Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ARIWIE
oleh: Ni Putu Ari Widiastuti
HOME
CORAT CORET
o ENTERTAIMENT
KEPERAWATAN
o KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
o TUGAS KULIAH
o ASUHAN KEPERAWATAN
ARIWIE
1. Pendahuluan
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering
menyerang orang-orang yang berusia antara 15 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-
desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit
ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus
baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
2. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak
di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis(id.wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama
meningen, tulang, dan nodus limfe.
3. Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra
violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
Mycobakterium tuberculosis
Varian asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium xenopi
Klasifikasi
Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.
e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:
Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.
Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
4. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini
desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan
dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan
bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang
dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah
atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
5. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
6. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa
TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada
TB paru kronis luas.
b. Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk
rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit
bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir
paru atau pleura).
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
8. Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan
hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol
atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat
tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan
setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta
pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
4. Streptomisin 4. Kanamisin
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan
penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Intensif 2 1 1 3 3 60
bulan
Lanjutan 4 2 1 54
bulan
Intensif 2 1 1 3 60
bulan
Lanjutan3 4 2 1 1 54
x week bulan
Intensif(dosis 1 1 1 3 3 30
harian) bulan
11. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang
timbul.
b. Pola nutrisi
c. Respirasi
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Rasa nyaman/nyeri
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
f. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
g. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang
kental, edema bronchial.
c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,
penurunan kemampuan finansial.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
h. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret,
kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
Bersihan jalan Setelah diberikan tindakan a. Kaji ulang fungsi a. Penurunan bunyi
napas tidak efektif keperawatan kebersihan pernapasan: bunyi napas indikasi
berhubungan jalan napas efektif, dengan napas, kecepatan, atelektasis, ronki
dengan sekret criteria hasil: irama, kedalaman dan indikasi akumulasi
kental atau sekret penggunaan otot secret/ketidakmampuan
darah, kelemahan, Mempertahankan jalan aksesori.b. Catat membersihkan jalan
upaya batuk buruk, napas pasien. kemampuan untuk napas sehingga otot
edema mengeluarkan secret aksesori digunakan dan
trakeal/faringeal. Mengeluarkan sekret tanpa atau batuk efektif, catat kerja pernapasan
bantuan. karakter, jumlah meningkat. b. Pengeluar
Menunjukkan prilaku sputum, adanya an sulit bila sekret tebal,
untuk memperbaiki hemoptisis. sputum berdarah akibat
bersihan jalan napas. kerusakan paru atau
c. Berikan pasien luka bronchial yang
Berpartisipasi dalam posisi semi atau memerlukan
program pengobatan sesuai Fowler, Bantu/ajarkan evaluasi/intervensi
kondisi. batuk efektif dan lanjut .
latihan napas dalam.
Mengidentifikasi potensial
komplikasi dan melakukan c. Meningkatkan
tindakan tepat. d. Bersihkan sekret ekspansi paru, ventilasi
dari mulut dan trakea, maksimal membuka area
suction bila perlu. atelektasis dan
peningkatan gerakan
sekret agar mudah
e. Pertahankan intake dikeluarkan.
cairan minimal 2500
ml/hari kecuali
kontraindikasi. d. Mencegah
obstruksi/aspirasi.
Suction dilakukan bila
f. Lembabkan pasien tidak mampu
udara/oksigen inspirasi. mengeluarkan sekret.
Kolaborasi:
e. Membantu
g. Berikan obat: agen mengencerkan secret
mukolitik, sehingga mudah
bronkodilator, dikeluarkan.
kortikosteroid sesuai
indikasi.
f. Mencegah
pengeringan membran
mukosa.
g. Menurunkan
kekentalan sekret,
lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna
jika terjadi hipoksemia
pada kavitas yang luas.
d. Memberikan rasa
e. Observasi nyaman dan pakaian
intake dan output, yang tipis mudah
tanda vital (suhu, nadi, menyerap keringat dan
tekanan darah) tiap 3 tidak merangsang
jam sekali atau sesuai peningkatan suhu tubuh.
indikasi
e. Mendeteksi dini
f. Kolaborasi : kekurangan cairan serta
pemberian cairan mengetahui
intravena dan keseimbangan cairan
pemberian obat sesuai dan elektrolit dalam
program. tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
f. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas
tubuh pasien.
Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan tindakan a. Review patologi a. Membantu pasien
penyebaran / keperawatan tidak terjadi penyakit fase agar mau mengerti dan
aktivitas ulang penyebaran/ aktivitas aktif/tidak aktif, menerima terapi yang
infeksi ulang infeksi, dengan penyebaran infeksi diberikan untuk
berhubungan kriteria hasil: melalui bronkus pada mencegah
dengan pertahanan jaringan sekitarnya atau komplikasi. b.Orang-
primer tidak Mengidentifikasi aliran darah atau sistem orang yang beresiko
adekuat, fungsi silia intervensi untuk limfe dan resiko infeksi perlu program terapi
menurun/ statis mencegah/menurunkan melalui batuk, bersin, obat untuk mencegah
sekret, malnutrisi, resiko penyebaran infeksi. meludah, tertawa., penyebaran infeksi.
terkontaminasi oleh ciuman atau
Menunjukkan/melakukan
lingkungan, kurang menyanyi.b. c. Kebiasaan ini untuk
perubahan pola hidup
informasi tentang Identifikasi orang- mencegah terjadinya
untuk meningkatkan
infeksi kuman. orang yang beresiko penularan infeksi.
lingkungan yang. aman.
terkena infeksi seperti
anggota keluarga,
d. Mengurangi risilio
teman, orang dalam penyebaran infeksi.
satu perkumpulan.
j. Monitor sputum
BTA.
14. Evaluasi
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria evaluasi :
Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam
rentan normal.
Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010, from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
SHARE THIS:
POST NAVIGATION
PREVIOUSJOB DESCRIPTION PRIBADI PERAWAT PRIMER
NEXTSTRES TINGGI Menyebabkan Penyakit Gusi
1. kodok.bangkong
wah gt ya ternyata..
ngeri juga y..
taaapi untunglah jaman semakin maju, kesehatan kita jadi makin terjamin..
meskipun dompet ga terjamin hehehe
REPLY
1. gita
good!!
REPLY
2. nursingisbeautiful
REPLY
1. DJ liee
y lah 2
REPLY
3. Dewa Cakrabuana
wah berat juga artikelnya yaaa. coba sederhanain biar bahasa ilmiah sederhana ala majalah gt dnk. thx
REPLY
1. nursingisbeautiful
heheh, ini askep dewa jadi bahasanya rada2 ilmiah gt. kl info kesehatan umum sie udh saya usahakan
^,^
REPLY
4. mr.satan
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
5. Nurse Adien
bagus Askepnya rapih ,.. ijin copy ya,. di tunggu kunjungannya ke blog saya,..hehehhe http://www.santricipasung.blogspot.com/ salam kenal
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
6. Adith Nasir
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
7. Agustino Silaban
REPLY
8. ariw
REPLY
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
10. Rahmat
Bagaimana jika seorang setelah tes darah positif tb tetapi setelah 2 bulan periksa dahaknya hasilx negatif . apakah seorang tersebut masih menderita tb ?
Tolong penjelasannya
REPLY
1. nursingisbeautiful
kemungkinan masih, karena ada TB paru dengan BTA negatif. perlu pemeriksaan foto thorak untuk mngtahui gambaran paru
REPLY
good. qmwnwmukan
apa yg aku cari
makasih infonya berguna skali
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
12. diajeng
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
13. arif
REPLY
1. nursingisbeautiful
REPLY
14. Jonathan
REPLY
LEAVE A REPLY
CARI ARTIKEL
SEARCH FOR:
QUOTES
"Before you give up, think of the reason why you held on so long"
---anonymous---
CALENDAR
October 2010
M T W T F S S
Sep Nov
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
TAG CLOUD
ASKEP Entertaiment info kesehatan
umum Keperawatan mengatasi stress Tips&Trick Tokoh Tugas
Kuliah
KATEGORI
Asuhan Keperawatan(3)
Corat Coret(3)
Entertaiment(1)
Info Kesehatan Umum(6)
Keperawatan(12)
Keperawatan Gawat Darurat(1)
Tips Menarik(3)
Tugas Kuliah(2)
ARSIP
January 2016(1)
December 2015(1)
October 2015(2)
July 2015(1)
June 2015(1)
April 2014(1)
September 2013(2)
March 2012(1)
October 2011(1)
May 2011(2)
April 2011(1)
January 2011(1)
December 2010(1)
November 2010(1)
October 2010(4)
September 2010(12)
TOP CLICKS
nursingisbeautiful.files.
nursingisbeautiful.files.
BLOGROLL
Blog Cakrabuana
Hima PPLN STAN
Home
ARIWIE
Follow