Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ha
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
Status perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Jln. Petobo
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Sulit tidur akibat cemas yang dirasakan.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien perempuan berusia 60 tahun datang dengan keluhan sulit tidur karena rasa
cemas yang dialaminya. Pasien menjadi kurang nafsu makan, takut mendengar kabar
yang buruk, jantung sering berdebar, sesak napas, cemas terhadap hasil pemeriksaan
kesehatan. Pasien tiba-tiba sedih tanpa sebab yang jelas.Sebelumnya pasien datang di poli
jiwa pertama kali tahun 2006 dan mendapatkan pengobatan. Pasien pernah berhenti
mengonsumsi obat selama 1 tahun karena takut ketergantungan obat tetapi rasa cemas
kembali dirasakan yang membuat pasien mengonsumsi obat kembali. Perasaan cemas
dapat diatasi oleh pa
Pasien dengan melakukan aktivitas seperti menjahit, mengaji dan menyanyi.
Sebelumnya pasien pernah mencoba memeriksakan diri kepemeriksaan yang diadakan di
Pasar yang menyatakan pasien menderita penyakit ginjal dan jantung yang membuat
pasien merasa takut.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial
Pasien terlalu memikirkan tentang pendaftaran PUPNS karena belum
terselesaikan hingga pasien merasa terbebani
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit sebelumnya.
Pasien pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebelumnya, dirawat sudah dua kali.
B. Keadaan afektif
Mood : Disforia
Afek : Sempit
Keserasian : Serasi
Empati : Dapat dirabarasakan
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 5 : Menyadari penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan penyakitnya,
tetapi tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
Pemeriksaan neurologis :
GCS : E4M6V5, reflex cahaya (+)/(+), kongjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, fungsi
motorik dan sensorik ke empat ekstremitas dalam batas normal.
VII. PROGNOSIS
Dubia, faktor yang mempengaruhi :
Tidak ada kelainan organobiologik
Adanya dukungan dari keluarga
Jawaban
1. Mekanisme timbulnya gejala somatik seperti sesak nafas dan jantung berdebar
Penelitian Walter cannon (1920) menunjukkan adanya hubungan perangsangan sistem
saraf otonom memudahkan organisme untuk respon fight or flight yang ditandai dengan
hipertensi, takikardi, dan peningkatan curah jantung.
Penelitian harold wolff (1962) menunkkan fisiologi saluran cerna tampak berhubungan
dengan emosional yang khusus. Hiperfungsi terkait permusuhan, dan hipofungsi terkait
kesedihan. Namun teori ini tidak spesifik mengingat reaksi ini ditentukan oleh situasi
keadaan umum pasien dan penilaian presepsi terhadap peristiwa yang menimbulkan stres.
Sementara william beaumont (1853) menncatat selama keadaan emosional mempengaruhi
vaskularisasi lambung.
Pengaruh sistem pernapasan
Pada depresi, sesak napas dialami saat istirahat, menunjukkan sedikit perubahan saat
beraktivitas, dan dapat berfluktuasi dalam hitungan menit; awitan sesak napas bersamaan
dengan awitan gangguan mood dan sering disertai dengan serangan pusing, berkeringat,
palpitasi, dan parestesia.
Pengaruh sistem kardiovaskuler
Takikardi, palpitasi, dan aritmia jantung adalah tanda ansietas yang paling sering
dikeluhkan pasien.
3. Terjadinya penurunan nafsu makan juga karena dipengaruhi oleh neurotranmiter dibawah
ini. Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah norepinefrin,
serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem noradrenergik
yang teregulasi secara buruk. Badan sel sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus
sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak,
dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus
menghasilkan suatu respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan
binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan kecemasan,
khususnya gangguan panik, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.
Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang
otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian
obat serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah pada kecemasan.
Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,
menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
Gamma-aminobutyric acid(GABA)
Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh manfaat
benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan kecemasan.
Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA A terbukti
dapat mengatasi gejala gangguan kecemasan umum bahkan gangguan panik. Beberapa
pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal.
Faktor budaya juga merupakan salah satu penyebab kecemasan yang penting. Pekerjaan,
pendidikan, institusi agama, dan sosial budaya semuanya dapat menjadi konflik yang
menyebabkan kecemasan.
1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss : Surabaya.
1994.
2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi
Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.
3. Hawari, D. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bhakti Prima Yasa:
Yogyakarta. 1997.
4. Maslim R (ed). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT Nuh Jaya; 2001.