibatkan ego saya semakin tinggi. Terus terang,
ego tidak bisa dihapus 100 persen. Dalam rangka
menulis buku inipun saya memerlukan ego. Untuk
berbicarapun kita memerlukan ego. Tidak puas dengan
keadaan saya, adalah langkah awal dalam perjalanan
saya. Hingga saya memahami bahwa untuk menguasai
tenaga dalam adalah di saat kita melampaui tenaga
dalam. Seperti saat makan, kita melampaui makan
saat kita kenyang Bedanya, saat masih kecil kita belum
tahu bahwa makan kebanyakan itu malah akan
mengakibatkan perut sakit. Setelah dewasa, kita tahu
bahwa makan itu secukupnya saja. Berhenti makan
sebelum kenyang, dan makanlah di saat lapar.

Mungkin juga rasa tidak puas itu merupakan sebuah


proses. Proses yang bagi kita tidak bisa dipaksakan.
Apabila kita belum pernah makan durian, kita tidak
bisa di katakan puas atau tidak puas terhadap durian.
Kita bisa mengatakan puas setelah kita makan durian.
Dan apabila kita makan terus menerus tak henti-henti,
itu juga akan membawa kepada proses jenuh. Setelah
jenuh baru kita bisa melampaui rasa durian itu, tidak
ter-obsesi terhadapnya. Saya juga banyak melihat,
orang yang belajar meditasi dengan melampaui
konsentrasi, dimana tidak dibicarakannya kekuatan-
kekuatan hasil konsentrasi. Namun mereka belum
pernah belajar konsentrasi dan mencicipi hasil
konsentrasi. Tentu mereka masih terobsesi dengan hal-
hal semacam itu. Dalam beberapa obrolan dengan
mereka, masih terlihat rasa penasaran mereka dengan
apa yang dinamakan kekuatan pikiran. Dan hal
tersebut yang kadang bisa menyeret mereka kembali
kepada kesadaran yang lebih rendah.

Tenaga dalam, terus terang tidak memuaskan saya.


Malah dengan tenaga dalam kebanyakan orang bahkan
para pelatihnya banyak yang menipu dengan kedoknya
sebagai ilmu yang tidak bisa dibuktikan dengan logika.
Ada yang kemudian ngawur ngomong tentang alam
gaib, tentang jin, bahkan menganggapnya sebagai
latihan spiritual. Ketidakpuasan saya adalah jembatan
untuk memahami tenaga dalam itu sendiri. Rasa tidak
puas itu kemudian mengantar saya kepada makna awal
tenaga dalam sebagai latihan pembersihan. Latihan
yang menghapuskan kerak-kerak emosi, mengikis ego,
yang menjadikan kita penuh dengan cinta kasih. Makna
transcendental inilah yang perlu disadari oleh para
praktisi saat ini maupun oleh kita semua yang ingin
mencicipi sesuatu yang lebih indah, lebih nyaman dan
lebih damai. Mengapa kita terjebak dengan latihan
konsentrasi yang membuat keterkondisian baru.
Bahkan keterkondisian yang mengatakan bahwa
makna transcendental ini adalah makna yang ekstrem.
Sebenarnya tidak demikian.

Bagi anda yang masih berlatih tenaga dalam dan masih


"ingin" melanjutkan silahkan. Ini hanyalah sebuah
pendapat, wacana yang mencoba menggali apa yang
dibutuhkan "diri" ini. Kalau bermanfaat silahkan
direnungkan kembali. Apabila tidak ya didiamkan saja.
Yang jelas, latihan apapun atau metode apapun
haruslah menuntun kita untuk perjalanan ke dalam
diri, yang juga merupakan pengikisan ego dalam
mengantar kita kepada kepasrahan Illahi. Dengan rasa
tidak puas ini, terus terang juga mengantar saya
kepada pemahaman tenaga dalam dari beberapa sudut
pandang. Dengan logika fisika, dengan latihan Yoga,
dengan pemahaman Cakra dan Kundalini, juga dengan
kesehatan terpadu. Melalui cara ini, buku ini, saya
mengajak untuk tidak puas dengan tenaga dalam.
Jangan puas dengan tenaga dalam, apalagi dengan
pelatih dan guru yang baru lulus Taman kanak-kanak
dan ingin mengajar Taman Kanakkanak. Padahal untuk
mengajar taman Kanak-kanak juga perlu ijazah
sekolah yang lebih lanjut. Tenaga dalam, sekali lagi
adalah latihan yang tidak memuaskan. Anda puas?
Berarti anda berhenti berjalan. Berhenti ber-evolusi.
Tidak puas adalah perjalanan, awal perkembangan.
Dan berkembang adalah perubahan yang terus
menerus menuju peleburan. Jadi, jangan puas dengan
tenaga dalam................

DENGAN TEORI FISIKA

Ayah saya, adalah guru fisika saya. Beliau dari jurusan


Mipa UGM yang membaktikan ilmunya sebagai pegawai
sipil ABRI di AAU Yogyakarta, mengajar fisika para
Taruna. Tokoh idolanya adalah Einstein. Dan beliau
bercerita banyak tentang Einstein dan pemikirannya
kepada saya waktu saya masih sekolah menengah.
Pernah suatu malam ayah mengajak saya duduk di
teras rumah dan memandangi bintang-bintang. Saya
sempat bertanya, ada kehidupan lain tidak ya di atas
sana? Ayah menjawab, mungkin ada. Bumi hanyalah
salah satu planet di Galaksi Bima Sakti. Dan alam ini
mempunyai banyak Galaksi yang belum kita jamah.
Mungkin di lain Galaksi ada kehidupan seperti ini. Ayah
juga menjelaskan banyak tentang teori gelombang,
tentang gaya-gaya magnet bumi, juga tentang listrik.
Saya memang tertarik mendengar teori-teori itu,
walaupun saya tidak berkeinginan untuk menjadi
seorang ahli fisika, atau guru fisika. Ketertarikan saya,
karena saya mulai melihat waktu itu, walaupun saya
belum bisa meng-ungkapkannya, bahwa fenomena
tenaga dalam erat kaitannya dengan teori gelombang
dan listrik.

Saya sebal apabila waktu saya bertanya pada


seseorang pelatih tenaga dalam tentang mengapa kita
bisa punya apa yang dipahami sebagai tenaga dalam,
dan dijawab bahwa itu kekuasaan Allah. Benar,
jawaban itu tidak salah. Namun sesuatu yang bisa
dirasakan muncul dalam diri harusnyalah bisa
diungkapkan. Bahkan para Yogi jaman dulu-pun sudah
menemukan bahwa perubahan fisiologi tubuh
mempengaruhi peningkatan kesadaran seseorang. Juga
bahwa tingkatan kesadaran berkaitan dengan warna
yang bisa mempengaruhinya. Itu teori gelombang.
Tenaga dalam sebagaimana yang dipahami secara
umum, sebenarnya adalah bagian dari gelombang
elektromagnetik tubuh. Jadi hal itu bukan sesuatu yang
tidak masuk akal. Tapi sangat masuk akal sekali.
Bukan bantuan Jin ataupun setan, tetapi hasil dari
gelombang elektromagnetik tubuh. Kita akan sedikit
memahami gelombang elektromagnetik ini.
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Menurut James Clark Maxwell,1864, perubahan


besaran medan listrik yang berubah dengan waktu
akan menimbulkan medan magnet yang berubah
dengan waktu. Dengan perubahan medan magnet ini
akan menimbulkan kembali medan listrik yang
besarnya juga berubah. Demikian seterusnya hingga
kita mendapatkan proses yang berantai. Proses itu
yang kemudian akan menghasilkan gelombang yang
dinamakan Gelombang Elektromagnetik. Gelombang ini
merambat dengan kecepatan cahaya dan mempunyai
sifat seperti cahaya. Hasil gelombang elektromagnetik
yang bisa kita lihat dan dengar adalah gelombang radio
dan televisi. Sebenarnya kita juga bisa
memancarkannya dan sebagai alat penangkapnya
adalah otak kita yang berfungsi sebagai pemancar dan
penerimanya.

Bagaimana gelombang itu bisa muncul dari tubuh kita?


Sebelumnya kita lihat struktur pembentuk tubuh kita.
Tubuh tersusun atas beberapa organ tubuh. Organ
tubuh terdiri atas beberapa jaringan tubuh. Jaringan
tersusun atas sel. Dan sel tersusun atas atom. Kalau
dipecah lagi, atom terbagi atas Elektron, Proton dan
Neutron. Sedangkan elektron mengelilingi proton
secara sirkuler. Jadi, dalam tubuh ini terdapat elektron
dalam tiap atom tubuh yang selalu bergerak secara
sirkuler. Kecepatan elektron itu adalah
100.000km/detik. Karena elektron bermuatan listrik,
maka selama bergerak akan menimbulkan arus listrik.
(Arus listrik inilah yang kadang terasa sebagai sensasi
getaran di tulang punggung atau tangan waktu latihan-
latihan tenaga dalam). kemudian akan terjadi medan
magnet yang berubah-ubah karena arus listrik itu.
Medan magnet ini akan dapat menimbulkan medan
listrik yang berubah-ubah juga. Jadi Elektron yang
bergerak mengelilingi inti itu akan menimbulkan
gelombang Elektromagnetik, jadi elektron-elektron itu
akan memancarkan energi. Lintasan elektron
mengelilingi inti tersebut tersusun atas tujuh lapis
lintasan! Dan apabila elektron berada di lapis luar
melintas ke lapisan yang lebih dalam, elektron tersebut
akan memancarkan energi, bernama foton (foton
adalah bagian dari cahaya. Jadi dalam latihan-latihan
Tenaga Dalam juga sering dijumpai melihat loncatan-
loncatan cahaya yang sering dianggap dari alam lain).
Elektron yang berkeliling dalam lintasannya
menentukan energi elektronnya.

Saya juga tercengang dengan lintasan elektron yang


berjumlah tujuh lapis ini. Dimana elektron yang
melintas paling dekat dengan inti mempunyai keadaan
paling stabil untuk atom yang bersangkutan, karena
elektron mempunyai energi potensial yang paling
rendah dalam keadaan ini. Itulah keadaan kepasrahan!
Itulah keadaan jurus Diam! Tujuh lapis lintasan
elektron ini berkait dengan tujuh Cakra, tujuh langit,
dan bilangan tujuh lainnya dalam jenjang spiritual.
Kenapa harus bilangan tujuh? Ada tawaf sebanyak 7
kali, sa'i juga 7 kali.

GERAKAN JURUS

Kita akan melihat gerakan jurus dalam tenaga dalam


dengan gerakan elektron yang keluar dari lintasannya
yang memancarkan energi. Dalam setiap jurus tenaga
dalam di manapun, ada dua prinsip dasar yang tidak
boleh ditinggalkan. Satu : gerakan jurus itu dalam
setiap gerak harus menggesek tubuh. Dua : gerakan
kakinya digeser menggesek tanah. Tidak diangkat. Dua
prinsip ini yang menyebabkan terjadinya perubahan
arus listrik dan medan magnet tubuh. Secara
sederhana kita bisa melihat adanya penggaris plastik
yang digesek di rambut. Kemudian dapat
menyebabkan menarik rambut tersebut setelah
diangkat. Hal itu menunjukkan dengan gesekan akan
menimbulkan medan magnet. Gerakan jurus dengan
menggesek tubuh, akan mengakibatkan perubahan
lintasan elektron. Elektron akan memancarkan energi.
Bagian gesekan itu akan terasa hangat. Arus listrik
tubuh akan berubah. Hal itu dilakukan dalam periode
tertentu yang mengakibatkan terjadinya perubahan
medan magnet menurut waktu juga.

Gerakan kaki yang menggesek tanah juga demikian.


Gesekan kaki dengan bumi akan mempengaruhi medan
magnet tubuh yang menyebabkan arus listrik berubah
menurut waktu juga. Gerakan jurus itu dilakukan
secara periodik yang menyebabkan semakin banyaknya
elektron yang keluar dari lintasannya, berubah jadi
foton, semakin besar medan elektromagnetik yang
dimunculkan. Simple! Logis, dan tidak magis. Hanya
kaidah fisika saja. Perubahan itu sebenarnya terjadi
setiap waktu tanpa kita latihan jurus. Terjadi secara
alami. Namun dengan latihan gerak seperti itu, kita
mempercepat proses evolusi diri. Semisal elektron
akan mencapai inti setelah waktu berjalan 500 tahun,
namun dengan latihan-latihan tertentu kita dapat
mencapainya dalam waktu satu-dua tahun, bahkan
beberapa hari. Latihan seperti itu akan mengantar
kepada kepasrahan diri, ketika energi potensial
elektron berada dalam keadaan rendah dekat inti.
Dengan pemahaman seperti ini, diharapkan latihan-
latihan tenaga dalam tidak terdistorsi dengan sensasi
yang sebenarnya alami terjadi. Ada getaran di
punggung, ya jelas saja. Sedang terjadi perubahan
arus listrik yang secara otomatis terasa. Ada rasa
hangat di tangan, jelas sedang ada perubahan suhu
yang diakibatkan oleh arus listrik itu. Terlihat cahaya
memancar atau menyilaukan, jelas juga karena
elektron yang menjadi foton itu merupakan bagian dari
cahaya. Makna awal jelas sekali, bahwa latihan-latihan
tenaga dalam akan mengantarkan kita kepada keadaan
di saat elektron dekat dengan inti, suatu keadaan
kepasrahan, jurus diam, Zen Sederhana bukan? Dan
siapa saja bisa melakukannya. Hanya saja memang
harus hati-hati dalam latihan-latihan seperti itu, karena
kita bermain dengan arus listrik tubuh. Harus
dibutuhkan seorang guru yang benar-benar memahami
hal tersebut. Bukan guru jadi-jadian, guru kodian, yang
merasa bisa langsung mendirikan perguruan. Nantinya
bukan menghasilkan manusia-manusia yang pasrah,
melainkan malah manusia yang arus listrik tubuhnya
korslet, terjadi kesalahan arus! Pola pikir yang salah,
sempit wawasan, ego yang tinggi, terjebak oleh
halusinasi, itu semua kesalahan yang didapatkan.

Sayangnya, hal seperti ini tidak pernah dijelaskan


pemahamannya kepada murid yang baru belajar.
Padahal penting sekali untuk perjalanannya. Ia akan
mengolah tubuhnya, maka setidaknya ia tahu apa yang
akan terjadi terhadap tubuhnya, dan apa yang akan
didapatkannya apabila ia menyalahi kaidah-kaidah
yang ada. Salah satu sifat gelombang elektromagnetik
adalah dapat mengalami pemantulan dan pembiasan.
Apabila seseorang dengan kadar emosi tinggi, detak
jantung meningkat dan nafas sedikit cepat, maka
denyut otak juga akan lebih cepat. Gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh orang tersebut
akan mudah dipantulkan dan dibiaskan oleh orang
yang dalam keadaan tenang, nafas sedikit pelan, detak
jantung pelan dan denyut otak juga pelan. Pemantulan
itu akan dibawa balik kepada orang yang kadar
emosinya tinggi tadi. Sehingga apabila sebelumnya
orang terkondisi pikirannya dengan terpental, maka
pesan itu akan dibawa balik. Sehingga orang yang
emosinya tidak stabil akan mengalami terpental apabila
mengirim gelombang kepada orang yang emosinya
lebih stabil. Jadi terpentalnya seseorang bukan karena
dia dipentalkan, namun karena memang dia ingin
terpental, sesuai dengan pesan keterkondisian dia
sebelumnya. Memang segala sesuatunya terletak pada
pikiran kita. Karena di sanalah pusat listrik tubuh diatur
dan dijalankan. Orang yang terpental, bisa memutar
sendiri, bisa terpaku diam tidak bisa bergerak, hal
tersebut terjadi karena dia pernah melihat orang lain
seperti itu sebelumnya sehingga menyebabkan
terjadinya memori di pikirannya. Memori itu akan
muncul ketika dirinya sendiri terlibat dalam permainan
gelombang yang tidak stabil.

Suatu ketika seorang teman saya bilang bahwa dia


tidak pernah bisa terpental ketika latihan. Bahkan dia
tidak merasakan apapun ketika diserang dengan
tenaga dalam. Saya bertanya, niat kamu apa waktu
latihan. Dia menjawab, bahwa dia tidak percaya
dengan tenaga dalam dan dia tidak ingin terpental.
Itulah kuncinya! Pikiran dia tidak mau dikondisikan
dengan fenomena tenaga dalam. Lucu juga, sudah
tidak percaya masih mau latihan juga, sebenarnya hal
itu membuktikan bahwa dia masih percaya. Toh masih
mau latihan. Kalau hal itu diteruskan, lama kelamaan
dia akan terkondisi juga, dan akan terpental juga.
Sudah bagus tidak terpental, sudah bagus tidak
merasakan sensasi apaun, kok malah mau terkondisi
oleh hal yang tidak bermanfaat bagi tubuh seperti itu.
Namun banyak yang seperti teman saya tersebut. Yang
sebelumnya sudah stabil pikirannya, malah dibuat tidak
stabil dengan latihan-latihan tenaga dalam yang hanya
mencari untuk mementalkan orang. Akhirnya ya
mudah dikondisikan dengan hal-hal yang malah
memerosotkan kesadarannya. Kasihan!

JURUS DAN GERAKAN YOGA

Pada mulanya, tenaga dalam mempunyai 10 jurus


dasar. Yang di kemudian tahun ada yang di
sederhanakan menjadi 4 atau 5 jurus saja. 10 jurus
dasar tersebut haruslah memenuhi kriteria dasar yaitu
gerakan menggesek tubuh dan kaki menggesek tanah.
Pada tahun 2000 saya mendalami Yoga. Lewat
bimbingan guru saya, saya dapat memahami bahwa
gerakan tenaga dalam adalah gerakan yoga yang
sudah di improvisasi. Dalam Yoga juga mempunyai
beberapa disiplin ilmu, atau aliran. Saya mendalami
Yoga lewat Kundalini Yoga, salah satu aliran Yoga.
Yoga berarti jalan. Bisa juga penyatuan. Jadi Yoga
adalah jalan menuju penyatuan. Gerakan Yoga adalah
mengolah saraf tubuh, terutama tulang belakang. Agar
lebih reseptif, cara pandang menjadi luas, dan
kesadaran menjadi naik. Seorang teman saya bilang
kalau belajar Yoga nantinya bisa terbang, bisa tidur
dalam kondisi kepala di bawah kaki di atas. Saya
mengatakan, dari tahun 1993 saya sudah bisa terbang.
Jakarta ke Frankfurt bisa saya tempuh dalam 12 jam. (
he he he, maklum kerja saya memang terbang.) Kalau
bisa tidur dengan posisi terbalik seperti itu tidak usah
orang yang belajar Yoga, seorang ahli akrobat juga
bisa.

Nasib kata Yoga di Indonesia hampir sama dengan


tenaga dalam, masyarakat sudah menghubungkannya
dengan kekuatan yang lebih dari orang biasa. Yoga dan
tenaga dalam identik dengan kesaktian. Tragis! Jurus,
adalah sesuatu yang dilakukan dengan gerak, pada
posisi tertentu sehingga dapat mempengaruhi saraf-
saraf tubuh. Seperti dalam Yoga, yang diutamakan
adalah kenyamanan tubuh, sehingga setiap gerakan
yoga selalu diberi jeda untuk rileks. Tenaga dalam
sebenarnya juga seperti itu. Tidak ada yang harus
dipaksakan. Antara jurus satu dengan yang lain ada
jeda untuk mengambil nafas, sehingga setelah latihan
akan dirasakan nyaman, bukan capek. Namun
beberapa oknum sengaja untuk membuat latihan
tenaga dalam menjadi dipadatkan. Hal sebenarnya
yang ditempuh untuk menyelesaikan jurus adalah 10
minggu atau 3 bulan untuk 10 jurus, satu jurus satu
minggu. Dibuat menjadi 10 jurus dapat diselesaikan
dalam 10 hari. Satu hari satu jurus. Wow, sudah
seperti mie instan. Hanya diberi air panas, 3 menit
langsung dapat dimakan. 10 hari dalam hari pertama
latihan tenaga dalam sebenarnya bukan untuk
menyelesaikan jurus, namun lebih bermakna kepada
cleansing, pembersihan, sebelum nanti masuk dalam
latihan inti, yaitu pemahaman atau kalau dalam kancah
tenaga dalam terkenal dengan istilah 'pengisian'. 10
hari pertama itu akan kita maknai lebih dalam di bab
Katarsis.
Dalam jurus, antara gerakan dengan nafas haruslah
sinkron. Gerakan dan pengambilan nafas harus
bersama, begitu juga waktu gerakan dan pembuangan
nafasnya. Agak lebih sedikit susah dalam melakukan
jurus untuk pemula, karena gerakan tangan dan kaki
juga harus sinkron, belum lagi ditambah dengan nafas.
Inti dari gerakan itu adalah mengolah saraf tubuh,
terutama saraf tulang belakang yang menjadi pusat
dari bermacam-macam saraf. Juga dengan gerakan
yang sinkron tersebut kita sebenarnya melatih otak
kanan kita untuk aktif. Otak kanan yang berhubungan
dengan segala sesuatu yang menyangkut rasa. Jadi
gerakan jurus itu membantu untuk mengembangkan
rasa, bukan malah menenggelamkan rasa dan yang
muncul adalah keakuan yang semakin tinggi.

Teman saya yang menjadi seorang guru pernafasan,


pernah mengatakan bahwa jurus-jurus perguruannya
ada yang diganti. Saya tanya untuk apa? Dia jawab
bahwa dengan jurus baru tersebut nantinya Kundalini
akan cepat bangkit. Kundalini dalam pandangan dia
adalah kekuatan lebih yang muncul dari dalam diri.
Saya bingung, sebenarnya orang seperti teman saya ini
paham tidak sih dengan jurus, bahwa gerakan jurus
adalah mengolah beberapa saraf sehingga peredaran
darah kita lancar. Dengan demikian kita sehat. Dengan
kesehatan kita akan mampu berpikir secara jernih
terhadap setiap masalah yang ada, dapat berpikiran
terbuka terhadap perbedaan. Dengan lebih reseptif kita
akan mampu melihat kekuasaan Tuhan ada di mana-
mana sehingga tingkat kepasrahan semakin
meningkat. Dan semakin paham tentang jurus seorang
tidak akan menciptakan jurus baru, yang kemudian
hanya akan menambah arogansi diri sendiri. Tetapi
akan dapat lebih memaknai apa yang ada, dapat lebih
melihat kedalam tentang perbedaan yang terlihat.
Perbedaan jurus yang ada, perbedaan aliran yang ada,
perbedaan pola pernafasan yang ada, perbedaan nama
yang ada, yang kesemua itu menuju kepada
penghapusan ego, kepada kepasrahan. Kita bisa
melihat adanya gerakan jurus yang bermacam-macam.
Tolok ukurnya hanya satu, jurus yang dilakukan itu
bermaksud untuk penghapusan ego atau tidak. Kalau
bukan untuk penghapusan ego, berarti tidak
mengantar kepada kepasrahan, tidak mengantar
kepada Tuhan.

Saya juga sempat mendengar seorang teman yang


menciptakan jurus anti tua. Aneh! Katanya dengan
jurus tersebut akan lebih awet muda. Gila! Ketuaan ,
menjadi tua adalah proses alami. Itu sudah hukum
Tuhan bahwa setiap yang hidup akan menjadi tua. Hal
seperti itu kok dilawan. Di mana kepasrahan kita? Jelas
jurus seperti itu tidak membawa kepada kepasrahan.
Sebenarnya dengan mamaknai jurus tenaga dalam
yang tepat, kita bukan hanya anti tua, bukan hanya
awet muda. Tetapi "kita" akan abadi! Akan kekal tidak
tersentuh kematian! Tidak perlu menciptakan jurus
baru, yang penting adalah pemaknaan secara tepat.
Abadi? Ya, setiap jurus yang ada, dari jurus satu
sampai sepuluh adalah mengantar "kita" satu persatu
kepada tingkat kesadaran yang lebih tinggi (akan
dimaknai lebih dalam di bab Jurus dan Cakra). Dengan
memaknai satu persatu secara tepat, kita akan
menyadari bahwa kita bukan tubuh ini. Tubuh ini akan
mati, sesuai dengan asal tubuh ia akan menyatu
dengan tanah, terurai menjadi zat, partikel dan atom.
Lalu diri sejati kita, roh akan tetap abadi, kekal.
Kematian bagi tubuh hanyalah masa transisi, masa
perpindahan bagi diri sejati untuk melanjutkan
perjalanannya. Kalau Yoga berarti jalan, jalan menuju
penyatuan. Jurus berasal dari kata jurusan. Jurusan
adalah jalan menuju. Bus kota jurusan Jakarta ke
Yogya, berarti bus itu dari Jakarta menuju Yogya. Jurus
adalah jalan menuju. Jalan menuju mana? Jalan
menuju penghapusan ego, menuju kepasrahan. Setiap
jurus haruslah dapat menjadi jalan untuk meniti ke
dalam diri. Karena sebenarnya jalan itu terbentang luas
menuju ke dalam diri kita sendiri.

Kalau Anda adalah para praktisi tenaga dalam, apakah


jurus anda sudah mengantar anda kepada jalan ke
dalam diri? Kalau belum, tinggalkanlah jurus tersebut!
Untuk apa anda menghabiskan waktu yang tidak
berguna dengan permainan semu semacam itu. Jangan
gusar, dengan meninggalkan sesuatu anda tidak akan
kehilangan sesuatu. Seperti kata pepatah kuno, di
mana Anda mengawali di situ pula anda akan
mengakhiri. Dengan jurus, kita mengawali suatu
perjalanan ke dalam diri kita sendiri. Menuju Tuhan.

APA LAGI ?

Kita sudah tahu bahwa tenaga dalam itu logis. Ada


kaidah fisika-nya. Jadi tidak magis dan tidak menyalahi
agama. Hanya proses alami biasa. Kita juga tahu
bahwa sebagian besar demo tenaga dalam itu bersifat
mengelabuhi penonton. Di mana hal yang bersifat
umum dibuat seperti khusus. Bahkan banyak yang
menipu dengan kedok Mahar dan kekuatan. Kita
bahkan tahu bahwa pemaknaan jurus tenaga dalam itu
sudah menyimpang dari makna awal yang sangat
Agung, yang sangat indah. Jurus yang harusnya
menjadi jalan menuju kesempurnaan melalui
perjalanan ke dalam diri sudah berubah menjadi
pemunculan kekuatan. Pemunculan apa yang mereka
anggap sebagai 'Kundalini'. Apa yang mereka anggap
sebagai 'pembukaan Cakra'. Kalau sudah demikian, lalu
apa lagi? Apa lagi? Saatnya kita melampaui semua
pengalaman kita. Melampaui bukan meninggalkan. Tapi
memaknai secara mendalam dari pengalaman kita.
Marilah kita lampaui tenaga dalam, saatnya kita
menuju ke dalam diri sendiri, Saatnya kita melakukan
sesuatu yang bernilai..... Untuk menuju kepasrahan,
Untuk menuju kepada Tuhan...............

KONSENTRASI, PROYEKSI PIKIRAN DAN EGO

Ciri yang ada dalam latihan tenaga dalam di Nusantara


selama ini adalah konsentrasi. Konsentrasi yang
dimaksudkan adalah pemusatan pikiran terhadap objek
tertentu. Ada latihan yang mengkonsentrasikan pada
satu titik di antara dua mata, ada yang konsentrasi
kepada nafas, cahaya, bahkan ada yang konsentrasi
kepada getaran-getaran yang dirasakan di tubuh.
Sehingga konsentrasi, pemusatan pikiran menjadi
sesuatu yang dicari-cari, dipaksakan untuk dirasakan.
Konsentrasi, pemusatan pikiran, entah itu pada satu
titik atau pada apapun, akan menjadikan pikiran kita
makin kuat. Ironisnya, dengan pikiran yang kuat itu
akan mengalahkan suara hati yang lebih lembut
daripada suara pikiran. Yang terjadi? Tersenggol sedikit
saja akan terjadi perkelahian, melihat orang lain bisa
melakukan sesuatu yang lebih dari dirinya akan merasa
tersaingi, tidak bisa melihat perbedaan, yang ada
hanya kalahkan, kalahkan dan kalahkan!
Seorang teman saya, yang dalam setiap latihan sehari-
harinya selalu berkonsentrasi kepada lilin dan cahaya,
membuat pikirannya menjadi kuat sekali. Sekali waktu
saat kami sedang ngobrol tiba-tiba dia diam, terlihat
sedang berkonsentrasi terhadap sesuatu. Saya tanya
ada apa? Dia jawab bahwa sedang ada orang yang
mencobanya. Dia cerita bahwa kemaren bertemu
dengan seorang paranormal yang ketika bersalaman,
teman saya merasakan badannya bergetar, dan itu dia
anggap sebagai tantangan. Tragis! Teman saya
terjebak dalam permainan pikirannya sendiri. Dia
menciptakan suasana energi sendiri dan proyeksi
sendiri terhadap apa yang dia anggap kekuatan. Dan
itu membuat teman saya sangat tidak nyaman, yang
dia sendiri tidak menyadari tentang ketidaknyamanan
dia. Konsentrasi, ada yang melakukan pembenaran,
bahwa kita butuh pikiran yang kuat, dengan pikiran
yang kuat kita akan bisa berpikir secara tepat katanya.
Benarkah demikian? Apa yang kita butuhkan, pikiran
kuat atau suara hati yang kuat?

Dengan melakukan latihan pemusatan pikiran, pikiran


akan terlatih menjadi sebuah kekuatan. Tidak mustahil
bahwa dengan hanya mengulangi sebuah kata, yang
terkenal dengan mantra, kita akan bisa memunculkan
suatu kekuatan dari daya cipta kita. Demikian juga
dengan konsentrasi terhadap apapun, di sana pikiran
dikondisikan untuk bisa memunculkan atau
menciptakan sesuatu. Otak manusia adalah suatu alat
dimana pikiran mengaktualisasikan dirinya. Karena
pikiran adalah energi, sebenarnya dia bisa berada di
mana saja, hanya saja dia perlu otak manusia untuk
melampaui dirinya sendiri. Pikiran sebagai energi
tentunya gampang sekali berproyeksi. Proyeksi dari
pikiran ini yang seringkali kita tangkap melalui panca
indera sebagai sebuah realita. Latihan konsentrasi
memberikan lahan bagi pikiran untuk berproyeksi, dan
kita juga menyediakan alat penerjemah proyeksi itu
yaitu panca indera kita. Dengan latihan menguatkan
konsentrasi, kita berada pada titik rawan dalam
menentukan pandangan, apakah itu realita ataukah
halusinasi kita. Ironisnya, apabila yang kita alami
adalah proyeksi pikiran yang kita terjemahkan melalui
mata, dan itu sebenarnya sebagai halusinasi, namun
sampai matipun orang itu akan bersikukuh bahwa yang
dia alami adalah nyata. Opo tumon? Kebanyakan
seperti itu.

Ada latihan ingin melihat alam Jin, kemudian seseorang


disuruh untuk berpuasa. Dalam berpuasa dia sudah
memulai untuk memperkuat pikirannya bahwa akan
melihat alam jin. Setidaknya sudah membayangkan
dulu bagaimana alam jin itu. Kemudian dalam latihan
inti dia harus berkonsentrasi untuk melihat alam jin
tersebut. Di sana kerja proyeksi dimulai. Di saat kita
menggambarkan sebuah alam lain, pikiran sudah
menciptakannya. Alam itu sudah ada di pikiran.
Kemudian dengan konsentrasi kita memunculkannya di
permukaan panca indera. Demikian juga dengan
fenomena Santet. Sebenarnya itu adalah pemanfaatan
proyeksi pikiran untuk menghancurkan tubuh. Tidak
ada benda yang dimasukkan ke dalam perut. Saya
tekankan sekali lagi bahwa tidak ada benda yang
dimasukkan ke dalam perut. Kalau ada paranormal
yang mengeluarkan benda dari dalam perut itu hanya
sulap dari paranormal itu. Tidak demikian. Teror awal
dalam santet memegang peranan penting. Itu akan
mengkondisikan pikiran korban sehingga cemas
dengan serangan santet. Kecemasan itu yang
menimbulkan proyeksi serangan terhadap dirinya
sendiri. Dengan demikian dia merusak fungsi tubuh
sendiri melalui serangan yang dia ciptakan sendiri
dalam pikirannya, yang kesemua itu diawali dari rasa
cemas yang dikondisikan oleh penyantet. Seorang
periang, yang sering tertawa, akan susah kena santet
karena tidak mudah cemas dan tidak gampang
dikondisikan oleh sesuatu. Penangkal santet tidak sulit.
Tidak usah membayar mahal untuk Ruwatan, tidak
usah mengeluarkan jutaan untuk Mahar! Tidak usah
mendatangkan ahli tenaga dalam yang beraksi dengan
tangannya yang berputar untuk menarik energi santet
tersebut. Cukup dengan tertawa, buatlah hidup selalu
ceria, isilah hati dengan cinta, sebarkanlah rasa kasih
kepada sesama, simple...!

Pikiran juga merupakan gudang memori. Sebenarnya


apa yang kita lihat adalah pemunculan memori dalam
pikiran, karena kita bisa mengidentifikasi sesuatu kalau
kita pernah punya memori tentangnya. Kalau kita tidak
punya memori tentang sesuatu, kita tidak bisa
mengenali sesuatu itu. Pikiran yang kuat akan
menjadikan sebuah benteng bagi nurani untuk
membisikkan kebenaran. Kemudian yang terjadi adalah
tindakan pembenaran. Ya, pembenaran, bukan
kebenaran. Dan latihan konsentrasi semacam itu yang
kemudian diklaim sebagai sebuah meditasi, sebagai
sebuah latihan tenaga dalam. Konsentrasi dan tenaga
dalam, sepertinya dua hal tersebut sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan. Kalau latihan tenaga
dalam, pasti yang terbayang adalah konsentrasi. Lalu,
bagaimana latihan tenaga dalam yang tidak
berkonsentrasi? Untuk apa pula kalau latihan tenaga
dalam tidak dengan konsentrasi.
Konsentrasi dalam latihan tenaga dalam, tentunya
akan membuat energi pikiran menjadi kuat, karena
pikiran diberi tambahan vitamin dengan latihan
konsentrasi tersebut. Salahkah? Tidak ada salah dan
benar dalam hal ini. Hanya masalah kesadaran dan
kebutuhan dalam hidup. Kalau kita akan membetulkan
genteng rumah, tentunya kita memerlukan tangga
untuk mencapai atapnya. Persis seperti itu, konsentrasi
adalah anak tangga untuk menuju diam, menuju
terlepasnya konsentrasi tersebut. Apabila kita masih
ingin latihan-latihan dengan konsentrasi, siapa yang
akan melarang? Kita sendiri tentunya yang akan
memberikan tolok ukur untuk diri kita sendiri. Apabila
latihan-latihan konsentrasi tersebut membuat diri kita
nyaman, teruskan. Apabila tidak, untuk apa diteruskan.
Terus terang, latihan semacam itu akan membawa ego
kita semakin kuat. Rasa keakuan semakin tinggi.
Energi pikiran itu akan menjadi semacam lem perekat,
antara rasa keakuan, rasa kepemilikan terhadap tubuh
ini. Menjauhkan diri dari rasa kepasrahan. Akan merasa
diri ini yang mempunyai kekuatan, yang memiliki
segalanya. Untuk menjembatani diri menuju ke dalam
diri sendiri, menuju jurusan kepasrahan, saya tidak
yakin latihan tenaga dalam tidak memerlukan
konsentrasi. Yang dibutuhkan sebenarnya bukan
konsentrasi, hanya saja para pelatih salah mengartikan
dan memahami konsentrasi tersebut.

Dengan pemahaman konsentrasi yang selama ini


dilakukan, jelas saja akan membawa ego semakin
kuat. Latihan-latihan tenaga dalam sebenarnya cukup
dengan menyadari terhadap sesuatu, memperhatikan
sesuatu, mengamati sesuatu, bukan konsentrasi.
Dalam awal latihan, sebetulnya bukan konsentrasi pada
nafas, tetapi berusaha menyadari, merasakan nafas.
Hanya memperhatikan keluar masuknya nafas melalui
hidung. Bukan konsentrasi, dan kita akan merasakan
bedanya. Konsentrasi pada nafas dan memperhatikan
keluar masuknya nafas, sangat beda. Namun para
pelatih banyak yang mengarahkan untuk konsentrasi,
sehingga pikiran dilatih untuk dipaksakan membentuk
suatu kondisi. Hal ini sangat mendasar sekali, cobalah
untuk merasakan sesuatu yang menyamankan diri,
lepaskanlah konsentrasi. Melepaskan konsentrasi
bukan mengosongkan pikiran. Jangan takut dengan
rasa takut bahwa nanti akan dimasuki sesuatu kalau
tidak konsentrasi, karena pikiran kosong. Tidak, pikiran
tidak kosong. Omong kosong kalau ada yang
mengatakan bahwa pikiran bisa kosong. Selama
manusia masih bernafas, pikiran tidak bisa kosong.

Melepaskan konsentrasi adalah melepaskan tindakan


pemaksaan pikiran terhadap suatu situasi. Kemudian
yang kita lakukan adalah menyadari, memperhatikan,
ya hanya memperhatikan. Konsentrasi sebagai anak
tangga menuju dekonsentrasi. Latihan tenaga dalam
bukan sebuah latihan untuk memunculkan kekuatan
seperti selama ini dipahami secara luas. Latihan tenaga
dalam adalah latihan untuk melepaskan sampah-
sampah Jiwa dalam diri. Sehingga beban diri
berkurang, jiwa menjadi tenang. Dengan konsentrasi,
kita tidak akan bisa melepaskan beban-beban jiwa
terebut. Yang diperlukan hanyalah menyadari setiap
proses latihan. Mengamati setiap proses latihan. Jadi,
apabila latihan-latihan yang penuh dengan konsentrasi
tersebut masih membuat beban jiwa tidak berkurang,
membuat pikiran terjebak dalam proyeksinya sendiri.
Entah itu tentang dunia Jin, dunia gaib, ataupun
tentang kekuatan, juga membuat diri masih belum
nyaman, untuk apa lagi? Mungkin latihan yang penuh
konsentrasi tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi bagi
anda. Sudah tidak cocok lagi dengan kondisi jiwa saat
ini. Pilihan tetap ada pada kita, konsentrasi dan ego,
atau melampaui latihan konsentrasi dan mendapatkan
kenyamanan diri. Tentunya rasa nyaman tersebut
didapat setelah beban jiwa berkurang. Bisa juga beban
jiwa tidak berkurang karena kita melakukan latihan
konsentrasi yang menjadikan kenyamanan semu hasil
dari kondisi pikiran. Ya, tapi sampai kapan. Hal
tersebut hanya menghidupkan bom waktu dalam diri.
Seperti saat kita mengulang sebuah mantra. Akan ada
rasa nyaman, bahkan rasa bahagia. Begitu juga
konsentrasi pada nafas. Kita mengalihkan perhatian
kepada hal lain. Ada rasa tidak nyaman dalam diri. Ada
beban dalam jiwa. Namun beban tersebut tidak
diselesaikan, tidak dikikis, dan kita hanya mengalihkan
rasa tidak nyaman dan beban itu kepada hal lain, yaitu
konsentrasi pada nafas.

Melampaui konsentrasi, yaitu dengan memperhatikan


proses latihan. Apabila latihan dengan nafas, hanya
memperhatikan proses pernafasan. Apabila latihan
dengan lilin, hanya memperhatikan lilin, apabila latihan
dengan gerakan, hanya menyadari proses gerak
tersebut. Menyadari segala sesuatunya sedang
berlangsung, menjaga kenyamanan diri. Itulah tenaga
dalam dalam pemaknaan yang transcendental.
Kemudian ada yang bertanya, kalau dengan
konsentrasi bisa memunculkan kekuatan, bagaimana
dengan proses memperhatikan ini yang tidak
konsentrasi? Kekuatan yang dihasilkan dari konsentrasi
adalah kekuatan pikiran kita, dan hal itu sangat sulit
dikontrol oleh nurani. Ego bermain untuk menunjukkan
bahwa akulah yang paling kuat. Namun, apabila kita
melampaui konsentrasi, kita masuk dalam keadaan
pasrah. Menuju Tuhan. Sebenarnya tidak perlu ada
yang ditanyakan setelah sampai di sini. Kita terhubung
dengan kekuatan Illahi. Dalam bahasa lain, kita
diguyuri energi alam semesta, energi Illahi. Mana yang
lebih menyamankan, energi pikiran hasil olahan kita,
atau energi Illahi yang menuntun kita? Sebaiknya
jangan terjebak juga dengan perbandingan energi
apapun. Latihan pelampauan konsentrasi tidak untuk
membuktikan apapun. Sekali lagi bukan juga yang
terbaik atau benar. Yang terbaik bagi diri sendiri adalah
segala sesuatu yang menyamankan, yang bisa
membawa diri kepada rasa bahagia yang tidak semu.

Melampaui tenaga dalam adalah pilihan bagi kondisi


jiwa yang jenuh dengan latihan yang ada selama ini,
yang memang dirasakan tidak membawa perubahan
dalam evolusi jiwanya. Apabila demikian, lepaskanlah
latihan konsentrasi! Saat ini kita harus mulai untuk
menyadari sesuatu, bukan konsentrasi pada sesuatu.
Saat awal latihan, cobalah hanya merasakan nafas.
Hanya menyadari proses keluar masuknya nafas. Bagi
para praktisi tenaga dalam, sebelum latihan jurus,
sadarilah proses pernafasan ini, rasakanlah proses
pernafasan ini. Memang betul apabila kita menarik
nafas dan menahannya di perut, itu akan menyulut
generator energi yang ada di sekitar perut. Efeknya
yang terasa tubuh akan panas. Namun banyak yang
tidak tahu kalau latihan itu sebenarnya bahaya bagi
otak manusia. Dan juga kita sekarang hidup di daerah
tropis, mengapa masih juga akan memanaskan tubuh
ini? Belum capek berkeringat? Sadarilah, hanya
memperhatikan nafas keluar dan masuk. Kemudian
apabila sudah masuk latihan jurus, jangan konsentrasi
terhadap apapun. Jurus yang anda lakukan sebenarnya
mengolah saraf-saraf tulang belakang. Jadi, nikmati
setiap gerakan yang ada. Memperhatikan gerakan yang
dilakukan.

Lakukan dengan penuh kenyamanan. Beri jeda antara


jurus satu dengan yang berikutnya. Tidak perlu
mengejar untuk berkeringat. Sepuluh jurus dasar
tenaga dalam kalau dilakukan dengan kenyamanan
sudah memperbaiki saraf-saraf kita. Kalau kita latihan
jurus dengan menahan nafas di perut, generator listrik
tubuh di perut akan aktif, kemudian saraf tulang
belakang akan merespon untuk mengangkatnya
sampai di otak. Bayangkan! Tubuh kita sudah tersusun
atas kerja listrik sendiri sesuai organnya. Setelah pusat
listrik di perut yang dikenal oleh kalangan tenaga
dalam sebagai pusat tenaga, ada yang
menganggapnya sebagai energi murni, bahkan
Kundalini, itu terangkat sampai di otak, memang kita
akan merasakan sensasi yang indah. Kita merasa
melihat cahaya, bunga api warnawarni, ada getaran di
tulang punggung, tangan bisa bergetar sendiri. Mereka
menganggapnya sangat indah. Dan ironisnya itu yang
kebanyakan dicari orang. Kebanyakan tidak menyadari
bahwa mereka menciptakan halusinasi bagi dirinya
sendiri. Walaupun itu dianggap nyata. Padahal hanya
sensasi listrik tubuh yang disalahjalankan.

Rasakanlah perubahan yang ada apabila anda


melampaui konsentrasi. Yang jelas, kenyamanan tubuh
menjadi tolok ukurnya. Lakukan latihan sesuai porsi
bagi diri sendiri. Kebanyakan di berbagai perguruan,
latihan akan disamakan bagi semuanya. Apabila jurus
dengan menahan nafas harus dilakukan sebanyak 20
langkah, semua harus melakukan demikian. Padahal
masing-masing tubuh mempunyai porsi sendiri-sendiri.
Lakukanlah sesuai porsi anda. Jaga kenyamanan diri.
Apabila capek berhenti sebentar. Kita tidak perlu
menaikkan pusat listrik perut ke otak. Di perut
memang diperlukan listrik yang agak banyak karena
organ pencernaan bekerja mencerna makanan, maka
dari itu Tuhan menempatkan pusat tenaga di sana.
Dengan latihan melampaui keonsentrasi ini kita akan
menaikkan Kundalini sampai ke atas. Namun
pengertian Kundalini tidak seperti pengertian dalam
kalangan tenaga dalam dewasa ini. Kita akan
menyelaminya dalam bab berikutnya.

Lampauilah konsentrasi, apabila menyamankan Anda,


memberikan rasa yang tidak ingin menantang sana dan
sini, membuat jiwa menjadi lembut dan menuju kepada
kepasrahan, tingkatkan terus latihan tersebut, sampai
nanti jurus-juruspun terlampaui. Namun apabila Anda
masih ingin latihan dengan kekerasan dan konsentrasi,
jangan buru-buru meninggalkannya, lakukanlah terus
sampai jenuh. Apabila hari ini masih latihan 2 jam,
besok tambah menjadi 4 jam, besoknya menjadi 8
jam, demikian sampai anda jenuh dan bertanya,
setelah ini apa lagi? Setelah ini apa lagi? Pertanyaan itu
nantinya yang akan membawa Anda merasakan
sesesuatu yang lebih berharga, lebih berharga karena
Anda bisa menghargai latihan-latihan yang
menyejukkan, mendamaikan dan mengantar Anda
kepada diri anda yang berada di dalam diri sendiri.
Suatu perjalanan ke dalam diri sendiri yang selama ini
terlupakan.

KESEHATAN
Latihan tenaga dalam untuk apa? Untuk sehat?
Memang benar, sebagian orang tertarik latihan tenaga
dalam karena iklannya yang bisa menyembuhkan
berbagai penyakit. Teman saya, yang beberapa waktu
yang lalu saya temui dalam keadaan tidak seimbang
jiwanya, mengatakan bahwa pada mulanya dia ingin
latihan tenaga dalam karena iklannya bisa
menyembuhkan penyakit maag seperti yang dia derita
(padahal latihan dengan pola nafas keras seperti itu
tidak cocok untuk penyakit infeksi, seperti saya saat
sakit dulu). Lain halnya kalau tenaga dalam dimaknai
sebagai pelampauan konsentrasi sehingga pola
nafasnya akan lembut, di sana orang yang sakit
kronispun bisa melakukannya. Kembali pada teman
saya. Dia tidak menyadari kalau sebenarnya penyakit
maag dia itu hasil akumulasi masalah yang ada di
kehidupannya. Beban dia sebagai kepala rumah tangga
dan tuntutan anak-anak menjadikan perut dia rentan
terhadap stress. Lalu latihan yang dia jalani tidak
menyelesaikan masalah yang sebenarnya ada di
lapisan kesadaran emosinya. Hasilnya, alam bawah
sadarnya diaduk-aduk dengan pola konsentrasi yang
dijalani. Keseimbangan jiwanya tergannggu dan dia
sekarang untuk sementara berada dalam rehabilitasi
rumah sakit. Seandainya saat itu dia tahu bahwa
penyakit maag itu karena ada masalah di
keseimbangan emosinya, kemudian kalau dia latihan
tenaga dalam dimaknai sebagai katarsis, sebagai
pembersihan dari sampah-sampah emosinya, mungkin
ceritanya akan lain.

Kesehatan adalah awal, betul. Apabila masih punya


masalah dengan kesehatan, tubuh merasa tidak enak
atau sakit, selesaikanlah dulu. Tenaga dalam memang
menawarkan kesehatan pada mulanya. Namun itu
bukan tujuan dari latihan tenaga dalam. Kita harus
sehat dulu. Dengan kesehatan kita akan nyaman,
setelah itu pendekatan kita kepada Tuhan akan
semakin jernih dan semakin penuh dengan
penghayatan. Kadang ada yang berlebihan juga,
iklannya sangat heboh bahwa bisa menyembuhkan
penyakit apa saja, yang kronis sekalipun. Kalau
demikian, mengapa rumah sakit masih juga penuh
pasien? Tidak, bukan demikian. Rumah sakit dengan
para dokternya punya peran sendiri. Ada penyakit yang
tidak bisa selesai dengan tenaga dalam, demikian juga
para praktisi kesehatan di luar dokter yang dikenal
melalui pengobatan alternatifnya, mereka punya peran
sendiri karena ada penyakit yang tidak bisa selesai
dengan penanganan medis. Masing-masing punya
peran dan jalannya. Tidak ada klaim bahwa seseorang
bisa menyembuhkan segalanya, kalau ada itu bohong.

Melampaui tenaga dalam, sehingga menyadari latihan


pembersihan melalui pola nafas sehingga sampah
emosi bisa dibudayakan, sampah yang membebani jiwa
bisa dikeluarkan, hal itu akan membawa dampak
ketenangan pikiran. Pikiran yang tenang akan
membawa akibat kerja organ tubuh tidak terganggu.
Organ tubuh akan bekerja sesuai dengan perintahnya.
Karena pikiran tidak ada beban sampah, maka perintah
dari otak ke seluruh organ tidak terganggu. Kemudian
ditambah dengan latihan jurus yang mengakibatkan
lancarnya peredaran darah, kerja jantung normal.
Sehingga tidak ada penumpukan lemak sepanjang
arteri yang bisa menyebabkan gangguan ginjal,
jantung dan darah tinggi bahkan stroke. Dengan
demikian kesehatan tercapai. Simple, bukan magic!
Seseorang yang terganggu kesehatannya-pun akan
tertolong dengan latihan-latihan pembersihan seperti
itu. Sebenarnya kesehatan kita tergantung pada
pikiran kita.

Pada waktu Louis Pasteur menemukan bakteri, dia


mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh mikro
organisme itu. Sahabatnya, Claude Bernard
menyanggah bahwa kalau lahan tubuh kita, atau
kondisi tubuh tidak menyediakan tanah subur bagi
mikro organisme untuk berkembang, tidak akan terjadi
penyakit. Pasteur menolak pendapat sahabatnya
sepanjang hidupnya itu. Namun di saat terakhir
menjelang kematiannya, Pasteur mengatakan kepada
sahabatnya, "engkau benar sahabatku, sekarang
tergantung lahan tubuh kita. Yang menyebabkan
penyakit bukan mikro organisme itu, melainkan kondisi
kita sendiri".

Demikian, akhirnya Pasteur mengakui kalau sebab


penyakit adalah tubuh sendiri. Para dokter sekarang
juga menyimpulkan kalau penyakit disebabkan 90
persen pikiran. Guru saya bahkan mengatakan kalau
penyakit disebabkan 100 persen pikiran. Saya
sependapat dengan beliau. Demikianlah adanya.
Segala sesuatunya bersumber dari pikiran manusia.
Pikiran yang tenang (tenang dalam arti bukan
ditenang-tenangkan), akan membawa kenyamanan
tubuh. Ya, kita bisa menenang-nenangkan pikiran kita
padahal sebenarnya sangat kacau. Usaha untuk
membuat tenang pikiran belum bisa dikatakan pikiran
telah tenang. Ketenangan pikiran akan tercipta dengan
sendirinya, apabila beban pikiran sudah berkurang.
Apabila sampah-sampah pikiran, sampah emosi sudah
dibuang.
Latihan tenaga dalam tanpa konsentrasi, yang
memaknai latihannya sebagai pembersihan sampah
emosi, akan membawa kepada kesehatan secara
terpadu, secara holistik, secara menyeluruh. Kesehatan
terpadu inilah yang sebenarnya harus kita usahakan.
Karena kita butuh keseimbangan antara lapisan-lapisan
tubuh kita. Apabila kita melatih konsentrasi yang kita
dapatkan adalah kuatnya lapisan pikiran kita. Dan
penyakit yang bersumber dari lapisan yang lebih dalam
yaitu lapisan mental tidak akan tembus keluar sampai
fisik. Sementara waktu kita kelihatan sehat. Namun
saat penyakit itu meledak menembus lapisan pikiran,
hasilnya akan sangat merusak lapisan fisik.

Ini adalah urutan dari lapisan kesadaran diri: 1.


Lapisan fisik, yaitu yang kelihatan sebagai tubuh 2.
Lapisan energi/pikiran, menyangkut masalah energi
pikiran kita 3. Lapisan mental emosional, yang kita
kenal sebagai rasa kita 4. Lapisan Intelejensia, yaitu
rasa universal. 5. Lapisan Spiritual. Nah, latihan tenaga
dalam dewasa ini mengolah lapisan pikiran atau energi
tersebut. Konsentrasi yang digunakan akan
menebalkan lapisan ini. Ada juga yang mengatakan
bahwa "beberapa perguruan tenaga dalamkan juga
mengajarkan meditasi, jadi sudah mencakup semua
lapisan yang diolah". Tapi meditasi yang ada di tenaga
dalam masih menggunakan konsentrasi juga,
menguatkan pikiran juga, sama saja, sami mawon!
Banyak yang tidak tahu kemudian terjebak dalam
pengertian yang salah tentang meditasi ini. Ada juga
yang meditasi dengan iming-iming bisa mengunjungi
alam gaib, alam jin, bahkan ketemu dengan para wali.
Sungguh lucu.
Saya pernah baca iklan di sebuah majalah tentang
meditasi yang menawarkan kemampuan kesaktian.
Bisa melihat jauh, melihat roh. Seorang teman saya
ternyata tertarik dengan iklan itu. Dia segera mencari
alamat si paranormal di iklan itu, dan ketemu. Lalu
setelah negosiasi disepakati Maharnya ( dia tidak minta
bayaran, hanya Mahar, mas kawin!) sebesar 500 ribu.
Teman saya setuju karena katanya langsung bisa
melihat jin. Masuklah teman saya di sebuah kamar
dengan dituntun untuk membaca mantra. Kemudian
setelah itu lampu kamar dihidupkan dan teman saya
disuruh melihat kaca di depannya. Paranormal itu
bilang pandangi terus karena nanti jinnya akan
kelihatan dari situ. Merasa tidak berhasil dan capek,
teman saya minta stop saja sampai di sini. Dan karena
tidak berhasil uangnya diminta setengah saja. Namun
Paranormal itu malah menakut-nakuti dengan ancaman
kalau Mahar tersebut ditarik akan didatangi sekawanan
jin di rumahnya. Dengan perasaan takut, pulanglah
teman saya tersebut. Setelah cerita dan saya bilang
bahwa kalau jin itu datang tanggung jawab saya, akan
saya hadapi, barulah dia bisa tenang. Orang seperti
teman saya itu banyak, mereka menjadi bahan bulan-
bulanan oknum yang tidak tanggung jawab.

Selama latihan tenaga dalam tidak dimaknai kembali,


ia tidak akan membawa kepada kesehatan terpadu.
Seluruh lapisan kesadaran itu harus dalam porsi yang
sesuai dengan kebutuhan dia saat ini. Tidak boleh ada
yang lebih besar atau lebih kecil. Tidak boleh hanya
satu saja yang diolah, yang lain didiamkan. Tidak.
Semuanya penting, semuanya berguna sesuai dengan
kebutuhannya. Semuanya mendukung dalam
peningkatan Kundalini manusia. Maknailah latihan
tenaga dalam sebagai pembersihan, sebagai
pembuangan sampah. Tentang bagaimananya akan
kita selami dalam bab berikutnya. Yang jelas,
kesehatan adalah bukan tidak pernah sakit sama
sekali. Kita akan merasa sehat kalau pernah
mengalami sakit. Kita juga tahu sakit setelah kita
mengalami sehat. Nah, bagaimana menyikapi suatu
penyakit itu yang penting. Dan latihan tenaga dalam
dengan pelampauan konsentrasi mengajak kita untuk
itu. Kita akan menjadi manusia yang normal. Yang
kadang mengalami sakit, untuk mencambuk kita
supaya lebih menyadari peran tubuh ini. Setelah
latihan melampaui konsentrasi bukan berarti tidak sakit
sama sekali. Kalau sudah umur lebih dari 40 tahun ya
wajar kalau "mesinnya" perlu perawatan ekstra.
Bagaimanapun juga, mesin lama tidak sama dengan
mesin baru.

Waktu saya latihan tenaga dalam, saat itu latihan di


pantai selatan Yogyakarta. Latihan itu yang ditunggu-
tunggu oleh kami. Hanya karena fenomena pantai
selatan yang misterius. Namun ada yang menarik,
yang sekarang baru saya pahami dalam latihan
tersebut. Ada salah satu jurus, yang harus dilakukan
dengan teriakkan. Sambil melakukan jurus dengan
membuang nafas, sambil berteriak sekeras-kerasnya.
Kami tidak tahu untuk apa saat itu. Ternyata latihan itu
adalah salah satu teknik untuk membudayakan emosi,
membuang beban sampah pikiran. Sayang, latihan
seperti itu kabur maknanya. Karena yang kami tahu
saat itu adalah dengan teriakkan, tenaga kita akan
semakin besar. Sekali lagi sayang. Andai latihan seperti
itu dimaknai secara benar, diberikan pemahaman yang
tepat, akan membawa rasa kenyamanan, membawa
kepada kesehatan dan ketenangan pikiran. Yang jadi
masalah sebenarnya adalah cara pandang kita
terhadap penyakit. Anggapan kita terhadap istilah
sehat itu sendiri. Mengembalikan makna tenaga dalam
kepada makna yang bukan mencari kesaktian, bukan
latihan konsentrasi menguatkan pikiran, bukan pula
mencari kesehatan, namun sebagai latihan
pembersihan akan membawa kita kepada pemahaman
atau cara pandang baru terhadap penyakit. Kalau kita
sakit, kita tidak akan bingung. Harus diapakan penyakit
ini.
Penyakit yang kita dapat adalah sinyal alam kepada
tubuh bahwa ada sesuatu yang salah dan harus
diperbaiki. Kita harus introspeksi diri terhadap pola
hidup kita. Apakah kita kelebihan makan atau
kebanyakan mengeluarkan energi untuk kerja, atau
ada sesuatu yang lain. Hal-hal tersebut dapat dengan
jernih kita lihat, kita pahami setelah pikiran kita
tenang. Menenangkan pikiran dengan cara membuang
sampah-sampah beban dari pikiran tersebut.
Kesehatan adalah awal dari perjalanan kita menuju
kepasrahan. Jadi, kesehatan bukan tujuan utama dari
latihan tenaga dalam, hanya langkah pertama untuk
menapak ke langkah-langkah berikutnya. Kalau kita
nyaman, kita sehat, perjalanan ke dalam diri untuk
menemukan 'Diri' tidak terganggu dengan keluhan fisik
dan kesehatan. Kesehatan akan kita dapat dengan
sendirinya dengan pemaknaan kembali tenaga dalam,
tentunya kesehatan terpadu, menyeluruh. Bukan
kesehatan temporer yang kita dapat karena kekuatan
konsentrasi kita menghalangi penyakit yang lebih
dalam untuk muncul. Pemaknaan tenaga dalam yang
benar dan tepat akan mengolah seluruh lapisan
kesadaran sesuai porsi dan kebutuhannya, tidak lebih
dan tidak kurang.
TUBUH

Seperti telah kita bicarakan sebelumnya bahwa tubuh


kita tersusun atas beberapa rangka dan organ tubuh.
Masing-masing organ bekerja sesuai dengan porsi dan
fungsinya sendiri-sendiri. Yang menjadi pusat perintah
dari organ tubuh adalah otak manusia. Dari sana
seluruh memori dan cara kerja dilangsungkan. Tenaga
dalam adalah latihan yang mengolah tubuh, disamping
mengolah seluruh lapisan kesadaran, supaya tubuh
fisik siap untuk menerima perubahan-perubahan atau
peningkatan kesadaran, dalam bahasa Tenaga Dalam
adalah fisik kita kuat kalau 'jalur tenaga dalam terbuka'
dan 'tenaga dalam kita bangkit'. Ya, tubuh memang
harus diperhatikan karena lewat tubuh ini Jiwa
mengalami evolusi. Kalau fungsi tubuh terganggu,
tentunya perjalanan kita juga terganggu, jiwa tertunda
untuk mengalami evolusinya. Waktu saya latihan
tenaga dalam, saat itu diberi tahu bahwa fisik harus
kuat. Jadi latihan fisik dengan keras. Kadang kuda-
kuda harus sangat pendek, kalau naik sedikit akan di
pukul dengan gedebong pisang.

Saat itu benar-benar keras. Karena nanti


mempersiapkan kalau tenaga dalam bangkit, fisik
sudah kuat. Kalau tidak kuat katanya akan sakit,
bahkan bisa gila. Namun saat itu karena pemahaman
yang diberikan hanya pas-pasan, latihan keras tersebut
malah membawa dampak yang kurang baik. Kita jadi
terdidik keras. Sudah biasa dipukul dengan gedebog
pisang, sudah biasa latihan sampai lemas, akhirnya
keakuan yang muncul. Mungkin tanpa kita sadari saat
itu. Akhirnya kalau nantang orang ya biasa saja. Kalau
dipukul orang ya biasa saja. Kalau ngotot sama orang
ya biasa saja. Sepertinya tidak ada yang kita takuti.
Kalau bisa semua akan ditantang!

Pemahaman latihan seperti itu harus dilihat kembali.


Tubuh memang harus dipersiapkan. Tetapi tidak harus
dipaksa seperti latihan yang sangat keras. Tubuh juga
punya kapasitasnya dalam melakukan sesuatu.
Kesalahan para pelatih dalam latihan seperti itu adalah
menyamakan latihan bagi siapa saja. Padahal
masingmasing individu punya kapasitasnya sendiri-
sendiri. Seharusnya para pelatih melihat, latihan apa
yang cocok bagi muridnya. Namun, karena banyak
pelatih yang hanya memikirkan uang, kalau yang
latihan semakin banyak tentunya uang yang masuk
juga akan banyak. Hal-hal itu yang kemudian merusak
dan mendistorsikan makna latihan tenaga dalam.
Apalagi kalau perguruannya sudah menjadi yayasan
yang memikirkan untung rugi, murid hanya akan
menjadi objek pemasok uang. Kalau suatu perguruan
yang latihan sangat banyak, tentunya pelatih tidak
akan bisa memperhatikan satu-satu anak didiknya.

Seharusnya suatu perguruan membatasi murid, supaya


hubungan personal antara pelatih dan anak didik
tercipta. Bukan malah mencari murid sebanyak-
banyaknya. Saya pernah melihat suatu perguruan yang
latihan di lapangan sepak bola. Yang mengikuti sangat
banyak. Sehingga pelatihnya memberikan instruksi dari
depan tanpa melihat yang paling belakang. Padahal,
jurus yang dilakukan adalah mengolah saraf tubuh.
Pernafasan yang dilakukan adalah pembersihan.
Bagaimana pelatih tahu kalau ada yang salah
melakukannya? Mereka hanya memikirkan kuantitas,
bukan kualitas! Sungguh sangat sayang.
Dalam tradisi Yoga, para Yogi menemukan bahwa
peningkatan kesadaran manusia membawa dampak
perubahan fisiologi pada diri manusia. Lalu terciptalah
latihan yoga. Dengan maksud, kalau perubahan
kesadaran membawa perubahan fisiologi, maka dengan
perubahan fisiologi dapat membawa perubahan
kesadaran juga. Maka latihan yang ada adalah
mengolah tubuh fisik sehingga dimaksudkan membawa
peningkatan kesadaran. Demikian juga dengan tenaga
dalam. Tenaga dalam bukan untuk memunculkan
kesaktian. Latihan tenaga dalam seperti latihan Yoga.
Hanya saja ada beberapa yang diubah, yang
dicocokkan dengan kebutuhan manusia nusantara saat
itu, pada jaman itu. Latihan jurus tenaga dalam
mengolah tubuh fisik, membawa perubahan pada
fisiologi tubuh sehingga dimaksudkan akan
meningkatkan kesadaran yang berlatih. Hanya karena
ada yang menyelewengkan maka makna itu sudah jauh
bergeser.

Latihan tenaga dalam terlihat seperti latihan


Kanuragan, yaitu olah fisik untuk memunculkan
kekuatan. Padahal Kanuragan bukan tenaga dalam.
Sebagian orang sudah menganggapnya demikian,
tenaga dalam ya Kanuragan, tenaga dalam ya
kekuatan. Bukan, sama sekali bukan. tenaga dalam
sebenarnya tidak ada urusan sama sekali dengan
kekuatan. Pemahaman tersebut terbentuk setelah
latihan tenaga dalam mengalami distorsi makna yang
jauh sekali. Tenaga dalam adalah urusan pembersihan
dan pembangkitan apa yang di namakan 'bangkitnya
tenaga dalam'. Dan, fenomena 'bangkitnya' tenaga
dalam bukan pemahaman seperti selama ini beredar di
kalangan umum, yaitu setelah tenaga dalamnya
bangkit, kita punya kekuatan yang lebih dahsyat.

Tubuh, mempunyai arti penting bagi latihan Tenaga


Dalam karena memang dari olah tubuh diharapkan
akan terbentuk susunan saraf yang responsif terhadap
alam. Susunan saraf yang mendukung peningkatan
kesadaran manusia. Susunan saraf yang membuat
sudut pandang kita berubah menuju kemajuan evolusi
spiritual, yang siap untuk menerima pelajaran spiritual.
Dewasa ini banyak yang menghubungkan latihan
tenaga dalam dengan latihan spiritual. Bahkan ada
yang membumbui dengan meditasi ala tenaga dalam
dan mengkaitkannya dengan spiritualitas. Juga
beberapa perguruan berdiri dengan nama baru supaya
kelihatan berciri spiritual. Maklum, masyarakat kita
sedang gandrung dengan sesuatu yang berbau
spiritual, sehingga segala hal yang berhubungan
dengan itu atau sengaja dihubung-hubungkan akan
laris sekali. Lalu beberapa oknum memanfaatkan
situasi ini untuk mendatangkan keuntungan materi.

Sekali lagi, latihan tenaga dalam bukan latihan


spiritual. Apalagi kalau meditasi-nya menggunakan
konsentrasi yang menguatkan pikiran. Beberapa
oknum sengaja mencatut salah satu bahasa agama
sehingga dengan doa dan amalan yang dilakukan
dianggap sudah spiritual. Sayang, dan banyak
masyarakat kita yang terjebak. Latihan tenaga dalam
hanya mempersiapkan kondisi kita, baik fisik maupun
kesadaran, sehingga nantinya siap untuk menerima
pelajaranpelajaran spiritual. Maka dari itu, bisa dibilang
bahwa seluruh latihan tenaga dalam adalah metode
pembersihan jiwa.
Tubuh, dalam latihan tenaga dalam memperhatikan
tiga sistem organ yang di harapkan bagi kenyamanan
tubuh sendiri. Tiga sistem organ tersebut adalah
jantung, otak dan ginjal. Jantung adalah organ pekerja.
Apabila tekanan hidup mengkondisikan seseorang
untuk stress, organ jantung dipaksa untuk
mengingkatkan tekanan darah dengan memompa lebih
keras. Saat jantung membesar untuk memompa darah,
ia memerlukan lebih banyak aliran darah untuk
mempertahankan kebutuhannya yang meningkat.
Apabila kebutuhan nutrisi jantung tidak terpenuhi,
banyak sel-sel otot jantung yang mati, juga
penimbunan lemak dalam arteri jantung. Otak akan
terpengaruhi melalui tekanan darah yang tinggi yang
menyebabkan pecahnya pembuluh darah atau
pendarahan otak. Hal ini akan mengakibatkan
kerusakan fungsi otak, yang di kenal sebagai stroke
atau shock. Ginjal yang berfungsi sebagai sensor bagi
tekanan darah normal, apabila terjadi penyumbatan
pembuluh darah ginjal, ginjal akan bereaksi
mengeluarkan hormon yang menaikkan tekanan darah
ke seluruh tubuh. Demikian terjadi hubungan yang
saling merusakkan.

Latihan tenaga dalam memberikan kenyamanan bagi


tubuh, sepanjang hal itu dilakukan dengan pemahaman
yang tepat. Apabila tidak, kita memaksa tubuh untuk
bekerja, latihan konsentrasi akan melelahkan otak,
walaupun dikatakan menguatkan pikiran. Apabila kita
melakukan rileksasi, ketika itu kita sedang merangsang
kelenjar pineal untuk mengeluarkan hormon melatonin
yang berfungsi untuk kenyamanan tubuh.
Dulu, waktu saya masih sering terbang ke Amerika
Serikat, sampai di sana pasti merasakan jetlag,
perubahan jam tidur dan metabolisme tubuh. Saya dan
teman-teman merasa tersiksa dengan itu. Kemudian
banyak teman yang membeli obat di sana, obat itu
bernama Melatonin. Setelah obat melatonin di minum,
tubuh akan segar kembali dan bisa menyesuaikan diri
dengan waktu setempat. Sekarang saya baru sadar,
bahwa melatonin itu ada dalam tubuh kita sendiri.
Hanya karena tekanan-tekanan tertentu maka tubuh
tidak memproduksinya untuk kesegaran tubuh. Maka,
dengan latihan tertentu tubuh akan dirangsang untuk
mengeluarkan melatonin sesuai dengan yang kita
butuhkan. Bukan meminumnya dari luar seperti yang
pernah saya dan teman-teman lakukan waktu itu.
Sebenarnya, apabila saya waktu itu sudah
mempraktekkan rileksasi, bukan konsentrasi, masalah
seperti jetlag tersebut akan teratasi dengan
sendirinya.

CAKRA DAN JURUS TENAGA DALAM

Tenaga dalam, pada dasarnya mempunyai sepuluh


jurus dasar, atau sepuluh gerak dasar. Ke sepuluh
jurus tersebut sebenarnya berkaitan dengan lapisan-
lapisan kesadaran manusia, yang dikenal dengan istilah
Cakra. Walaupun sekarang ada yang mengurangi
jurusnya menjadi empat atau lima. Ke sepuluh jurus
dengan pemahamannya yang berkaitan dengan lapisan
kesadaran jarang yang mengetahuinya. Yang beredar
umum, sekali lagi bahwa jurus tersebut akan
menghasilkan kekuatan lebih. Sekarang, Anda
beruntung dapat membaca buku ini. Paling tidak,
pemahaman anda tentang tenaga dalam akan semakin
kaya, melihat tenaga dalam sebagai latihan untuk
melampaui tenaga dalam itu sendiri. Melihat tenaga
dalam dari sisi yang mungkin belum secara luas
dibicarakan.

Cakra, dalam dunia tenaga dalam adalah sesuatu yang


berbentuk, bisa dilihat, juga dianggap bisa dibuka atau
ditutup. Beberapa guru yang mengaku bisa membuka
dan menutup cakra bahkan mengatakan bahwa dia
melihat cakra dalam warnanya sendiri-sendiri. Teman
saya, yang menjadi guru di salah satu perguruan,
sampai sekarang masih mengadakan prosesi
pembukaan cakra bagi anak didiknya. Katanya, setelah
cakranya dibuka seseorang akan dapat memunculkan
kekuatan tertentu tergantung dari manfaat cakra yang
dibuka. Sayang, teman saya itu masih bingung. Dia
sendiri belum tahu cakra, dia masih berhalusinasi
dengan cakra. Kemudian karena kebingungannya
tersebut maka dia mengajak orang lain untuk bingung.
Nah, ternyata banyak yang mengikuti bingung. Kalau
saya ketemu dengan anak didiknya, mereka akan
menilai seseorang dari apakah cakra seseorang sudah
terbuka atau belum. Kasihan sekali orang-orang seperti
itu.

Untuk mencapai tahapan evolusi jiwa yang lebih lanjut,


maka para Yogi menciptakan tahapan-tahapan supaya
seseorang lebih bisa mengamati perkembangan
dirinya. Tahapan yang dibuat tersebut adalah tahapan
cakra. Jadi, cakra adalah gambaran tahapan kesadaran
seseorang, bukan bola imajiner yang biasa dilukiskan
menyala dan berputar, bukan pula bagian dari tubuh
yang bisa dilihat. Tahapan cakra dilukiskan berada
pada tujuh titik di tubuh manusia, itu untuk
menggampangkan pemahaman saja. Coba kalau tidak
ada gambaran imajiner seperti itu, betapa susahnya
kita meniti kesadaran kita.

Tahapan Cakra dibuat supaya memudahkan seseorang


untuk menapak ke jenjang yang lebih lanjut dari
kesadarannya (baca Kundalini Yoga untuk hidup sehari-
hari, Anand Krishna). Sayangnya banyak guru yang
mengaku bisa melihat cakra, membuka atau
menutupnya. Ironisnya lagi, banyak dari masyarakat
yang memang suka dengan cerita-cerita seperti itu.
Jadinya, ada pembeli ya tentu ada penjual. Jurus
tenaga dalam, sebenarnya adalah tahapan cakra
manusia. Setiap gerak jurus adalah mengolah satu
lapisan kesadaran. Apabila satu lapisan kesadaran
diolah dengan jurus, maka cakra di tahap itu sedang
diberdayakan.

Pemberdayaan cakra itu yang dikenal dengan


'pembukaan cakra'. Sebenarnya tidak ada yang dibuka
atau ditutup. Itu hanya istilah saja. Pembukaan cakra
adalah pemberdayaan cakra. Bila cakra anda sedang
dioptimalkan, berarti pula itulah pembukaan cakra,
pengaktifan cakra, yang sebenarnya adalah melatih
lapisan kesadaran kita untuk meningkat. Jadi, latihan
dan pemahaman kita yang menyebabkan kesadaran
kita meningkat, yang menyebabkan cakra kita terbuka.
Bukan bantuan dari guru yang pura-pura memutar
tangannya untuk membuka cakra anda. Marilah kita
selami jurus dasar tenaga dalam untuk melampaui
jurus itu sendiri, untuk memaknai kembali, untuk
'membuka Cakra' kita. Bagi yang sdang mengikuti
latihan tenaga dalam, silahkan pahami lebih dalam
makna dari masingmasing jurus ini, karena akan
memberikan pandangan baru bagi anda, akan
menjembatani anda melampauinya. Membuat anda
lebih reseptif terhadap energi Illahi, membuat ego anda
terkikis, membuat Anda lebih merasakan kehadiranNya
dalam hidup anda. Satu syarat, ini hanyalah
merupakan pemahaman yang lebih dalam dari jurus
tenaga dalam, bukan latihan yang dianjurkan. Latihan
untuk mengembangkan rasa Kasih akan diberikan
nanti. Latihan yang membuat saya merasakan damai
dan nyaman. Tolok ukurnya hanya satu, apabila nanti
mambuat hidup anda semakin nyaman, semakin
pasrah, teruskan. Namun apabila latihan itu tidak
memberikan manfaat bagi anda, tinggalkanlah, berarti
latihan nanti bukan untuk anda.. Tolak ukurnya hanya
satu, apabila latihan ini membuat hidup anda semakin
nyaman, semakin pasrah, teruskan. Namun apabila
latihan ini tidak memberikan manfaat bagi anda,
tinggalkanlah, berarti latihan ini bukan untuk anda.
Sekali lagi, ini hanyalah pemahaman saya tentang
jurus tenaga dalam yang seharusnya.

Dewasa ini arti jurus tenaga dalam tersebut sudah


sangat kacau dan menyimpang, tidak membawa
kepada pemahaman untuk menemukan diri sendiri. Ini
bukan merupakan saran untuk latihan. Pemahaman ini
adalah untuk membantu menciptakan keadaan
melampaui tenaga dalam itu sendiri. Bagi para praktisi
tenaga dalam, renungkanlah lagi latihan yang ada
dewasa ini, kemudian pahamilah makna jurus-jurus
tersebut. Setelah itu memang pilihan ada di tangan
kita sendiri. Berjalan atau tidak sama sekali!

JURUS SATU.
Jurus satu atau pertama, adalah menarik tangan
dengan cara menggesekkan dari bagian bawah anus
(kalo dari depan berarti di bawah kelamin), menggesek
selangkangan sampai di perut, kemudian tangan
kembali lagi melewati selangkangan sampai di bawah
anus atau kelamin kalo dari depan. Ini adalah metafor
dari cakra pertama yang digambarkan di ujung tulang
ekor manusia. Dengan jurus satu ini, seharusnya
diberikan pemahaman tentang cakra dasar manusia
yang sedang diolah, yang sedang kita buka.
Pembukaan cakra dasar ini adalah mengoptimalkan
fungsi kesadaran dasar, yaitu makan dan minum.
Dengan maksud setelah latihan jurus dasar ini, saraf
kita terbentuk untuk makan dan minum secukupnya.
Makan di saat lapar, berhenti sebelum kenyang. Tidak
hidup untuk makan. Bukan kerja lalu yang dipikirin
hanya makan dan minum sepuasnya. Setelah cakra
dasar ini terbuka, seseorang akan bisa mengontrol
makan dan minumnya.

Jurus satu ini terkenal dengan jurus kunci. Pemahaman


kalangan tenaga dalam adalah bahwa apabila kita
mengeluarkan energi untuk 'memagari' sesuatu atau
'mengisi' sesuatu haruslah dikunci dengan jurus satu
supaya energi yang diberikan bisa awet. Kunci di sini
sebenarnya adalah dasar. Bisa juga dipahami sebagai
kunci segala aktivitas. Pemahaman bahwa jurus satu
ini sebagai kunci harus diketahui dengan benar.
Kuncinya adalah makan dan minum. Aktivitas kita
dipengaruhi oleh makan dan minum kita. Apabila kita
sudah mengolah lapisan kesadaran ini, maka kegiatan
makan dan minum akan terkontrol dengan sendirinya.
Apa yang kita makan akan mempengaruhi pola pikir
kita. Makan banyak daging terutama daging merah
bisa mengakibatkan temperamen kita tinggi. Banyak
makan sayuran segar membantu untuk kesegaran
pikiran juga. Jadi pengertian bahwa jurus satu sebagai
jurus kunci sangat benar sekali. Kuncinya adalah
makan dan minum, kuncinya di perut kita. Kita
mengawali sesuatu dari perut kita. Dan kita mengolah
kesadaran makan dan minum supaya tidak berlebihan
dalam mengkonsumsinya.

JURUS DUA

Jurus dua dilakukan dengan memutar dan menggesek


kedua telapak tangan berawal dari pinggang sebelah
kanan. Tangan kanan ditusukkan ke depan, sementara
tangan kiri digeser ke pinggang kiri menggesek daerah
bawah pusar mendekati kelamin. Ini adalah metafor
dari cakra ke dua yang di gambarkan berada di sekitar
kelamin. Jurus dua terkenal dengan jurus berbahaya.
Konon kalau energi yang dihasilkan dilontarkan kepada
orang lain, orang yang kena akan merasa tertusuk dan
susah bernafas. Ini hanya permainan energi pikiran
saja. Kita akan memahami jurus dua sebagai jurus
yang 'berbahaya' tadi. Apabila kita melakukan jurus
dua, berarti pemberdayaan cakra ke dua kita. Kita
sedang 'membuka' atau 'mengaktifkan' cakra ke dua.
Mengoptimalkan kesadaran kreatif kita.

Metafor cakra ke dua berada di sekitar kelamin, karena


berkaitan dengan energi seks manusia. Energi seks
sedang diberdayakan menjadi energi kreatif yang
bermanfaat. Pembukaan cakra ke dua itu dikatakan
berhasil apabila kita sudah bisa mengontrol energi seks
kita. Tidak menuruti nafsu sembarangan. Apabila
timbul nafsu seks tidak akan langsung tembak sana-
sini. Seperti ayam yang bisa melakukan dimana saja
dan kapan saja serta dengan siapa saja. Maka jurus
dua ini dikatakan sebagai jurus yang berbahaya.
Berbahaya karena jatuhnya kesadaran manusia
biasanya sangat berkaitan dengan seks ini. Bukan
berarti jurus ini mengandung energi yang bisa
mematikan orang lain. Bukan, pemahaman seperti itu
harus kita tingkatkan. Berbahaya bagi kita sendiri.
Seks ini berbahaya, karena kalau tidak kita selesaikan
sebelumnya akan mengobsesi kita terus dalam
perjalanan selanjutnya. Lihat saja, beberapa orang
yang sudah menjadi panutan, yang tiap hari bicara
masalah ketuhanan, bisa jatuh gara-gara seks ini. Hal
itu disebabkan karena mereka tidak mengolah lapisan
ini sebelumnya. Jurus dua akan memberdayakan
energi seks sehingga menjadi energi kreatif yang
bermanfaat bagi perjalanan kita.

JURUS TIGA

Jurus tiga dilakukan dengan menggesek kedua tangan


berawal dari pusar, kemudian masing-masing telapak
tangan, yang kanan ke pinggang kanan dan yang kiri
ke pinggang kiri. Lalu bersamaan keduanya dilempar
ke depan seperti orang sedang mendorong sesuatu. Ini
adalah metafor dari cakra ke tiga yang di gambarkan
berada di sekitar pusar. Melakukan jurus tiga adalah
sedang 'membuka' cakra ke tiga. Jurus tiga, dalam
tenaga dalam apabila energi yang dihasilkan dilempar
ke orang lain, maka yang terkena akan bertingkah
seperti orang yang sedang fly, mabuk. Ia akan diam
saja karena merasa sangat nyaman dan tenteram.
Sekali lagi ini semua permainan energi pikiran. Semua
bisa terjadi karena orang yang merasa melempar
energi dan yang terkena energi sudah terkondisi
dengan hasil jurus yang dilakukan. Dan itu tidak terjadi
apabila yang akan dikenai energi orang yang belum
tahu atau orang yang tidak emosi.

Memberdayakan cakra ke tiga adalah mengolah lapisan


kenyamanan manusia. Hasil dari pelemparan energi
tadi sebenarnya juga metafor dari pengolahan cakra ke
tiga. Cuma sayang, filosofi dari jurus-jurus tersebut
tidak diketahui dengan tepat sehingga sasaran yang
akan dicapai tidak pernah sampai. Apabila jurus tiga
dilakukan, itulah pembukaan cakra ke tiga. Kita akan
nyaman dalam hidup. Dan kenyamanan kita tidak akan
kita peroleh dengan cara menghalalkan segala cara.
Dengan kesadaran kita, kita sudah melampaui
kesadaran makan, minum dan seks, sehingga segala
sesuatunya kita lakukan sesuai porsi diri kita. Apabila
hal itu terjadi, pembukaan cakra ke tiga kita alami, dan
kenyamanan kita peroleh.

JURUS EMPAT

Jurus empat dilakukan dengan menangkupkan kedua


telapak tangan di tengah dada, lalu menggeseknya
masing-masing tangan kanan ke ketiak kanan, tangan
kiri ke ketiak kiri. Kemudian dari ketiak kedua tangan
dilempar ke depan seperti mendorong sesuatu. Ini
adalah pembukaan cakra ke empat, pemberdayaan
cakra ke empat. Sekali lagi, pembukaan cakra adalah
istilah yang perlu kita kaji lebih dalam, perlu kita
pahami lebih dari sekedar membuka pintu. Dalam
keterkondisian jurus, apabila energi dari jurus empat
dilempar ke orang, orang yang terkena akan terdorong
ke belakang. Metafor ini indah sekali, dan sayang
apabila kita tidak mengetahuinya.

Jurus empat adalah pemberdayaan cakra ke empat,


pembukaan cakra ke empat. Cakra ke empat
dimetaforkan berada di tengah dada, dinamakan cakra
jantung. Karena di sinilah sumber Kasih. Lapisan
kesadaran ke empat ini adalah lapisan kesadaran
kasih. Berada pada lapisan ini, kita hanya mengenal
memberi, memberi dan memberi, tanpa pertanyaan
untuk meminta. Semua tindakan kita landaskan pada
kasih tanpa syarat. Kita melakukan tindakan memberi
tanpa harapan akan imbalan. Metafor melempar dari
jurus empat ini sangat tepat sekali. Ya, dari tengah
dada, sumber kasih itu kita sebarkan ke depan, ke
sekeliling kita, untuk semua orang tanpa memilih dan
memilah. Indah sekali bukan? Jadi bukan melempar
atau mendorong orang yang kita banggakan. Sudahkah
kita melemparkan kasih yang kita punyai kepada
semua orang? Sudahkan kita mendorong kasih itu
untuk semua orang? Memberdayakan cakra ke empat
melalui jurus empat adalah mengembangkan kasih
tanpa syarat. Kasih yang diberikan tanpa mengharap
akan imbalan. Pengembangan kasih ini akan diulang
melalui dua jurus lagi, yaitu jurus lima dan enam. Di
sini kita mengetahui bahwa jurus tenaga dalam sangat
menekankan kepada pengembangan kasih yang bisa
menyatukan, bukan malah arogansi yang ditimbulkan.

JURUS LIMA
Jurus lima dilakukan dengan mengangkat tangan
kanan tinggi di sebelah kanan, seperti mau
mengayunkan pedang. Sementara tangan kiri siap di
tengah dada. Tangan kanan kemudian turun di tengah
dada, bertemu dengan tangan kiri, kemudian bersama-
sama menggesek dada turun melingkar ke pinggang
kiri. Jurus ini masih dalam pengembangan kasih.
Dalam keterkondisian jurus, apabila energi ini
dilempar, orang yang terkena akan berputar-putar.
Metafor ini juga sangat indah. Sebenarnya yang
ditekankan bukan untuk memutar orang. Tetapi
bagaimana kita menyebarkan kasih itu melingkari
tubuh kita. Menyelubungi tubuh kita. Dengan jurus
lima, kita diharapkan bisa melingkari tubuh kita dengan
kasih.

JURUS ENAM
Jurus enam dilakukan sama seperti jurus lima, hanya
saja setelah sampai ketiak, kedua tangan tidak
didorong ke depan melainkan ke bawah seperti
menekan sesuatu. Dalam keterkondisian jurus, apabila
kita di serang dari belakang, orang yang menyerang
akan terpental dari belakang. Sekali lagi, metafor yang
sangat indah. Bukan hal itu yang diharapkan dari jurus
enam ini. Dengan jurus enam ini, kita diharapkan bisa
menyebarkan kasih ke belakang juga. Tanpa kita
mengetahui yang kita tolong. Tanpa kita tahu siapa
yang kita tolong. Kita melakukan sesuatu tanpa
harapan akan dipuja, tanpa harapan akan disanjung.
Lakukan sesuatu karena hal itu memang harus kita
lakukan. Tanpa harapan apapun.
Pengembangan lapisan kesadaran ke empat ini, lapisan
kesadaran kasih, cakra ke empat, menempati tiga
jurus sekaligus. Mengapa? Karena harapan dari
pembuat jurus ini supaya paling tidak kita sampai di
lapisan cakra ke empat. Kita hidup dalam kesadaran
ini. Dalam bahasa agama, kita diseru untuk hidup
dalam kesadaran Muthmainah. Kesadaran Muthmainah
ini adalah kesadaran kasih, kesadaran cakra ke empat.
Kalau hanya lapisan pertama, ke dua dan tiga, hal itu
juga dipunyai oleh binatang. Binatang juga butuh
makan, tidur/kenyamanan dan seks. Binatang tidak
mempunyai lapisan kasih. Apabila kita ingin meningkat
dari binatang, kita harus mengembangkan lapisan
kasih ini, dan kita baru menjadi seorang manusia.
Sungguh indah metafor yang diberikan dari jurus-jurus
tersebut. Kita jangan hanya melihat dari keterkondisian
permainan energi pikiran yang selama ini dikenal di
kalangan tenaga dalam. Marilah kita selami
pemahaman dari jurus, yang akan membawa kita
kepada evolusi jiwa, peningkatan spiritual.

JURUS TUJUH

Jurus tujuh dilakukan dengan merenggangkan kedua


tangan ke samping, kemudian memutar tubuh
berlawanan arah jarum jam. Jurus ini sebenarnya
adalah adopsi dari tarian sufi Rumi, yang terkenal
dengan sebutan Whirling Darvish. Hanya saja,
pemahaman yang salah menjadikan tujuan dari jurus
ini juga menyimpang. Dalam tenaga dalam, apabila
jurus putar ini dilakukan dengan niat untuk
meningkatkan energi, hasilnya akan menguatkan
energi pikiran yang menyebabkan ego meningkat.
Namun, apabila jurus ini dilakukan dengan penuh
kepasrahan, menyerahkan semuanya kepada Tuhan,
energi Illahi akan mengguyuri tubuh kita. Kemudian
kita akan dituntun sesuai dengan rencanaNya. Kita
akan menjadi alatNya di muka bumi ini. Dengan jurus
ini, latihan penyerahan diri ditingkatkan. Sebelum
memasuki jurus selanjutnya kita mengolah kepasrahan
dulu, meningkatkan kepasrahan kita. Bukan asal
berputar yang hanya akan menyebabkan mual dan
pusing.

JURUS DELAPAN

Jurus delapan dilakukan dengan mulai menangkupkan


kedua telapak tangan di tengah dada, kemudian
menusukkan keatas melalui tenggorokkan sampai ke
atas kepala, lalu kembalikan tangan sampai di depan
tenggorokan dan dikibaskan yang kanan ke kanan dan
kiri ke kiri. Jurus delapan ini adalah pemberdayaan
cakra ke lima, pembukaan cakra ke lima yang
dimetaforkan berada di tenggorokkan. Dalam
permainan energi pikiran, jurus ke delapan ini adalah
untuk memisahkan orang yang berkelahi. Jurus ini
dipakai untuk memisahkan segala sesuatu. Ya,
memisahkan adalah kunci dari jurus ini. Lapisan cakra
ke lima, kesadaran pembersihan. Setelah
mengembangkan kasih, kita baru bisa memisahkan
nafsu hewani dari diri kita, dan meningkatkan sifat-
sifat luhur yang dikenal dengan sifat Illahi, asma
Tuhan. Metafor bahwa jurus ini bisa untuk memisahkan
segala sesuatu sangat bagus. Bukan memisahkan
orang berkelahi, bukan memisahkan pasangan yang
saling menyayangi, namun memisahkan nafsu hewani
dari diri. Lewat jurus ini kita mengalami proses
pembersihan diri.

JURUS SEMBILAN

Jurus sembilan dilakukan seperti jurus delapan, hanya


saja setelah sampai di depan antara dua mata, kedua
telapak tangan dikibaskan. Ini adalah pemberdayaan
cakra ke enam, pembukaan cakra ke enam. Cakra ke
enam dimetaforkan berada di antara dua mata. Ada
yang menyebutnya sebagai mata ke tiga. Apabila
melatih jurus sembilan ini, kalangan tenaga dalam
akan meyakini bahwa mata ketiganya bisa terbuka,
dan mereka akan bisa melihat apa yang mereka kenal
sebagai alam gaib. Mereka menyebutnya sebagai
indera ke enam. Lucu, indera yang jumlahnya lima saja
sudah susah untuk di atur, malah ditambah satu lagi
menjadi enam. Mereka sebenarnya menambah
masalah dalam dirinya. Tidak sekedar alam gaib,
metafor bisa melihat dua alam ini adalah gambaran
keseimbangan. Cakra ke enam adalah lapisan
kesadaran keseimbangan. Di mana dalam kesadaran
ini kita diharapkan sudah bisa hidup seimbang dalam
segala hal. Melakukan jurus sembilan adalah melatih
keseimbangan diri.

JURUS SEPULUH

Jurus sepuluh dilakukan dengan mulai gerakan seperti


mengambil air dari bawah dengan kedua telapak
tangan, seperti akan membasuh muka, kemudian
kedua telapak tangan yang sudah bertemu itu diangkat
sampai di atas kepala, di ubun-ubun. Kemudian di atas
ubun-ubun tersebut kedua telapak tangan dibuka
dengan saling menggeseknya. Ini adalah metafor dari
pembukaan cakra ke tujuh. Cakra ke tujuh
dimetaforkan berada di atas kepala, karena ini adalah
lapisan kesadaran spiritual. Namun, spiritual bukan
bisa melihat Jin, bukan bisa menerawang jauh, bukan
bisa meramal, bukan bisa menebak, bukan punya
kesaktian. Namun, spiritualitas adalah dimana kita bisa
merasa dekat dengan Tuhan, dengan Allah, dengan
Penguasa Alam Semesta ini, dengan Illahi. Banyak
kalangan yang membengkokkan arti spiritual ini.
Dianggapnya apabila sudah bisa ini dan itu sudah
spiritual. Latihan tenaga dalam sudah spiritual. Latihan
mengembangkan kesaktian sudah spiritual. Spiritual
macam apa itu? Apakah latihan-latihan itu akan
mengantarkan kita kepada kedekatan kepada Tuhan?
Kalau tidak, untuk apa diteruskan. Untuk apa kita
melakukan sesuatu yang tidak menunjang
perkembangan diri kita. Malah akan memerosotkan
kita dengan kuatnya ego yang merasa diri ini yang
paling kuat.

Pembukaan cakra ke tujuh adalah pengalaman pribadi


masing-masing. Cakra ke tujuh adalah lapisan
kesadaran penyatuan. Apabila sudah menyatu, kita
tentu bisa memunculkan sifat-sifatNya dalam
keseharian kita. Dan itu tentu saja membawa
perubahan total dalam kehidupan, dan itu yang dikenal
dengan Pencerahan Spiritual. Pencerahan adalah
proses yang panjang yang tidak berhenti. Yang terus
bergulir sepanjang waktu. Jurus-jurus itu sangat indah
setelah kita mengetahui maknanya. Kita tidak lagi
menganggap jurus tenaga dalam hanya untuk
kesaktian. Bahkan jurus itu bisa mengantar kita
kepada perjalanan peningkatan kesadaran manusia.
Dan tentu saja, memang itulah yang diharapkan dari
latihan jurus tersebut, bukan pengembangan kesaktian
seperti selama ini yang dikenal masyarakat umum Bagi
kalangan tenaga dalam, hayatilah masing-masing jurus
tersebut. Lampauilah konsentrasi dalam berlatih.
Penguatan energi pikiran akan menimbulkan hijab atau
maya yang mungkin Anda anggap nyata. Makna jurus
itu yang harus dilakukan dengan benar. Tentu saja
kalau anda menginginkan perubahan dalam diri anda.
Setelah itu tentu saja Anda akan mengalami
Pencerahan. Pencerahan bukanlah akhir dari
perjalanan, namun merupakan proses yang tak pernah
kenal berhenti. Sudah saatnya Anda mengalaminya...

KUNDALINI DAN BANGKITNYA TENAGA DALAM

Kundalini marak menjadi istilah dalam tenaga dalam


setelah era tahun 90- an. Banyak para guru tenaga
dalam yang menggunakan istilah ini untuk
mendongkrak popularitasnya, walaupun pengertian
Kundalini dalam tenaga dalam sangatlah kacau dan
amburadul! Para guru itu mengaku bisa
membangkitkan apa yang mereka namakan Kundalini,
seperti pengakuan mereka bisa membuka Cakra. Dan
sekarang, di tahun 2002-2003 ini, mereka banyak yang
beralih profesi menjadi para Master Reiki yang
menghubungkan attunement Reiki dengan
pembangkitan Kundalini. Ironisnya, masih banyak saja
yang rela membayar mahal untuk kebingungan itu.
Suatu pemanfaatan situasi yang berhasil. Teganya, dari
bangsa sendiri tidak berusaha untuk membangkitkan
kesadaran bangsanya, malah memerosotkan untuk
keuntungan pribadi. Kalangan tenaga dalam
memahami Kundalini sebagai kekuatan yang
tersembunyi dalam tubuh, yang masih tidur dan harus
dibangunkan. bangkit, hal itu akan membuat seseorang
mempunyai kekuatan lebih dan waskita. Seseorang
akan merasakan sensasi seperti getaran, rasa panas,
melihat kilatan cahaya, bahkan ada yang
mengkondisikan dengan istilah Kundalini Sindrome,
dimana apabila seseorang tidak siap kundalininya
bangkit dia akan mengalami sakit. Aneh... Aneh dan
lucu.

Ada istilah sansekerta dan bahasa dari Tibet yang perlu


kita selami, dan istilah itu yang menjadikan Kundalini
di salah pahami di Nusantara. Tibet adalah negara
dingin karena terletak di ketinggian yang cukup tinggi.
Para siswa yoga yang menjadi murid para pertapa
Tibet harus mempertahankan hidupnya dari cuaca yang
sangat dingin. Dengan alasan seperti itu, mereka
mempelajari untuk mengeluarkan hawa panas tubuh.
Sekedar untuk menyamankan tubuh dari cuaca dingin.
Hawa panas tubuh itu dinamakan Tummo di Tibet, atau
gTummo. Jadi Tummo berarti hawa panas, yang dalam
bahasa Sanskerta dinamakan Chandali. Chandali dan
Tummo itu sama, hanya beda bahasa. Nah, Chandali
ini yang dianggap sebagai Kundalini di Nusantara.
Tenaga dalam, dengan latihan konsentrasi dan
penahanan nafas yang relatif lama di perut, tentu saja
akan membangkitkan hawa panas tubuh. Terus terang
dengan cara seperti itu tidak lama hawa panas tubuh
akan timbul.

Dulu waktu latihan tenaga dalam, kalau lagi musim


hujan, malam hari, sangat indah. Betapa tidak, kita
bisa melihat bahwa tubuh ini mengeluarkan asap putih
dari badan. Latihan waktu itu memang tidak memakai
pakaian atas, hanya celana panjang hitam saja. Benar-
benar terlihat bahwa tubuh kita mengeluarkan asap
dari hawa panas tubuh. Dan kita senang dengan
fenomena itu. Padahal kalau dipikir, kita ini hidup di
iklim tropis, untuk apa membangkitkan hawa panas.
Apa malah tidak tambah kepanasan? Ada-ada saja.
Chandali sebagai hawa panas sudah terlanjur dipahami
sebagai Kundalini dalam kancah tenaga dalam, bahkan
sekarang juga diyakini oleh mereka yang belajar Reiki
dari para Master yang tidak bertanggung jawab itu.
Hawa panas bisa dibangkitkan, memang betul. Tetapi
lihat kebutuhanya dong. Lagi pula latihan untuk
memunculkannya tidak sulit, tidak usah melalui
attunement yang mahal, tidak perlu ada yang dibuka.
Anda hanya memerlukan waktu 21 hari, sehari 2,5
jam.

Pembangkitan tenaga dalam yang sudah terdistorsi,


yang sudah dimaksudkan untuk kekuatan dan
kesaktian, adalah pembangkitan hawa panas tadi, itu
Chandali, gTummo. Dan hawa panas yang memang
tidak dibutuhkan tubuh malah akan merusak saraf,
tidak menyamankan bagi tubuh. Para pelatih tenaga
dalam ahkirnya menyukai sensasi yang dirasakan dari
getaran listrik tubuh, hawa panas, kilatan cahaya,
padahal hal itu hanyalah tanda bahwa kepekaan kita
meningkat terhadap perubahan tubuh sendiri. Seperti
dalam bab Dengan Teori Fisika, sebenarnya hal biasa
yang dapat kita rasakan kalau kita diam beberapa saat.

Kundalini bukan seperti itu. Kundalini adalah potensi


manusia. Potensi ke- Illahian diri. Ia dalam posisi yang
digambarkan tidur. Karena tanpa upaya kita, tanpa
usaha untuk melatih diri, membersihkan cermin hati, Ia
tidak akan bangkit. Dan yang membangkitkan ya diri
sendiri, tidak bisa diwakilkan orang lain. Apalagi lalu
diminta bayaran untuk pembangkitan itu. Bangkitnya
Kundalini adalah peningkatan kesadaran diri. Setelah
potensi itu bangkit, setelah sifat ke-Illahian itu bangkit,
orang akan mengalami perubahan menuju
kesempurnaan dengan kearifan dan kebijaksanaannya.
Dengan pengertian ini, apabila yang Anda pelajari
adalah mencari sensasi tubuh, mencari getaran atau
hawa panas, itu adalah Chandali, Tummo, dan
permainan energi pikiran seperti itu malah akan
menarik kita dalam munculnya ego yang merasa super.
Latihan-latihan semacam itu belum menyentuh
Kundalini, tidak membangkitkan Kundalini, walaupun
para Master anda banyak menggunakan istilah
sanskerta untuk meyakinkan Anda. Apalagi
pembangkitan Kundalini tersebut harus dicek dengan
dalih dilihat secara waskita, tindakan semacam itu
hanya sekedar mencari konfirmasi saja. Bangkitnya
Kundalini tidak butuh konfirmasi dari pihak ke tiga,
tidak butuh pengakuan dari manapun.

Sebenarnya, tenaga dalam tidak untuk membangkitkan


hawa panas. Tidak ada hubungannya dengan itu. Ada
dua kata, TENAGA dan DALAM. Tenaga adalah energi,
dan Dalam adalah sesuatu yang berada di dalam.
Tenaga dalam adalah energi tersembunyi yang berada
di dalam tubuh. Energi tersembunyi itu adalah
kekuatan batin kita. Kekuatan batin-pun tidak ada
hubungannya dengan pengertian kesaktian dan
kanuragan. Dikatakan kekuatan batin, dalam bahasa
jawa, batin itu sama dengan nurani, hati yang
terdalam. Jadi kekuatan itu tersembunyi di dalam hati
yang terdalam. Kekuatan apa itu? Ya potensi ke-
Illahian diri. Sifat-sifat luhur kita yang tertutupi oleh
ego, yang tertutupi oleh pikiran kita. Tenaga dalam
pada awalnya adalah membangkitkan potensi itu
sehingga manusia Nusantara diharapkan menjadi
manusia luhur. Bukan manusia yang doyan menipu
bangsanya sendiri dan cari untung sendiri-sendiri.
Sayang, makna yang sangat mulia itu sekarang hampir
tidak pernah dimunculkan lagi. Pembangkitan tenaga
dalam, kalau kita lihat dari makna awal yang mulia
tadi, adalah pembangkitan Kundalini. Peningkatan
kesadaran manusia. Namun sayang, sekarang
pembangkitan tenaga dalam menjadi memunculkan
kekuatan super, menjadi latihan untuk memperoleh
kelebihan.

Sudah saatnya kini mengembalikan pengertian


pembangkitan tenaga dalam sebagai pembangkitan
potensi luhur manusia, sebagai upaya untuk
meningkatkan kesadaran diri. Bukan seperti iklan di
kebanyakan majalah yang menawarkan segala macam
kesaktian dan kelebihan untuk menyembuhkan bahkan
melihat alam jin segala macam. tenaga dalam bukan
seperti itu. Ngerinya mendengar istilah tenaga dalam
dan alerginya orang kalau mendengar nama tenaga
dalam adalah sebab dari terdistorsinya makna tenaga
dalam tersebut. Lalu banyak yang mengganti nama
perguruannya menjadi Seni Pernafasan, olah Nafas,
Pernafasan Inti, dan sebagainya. Pembangkitan tenaga
dalam bukan membangkitkan kekuatan dan kekerasan.
Kalau pembangkitan itu adalah membangkitkan hawa
panas, Chandali, Tummo, ya bisa digunakan untuk
menyerang, mementalkan orang, menyalahi orang, dan
Chandali itu yang dimengerti sebagai Kundalini oleh
kebanyakan praktisi tenaga dalam. Namun,
pembangkitan tenaga dalam adalah kelembutan,
menyebarkan Kasih untuk kesatuan, membuat manusia
berhati emas dan berpandangan luas, bisa
mengapresiasi perbedaan yang ada. Apabila
pembangkitan tenaga dalam benar-benar dipahami
seperti itu, maka istilah Kundalini layak digunakan,
tepat untuk dikalungkan pada badan para praktisi
tenaga dalam.

Peningkatan kesadaran adalah meningkatnya Tenaga


Dalam, bangkitnya Tenaga Dalam adalah bangkitnya
kesadaran, munculnya potensi luhur manusia. Dalam
bahasa Jawa ada istilah Warongko manjing Curigo,
yaitu apabila Jiwa sudah bisa mewujud dalam raga,
bukan raga yang menguasai jiwa namun jiwa yang
mengendalikan raga. Di sanalah terjadi Mukhsa,
musnahnya alam raga karena yang mengendalikan
adalah jiwa. Menyebarnya energi kasih dari batin para
praktisi, untuk mencapai pencerahan spiritual. Dengan
pemahaman ini, bangkitkanlah tenaga dalam, itu
bahasa Nusantara. Bangkitkanlah Kundalini, itu bahasa
Yoga. Jadilah Insan Kamil, itu bahasa Agama. Capailah
pencerahan, itu bahasa Melayu. Tanpa pamrih untuk
bisa ini dan itu, tanpa keinginan untuk menjadi digjaya
dan sakti, latihlah tenaga dalam hingga pemahaman
yang Transcendental. Latihan tenaga dalam untuk
melampaui tenaga dalam itu sendiri. Latihan yang tidak
membutuhkan konsentrasi untuk menguatkan pikiran.
Tetapi menjadi sebuah latihan yang bisa
mengembangkan rasa, bisa menyebarkan kasih tanpa
syarat, kasih tanpa pamrih yang akhirnya bisa
mengantarkan kita kepada kepasrahan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
MELAMPAUI KONSENTRASI

Pikiran gampang sekali untuk berproyeksi, dengan


demikian sudah berapa banyak alam yang kita ciptakan
dalam pikiran? Sudah berapa banyak guru gaib yang
kita ciptakan dalam pikiran? Sudah berapa kali para
guru atau master itu mengaku bertemu dengan para
wali, Nabi, pertapa masa lalu, yang semua itu adalah
ciptaan dari proyeksinya sendiri? Sadarkah kita dengan
hal tersebut? Melampaui konsentrasi bukan tidak
berkonsentrasi sama sekali. Apabila kerja yang
membutuhkan konsentrasi, ya harus konsentrasi
terhadap apa yang kita kerjakan tersebut.
Melampauinya adalah tidak melatih menguatkan
pikiran di mana kita memberi lahan pikiran untuk
menciptakan gambaran-gambarannya. Melampaui
konsentrasi bukan melepaskan konsentrasi, namun
melewatinya. Setiap latihan tenaga dalam, apabila
konsentrasi dilalui, kita tidak menciptakan gambaran
baru tentang sesuatu.

Pernah suatu ketika, ada tiga orang yang ingin punya


ilmunya Sunan Kalijaga. Mereka menemui saya, dan
saya mengaku punya amalannya serta mau untuk
memberi kepada mereka. Syaratnya, mereka harus
menemui saya satu persatu untuk menerima amalan
tersebut. Orang pertama datang, saya memberi
instruksi untuk puasa selama 7 hari dan setiap malam
membaca sebuah mantra. Nanti di hari ke 7, pada
malam hari Sunan Kalijaga yang memakai jubah serba
hitam akan datang menemuimu. Orang ke dua datang,
instruksinya sama, hanya saja saya bilang, nanti di hari
ke 7, pada malam hari Sunan Kalijaga yang memakai
jubah dan surban putih akan datang menemuimu.
Orang ke tiga datang, instruksinya sama, saya bilang,
nanti di hari ke 7, pada malam hari engkau hanya akan
mendengar bisikan dari Sunan Kalijaga. Benar, saya
hanya iseng melakukannya. Saya hanya akan buktikan
tentang proyeksi pikiran yang begitu kuat.

Setelah hari ke 8, mereka datang menemui saya.


Mereka bercerita tentang keberhasilan mereka. Teman
yang pertama bilang Sunankalijaga terlihat memakai
Jubah serba hitam, tapi tidak berkata apa-apa. Teman
yang ke dua juga cerita kalau ditemui Sunankalijaga
yang bersurban putih, tapi juga tidak berkata apa-apa.
Teman yang ke tiga cerita kalau dia tidak melihat
Sunankalijaga, hanya bisikannya saja yang menyuruh
untuk rajin sembahyang. Setelah mereka bercerita,
salah satu teman bertanya, mengapa pengalaman kami
berbeda-beda? Itulah, semua itu hanya kerja dari
pikiran yang bisa menciptakan gambaran apa saja
menurut apa yang kita mau. Semenjak saya kondisikan
tentang wujud Sunankalijaga, otomatis pikiran mereka
akan berproyeksi di alam bawah sadarnya, dan
proyeksi itu diperkuat selama puasa, karena jelas
selama puasa dia terus mengharapkan dan menunggu-
nunggu hari ke 7. Setelah sampai di hari ke 7, proyeksi
dia semakin kuat karena keinginan yang meluap.
akhirnya pancaindera menangkap proyeksi itu yang
mereka anggap sebagai kebenaran.

Apabila setiap awal latihan kita berkonsentrasi untuk


mengalami sesuatu, tidak heran dan jangan heran
kalau pengalaman itu akan terjadi. Dan ini bukan
pengalaman spiritual. Saya sangat menyayangkan
bahwa ada seorang paranormal yang sering muncul
dan bilang bahwa apa yang dia sebut penampakan
seperti itu adalah fenomena spiritual. Dia juga
menyebut bahwa untuk melihat penampakan gaib
harus dilihat dengan kacamata spiritual. Sayang,
spiritual seperti apa kalau masih seperti itu. Tetapi ya,
dia sangat untung dengan membanjirnya job tentang
alam gaib itu. Lagi-lagi masalah duit. Satu lagi tentang
konsentrasi dan proyeksi. Di kompleks saya, ada
sebuah rumah yang kosong dan kebetulan berada di
pojok yang sepi. Sebelumnya tidak ada cerita apa-apa
di sana. Satu kali, saya bilang kepada beberapa orang,
bahwa pernah ada suara tertawa perempuan dari
rumah itu. Setelah saya cerita, saya yakin saat itu juga
masing-masing sudah membayangkan, sudah
berproyeksi tentang seorang perempuan yang
berambut panjang dan pakaian putih seperti yang
sering terlihat di layar-layar teve yang menyesatkan.
Kemudian, masing-masing orang itu akan cerita lagi
tentang cerita saya kepada teman-temannya.

Teman-temannya-pun juga akan langsung


membayangkan begitu mendengar cerita. Begitu
berlangsung secara terus menerus. Sampai selang
sekitar tiga bulan, akhirnya pada suatu malam, ada
yang berlari ketakutan ketika melintas di depan rumah
tersebut. Orang itu bilang bahwa dia mendengar suara
tertawa dan bayangan seorang perempuan berambut
panjang dengan pakaian putih. Begitu kuatnya energi
pikiran ini. Sebelumnya memang tidak ada kejadian
apa-apa di rumah itu. Tetapi setelah sekian puluh
orang mempercayai dan membayangkan bahwa di
rumah tersebut ada suara tertawa dan perempuan,
sekian puluh orang telah menaruh energi pikiran,
proyeksinya tentang seorang perempuan di rumah itu,
kemudian ada seorang yang melintas dengan perasaan
takut, maka pikiran orang yang takut itu membuka
alam bawah sadarnya untuk memunculkan memori
tentang cerita tersebut. Akhirnya pancaindera
menangkap proyeksi dari energi pikiran ini. Demikian
juga dengan fenomena pantai selatan. Berapa puluh
ribu orang yang memproyeksikan pikirannya dengan
bentuk yang telah dikondisikan oleh cerita-cerita.
Hasilnya, ya di pantai tersebut banyak terdapat energi
hasil proyeksi dari pikiran sekian puluh ribu orang.
Dahsyat! Dan sekali waktu tidak heran kalau ada orang
yang mengaku telah melihat sesuatu di sana. Orang
telah melihat apa yang di dunia fisika dikenal sebagai
Hologram.

Dengan melampaui konsentrasi, latihan yang kita


lakukan akan mengembangkan rasa. Dalam bahasa
jawa, ojo rumongso biso, namun biso rumongso,
jangan merasa bisa, tapi bisalah untuk merasakan. Kita
dilatih untuk bisa merasakan, bisa bertindak
melibatkan rasa. Apabila kita mengembangkan
kekuatan pikiran, tidak mustahil kita selalu merasa
bisa. Ego tidak mau terkalahkan. Hijab terjadi dan
pikiran selalu memberikan pertimbangan yang lebih
kuat dari rasa. Rasa disini adalah nurani, hati yang
terdalam, dalam istilah Jawa adalah rasa sejati,
sejatining rasa. Lampauilah konsentrasi dan
dapatkanlah kenyamanan diri. Diri yang nyaman, yang
selalu selaras dengan alam. Tindakan yang terjadi tidak
melawan dengan hukum-hukum alam. Mulailah sadari
bahwa yang terjadi kebanyakan di negeri ini adalah
eksploitasi mengenai kekuatan proyeksi pikiran. Siaran
televisi yang marak dengan alam gaib-nya adalah
pembentukan kondisi baru bagi anak-anak. Bagi anak-
anak, apa yang dia lihat gampang sekali tersimpan
dalam alam bawah sadarnya, memorinya masih banyak
tersedia untuk merekam sesuatu. Mengapa kita tega
untuk meracuni generasi kita sendiri. Kita kampanye
untuk anti Narkoba, namun kita memberikan racun
baru bagi pikiran. Sungguh perbuatan yang
mengkerdilkan suatu pola pandang. Kita keluar dari
kandang macan dan digiring masuk dalam kandang
singa!

Melampaui konsentrasi adalah cara untuk melepaskan


diri dari keterkondisian pikiran dan menghabiskan
sampah-sampah memori yang tidak berguna. Sampah
memori yang menjadi beban dan bisa menjadikan
penyakit bagi tubuh ini. Tentunya juga memori tentang
kekuatan dan kesaktian yang banyak tertanam dalam
pikiran seseorang, yang menjadikan dia terdorong
untuk latihan tenaga dalam. Apabila tidak menemukan
tempat yang tepat untuk memaknai tenaga dalam,
akhirnya pikiran akan lebih dikondisikan dengan hal-hal
yang mendukung keinginannya. Bahkan juga mungkin
banyak memori baru yang akan direkam. Terjadilah
satu mata rantai yang tidak putus-putus yang
mengakibatkan kegelisahan dan kecemasan. Dengan
tidak melatih untuk menguatkan pikiran, tidak
menciptakan proyeksi-proyeksi baru dalam alam
pikirannya, latihan yang dilakukan akan menjadi suatu
katarsis, suatu pembersihan memori, suatu
pembersihan dari beban yang disandang dalam
jiwanya. Melampaui konsentrasi dan menjadikannya
sebagai latihan katarsis, latihan pembersihan.

KATARSIS

Katarsis adalah nama lain dari pembersihan,


mengeluarkan sampah dari dalam pikiran, yang
menjadi beban dari jiwa. Latihan tenaga dalam adalah
katarsis, apabila ia dimaknai dengan tepat. Demikian
juga dengan meditasi. Latihan meditasi yang ada
hendaknya menjadi latihan katarsis yang akan
menghantarkan kepada terjadinya meditasi itu sendiri.
Karena meditasi itu sendiri bukan suatu bentuk tapi
suatu kejadian. Kenyamanan kita, ketenangan kita,
kebahagiaan kita terjadi setelah sampah-sampah
dalam diri terkikis habis. Apabila belum dan kita latihan
yang menguatkan pikiran, yang terjadi adalah
kenyamanan semu, kebahagiaan semu. Latihan
meditasi dalam tenaga dalam kebanyakan malah
menguatkan pikiran, konsentrasi, bukannya berusaha
untuk melampauinya.

Latihan pembersihan di tenaga dalam sebenarnya


terasa kental sekali, bahkan seluruh latihannya bisa
dikatakan suatu bentuk proses pembersihan. Sayang,
pemaknaan ini tidak dimengerti sama sekali, kemudian
yang terjadi latihan pembersihan itu menjadi latihan
penguatan. Sangat bertolak belakang bukan? Namun
inilah yang terjadi pada kenyataannya. Begitu juga
dengan latihan-latihan Kriya atau cleansing yang
merupakan bagian dari "Hatha Yoga" , apabila tidak
hati-hati latihan-latihan tersebut malah akan
menguatkan pikiran. Memang berbahaya. Karena yang
seharusnya kita membersihkan sampah, malah
menambah sampah. Yang semestinya kita bersih
malah menambah kotoran dalam pikiran. Latihan
tenaga dalam adalah membersihkan alam bawah
sadar, subconscious manusia. Pembersihan ini apabila
tidak dimengerti, tidak dilalui dengan proses yang
benar, berbaya sekali. Alam bawah sadar yang sudah
tersentuh, sudah dipancing untuk dikeluarkan dan tidak
keluar juga, itu yang menjadikan emosi kita labil,
kecemasan dan ketakukan yang tidak beralasan, dan
akhirnya mengganggu pikiran dalam keadaan sadar.
Itulah yang sering kita dengar dengan istilah 'tidak
kuat menerima ilmu'. Mereka akhirnya terganggu
pikiran sadarnya dan dicap sebagai kurang waras.

Latihan tenaga dalam, dalam salah satu pola nafasnya


adalah menarik nafas pelan dan dikeluarkan keras
lewat hidung. Sambil mengeluarkan nafas keras ini,
kita disuruh membayangkan musuh yang akan
diserang. Istilahnya ditembak. Itu dilakukan berkali-
kali. Sebenarnya ini katarsis! Alam bawah sadar yang
menyimpan rasa marah dan benci kepada seseorang
sedang dipancing untuk dikeluarkan. Pemancingan itu
dilakukan dengan pola nafas yang dikeluarkan secara
keras. Kemudian membayangkan musuh adalah untuk
lebih menarik rasa marah itu keluar. Selanjutnya hal
itu dilakukan berulang-ulang, tujuannya kita habiskan
rasa marah dan benci kepada seseorang di arena
latihan itu. Jangan rasa marah dan benci itu dibawa
keluar dalam kehidupan. Habiskan amarah itu selama
latihan. Setelah latihan diharapkan kita membawa
ketenangan dan kedamaian. Namun distorsi itu terjadi,
latihan semacam itu menjadi ajang untuk latihan
melemparkan energi, menjadi latihan untuk menyerang
orang lain. Hal semula yang dimaksudkan untuk
menghabiskan rasa marah dan benci, malah menjadi
latihan persiapan serang-menyerang.

Ada juga latihan yang dinamakan gerak naluri. Ada


yang menamakannya gerak batin, silat khodam atau
pengambilan. Dalam latihan ini, seseorang memulai
dengan berdiri diam. Kemudian dengan konsentrasi
apa yang diinginkannya akan bisa dia gerakkan. Misal
ia akan bertingkah seperti macan, monyet, bahkan
mengeluarkan gerakan jurus yang belum diketahuinya.
Sebagian orang mempercayai bahwa yang
menggerakkan adalah apa yang mereka namakan
Khodam, semacam malaikat pelindung. Ini juga
pembersihan! Latihan gerak naluri ini adalah
pembersihan memori. Memori yang tesimpan dalam
otak begitu banyaknya. Kadang kita tak tahu bahwa
memori itu bisa tidak sengaja kita rekam dari yang
tidak sengaja kita lihat atau kita dengar.

Sebenarnya pembersihan memori ini secara alami


sudah terjadi, yaitu lewat mimpi. Apabila kita tidak
bermimpi, kemungkinan kita akan gila. Maka obsesi
kita yang tependam yang belum terlaksana kadang
terlaksana dalam mimpi. Dengan mimpi beban jiwa
sedikit terkurangi. Gerak naluri adalah upaya kita
secara sadar untuk menghabiskan obsesi terpendam
atau memori yang tidak berguna. Dalam keadaaan
mata tertutup, kita akan lebih bisa merasakan
keinginan badan untuk bergerak. Sebenarnya tidak
perlu konsentrasi, karena hanya mengikuti badan yang
ingin bergerak, lama kelamaan badan akan bergerak
sendiri. Bahkan kadang akan heran, bahwa gerakan
yang dilakukan belum pernah dilakukan. Dan ini yang
dipercayai bahwa gerakan itu datang dari dunia lain.
Ya, dari dunia lain karena bukan dari dunia yang
terlihat melalui mata, malainkan dari dunia pikiran kita
yang tidak kelihatan. Dan tidak kelihatan dalam bahasa
arab adalah Gaib. Jadi bisa dikatakan datang dari alam
gaib. Ya, pemaknaan gerak naluri sebaiknya demikian.
Bukan memunculkan apa yang dinamakan ilmu
Khodam atau silat gaib. Sebenarnya kita sedang
mengeluarkan obsesi terpendam melalui gerakan. Kita
ekspresikan melalui gerakan. Bergerak apa saja.
Apabila masih ada sifat kebinatangan yang lebih besar
dalam diri, kemungkinan kita akan bergerak seperti
binatang. Apabila rasa marahnya yang dominan
kemungkinan akan seperti macan, apabila masih
banyak kegelisahan ya akan seperti monyet. Apabila
sifat licik dan suka mencari menang sendiri, ya gerakan
ular yang keluar. Sederhana! Sebenarnya kita sedang
mengekspresikannya lewat gerak. Keluarkan semuanya
lewat gerakan tersebut. Keluar jurus apapun tidak usah
dipedulikan. Bisa bergerak seperti apapun bukan
tujuan yang sebenarnya. Tujuannya adalah
mengeluarkan obsesi terpendam. Lucu sekali, orang
bergerak seperti macan, monyet atau ular kok bangga.

Mereka menganggap sudah bisa menarik ilmu macan


putih atau monyet putih atau naga emas, padahal
mereka tidak menyadari bahwa ekspresi gerakan
tersebut adalah dari sifat yang dominan dalam
pikirannya. Kasihan! Setelah latihan tersebut dimaknai
dengan tepat, hasilnya adalah rasa nyaman, plong.
Bagaimana tidak? Setelah kita bergerak mengeluarkan
obsesi dan bahkan rasa amarah, ya tentu akan
nyaman, beban sudah berkurang. Belum tentu habis
tapi berkurang. Bahkan mungkin tidak habis.
Bagaimana bisa habis dengan kegiatan kita dan
pekerjaan sehari-hari yang menimbulkan obsesi baru.
Tentunya latihan katarsis tersebut harus dilakukan
secara berkala supaya tidak ada penumpukan obsesi
yang terlanjur menjadi kerak dalam pikiran. Latihan
katarsis, pembuangan sampah jiwa, harusnya menjadi
dasar setiap latihan tenaga dalam. Latihan yang ada
dimaknai sebagai pembersihan sehingga bermanfaat
bagi perkembangan jiwa dalam berevolusi menuju
pencerahan. Namun apabila latihan yang ditemui
dimaknai sebagai konsentrasi dan pemunculan
kekuatan yang dipahami diambil dari alam lain, dari
Khodam, sudah saatnya kita memikirkan kembali,
apakah latihan semacam itu akan membawa jiwa
bebas merdeka atau menambah keterikatan dan
keterkondisian baru. Apabila memang demikian,
dengan tegas memang harus dikatakan kalau latihan
semacam itu patut ditinggalkan!

Tradisi tenaga dalam konvensional mengenal latihan 10


hari berturut-turut tanpa putus sebelum mereka nanti
'diisi' dengan energi. Ini yang harus kita luruskan!
Dalam semua aspek pendidikan, apalagi pendidikan
spiritual, dikenal tiga tahap perjalanan. Yaitu
Pembersihan, Takhali. Pengisian, Tahali. Dan Perayaan,
Tajjali. Nah, 10 hari pertama itu sebenarnya lebih
bermakna kepada pembersihan, Takhali. Pembersihan
dari memori masa lalu. Pengosongan dari pengetahuan
yang dulu. Kalau sudah bersih, kosong, akan lebih
mudah memasukkan pengetahuan baru, ilmu baru.
Seperti gelas yang sudah penuh air, kalau akan
ditambah air ya pasti tumpah. Gelas itu harus
dikosongkan dulu sebelum ditambah air yang baru.
Setelah pembersihan itu barulah masuk tahap
pengisian. Namun yang diisi bukan energi seperti yang
dipahami selama ini. Yang diisi adalah pemahaman
baru, kesadaran baru. Harusnya demikian. Kalau ada
istilah pembukaan atau pengisian, sebetulnya "yang
dibuka" adalah pemahamannya, "yang diisi" adalah
pengetahuannya. Kemudian perayaannya terjadi
setelah mencapai Pendekar. Di sana barulah berkarya
untuk kemakmuran dan kedamaian. Merayakan
kesejahrteraan kepada semua orang. Membagikan
keceriaan yang didapatkan, menyebarkan cinta kasih,
"memberikan" salam kepada kepada siapa saja.
Marilah kita memulai sesuatu yang baru, yang
menyejukkan dan menyamankan. Yang akan
membawa jiwa kita bebas merdeka menuju
pencerahan.

PENDEKAR SEJATI

Pemahaman yang melampaui tenaga dalam, akan


membawa menjadi pendekar sejati. Pendekar di atas
pendekar. Pendekar sejati adalah orang yang pandai
berkarya untuk kemakmuran sesamanya. Pendekar
sebagai orang yang selalu menang dalam pertarungan
adalah biasa. Pendekar sejati akan menang dalam
pertarungan dengan ego dirinya. Pendekar sejati
adalah orang yang telah menaklukkan egonya,
menaruhnya rendah-rendah di bawah tanah. Pendekar
bukan orang yang mengiklankan dirinya di majalah
untuk menawarkan kesaktiannya. Pendekar sejati akan
selalu bersikap bijaksana, tidak sok tahu, dan tidak
selalu memberi tahu. Anda tidak akan bisa membeli
gelar pendekar. Seperti Anda juga tidak akan bisa
membeli gelar Master. Walaupun ada yang
menyelenggarakan latihan dengan tarif sekian juta
untuk mencetak Master. Namun kemasteran tidak bisa
dibeli. Seorang Master adalah seorang yang telah
berhasil mengatur dirinya sendiri. Bagaimana mungkin
seorang yang belum berhasil mengatur dirinya sendiri
akan mengatur orang lain? Walaupun ada yang
mengeluarkan sertifikat dan mencantumkan nama
anda sebagai pendekar, lulusan perguruan ini dan itu,
hal tersebut tidak membuktikan apapun.

Kependekaran tidak untuk dibuktikan. Kependekaran


untuk diamalkan. Untuk dijabarkan dalam kehidupan.
Untuk di-implementasikan. Pendekar yang
mengaplikasikan ilmunya bisa disebut Ulama, apapun
kepercayaan anda. Sebutan Ulama bukan monopoli
salah satu agama. Ulama terdiri dari dua suku kata,
Ilmu dan Amal. Yaitu seorang yang mengamalkan
ilmunya. Latihan mengembangkan kasih akan
melembutkan jiwa anda. Melunturkan ego anda.
Kemudian membuat Anda lebih reseptif terhadap ayat-
ayat Illahi yang tersebar di seluruh alam, yang
membentang di jagad raya ini. Setelah itu, Anda akan
menjadi seorang Pendekar Sejati, yang selalu meng-
agungkan namaNya setiap saat, yang selalu
melihatNya di semua sudut tempat, yang melampaui
segala macam simbol yang ada, yang selalu
mendengar suaraNya dalam semua bahasa, dan
melihatNya dalam setiap wujud, juga menjumpaiNya
dalam setiap peribadatan. Sekali lagi, setelah menjadi
seorang pendekar sejati anda tidak akan sakti, tidak
akan digjaya. Memang demikian adanya. Tidak ada
yang perlu ditutup-tutupi. Kalau sakit akan
berkonsultasi dengan dokter. Ia akan memahami betul
apa arti penyakit bagi dirinya. Kalau masih ingin bisa
melayang di udara dan mengeluarkan pukulan yang
bersinar ya jadi artis sinetron laga saja, di sana semua
bisa dilakukan di depan kamera.

Pendekar sejati akan tunduk dan mengikuti semua


hukum alam, hukum Tuhan. Memang selama ini kita
belum cukup menjadi seorang manusia. Kita masih
menjadi hewan, setidaknya nafsu hewani masih banyak
di dalam jiwa kita. Dan itulah yang menjadikan kita
bernafsu untuk menjadi yang terkuat dan terhebat.
Ingin menguasai orang lain, menipu orang lain. Bahkan
ingin menjadi paranormal, orang yang tidak normal.
Lihat saja siaran teve yang marak dengan mistiknya.
Orang yang menganggap dirinya paranormal asyik
memberikan kepada masyarakat hal-hal yang dia
anggap Gaib. Bagaimana mungkin kalau dirinya saja
masih melihatnya sebagai Gaib, yang tidak kelihatan,
kok malah akan menjelaskannya kepada masyarakat.
Bukankah itu seperti orang buta yang menjelaskan
tentang matahari? Tidak, hal seperti itu cukup
membuktikan bahwa kita belum menjadi manusia.
Apalagi kalau sampai mengiklankan kekuatan, ingin
mendapat konfirmasi dari pihak ketiga kalau diri kita
memang sakti. Pendekar Sejati adalah seorang yang
sudah menjadi manusia. Sudah mampu memisahkan
nafsu hewani dalam dirinya sehingga yang tersisa
hanyalah potensi manusia-Illahi yang mencintai dan
mengasihi sesamanya, tanpa pamrih. Pendekar sejati
adalah orang biasa, orang biasa yang kelihatan luar
biasa karena mempunyai karya nyata yang luar biasa!

HIDUP SADAR DENGAN MELAMPAUI TENAGA DALAM

Seorang tua sedang berjalan menuju sebuah


pemukiman yang kebetulan berada di seberang sebuah
sungai. Ia kemudian mendatangi tukang rakit yang
biasanya menyeberangkan para pejalan kaki. Naiklah
orang tua tersebut dalam rakit menuju pemukiman di
seberang. Di tengah sungai, orang tua dalam rakit
melihat seorang pemuda yang berjalan di atas air
sedang menyeberangi sungai itu pula. Dengan
angkuhnya seakan pemuda tersebut ingin
menunjukkan bahwa ia bisa berjalan di atas air.

Sesampai di seberang, orang tua itu bertanya kepada


pemuda tersebut, "nak engkau kelihatan hebat.
Ilmumu pasti tinggi. Berapa lama engkau belajar ilmu
berjalan di atas air?" "pak tua, aku menghabiskan
sepuluh tahun untuk menguasai ilmu ini." "sayang nak,
engkau menghabiskan sepuluh tahun hanya untuk
menyeberangi sungai ini. Aku hanya mengeluarkan
uang seratus perak untuk memberi makan tukang
rakit, dan ia memberikan rakitnya padaku untuk
menyeberangi sungai ini. Sepuluh tahunmu hanya
seharga seratus perak. Sayang sekali anak muda.
Apabila engkau gunakan sepuluh tahun untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, niscaya engkau telah
memperoleh nikmatNYA."

Pemuda tersebut tertegun dan menyadari


kebodohannya selama ini. Seketika itu juga ia berlutut
dan mencium kaki orang tua yang telah memberinya
pencerahan pada hari itu. Namun ketika ia membuka
mata, orang tua itu telah pergi. --------------------------
--------------------------------------------

Seperti itu, kadang kita rela menghabiskan waktu


hanya untuk memperlajari sebuah ilmu yang tidak
mendorong kita menuju kepasrahan. Bahkan ilmu itu
juga belum tentu tepat atau tidak. Apakah kalau kita
bisa mematahkan besi pompa lantas bisa diterima
kerja? Untuk apa, bukankah hanya untuk memuaskan
ego kita sendiri. Setelah kita bisa mementalkan orang
apakah lalu kita lulus sekolah? Tidak! Tidak ada energi
yang lebih besar daripada energi kasih, karena Tuhan
adalah Kasih dan sayang. Munculkanlah kasih dalam
dirimu, sebarkanlah energi kasih yang kita punyai.
Melampaui tenaga dalam dan mendapatkan energi
Illahi mengalir dalam diri, sehingga kita selalu bisa
memberikan kasih kepada siapa saja. Selama ini
memang kita masih tidur. Kemudian kita bermimpi
seolah kita bangun.
Hidup sadar dengan melampaui tenaga dalam adalah
membangunkan diri kita dari tidur ini, dari ketidak
sadaran kita, dari mimpi kita. Buanglah jauh-jauh
tentang kesaktian, kadigjayaan, kanuragan, karena itu
hanya bagi mereka yang masih ingin tidur, masih ingin
berlama-lama dalam selimut mereka. Bangun!
Sebentar lagi matahari telah tinggi. Mungkin hari ini
kita akan kembali, atau besok atau lusa, siapa yang
tahu. Bagaimana kalau dalam keadaan tidur kita,
dalam ketidaksadaran ini kita dipanggil kembali.
Apakah ilmu kesaktian kita dapat membantu? Apakah
bekal bisa mematahkan besi pompa, bisa berjalan di
atas api, tahan air keras, dapat menjadi jaminan untuk
bertemu dengan Tuhan? Sadarlah temanku, Anda tidak
akan jatuh miskin dengan meninggalkan profesi
sebagai penipu. Jadilah orang yang sadar, sadar
dengan apa yang sedang kita perbuat. Sadar bahwa
nurani telah berbisik kepada kita. Memberitahukan
langkah kita.

Namun untuk hidup sadar juga bukan langkah yang


mudah. Dengan melampaui tenaga dalam adalah
langkah awal untuk menapak menyadari diri sendiri.
Menyadari bahwa kekuatan-kekuatan hasil dari
proyeksi pikiran itu semu. Hanya bayang-bayang yang
kita anggap nyata, hanyalah akan menimbulkan hijab
bagi nurani untuk berbisik. Suatu perjalanan telah kita
mulai. Jangan berhenti. Sang Guru sejati yang
menyerukan sesuatu lewat nurani tetap berteriak
lantang. Perjalanan masih panjang, Ini adalah
perjalanan menuju diri kita sendiri. Berjalan ke dalam
diri.
Sekian

Biografi

Agung Webe

Lahir di Yogyakarta, pada tanggal 26 April.


Menyelesaikan bangku pendidikan sampai sekolah
Pariwisata tahun 1993 di Yogyakarta.

Melalui beberapa guru yang ditemui baik itu di dalam


negeri maupun luar negeri mengantarkan Agung Webe
belajar banyak dari mereka dan menjadi praktisi di
bidang psikologi terapan, metafisika, hypnosis,
neurosains, brain power dan pemberdayaan sumber
daya manusia.

Agung Webe telah menulis 9 buku motivasi dan


pengembangan dirim yaitu :

1. Melampaui tenaga dalam untuk hidup berkesadaran

2. Belajar Mandiri

3. Diary Pramugari (novel)

4. Kembang Malam (novel)

5. Javaness Wisdom - Berpikir dan berjiwa besar

6. Recollection-Menata kembali program pikiran


7. Tujuh langah sederhana mengubah hidup menjadi
lebih bermakna

8. Smart Teaching - 5 Metode efektif lejitkan prestasi


anak didik

9. GENIUS - Artikel inspirasi

Bukunya Javaness Wisdom yang mengangkat kearifan


leadership Jawa, telah menjadi kajian dan koleksi di
National Library of Australia di Canberra.

Selain menulis, Agung Webe juga menemukan metode


menata kembali program pikiran yang
dinamakan RECOLLECTION. Lewat pelatihan dan
seminar yang diselenggarakan, baik itu inhouse
training bagi instansi dan perusahaan maupun Public
training, Agung Webe telah menginspirasi banyak
orang untuk menemukan potensi, mengubah hidupnya
menjadi lebih baik dan meraih apa yang dimpikannya.
(http://www.sakraindonesia.com). Jaringan pelatihan
dan seminar yang diselenggarakan meliputi: Jakarta,
Yogya, Sulawesi dan Kalimantan. Melalui internet,
Agung Webe membuka blog untuk menuliskan tipstips
MOTIVASI lewat artikelnya secara berkala
di http://www.inspirasiagungwebe.blogspot.com

Selama lebih dari 15 tahun menggeluti dunia


pemberdayaan sumber daya
manusia, Agung Webe meluncurkan beberapa produk
training untuk melahirkan pribadi yang percaya diri,
tangguh, professional dan mandiri.
Fotofoto training Agung Webe dapat
dilihat http://www.fotowebe.blogspot.com

S-ar putea să vă placă și