Sunteți pe pagina 1din 29

Skip to content

ARIWIE
oleh: Ni Putu Ari Widiastuti

HOME

CORAT CORET
o ENTERTAIMENT

KEPERAWATAN
o KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
o TUGAS KULIAH
o ASUHAN KEPERAWATAN

INFO KESEHATAN UMUM


o TIPS MENARIK

ARIWIE

OCTOBER 9, 2010 BY ARIWIE


Asuhan Keperawatan TB Paru

1. Pendahuluan

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering
menyerang orang-orang yang berusia antara 15 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-
desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.

Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit
ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus
baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

2. Pengertian

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak
di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis(id.wikipedia.org).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama
meningen, tulang, dan nodus limfe.

3. Etiologi

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra
violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:

Mycobakterium tuberculosis

Varian asian

Varian african I

Varian asfrican II
Mycobakterium bovis

Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :

Mycobacterium cansasli

Mycobacterium avium

Mycobacterium intra celulase

Mycobacterium scrofulaceum

Mycobacterium malma cerse

Mycobacterium xenopi

Klasifikasi

a. Pembagian secara patologis :

Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).

Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

Tuberkulosis Paru BTA positif.

Tuberkulosis Paru BTA negative

c. Pembagian secara aktifitas radiologis :

Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.

Tuberkulosis non aktif .

Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )

Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.

For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:

Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.

Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.

Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.

Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.

Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.

Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

4. Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini
desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan
dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan
bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang
dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah
atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.

5. Manifestasi Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

6. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.

Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit

Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan
infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa
TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.

Anemia bila penyakit berjalan menahun

Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.

GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada
TB paru kronis luas.

b. Radiologi

Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk
rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit
bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.

Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir
paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paru

Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

8. Pencegahan

Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.

Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.

Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan
hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.

Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol
atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

9. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:

Aktivitas bakterisid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat
tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).

Aktivitas sterilisasi

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan
setelah pengobatan dihentikan.

Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta
pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH

Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :

Obat Primer Obat Sekunder

1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid

2. Rifampisin (R) 2. Protionamid

3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin

4. Streptomisin 4. Kanamisin

5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)

6. Tiasetazon

7. Viomisin

8. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :

Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan
penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan obat kategori 1 :

Tahap Lama (H) / R day Z F day Jumlah Hari


day day XMinum
Obat

Intensif 2 1 1 3 3 60
bulan

Lanjutan 4 2 1 54
bulan

Paduan Obat kategori 2 :

Tahap Lama (H)@300 R@450 Z@500 E@ E@500 Strep.Injeksi JumlahHari


250 X
mg mg mg mg
Mg Minum
Obat

Intensif 2 11 11 33 33 0,5 % 6030


bulan1
bulan
Lanjutan 5 2 1 3 2 66
bulan
Paduan Obat kategori 3 :

Tahap Lama H @ R@450mg P@500mg Hari X


300 Minum
mg Obat

Intensif 2 1 1 3 60
bulan
Lanjutan3 4 2 1 1 54
x week bulan

OAT sisipan (HRZE)

Tahap Lama H@300mg R@450mg Z@500mg E Minum


day@250mg obat XHari

Intensif(dosis 1 1 1 3 3 30
harian) bulan

11. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:

a. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang
timbul.

b. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.


Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

f. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.

g. Interaksi Sosial

Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.

12. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang
kental, edema bronchial.

c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,
penurunan kemampuan finansial.

d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.

e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif

h. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret,
kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.

13. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

Bersihan jalan Setelah diberikan tindakan a. Kaji ulang fungsi a. Penurunan bunyi
napas tidak efektif keperawatan kebersihan pernapasan: bunyi napas indikasi
berhubungan jalan napas efektif, dengan napas, kecepatan, atelektasis, ronki
dengan sekret criteria hasil: irama, kedalaman dan indikasi akumulasi
kental atau sekret penggunaan otot secret/ketidakmampuan
darah, kelemahan, Mempertahankan jalan aksesori.b. Catat membersihkan jalan
upaya batuk buruk, napas pasien. kemampuan untuk napas sehingga otot
edema mengeluarkan secret aksesori digunakan dan
trakeal/faringeal. Mengeluarkan sekret tanpa atau batuk efektif, catat kerja pernapasan
bantuan. karakter, jumlah meningkat. b. Pengeluar
Menunjukkan prilaku sputum, adanya an sulit bila sekret tebal,
untuk memperbaiki hemoptisis. sputum berdarah akibat
bersihan jalan napas. kerusakan paru atau
c. Berikan pasien luka bronchial yang
Berpartisipasi dalam posisi semi atau memerlukan
program pengobatan sesuai Fowler, Bantu/ajarkan evaluasi/intervensi
kondisi. batuk efektif dan lanjut .
latihan napas dalam.
Mengidentifikasi potensial
komplikasi dan melakukan c. Meningkatkan
tindakan tepat. d. Bersihkan sekret ekspansi paru, ventilasi
dari mulut dan trakea, maksimal membuka area
suction bila perlu. atelektasis dan
peningkatan gerakan
sekret agar mudah
e. Pertahankan intake dikeluarkan.
cairan minimal 2500
ml/hari kecuali
kontraindikasi. d. Mencegah
obstruksi/aspirasi.
Suction dilakukan bila
f. Lembabkan pasien tidak mampu
udara/oksigen inspirasi. mengeluarkan sekret.
Kolaborasi:
e. Membantu
g. Berikan obat: agen mengencerkan secret
mukolitik, sehingga mudah
bronkodilator, dikeluarkan.
kortikosteroid sesuai
indikasi.
f. Mencegah
pengeringan membran
mukosa.

g. Menurunkan
kekentalan sekret,
lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna
jika terjadi hipoksemia
pada kavitas yang luas.

Gangguan Setelah diberikan tindakan a. Kaji dispnea, a. Tuberkulosis paru


pertukaran gas keperawatan pertukaran takipnea, bunyi dapat rnenyebabkan
berhubungan gas efektif, dengan kriteria pernapasan abnormal. meluasnya jangkauan
dengan hasil: Peningkatan upaya dalam paru-pani yang
berkurangnya respirasi, keterbatasan berasal dari
keefektifan Melaporkan tidak terjadi ekspansi dada dan bronkopneumonia yang
permukaan paru, dispnea. kelemahan.b. meluas menjadi
atelektasis, Evaluasi perubahan- inflamasi, nekrosis,
Menunjukkan perbaikan
kerusakan membran tingkat kesadaran, catat pleural effusion dan
ventilasi dan oksigenasi
alveolar kapiler, tanda-tanda sianosis meluasnya fibrosis
jaringan adekuat dengan
sekret yang kental, dan perubahan warna dengan gejala-gejala
GDA dalam rentang
edema bronchial. kulit, membran respirasi
normal. mukosa, dan warna distress. b.Akumulasi
Bebas dari gejala distress kuku. secret dapat menggangp

oksigenasi di organ vital
pernapasan.
c. dan jaringan.
Demonstrasikan/anjurk
an untuk mengeluarkan c. Meningkatnya
napas dengan bibir resistensi aliran udara
disiutkan, terutama untuk mencegah
pada pasien dengan kolapsnya jalan napas.
fibrosis atau kerusakan
parenkim. d. Mengurangi konsumsi
oksigen pada periode
d. Anjurkan untuk respirasi.
bedrest, batasi dan
bantu aktivitas sesuai e. Menurunnya saturasi
kebutuhan. oksigen (PaO2) atau
meningkatnya PaC02
e. Monitor GDA. menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih.
f. Kolaborasi: adekuat atau perubahan
Berikan oksigen sesuai terapi.
indikasi.
f. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi
dan penurunan
permukaan alveolar
paru.

Gangguan Setelah diberikan tindakan a. Catat status nutrisi a. Berguna dalam


keseimbangan keperawatan diharapkan paasien: turgor kulit, mendefinisikan derajat
nutrisi, kurang dari kebutuhan nutrisi adekuat, timbang berat badan, masalah dan intervensi
kebutuhan dengan kriteria hasil: integritas mukosa yang tepat b. Membantu
berhubungan mulut, kemampuan intervensi kebutuhan
dengan kelelahan, Menunjukkan berat badan menelan, adanya bising yang spesifik,
batuk yang sering, meningkat mencapai usus, riwayat meningkatkan intake diet
adanya produksi tujuan dengan nilai mual/rnuntah atau pasien.
sputum, dispnea, laboratoriurn normal dan diare.b. Kaji ulang
anoreksia, bebas tanda malnutrisi. pola diet pasien yang c. Mengukur keefektifan
penurunan disukai/tidak disukai. nutrisi dan cairan.
Melakukan perubahan pola
kemampuan
hidup untuk meningkatkan
finansial.
dan mempertahankan berat c. Monitor intake dan d. Dapat menentukan
output secara periodik. jenis diet dan
badan yang tepat.
mengidentifikasi
d. Catat adanya pemecahan masalah
anoreksia, mual, untuk meningkatkan
muntah, dan tetapkan intake nutrisi.
jika ada hubungannya
dengan medikasi. e. Membantu menghemat
Awasi frekuensi, energi khusus saat
volume, konsistensi demam terjadi
Buang Air Besar peningkatan metabolik.
(BAB).
f. Mengurangi rasa tidak
e. Anjurkan bedrest. enak dari sputum atau
obat-obat yang
f. Lakukan digunakan yang dapat
perawatan mulut merangsang muntah.
sebelum dan sesudah
tindakan pernapasan. g. Memaksimalkan
intake nutrisi dan
g. Anjurkan makan menurunkan iritasi
sedikit dan sering gaster.
dengan makanan tinggi
protein dan h. Memberikan bantuan
karbohidrat. dalarn perencaaan diet
dengan nutrisi adekuat
Kolaborasi: unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
h. Rujuk ke ahli gizi
untuk menentukan i. Nilai rendah
komposisi diet. menunjukkan malnutrisi
dan perubahan program
i. Awasi terapi.
pemeriksaan
laboratorium. (BUN,
protein serum, dan
albumin).

Nyeri akut Setelah diberikan tindakan a. Observasi a. Nyeri merupakan


berhubungan keperawatan rasa karakteristik nyeri, mis respon subjekstif yang
dengan inflamasi nyeridapat berkurang atau tajam, konstan , dapat
paru, batuk menetap terkontrol, dengan KH: ditusuk. Selidiki diukur.b. Perubahan
perubahan karakter frekuensi jantung TD
Menyatakan nyeri /lokasi/intensitas menunjukan bahwa
berkurang atauterkontrol nyeri.b. Pantau TTV pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan
Pasien tampak rileks
c. Berikan tindakan untuk perubahan tanda
nyaman mis, pijatan vital telah terlihat.
punggung, perubahan
posisi, musik tenang, c. Tindakan non
relaksasi/latihan nafas analgesik diberikan
dengan sentuhan lembut
d. Tawarkan dapat menghilangkan
pembersihan mulut ketidaknyamanan dan
dengan sering.. memperbesar efek terapi
analgesik.
e. Anjurkan dan
bantu pasien dalam d. Pernafasan mulut dan
teknik menekan dada terapi oksigen dapat
selama episode mengiritasi dan
batukikasi. mengeringkan membran
mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
f. Kolaborasi dalam
pemberian analgesik
sesuai indikasi e. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.

f. Obat ini dapat


digunakan untuk
menekan batuk non
produktif, meningkatkan
kenyamanan

Hipertermi Setelah diberikan tindakan a. Kaji suhu tubuha. Mengetahui


berhubungan keperawatan diharapkan pasienb. Beri peningkatan suhu tubuh,
dengan proses suhu tubuh kembali kompres air hangat memudahkan
inflamasi aktif. normal dengan KH : intervensib.Mengurangi
c. panas dengan
Suhu tubuh 36C-37C Berikan/anjurkan pemindahan panas
pasien untuk banyak secara konduksi. Air
minum 1500-2000 hangat mengontrol
cc/hari (sesuai pemindahan panas
toleransi) secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi
d. Anjurkan pasien atau menggigil.
untuk menggunakan
pakaian yang tipis dan c. Untuk mengganti
mudah menyerap cairan tubuh yang
keringat hilang akibat evaporasi

d. Memberikan rasa
e. Observasi nyaman dan pakaian
intake dan output, yang tipis mudah
tanda vital (suhu, nadi, menyerap keringat dan
tekanan darah) tiap 3 tidak merangsang
jam sekali atau sesuai peningkatan suhu tubuh.
indikasi
e. Mendeteksi dini
f. Kolaborasi : kekurangan cairan serta
pemberian cairan mengetahui
intravena dan keseimbangan cairan
pemberian obat sesuai dan elektrolit dalam
program. tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.

f. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas
tubuh pasien.

Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan a. Evaluasi respon a. Menetapkan


berhubungan keperawatan pasien pasien terhadap kemampuan atau
dengan diharapkan mampu aktivitas. Catat kebutuhan pasien
ketidakseimbangan melakukan aktivitas dalam laporan dispnea, memudahkan pemilihan
antara suplai dan batas yang ditoleransi peningkatan kelemahan intervensi.b. Menurunka
kebutuhan oksigen. dengan kriteria hasil: atau kelelahan.b. n stress dan rangsanagn
Berikan lingkungan berlebihan,
Melaporkan atau tenang dan batasi meningkatkan istirahat.
menunjukan peningkatan pengunjung selama
toleransi terhadap aktivitas fase akut sesuai c. Tirah baring
yang dapat diukur dengan indikasi. dipertahankan selama
adanya dispnea, fase akut untuk
kelemahan berlebihan, dan c. Jelaskan menurunkan kebutuhan
tanda vital dalam rentan pentingnya istirahat metabolic, menghemat
normal. dalam rencana energy untuk
pengobatandan penyembuhan.
perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat. d. Pasien mungkin
nyaman dengan kepala
d. Bantu pasien tinggi, tidur di kursi atau
memilih posisi nyaman menunduk ke depan
untuk istirahat. meja atau bantal.

e. Bantu aktivitas e. Meminimalkan


perawatan diri yang kelelahan dan membantu
diperlukan. Berikan keseimbanagnsuplai dan
kemajuan peningkatan kebutuhan oksigen.
aktivitas selama fase
penyembuhan.

Kurang Setelah diberikan tindakan a. Kaji ulang a. Kemampuan belajar


pengetahuan keperawatan tingkat kemampuan belajar berkaitan dengan
tentang kondisi, pengetahuan pasien pasien misalnya: keadaan emosi dan
pengobatan, meningkat, dengan kriteria perhatian, kelelahan, kesiapan fisik.
pencegahan hasil: tingkat partisipasi, Keberhasilan tergantung
berhubungan lingkungan belajar, pada kemarnpuan
dengan tidak ada Menyatakan pemahaman tingkat pengetahuan, pasien.b. Informasi
yang menerangkan, proses media, orang tertulis dapat membantu
interpretasi yang penyakit/prognosisdan dipercaya.b. Berikan mengingatkan pasien.
salah, informasi kebutuhan pengobatan. Informasi yang spesifik
yang didapat tidak dalam bentuk tulisan c. Meningkatkan
Melakukan perubahan
lengkap/tidak misalnya: jadwal partisipasi pasien
prilaku dan pola hidup
akurat, terbatasnya minum obat. mematuhi aturan terapi
unruk memperbaiki
pengetahuan/kogniti dan mencegah putus
kesehatan umurn dan
f c. Jelaskan obat.
menurunkan resiko
penatalaksanaan obat:
pengaktifan ulang
dosis, frekuensi, d. Mencegah keraguan
luberkulosis paru.
tindakan dan perlunya terhadap pengobatan
Mengidentifikasi gejala terapi dalam jangka sehingga mampu
yang mernerlukan waktu lama. Ulangi menjalani terapi.
evaluasi/intervensi. penyuluhan tentang
Menerima perawatan interaksi obat
kesehatan adekuat Tuberkulosis dengan e. Kebiasaan minurn
obat lain. alkohol berkaitan
dengan terjadinya
hepatitis
d. Jelaskan tentang
efek samping obat:
mulut kering, f. Efek samping
konstipasi, gangguan etambutol: menurunkan
penglihatan, sakit visus, kurang mampu
kepala, peningkatan melihat warna hijau.
tekanan darah.
g. Debu silikon beresiko
e. Anjurkan pasien keracunan silikon yang
untuk tidak minurn mengganggu fungsi
alkohol jika sedang paru/bronkus.
terapi INH.
h. Pengetahuan yang
f. Rujuk cukup dapat mengurangi
perneriksaan mata saat resiko penularan/
mulai dan menjalani kambuh kembali.
terapi etambutol. Komplikasi
Tuberkulosis: formasi
g. Berikan gambaran abses, empisema,
tentang pekerjaan yang pneumotorak, fibrosis,
berisiko terhadap efusi pleura, empierna,
penyakitnya misalnya: bronkiektasis,
bekerja di pengecoran hernoptisis, u1serasi
logam, pertambangan, Gastro, Instestinal (GD,
pengecatan. fistula bronkopleural,
Tuberkulosis laring, dan
penularan kuman.
h. Review tentang
cara penularan
Tuberkulosis dan
resiko kambuh lagi.

Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan tindakan a. Review patologi a. Membantu pasien
penyebaran / keperawatan tidak terjadi penyakit fase agar mau mengerti dan
aktivitas ulang penyebaran/ aktivitas aktif/tidak aktif, menerima terapi yang
infeksi ulang infeksi, dengan penyebaran infeksi diberikan untuk
berhubungan kriteria hasil: melalui bronkus pada mencegah
dengan pertahanan jaringan sekitarnya atau komplikasi. b.Orang-
primer tidak Mengidentifikasi aliran darah atau sistem orang yang beresiko
adekuat, fungsi silia intervensi untuk limfe dan resiko infeksi perlu program terapi
menurun/ statis mencegah/menurunkan melalui batuk, bersin, obat untuk mencegah
sekret, malnutrisi, resiko penyebaran infeksi. meludah, tertawa., penyebaran infeksi.
terkontaminasi oleh ciuman atau
Menunjukkan/melakukan
lingkungan, kurang menyanyi.b. c. Kebiasaan ini untuk
perubahan pola hidup
informasi tentang Identifikasi orang- mencegah terjadinya
untuk meningkatkan
infeksi kuman. orang yang beresiko penularan infeksi.
lingkungan yang. aman.
terkena infeksi seperti
anggota keluarga,
d. Mengurangi risilio
teman, orang dalam penyebaran infeksi.
satu perkumpulan.

c. Anjurkan pasien e. Febris merupakan


menutup mulut dan indikasi terjadinya
membuang dahak di infeksi.
tempat penampungan
yang tertutup jika f. Pengetahuan tentang
batuk. faktor-faktor ini
membantu pasien untuk
d. Gunakan masker mengubah gaya hidup
setiap melakukan dan
tindakan. menghindari/mengurang
i keadaan yang lebih
buruk.
e. Monitor
temperatur.
g. Periode menular
dapat terjadi hanya 2-3
f. Identifikasi hari setelah permulaan
individu yang berisiko kemoterapi jika sudah
tinggi untuk terinfeksi terjadi kavitas, resiko,
ulang Tuberkulosis penyebaran infeksi dapat
paru, seperti: berlanjut sampai 3
alkoholisme, bulan.
malnutrisi, operasi
bypass intestinal,
menggunakan obat h. INH adalah obat
penekan imun/ pilihan bagi penyakit
kortikosteroid, adanya Tuberkulosis primer
diabetes melitus, dikombinasikan dengan
kanker. obat-obat lainnya.
Pengobatan jangka
pendek INH dan
g. Tekankan untuk Rifampisin selama 9
tidak menghentikan bulan dan Etambutol
terapi yang dijalani. untuk 2 bulan pertama.

Kolaborasi: i. Obat-obat sekunder


diberikan jika obat-obat
h. Pemberian terapi primer sudah resisten
INH, etambutol,
Rifampisin. j. Untuk mengawasi
keefektifan obat dan
i. Pemberian terapi efeknya serta respon
Pyrazinamid pasien terhadap terapi
(PZA)/Aldinamide,
para-amino salisik
(PAS), sikloserin,
streptomisin.

j. Monitor sputum
BTA.
14. Evaluasi

Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:

Mempertahankan jalan napas pasien.

Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.

Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.

Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:

Melaporkan tidak terjadi dispnea.

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.

Bebas dari gejala distress pernapasan.

Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:

Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.

Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

Dx 4: Nyeridapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:

Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol

Pasien tampak rileks

DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :

Suhu tubuh 36C-37C.

DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria evaluasi :

Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam
rentan normal.

DX 7 : Tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria evaluasi:

Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosisdan kebutuhan pengobatan.

Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.

Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.

Menerima perawatan kesehatan adekuat.

DX 8 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria evaluasi:

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.

Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.


Daftar pustaka

Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010, from http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Kamis, 11 Maret 2010, from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.

Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC

Underwood, J.C.E.1999.Patologi Umum dan Sistematik Volume 2.Jakarta: EGC

SHARE THIS:

4Share on Facebook (Opens in new window)4

Click to share on Twitter (Opens in new window)

Click to email (Opens in new window)

Click to print (Opens in new window)

Click to share on Reddit (Opens in new window)

Posted in Asuhan KeperawatanTagged ASKEP

POST NAVIGATION
PREVIOUSJOB DESCRIPTION PRIBADI PERAWAT PRIMER
NEXTSTRES TINGGI Menyebabkan Penyakit Gusi

25 THOUGHTS ON ASUHAN KEPERAWATAN


TB PARU

1. kodok.bangkong

OCTOBER 9, 2010 AT 5:52 PM

wah gt ya ternyata..
ngeri juga y..
taaapi untunglah jaman semakin maju, kesehatan kita jadi makin terjamin..
meskipun dompet ga terjamin hehehe
REPLY

1. gita

OCTOBER 9, 2010 AT 6:05 PM

good!!

REPLY

2. nursingisbeautiful

OCTOBER 9, 2010 AT 5:56 PM

hohohhooo thanks y..

tetep posting artikel yang bermutu

REPLY

1. DJ liee

JANUARY 17, 2012 AT 6:46 AM

y lah 2

REPLY
3. Dewa Cakrabuana

OCTOBER 14, 2010 AT 4:11 PM

wah berat juga artikelnya yaaa. coba sederhanain biar bahasa ilmiah sederhana ala majalah gt dnk. thx

REPLY

1. nursingisbeautiful

OCTOBER 15, 2010 AT 3:26 PM

heheh, ini askep dewa jadi bahasanya rada2 ilmiah gt. kl info kesehatan umum sie udh saya usahakan
^,^

REPLY

4. mr.satan

OCTOBER 20, 2010 AT 11:39 AM

wah coba di buat link download aj.. biar ga susah2 copas..


lagian ad yg ga kliatan tuh di tabelnya

REPLY
1. nursingisbeautiful

APRIL 15, 2011 AT 1:06 PM

can you help me make link? this my first time

REPLY

5. Nurse Adien

MARCH 31, 2011 AT 2:46 AM

bagus Askepnya rapih ,.. ijin copy ya,. di tunggu kunjungannya ke blog saya,..hehehhe http://www.santricipasung.blogspot.com/ salam kenal

REPLY

1. nursingisbeautiful

APRIL 15, 2011 AT 1:02 PM

salam kenal.. terima kasih dan senangnya dapat berbagi,,

REPLY
6. Adith Nasir

MAY 21, 2011 AT 3:24 AM

Askep nya sngt baguss


n makasih udh sangat membantu
untuk kami,,,

REPLY

1. nursingisbeautiful

MAY 21, 2011 AT 11:54 AM

masih bnyk kurangnya.. mkasie.. senang bsa berbagi

REPLY

7. Agustino Silaban

APRIL 9, 2012 AT 7:38 AM

implementasi nya mana nech

REPLY
8. ariw

APRIL 22, 2012 AT 1:17 PM

implementasi kn kata kerja aktif dari intervensinya

REPLY

9. asuhan keperawatan NANDA

MAY 4, 2012 AT 1:17 AM

mantap gan infonya


izin copas ya
terima kasih

REPLY

1. nursingisbeautiful

SEPTEMBER 13, 2013 AT 12:38 PM

iya sama2.. maaf msh bnyk kekurangan

REPLY
10. Rahmat

JULY 14, 2012 AT 7:16 PM

Bagaimana jika seorang setelah tes darah positif tb tetapi setelah 2 bulan periksa dahaknya hasilx negatif . apakah seorang tersebut masih menderita tb ?
Tolong penjelasannya

REPLY

1. nursingisbeautiful

SEPTEMBER 13, 2013 AT 12:40 PM

kemungkinan masih, karena ada TB paru dengan BTA negatif. perlu pemeriksaan foto thorak untuk mngtahui gambaran paru

REPLY

11. Yaya HwaCii Touqi-touqi

DECEMBER 18, 2012 AT 10:03 AM

good. qmwnwmukan
apa yg aku cari
makasih infonya berguna skali

REPLY
1. nursingisbeautiful

SEPTEMBER 13, 2013 AT 12:41 PM

okay senang bisa membantu

REPLY

12. diajeng

MARCH 7, 2013 AT 4:15 PM

Minum obatx tuch ngeri

REPLY

1. nursingisbeautiful

SEPTEMBER 13, 2013 AT 12:42 PM

pengobatan TB paru harus tuntas dan diperlukan pengawas minum obat

REPLY
13. arif

APRIL 21, 2013 AT 10:40 AM

trimaksh, untuk bekal msuk rs paru

REPLY

1. nursingisbeautiful

SEPTEMBER 13, 2013 AT 12:43 PM

mohon info lowongan perawat di RS paru mana?

REPLY

14. Jonathan

NOVEMBER 10, 2016 AT 2:45 AM

makasi banyak ya gan (y)

REPLY

LEAVE A REPLY
CARI ARTIKEL
SEARCH FOR:

NI PUTU ARI WIDIASTUTI

QUOTES

"Before you give up, think of the reason why you held on so long"
---anonymous---

"Life is either daring adventure or nothing"


---Hellen Keller---

CALENDAR

October 2010
M T W T F S S
Sep Nov
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31

TAG CLOUD
ASKEP Entertaiment info kesehatan
umum Keperawatan mengatasi stress Tips&Trick Tokoh Tugas
Kuliah
KATEGORI

Asuhan Keperawatan(3)
Corat Coret(3)
Entertaiment(1)
Info Kesehatan Umum(6)
Keperawatan(12)
Keperawatan Gawat Darurat(1)
Tips Menarik(3)
Tugas Kuliah(2)

ARSIP

January 2016(1)
December 2015(1)
October 2015(2)
July 2015(1)
June 2015(1)
April 2014(1)
September 2013(2)
March 2012(1)
October 2011(1)
May 2011(2)
April 2011(1)
January 2011(1)
December 2010(1)
November 2010(1)
October 2010(4)
September 2010(12)

TOP CLICKS

nursingisbeautiful.files.
nursingisbeautiful.files.

BLOGROLL

Blog Cakrabuana
Hima PPLN STAN

Home
ARIWIE

Create a free website or blog at WordPress.com.

Follow

S-ar putea să vă placă și

  • Sop Ul
    Sop Ul
    Document2 pagini
    Sop Ul
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • 5 7 2
    5 7 2
    Document7 pagini
    5 7 2
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • SOP TB Anak
    SOP TB Anak
    Document2 pagini
    SOP TB Anak
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Pemerintah Kabupaten Buleleng Dinas Kesehatan: Puskesmas Kubutambahan I
    Pemerintah Kabupaten Buleleng Dinas Kesehatan: Puskesmas Kubutambahan I
    Document2 pagini
    Pemerintah Kabupaten Buleleng Dinas Kesehatan: Puskesmas Kubutambahan I
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Sop Uks
    Sop Uks
    Document2 pagini
    Sop Uks
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Elemen 3
    Elemen 3
    Document1 pagină
    Elemen 3
    Puskesmas Jemaras
    Încă nu există evaluări
  • SOP Posyandu Lansia
    SOP Posyandu Lansia
    Document2 pagini
    SOP Posyandu Lansia
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • SOP Pengambilan Obat TB
    SOP Pengambilan Obat TB
    Document2 pagini
    SOP Pengambilan Obat TB
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Cara Penggunaan Sarung Tangan
    Cara Penggunaan Sarung Tangan
    Document2 pagini
    Cara Penggunaan Sarung Tangan
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • SOP KonselingTB
    SOP KonselingTB
    Document2 pagini
    SOP KonselingTB
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • GG-09-Hyperemi Pulpa
    GG-09-Hyperemi Pulpa
    Document4 pagini
    GG-09-Hyperemi Pulpa
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • SOP Etika Batuk
    SOP Etika Batuk
    Document2 pagini
    SOP Etika Batuk
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • GG-06-Pencabutan Gigi Tetap
    GG-06-Pencabutan Gigi Tetap
    Document4 pagini
    GG-06-Pencabutan Gigi Tetap
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • IUD
    IUD
    Document1 pagină
    IUD
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP HT
    Spo ASKEP HT
    Document2 pagini
    Spo ASKEP HT
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Mal
    Mal
    Document2 pagini
    Mal
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    Document2 pagini
    Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    Document2 pagini
    Spo ASKEP MUSKOLOSKELETAL
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP GASTRITIS
    Spo ASKEP GASTRITIS
    Document2 pagini
    Spo ASKEP GASTRITIS
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • IUD
    IUD
    Document1 pagină
    IUD
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP GASTRITIS
    Spo ASKEP GASTRITIS
    Document2 pagini
    Spo ASKEP GASTRITIS
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo ASKEP GASTRITIS
    Spo ASKEP GASTRITIS
    Document2 pagini
    Spo ASKEP GASTRITIS
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • SPO Askep Ispa
    SPO Askep Ispa
    Document2 pagini
    SPO Askep Ispa
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Sop Askep
    Sop Askep
    Document2 pagini
    Sop Askep
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Article FR Femur Post Operasi
    Article FR Femur Post Operasi
    Document6 pagini
    Article FR Femur Post Operasi
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Anatomi Fisiologi Otot
    Anatomi Fisiologi Otot
    Document8 pagini
    Anatomi Fisiologi Otot
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Article FR Femur Post Operasi
    Article FR Femur Post Operasi
    Document6 pagini
    Article FR Femur Post Operasi
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Spo Askep Asma
    Spo Askep Asma
    Document3 pagini
    Spo Askep Asma
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări
  • Askep Omi
    Askep Omi
    Document19 pagini
    Askep Omi
    andy leey
    100% (1)
  • LP SC
    LP SC
    Document27 pagini
    LP SC
    KETUT BUDHI ARYANI
    Încă nu există evaluări