Sunteți pe pagina 1din 98

KONSEP LAPORAN AKHIR 2016

PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

BAB II :
KRITERIA DESIGN

2.1. UMUM

Metodologi pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan Lingkup


Kegiatan pekerjaan yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan
pertimbangan lain yang dianggap perlu untuk mempermudah atau
meningkatkan kualitas pekerjaan.
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan diuraikan dengan memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi, seperti :
Ketentuan-ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja dan hasil klarifikasi
dengan pemilik pekerjaan.
Pemahaman awal tentang kondisi lokasi studi.
Sumber daya yang sesuai dengan KAK.
Pada tahap ini seluruh data yang diperoleh, baik data sekunder maupun
data primer dianalisa untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dan
keadaan lokasi. Dalam metodologi kerja kita melakukan pendekatan teknis
maupun non teknis, dengan tujuan supaya dalam pelaksanaan pekerjaan ada
dasar pemikiran atau pertimbangan dalam melakukan kegiatan untuk setiap
item pekerjaan. Yang lebih ditekankan dalam metodologi kerja ini yaitu
prosedur dan langkah kerja dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan khusus
dalam pekerjaan analisa data, metodologi ini juga membahas dasar
perhitungan yang dipakai dalam analisa data.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -1


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.2. KONSEP PENDEKATAN PERENCANAAN DRAINASE

Pekerjaan PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA


merupakan kegiatan untuk melakukan identifikasi, analisa dan perencanaan
secara sistematis untuk mendapatkan rencana sistem jaringan drainase makro
kota yang sesuai dengan arahan perkembangan kota hingga 25 tahun
kedepan.
Secara garis besar, kegiatan PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN
LEMBATA ini adalah perumusan konsep strategi perencanaan, pembangunan
dan pengelolaan drainase kota; perumusan perencanaan sistem jaringan
drainase kota (perencanaan jaringan saluran primer dan sekunder serta
kebutuhan bangunan-bangunan drainase); penyusunan indikator program 25
tahun dan action plan pengelolaan drainase kota per 5 (lima) tahunan.
Pendekatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan PENYUSUNAN DED DRAINASE
PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA ini adalah sebagai berikut.
Desk Studi terhadap Hasil-hasil kajian dan perencanaan terdahulu yang
terkait.
Inventarisasi jaringan sungai/saluran drainase yang ada
Pola aliran existing sungai dan saluran
Uji model hidrolik dari jaringan yang ada
Kendala hidrolis yang ada
Alternatif layout jaringan drainase
Lay out jaringan drainae definitif
Agar proses PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA ini
dapat mengakomodasi secara efektif dan efisien beberapa input diatas,
konsultan menyusun konsep pendekatan seperti dapat diuraikan dalam konsep
pendekatan berikut ini.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -2


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Gambar 2-1: Bagan Alir Penyusunan DED Drainase Permukiman

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -3


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.3. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam menyiapkan rencana kegiatan konsultan akan memaparkan metodologi


pelaksanaan pekerjaan yang disusun secara optimal, ekonomis, tepat guna dan
solusinya dapat diandalkan.
Penyusunan metodologi pekerjaan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja,
dimana hasil yang diharapkan adalah tersusunnya suatu rencana PENYUSUNAN
DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA yang sesuai dengan arahan
perkembangan kota sampai rencana 25 tahun.
Secara garis besar, untuk menyelesaikan kegiatan tersebut diatas perlu
dilakukan serangkaian aktivitas yang meliputi: kegiatan lapangan, kegiatan
kantor dan laboratorium.
Efektifitas dan Efisiensi dalam pekerjaan adalah suatu hal yang sangat
diperlukan dan mutlak dicapai sehingga hasil akhir dari pekerjaan PENYUSUNAN
DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada di lapangan.
Mengacu kepada konsep pendekatan yang telah disusun, seperti disampaikan
diatas, maka konsultan menyusun beberapa tahapan yang terdiri dari beberapa
aktifitas yang akan dilaksanakan dalam rangka penyelesaian pekerjaan
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA.
Tahapan kegiatan dan akitifitas yang akan dilaksanakan diuraikan sebagai
berikut.
a. Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan persiapan
Pengumpulan data sekunder dan review studi yang ada
Orientasi lapangan dan survei pendahuluan
b. Pengumpulan Data dan Identifikasi Kondisi Eksisting
Pengumpulan Data
Review Data Sekunder
Identifikasi Kondisi Eksisting Sistem Drainase
Identifkasi Kondisi Topografi

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -4


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

c. Analisa Data
Topografi
Hidrologi
Analisa Sistem Drainase Eksisting
Analisa Perubahan Tata Guna Lahan dan Perkembangan Kota
d. System Planning
Penyusunan Alternatif Penyusunan DED Drainase
Pemilihan Alternatif Penyusunan DED Drainase
Rekomendasi Penyusunan DED Drainase
e. Penyusunan Perencanaan dan Rekomendasi
Penyusunan Perencanaan
Pembahasan dan Revisi
Penyusunan Dokumen Perencanaan
Penjabaran mengenai tahapan kegiatan tersebut di atas secara ringkas
diberikan dalam gambar 2-2 berikut ini.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -5


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Persiapan Pengumpulan D ata :


- Peta peta dasar Penyusunan Perencanaan
- Peta geologi
1. Administrasi Detail:
2. Teknis - H idroklimatologi - Lay out Drainase Makro
3. Pemahaman Terhadap KAK - Perhitungan hidraulis
4. Penyusunan Metodologi dan sarana dan prasarana
R encana Kerja
drainase
- Pemodelan
R eview D ata Sekunder - Alternatif bangunan air
- Peta sistem tata air Analisa H idrologi : - Peta-peta masterplan
- Identifikasi sarana dan - C urah hujan rencana - dll.
Pengumpulan D ata prasarana drainase - Intensitas curah hujan Penyusunan Alternatif
Sekunder /R eview Studi - C athment area rencana Penyusunan D ED
Yang Ada - Analisa Perubahan D rainase Permukiman
- Kondisi topografi
- Peta tata guna lahan Karakteristik D AS dan Kota
- Proyeksi D emografi dan - D ebit Banjir R encana R evisi
Perkembangan Kota

Pembahasan
Pemilihan Aliternatif
Analisa Sistem D rainase Penyusunan D ED D rainase
Identifikasi Kondisi Eksisting
Eksisting : Permukiman
Sistem Drainase: - Integritas /Kontinuitas
Orientasi Lapangan D an - Sistem Drainase Eksisting
- Kapasitas Sistem
Survey Pendahuluan - Topografi Kawasan
- Tata Guna Lahan - Pola & Kondisi Aliran
- Permasalahan Genangan - Fungsi dan Kinerja
- Identifikasi Permasalahan
D okumen Perencanaan:
1. Produk Laporan
Rekomendasi 2. Produk Peta / Gambar
Penyusunan DED
Identifikasi Topografi Drainase Permukiman
- Peta topografi
1 . Topografi - Kontur trase rencana
2 . Trase saluran rencana - Potongan memanjang
3 . Penampang memanjang - Potongan melintang
dan melintang

Pendahuluan Pengum pulan D ata, Survey Lapangan dan analisa data A nalisa D ata System Planning R ekom endasi dan Perencanaan

B ln K e-1 B ln K e-2 B ln K e-3 B ln K e-4

D iskusi Pendahuluan D iskusi A ntara D iskusi D raft Final

Laporan Penahuluan Laporan A ntara Laporan D raft Final Laporan


. Final

Gambar 2-2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -6


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.4. PEKERJAAN PENDAHULUAN

2.4.1. Pekerjaan Persiapan


Kegiatan persiapan dilaksanakan segera setelah diterbitkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK). Secara umum pekerjaan persiapan terdiri dari:
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi lebih banyak berkaitan dengan penyelesaian
administrasi dengan pemberi tugas, perijinan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan, kerja sama dengan perusahaan dan instansi lain dan
sebagainya. Pekerjaan administrasi yang dipersiapkan adalah:
Legalisasi pelaksanaan pekerjaan.
Penjajakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait.
Persiapan administrasi dan finansial.
Persiapan peralatan dan peminjaman (bila ada).
Pembuatan rencana kerja harian.
Penjadwalan personil dan koordinasi pelaksanaan.

b. Persiapan Teknis
Persiapan teknis merupakan persiapan yang harus dilakukan sebelum
kegiatan pengumpulan data (primer dan sekunder) dilaksanakan, lebih
banyak berkaitan dengan hal mobilisasi personil, mobilisasi peralatan dan
bahan, pemahaman terhadap KAK, penyusunan metodologi dan rencana
kerja. Uraian dari persiapan teknis mencakup beberapa hal sebagai berikut:
Mobilisasi Personil:
Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan
pengalaman dan pendidikan.
Kemampuan fisik personil terutama untuk personil pada pelaksanaan
survey lapangan.
Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab personil.
Persiapan/Mobilisasi Bahan dan Peralatan yang akan digunakan
Persiapan peralatan yang akan digunakan.
Persiapan bahan dan data yang akan digunakan.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -7


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

c. Penyusunan Metodologi dan Rencana Kerja


Review terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) harus terlebih dahulu
dipahami dan dijabarkan ke dalam penyusunan parameter yang akan
menjadi tolak ukur dari setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Dengan
adanya penjabaran parameter yang ada dalam KAK ini maka dengan mudah
dapat disusun metodologi dan rencanan kerja yang akan dilaksanakan oleh
konsultan.

2.4.2. Pengumpulan Data Sekunder/Review Studi yang Ada


Dalam kegiatan ini akan digali variabel-variabel penentu dan permasalahan
yang ada di lokasi pekerjaan, sehingga dapat dijadikan solusi atau dasar dalam
menjalankan tugas dan tanggung Jawab konsultan dalam hal ini yaitu
pekerjaan PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA.
2.4.2.1. Pengumpulan Data Sekunder
Adapun data yang akan dikumpulkan tidak terbatas pada hal di bawah ini,
antara lain:
1. Data spasial adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam
perencanaan drainase perkotaan, yang diperoleh baik dari lapangan
maupun dari pustaka, mencakup antara lain:
a. Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta daerah kerja), peta sistem
drainase dan sistem jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan,
peta topografi masing-masing berskala antara 1 : 5.000 sampai
dengan 1 : 25.000 atau disesuaikan dengan tipologi kota.
b. Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju
pertumbuhan, penyebaran dan data kepadatan bangunan
c. Data rencana pengembangan kota, data geoteknik, data foto udara
terbaru (untuk kota metropolitan)
d. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
2. Data Hidrologi
a. Data hujan minimal sepuluh tahun terakhir
b. Data tinggi muka air, debit sungai, pengaruh air balik, peil banjir, dan
data pasang surut
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -8
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

3. Data Data sistem drainase yang ada, yaitu:


a. Data kuantitatif banjir/genangan yang meliputi: luas genangan, lama
genangan, kedalaman rata-rata genangan, dan frekuensi genangan
berikut permasalahannya serta hasil rencana induk pengendalian
banjir wilayah sungai di daerah tersebut
b. Data saluran dan bangunan pelengkap
c. Data sarana drainase lainnya seperti kolam tandon, kolam resapan,
sumur-sumur resapan

4. Data Hidrolika
a. Data keadaan, fungsi, jenis, geometrid an dimensi saluran, dan
bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pompa, dan pintu air,
serta kolam tandon dan kolam resapan;
b. Data arah aliran dan kemampuan resapan.
5. Data Teknik Lainnya
Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan
antara lain: jaringan jalan kota, jaringan drainase, jaringan air limbah, TPS
(Tempat Pengolahan Sampah), TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), jaringan
telepon, jaringan listrik, jaringan pipa air minum, jaringan gas (jika ada)
dan jaringan utilitas lainnya.
6. Data Non Teknik
Data pembiayaan termasuk biaya OP, peraturan-peraturan terkait, data
institusi/kelembagaan, data social ekonomi dan budaya (kearifan lokal),
data peran serta masyarakat serta data keadaan kesehatan lingkungan
permukiman

2.4.2.2. Review Studi yang ada


Dalam kegiatan ini, Konsultan akan melakukan studi literatur sekaligus
mereview terhadap studi-studi yang berhubungan maupun Pra Rancangan
yang telah ada dan membuat justifikasi bahwa studi dan Pra Rancangan
tersebut masih sesuai dan dapat dipakai sebagai dasar penyusunan Desain.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 -9


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.4.3. Orientasi Lapangan / Survey Pendahuluan


Orientasi lapangan/survei pendahuluan ini adalah untuk mengamati dan
mendata secara umum kondisi dari masing-masing bagian dari lokasi studi.
Pada tahap ini Konsultan akan mengumpulkan sebanyak mungkin data yang
diperlukan untuk kegiatan perencanaan ini. Untuk itu Konsultan akan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
Identifikasi awal pada lokasi studi.
Melakukan cross ceck data yang didapat dengan kondisi yang ada
dilapangan.
Melakukan pengamatan kasar terhadap cathment area daerah yang
bersangkutan.

2.5. PEKERJAAN PENGUMPULAN DATA dan


IDENTIFIKASI KONDISI EKSISTING

2.5.1. Identifikasi Kondisi Eksisting Sistem Drainase


Untuk lokasi studi yang dipersyaraktkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan akan melakukan identifikasi kondisi eksisting sistem drainase dan
permasalahan genangan yang dihadapi.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam aktifitas ini adalah antara lain:
Membuata peta pembagian sistem, sub sistem drainase berdasarkan peta
topografi dan kondisi aktual di lapangan.
Susun besaran daerah pengaliran (catchment area dalam HA) saluran,
sungai menjaadi sub-sub sistem daerah pengaliran.
Menghitung panjang saluran (dalam m) dan nama badan air
penerimanya dari setiap saluran yang ada.
Infentarisasi semua komponen sistem drainase, baik saluran maupun
bangunan pendukungnya, jika data tidak tersedia, ukur dimensi saluran
dan/atau segmen saluran, serta bangunan lainya.
Lakukan cek lapangan untuk memastikan kondisi yang ada sesuai dengan
data.
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 10
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Catat permasalahan utama yang terjadi pada masing-masing saluran,


segmen saluran dan bangunan lainnya beserta foto kondisinya.

2.5.2. Survey Daerah Genangan


Daerah genangan merupakan indikator dalam mengevaluasi sistem jaringan
drainase. Umumnya genangan terjadi sebagai akibat dari sistem drainase
yang belum memadai.
Identifikasi daerah genangan, antara lain meliputi :
- lokasi genangan
- kuantitatif atau besaran genangan
- frekuensi terjadinya genangan
- dampak yang ditimbulkan
- faktor penyebab terjadinya genangan
Selain melalui survey lapangan, identifikasi daerah genangan akan dilakukan
pula melalui wawancara secara langsung dengan penduduk setempat.
Lokasi daerah genangan akan digambarkan dalam peta situasi kota,
sehingga memudahkan dalam melakukan evaluasi dan analisa selanjutnya.
Tabel 2 1 :
Survey Dan Identifikasi Drainase dan Bangunan Pelengkap
Eksisting
Pekerjaan : Penyusunan DED Drainase Permukiman Kabupaten Lembata
Hari/tanggal :
Surveyor :
Hasil Survey dan Identifikasi Saluran/Bangunan Pelengkap
Sistem Drainase Eksisting
Dimensi Saluran/Bangunan (m)
No.Saluran/ Jenis Panjang
Lebar Lebar Kondisi/Keterangan
Bangunan Konstruksi Kedalaman (m)
Bawah Atas

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 11


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2 2 :
Survey Dan Identifikasi Daerah Genangan/Banjir
Pekerjaan : PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA
Hari/tanggal :
Surveyor :
Hasil Survey dan Identifikasi Daerah Genangan/Banjir
Kondisi/Ket.
Lamanya Frekuensi
Lokasi Tinggi Daerah yang
Luas Genangan Terjadi Terjadinya
Genanga Genanga mengalami genangan
(Ha) Genangan Genangan
n n (m) Faktor penyebab
(jam atau hari) (dalam setahun)
genangan

2.5.2.1. Parameter Penentuan Prioritas Penanganan Genangan


Parameter penetuan prioritas penanganan meliputi hal sebagai berikut:
1. Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, frekuensi
genangan dalam satu tahun dan lama genangan terjadi.
Kriteria parameter genangan seperti dalam Tabel 2-3.
2. Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang ada,
seperti: kawasan industry, fasilitas umum, fasilitas sosial, perkantoran, perumahan,
daerah pertanian dan pertamanan.
Kriteria kerugian/kerusakan ekonomi seperti dalam Tabel 2-4.
3. Parameter gangguan sosial dan fasilitas pemerintah, seperti: kesehatan
masyarakat, keresahan sosial, kerusakan lingkungan dan kerusakan fasilitas
pemerintah.
Kriteria gangguan sosial dan fasilitas pemerintah seperti pada tabel 2-5.
4. Parameter kerugian dan gangguan transportasi. Kriteria kerugian dan gangguan
transportasi seperti dalam Tabel 2-6.
5. Parameter kerugian pada daerah perumahan, kriterianya dalam Tabel 2-7.
6. Parameter kerugian hak milik pribadi/rumah tangga, kriterianya seperti
dalam Tabel 2-8.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 12


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2-3 : Kriteria Parameter Genagan

No. Parameter Genagan Nilai Presentase Nilai


1 Tinggi Genangan :
> 0.50 m 100
- 0.30 m 0.50 m 75
35
- 0.20 m - < 0.30 m 50
- 0.10 m - < 0.20 m 25
- < 0.10 m 0
2 Luas Genagan :
- > 8 ha 100
- 4 8 ha 75
25
- 2 - < 4 ha 50
- 1 - < 2 ha 25
- < 1 ha 0
3 Lama Genagan :
> 8 jam 100
4 8 jam 75
20
2 - < 4 jam 50
1 - < 2 jam 25
< 1 jam 0
4 Frekwensi Genagan :
Sangat sering (10 kali/tahun) 100
Sering (6 kali/tahun) 75
20
Kurang (3 kali/tahun) 50
Jarang (1 kali/tahun) 25
Tidak pernah 0

Tabel 2-4 : Kriteria Kerugian Ekonomi

No. Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai


1 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah
industri, daerah komersial dan daerah Tinggi 100
perkantoran padat
2 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah
industri dan daerah komersial yang kurang Sedang 65
padat
3 Jika genangan air/banjir mempengaruhi atau
terjadi di daerah perumahan dan/atau
Kecil 30
daerah pertanian (dalam daerah perkotaan
yang terbatas)
4 Jika terjadi genangan pada daerah yang
jarang penduduknya dan daerah yang tidak Sangat Kecil 0
produktif

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 13


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2-5 : Kriteria Gangguan Sosial dan Fasilitas Pemerintah

No. Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai


1 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Tinggi 100
yang banyak pelayanan fasilitas sosial dan
fasilitas pemerintah
2 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Sedang 65
yang sedikit pelayanan fasilitas sosial dan
fasilitas pemerintah
3 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Kecil 30
yang pelayanan fasilitas sosial dan fasilitas
pemerintah terbatas
4 Jika tidak ada fasilitas sosial dan fasilitas Sangat Kecil 0
pemerintah

Tabel 2-6 : Kriteria Kerugian dan Gangguan Transportasi

No. Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai


1 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Tinggi 100
yang jaringan transportasi padat
2 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Sedang 65
yang jaringan transportasi yang kurang
padat
3 Jika genangan air/banjir terjadi pada daerah Kecil 30
yang jaringan transportasi terbatas
4 Jika tidak ada jaringan jalan Sangat Kecil 0

Tabel 2-7 : Kriteria Kerugian Pada Daerah Perumahan

No. Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai


1 Jika genangan air/banjir terjadi pada Tinggi 100
perumahan padat sekali
2 Jika genangan air/banjir terjadi pada Sedang 65
perumahan yang kuran padat sekali
3 Jika genangan air/banjir mempengaruhi atau Kecil 30
terjadi di daerah yang hanya pada beberapa
bangunan permahan
4 Jika ada perumahan pada daerah genangan Sangat Kecil 0
air/banjir

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 14


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2-8 : Kriteria Kerugian Hak Milik Pribadi

No. Parameter Pengaruh/Kerugian Nilai


1 Jika kerugian lebih dari 80% nilai milik Tinggi 100
pribadi
2 Jika kerugian 80% dari nilai milik pribadi Sedang 65

3 Jika kerugian kurang dari 40% milik pribadi Kecil 30

4 Tidak ada kerugian milik pribadi Sangat Kecil 0

Jumlah nilai dari keenam kriteria tersebut di atas berkisar antara 0 s/d 600.
Nilai tertinggi merupakan kawasan dengan prioritas utama, makin rendah
nilainya makin rendah pula prioritasnya.

2.5.3. Identifikasi Kondisi Topografi


2.5.3.1. Tujuan Identifiksai
Dalam kegiatan identifikasi topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan
data dan gambaran bentuk permukaan tanah rencana desain yang berupa
situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada dan selanjutnya
dapat digambar penampang memanjang dan milintang dari Penyusunan
DED Drainase Permukiman. Hasil data pengukuran yang diidentifikasi
tersebut harus teliti (terutama untuk elevasi) sedemikian rupa, sehingga bisa
ketahui mengenai slope (kemiringan) dari arah memanjang maupun
melintang master plan akan direncanakan.
2.5.3.2. Ruang Lingkup Identifiksai
Kegiatan yang dilaksanakan dalam survei topografi mempunyai ruang
lingkup sebagai berikut:
Identifikasi Peta situasi.
Identifikasi penampang memanjang dan melintang saluran

2.5.4. Pengukuran Topografi


2.5.4.1. Umum
Survey/pengukuran topografi dilaksanakan untuk keperluan pembuatan peta
situasi yang ditunjuk sebagai lokasi kegiatan dalam Kota Lewoleba yang

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 15


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

menjadi dasar untuk PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN


LEMBATA.
Pada saat ini peta yang menjadi pegangan adalah peta skala 1 : 25.000 yang
diterbitkan oleh Bakosurtanal tahun 1998.
Peta tersebut hanya dapat digunakan sebagai general lay out.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan pekerjaan PENYUSUNAN DED DRAINASE
PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA., telah menjadi salah satu tugas Konsultan
untuk membuatnya.
Kegiatan pengukuran di lapangan meliputi :
- pengukuran poligon dan pengukuran sipat datar (koordinat x, y, z) dari BM
- plotting hasil pengukuran dan data lainnya ke dalam peta pendahuluan
Metodologi dan hasil pengukuran topografi selengkapnya diuraikan pada
bagian berikut ini.

2.5.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran


a. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi penyiapan alat ukur dan kalibrasi,
penyiapan personil, pembuatan buku ukur dan peta kerja serta
penuiapan bahan-bahan penunjang pekerjaan lapangan lainnya.
b. Alat ukur yang digunakan
Alat ukur yang digunakan terdiri dari :
- Theodolith N1.2/T2
- Theodolith (T0)
- Waterpass (sipat datar)

c. Personil yang ditugaskan


Pekerjaan pengukuran dikoordinir oleh seorang pimpinan team
pengukuran, yang membawahi 1 (Satu) tim.
Setiap tim terdiri dari :
- pemasangan patok dan BM
- pengukuran arah jaringan poligon
- pengukuran elevasi (beda tinggi)
- pengukuran titik detail
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 16
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

d. Titik referensi
Dalam pekerjaan pengukuran, dibutuhkan titik ikat elevasi maupun
koordinat yang telah dipakai oleh proyek-proyek terdahulu yang ada
hubungannya dengan pekerjaan perencanaan sistem drainase.
Dengan syarat bahwa kondisi titik ikat tersebut masih baik dan mempunyai
tingkat toleransi yang diijinkan. Berdasarkan hasil konsultasi dengan
Direksi, maka digunakan titik referensi dengan mengacu kepada Peta Rupa
Bumi yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal edisi 1998.

2.5.4.3. Tahap Pelaksanaan Pengukuran


Dari peta skala 1 : 25.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal tahun 1998,
semua BM diidentifikasi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan di
lapangan, setelah itu disusun rencana tahapan pengukuran di lapangan dan
rencana pemasangan lokasi BM baru.
Sebelum melakukan pengukuran elevasi dan arah poligon, semua BM harus
sudah terpasang di lapangan. Selain poligon utama untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang presentatif, luasan kota dibagi dalam beberapa poligon
cabang.
Pelaksanaan pengukuran sudut/arah dilakukan dengan metode poligon
tertutup, dimana pada saat arah jaring poligon diukur dengan Theodolith
N1.2 sejenis T2, pengukuran juga disertai dengan pengukuran koordinat z
(elevasi) dengan alat ukur waterpass.
Setelah pengukuran poligon dan elevasi dilakukan, maka semua informasi
tersebut dituangkan dalam gambar/peta situasi dengan
skala 1 : 1000 atau 1 : 2000.

2.5.4.4. Hasil Perhitungan


Untuk mendapatkan akurasi pengukuran yang baik, hasil perhitungan data
pengukuran akan dikoreksi menurut aturan yang dipakai, yaitu rumus-rumus
empiris sebagai berikut :

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 17


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Besarnya koreksi sudut


Besarnya koreksi sudut = ( n + 2 ) 1800 - Jumlah besar sudut
Toleransi yang diijinkan = 10 n
Jika besarnya koreksi sudut toleransi yang diijinkan, maka hasil
pengukuran dapat diterima.

Besarnya koreksi jarak


Kesalahan teknik yang diizinkan 10 D .
Kesalahan penutup D = ( x)2 + ( y)2
D
Jika kesalahan penutup skala pemetaan, maka hasil pengukuran dapat
diterima.

2.6. PEKERJAAN ANALISA DATA


2.6.1. Analisa Hidrologi

2.6.1.1. Tujuan Analisas


Tujuan dari analisa hidrologi yaitu untuk mendapatkan curah hujan rencana
yang nantinya digunakan sebagai dasar perhitungan parameter aliran.

2.6.1.2. Ruang Lingkup Analisas


Ruang lingkup kegiatan analisa hidrologi mempunyai ruang lingkup sebagai
berikut:
a. Curah hujan regional.
b. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana.
c. Uji kecocokan.
d. Intensitas curah hujan rencana.
e. Analisa Tata Guna Lahan dan Koefisien Pengaliran.
f. Debit Banjir Rencana.
2.6.1.3. Kriteria Perencanaan Hidrologi
Hujan dengan ketentuan sebagai berikut :

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 18


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

1. Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi


terhadap data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama
pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun.
2. Analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan Metode
Gumbel untuk kala ulang 2, 5, 10 dan 20 tahun. Rumus Metode
Gumbel adalah sebagai berikut:
Xt = X + kSx
Bila :
Xt = x yang terjadi dalam kala ulang t tahun.
X = rata-rata dari seri data Xi.
Xi = seri data maksimum tiap tahun. Sx = simpangan baku.
n = jumlah data.
Atau

Bila :
k = konstanta
Yn dan Sn = besaran yang merupakan fungsi dari
jumlah pengamatan (n).
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas; besaran Yt, k; Sn;
Yn,
t = jumlah tahun kala ulang.
Tabel Harga Yt Sebagai Fungsi T

T Yt T Yt

1,01 -1,53
20 2,97
1,58 0,0
50 3,90
2,00 0,37
100 4,60
5,00 1,50
200 5,30
10,00 2,25
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 19


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel Faktor Frekuensi Untuk Nilai Ekstrim (k)

KALA ULANG
n. 10 20 25 50 75 100 1000
15 1,703 2,410 2,632 3,321 3,721 4,005 6,265
20 1,625 2,302 2,517 3,179 3,563 3,836 6,006
25 1,575 2,235 2,444 3,088 3,463 3,729 5,843
30 1,541 2,188 2,393 3,026 3,393 3,653 5,727
40 1,495 2,126 2,326 2,943 3,301 3,554 5,467
50 1,466 2,086 2,283 2,889 3,241 3,491 5,478
60 1,466 2,059 2,253 2,852 3,200 3,446
70 1,430 2,038 2,230 2,824 3,169 3,413 5,359
75 1,423 2,029 2,220 2,812 3,155 3,400
100 1,401 1,998 2,187 2,770 3,109 3,349 5,261
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

Tabel Simpangan Baku Tereduksi (Sn)


n. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,94 0,96 0,98 0,99 1,00 1,02 1,03 1,04 1,04 1,05
20 1,06 1,06 1,07 1,08 1,08 1,09 1,09 1,10 1,10 1,10
30 1,11 1,11 1,11 1,12 1,12 1,12 1,13 1,13 1,13 1,13
40 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15
50 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16 1,16
60 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17 1,17
70 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18 1,18
80 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19 1,19
90 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
100 1,20
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

Tabel Rata-rata tereduksi yn


0. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 n.
,495 ,499 ,503 ,507 ,510 ,512 ,515 ,518 ,520 ,522 10
,523 ,525 ,526 ,528 ,529 ,530 ,532 ,533 ,534 ,535 20
,536 ,537 ,538 ,538 ,539 ,540 ,541 ,541 ,542 ,543 30
,543 ,544 544 ,545 ,545 ,546 ,546 ,547 ,547 ,548 40
,548 ,549 ,549 ,549 ,550 ,550 ,550 ,551 ,551 ,551 50
,552 ,552 ,552 ,553 ,553 ,553 ,553 ,554 ,554 ,554 60
,554 ,555 ,555 ,555 ,555 ,555 ,555 ,556 ,556 ,556 70
,556 ,557 ,557 ,557 ,557 ,558 ,558 ,558 ,558 ,558 80
,558 ,558 ,558 ,559 ,559 ,559 ,559 ,559 ,559 ,559 90
,560 100
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 20


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel Hubungan Antara Kala Ulang Dengan Faktor Reduksi (Yt)

KALA ULANG (TAHUN) FAKTOR REDUKSI (Yt)


2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

2.6.1.4. Metodologi Analisas Hidrologi


Dalam rangka untuk mendapatkan parameter-paremeter desain, dalam hal
ini yang ada kaitannya dengan hidrologi maka perlu dilakukan analisa
hidrologi. Adapun dalam kegiatan analisa hidrologi ini mengikuti bagan alir,
seperti yang ada pada gambar 2.3.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 21


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Data
Curah Hujan Harian
Maksimum

Analisa Hujan Regional

Analisa Frekuensi Curah Hujan

Metode
Metode Normal
Gumbell

Metode Log Normal


Metode Pearson III
2 Parameter

Metode Log Normal


Metode Log Person III
3 Parameter

Curah Hujan Rencana N Periode

Uji Kecocokan
(Smirnov-Kolmogorov)

Pemilihan Hujan Rencana

Perhitungan Intensitas Hujan &


Kurva IDF

Intensitas Hujan N Periode

Pemilihan Intensitas Rencana

Hasil:
Curah Hujan Rencana
Intensitas Hujan
Rencana

Analisa Debit Banjir


Rencana

Gambar 2 - 3 : Bagan Alir Analisa Hidrologi


CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 22
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

1. Curah Hujan Regional

a. Pengisian Data Kosong

Data yang diperoleh dari stasiun curah hujan tidak semua tercatat atau
dengan kata lain ada data yang kosong. Dalam perhitungan intensitas curah
hujan dari masing-masing stasiun harus lengkap, oleh karena itu untuk
melengkapi data curah hujan yang kosong ini dilakukan perhitungan sebagai
berikut:

Rata-rata Aritmatik (Aritmatik Mean)


Jika ada suatu stasiun hujan terdapat data curah hujan yang hilang dan bila
perbedaan antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya tersebut
< 10%, maka perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dicari dengan
mengambil harga rata-rata aritmatik dari stasiun-stasiun yang mengelilinginya.
R1 R2 ........ Rn
RX
n
Dimana:
RX = Curah hujan yang hilang
R1, R2, ......Rn = Curah hujan pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama

Normal Ratio Method


Bila perbedaan antara hujan tahunan normal pada stasiun yang hilang datanya
tersebut > 10%, maka perkiraan data curah hujan yang hilang tersebut dihitung
dengan metoda perbandingan normal:

1 NX N N
RX R2 X R2 ..... X Rn
n N1 N2 Nn

Dimana:
RX = curah hujan yang hilang
R1, R2, .Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang sama
(datanya lengkap)
NX = curah hujan tahunan rata-rata pada stasiun yang hilang datanya.
N1, N2, ......Nn = curah hujan rata-rata pada stasiun 1, 2,.......,n (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang sama

Reciprocal Method
Cara perhitungan yang dianggap lebih baik, adalah cara reciprocal method, yang
memanfaatkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi. Hal ini dapat dimengerti
karena korelasi antara dua stasiun hujan menjadi makin kecil dengan besarnya

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 23


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

jarak antar stasiun tersebut. Metode ini dapat digunakan jika dalam DPS terdapat
lebih dari dua stasiun pencatat hujan. Umumnya, dianjurkan untuk menggunakan
paling tidak tiga stasiun acuan.
R1 R2 R
2 2 ...... 2n
RX 2X 1 X22 d Xn
d d

1 / d X 1 1 / d X 2 ........ 1 / d Xn
2

Dimana:
RX = curah hujan yang hilang
R1, R2, .Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2,...,n untuk tahun yang
sama (datanya lengkap)
n = jumlah stasiun yang datanya lengkap untuk tahun yang
sama.
dX1, dX2, ..., dXn = jarak stasiun dengan stasiun yang datanya tidak ada.

b. Analisa Curah Hujan Wilayah

Analisa curah hujan wilayah adalah untuk menentukan curah hujan harian
maksimum rata-rata suatu daerah dari beberapa stasiun pengamat curah hujan
yang ada di daerah bersangkutan. Ada tiga macam cara yang berbeda dalam
menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah
hujan dibeberapa titik pos penakar atau pencatat curah hujan.

Cara Tinggi Rata-rata


Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung
(arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut:
R1 R2 R3 ........ Rn
R
n
Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata.
R1, R2, R3 ...Rm = tinggi curah hujan pada pos penakar.
N = jumlah pos penakar hujan.
Cara ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos-pos penakarnya
ditempatkan secara merata di area tersebut, dan hasil penakaran masing-masing
pos penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal.

Cara poligon thiessen


Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average). Masing-masing
penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 24


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung


diantara dua pos penakar yang berdekatan.
2

A2

1 3
A4
4
A1
A3

A5
A7
A6
7
5
6
Gambar 2-4 : Poligon Thiesen

R1 A1 R2 A2 ....... R7 A2
R
A1 A2 .......... A7
Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata.
R1, R2,........R7 = tinggi curah hujan pada pos penakar.
A1 = luas daerah pengaruh pos penakar 1.
A2 = luas daerah pengaruh pos penakar 2.
.............
.............
A7 = luas daerah pengaruh pos penakar 7.

Cara isohyet
Dengan cara ini, kita harus menggambarkan dulu kontur tinggi hujan yang
sama (isohyet), seperti gambar di bawah:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 25


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

R6
R4 R5
R7
R3
R2

R1

A
A
5
A A A A 5

1 2 3 4

Gambar 2-5 : Penggambaran Isohyet

Kemudian luas bagian diantara isoyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan


nilai rata-ratanya dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur, sebagai
berikut:

R1 R2 R R3 R R7
A1 2 A2 ...... 6 A6
2 2
R
A1 A2 ........... A6
Dimana:
R = tinggi curah hujan rata-rata.
R1, R2,........R7 = tinggi curah hujan pada isohyet.
A1, A2, ........, A6 = luas daerah yg dibatasi oleh isohyet-isohyet
berdekatan.

2. Curah Hujan Rencana

Besaran yang digunakan sebagai beban rencana adalah hujan harian


maksimum tahunan, yaitu curah hujan terbesar dalam setahun yang turun
dalam kurun waktu 24 jam. Dalam ilmu probabilitas diperkenalkan konsep
probabilitas terlampaui yaitu probabilitas kejadian sama atau melampaui
suatu nilai yang ditetapkan serta analisis return period.
a. Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap
data curah hujan harian rata-rata maksimum tahunan, dengan lama

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 26


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir dari minimal 1 (satu)


stasiun pengamatan.
b. Apabila dalam suatu wilayah administrasi kota terdapat lebih dari1 (satu)
stasiun pengamatan, maka perhitungan rata-rata curah hujan maksimum
tahunan dapat ditentukan dengan tiga metode yang umum digunakan,
yaitu: (i) Metode Aritmatik, (ii) Metode Polygon Thiessen, dan (iii) Metode
Isohyet. Pemilihan dari ketiga metode tersebut tergantung pada jumlah
dan sebaran stasiun hujan yang ada, serta karakteristik DAS.
c. Analisis frekuensi terhadap curah hujan, untuk menghitung hujan rencana
dengan berbagai kala ulang (1, 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun), dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Gumbel, log normal (GN),
atau log Pearson tipe III (LN3).
d. Untuk pengecekan data hujan, lazimnya digunakan metode kurva masa
ganda atau analisis statistic untuk pengujian nilai rata-rata.
e. Perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode
Mononobe atau yang sesuai.
Rumus Intensitas curah hujan digunakan persamaan Mononobe, yaitu:
2
24 24 3
= ( )
24
Bila:
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam
R24 = curah hujan harian maksimum tahunan untuk kala ulang t tahun
tc = waktu konsentrasi dalam jam

Debit Banjir Rencana


1. Debit banjir rencana drainase perkotaan dihitung dengan metode
rasional, metode yang telah dimodifikasi, dan/atau typical hydrograph for
urban areas, atu cara lain yang sesuai dengan karakteristik DPSal dan
data yang tersedia.
2. Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan data guna lahan
daerah tangkapan.
3. Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan yang
diperlukan air untuk mencapai debit maksimum dari titik saluran yang

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 27


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

terjauh sampai titik yang ditinjau. Waktu konsentrasi dihitung dengan


rumus Kirpich atau lainnya.
4. Saluran primer dalam kota mempunyai kemiringan dasar saluran yang
berbeda-beda, maka perhitungan kemiringan equivalennya, equivalen
slope, S3 digunakan rumus equivalen slope S3 seperti dalam Gambar 1.
5. Kemiringan dasar saluran (S) dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a. Kelompok pertama adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari
elevasi dasar saluran yang paling tinggi (maximum elevation) dan
dasar saluran yang paling rendah (minimum elevation) disebut
kemiringan dasar saluran (channel gradient) S1.
b. Kelompok kedua adalah kemiringan saluran dibagian atas (A1) sama
dengan daerah di bagian bawah (A2), kemiringan tersebut disebut
kemiringan konstan (constant slope) S2; lihat Gambar di bawah ini.

2 =

Elev. Max

Kemiringan
S1
A1 = A2
A1
Kemiringan saluran alam

y Kemiringan S2

A2
Elev. Min

Gambar 2-6 :
Kemiringan Dasar Saluran Equivalen

c. Kelompok ketiga adalah kemiringan saluran yang diperoleh dari


resultan kemiringan saluran dari masing-masing sub daerah
pengaliran (subreach length), kemiringan dasar saluran ini disebut
kemiringan dasar saluran equivalen (equivalen slope), S3, yang
dinyatakan dengan persamaan matematik sebagai berikut:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 28


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

=1
3 =

=1 ( 1 )
[ 2 ]
Bila:
S3 = kemiringan dasar saluran equivalen (equivalen slope).
Li = panjang saluran pada masing-masing sub-DPS/DPSal.
n = jumlah sub-DPS/DPSal.
Si = kemiringan dasar saluran pada masing-masing sub-
DPS/DPSal.

6. Menyusun IDF Curve drainase perkotaan untuk kota yang bersangkutan


untuk kala ulang 2, 5, 10, dan 20 tahun.
7. Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) yang mempunyai sub-DPSal, dan
setiap sub-DPSal mempunyai koefisien limpasan yang berbeda-beda,
maka perhitungan koefisien limpasan equivalen (Ceq) menggunhakan
rumus koefisien limpasan equivalen (Ceq).

Probabilitas Terlampaui
Tool pertama yang diperkenalkan disini adalah Formulasi Weibull untuk
probabilitas terlampaui yang dirumuskan sebagai berikut:
m
p
N 1

Dimana:
p = probabilitas terlampaui.
m = posisi dalam rangking yang dibuat dari besar ke kecil.
N = jumlah titik data.
Penggunaan Formulasi Weibull terbatas pada interval data yang
diketahui, sedangkan hujan merupakan kejadian acak yang mungkin
sekali terjadi diluar interval yang diketahui tersebut. Untuk itu, dalam hal ini
diperkenalkan konsep periode ulang yaitu jangka waktu hipotetik dimana
secara statistik berdasarkan data dimasa lalu, suatu besaran angka
tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 29


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Secara impiris hubungan probabilitas terlampaui dan periode ulang dapat


dinyatakan sebagai berikut:
1
p Pr( X X T )
Tr
Dimana:
P = probabilitas terlampaui.
X = besaran yang ditinjau.
XT = harga X dengan periode ulang Tr.
Pr(X XT) = probabilitas harga XT dilampaui.
Tr = periode ulang.
Dalam bentuk lain dinyatakan seperti dibawah ini:
Jika Pr( X X T ) 1 Pr( X X T )

Pr( X XT ) 1 F ( XT )
Tr 1
Maka F ( XT )
Tr
Dimana: F(XT) = probabilitas kumulatif

Analisis Harga Ekstrim dengan Periode Ulang


Berikut ini akan diuraikan metoda analisa harga ekstrim dengan
menggunakan fungsi distribusi, antara lain:
Distribusi Normal
Distribusi Gumbel
Pearson
Log Pearson type III
Distribusi Log Normal

Distribusi Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi normal dirumuskan:
1 1 x 2
F ( x) f ( x)dx exp dx
2 2
Dimana:
rata rata
deviasi s tan dar

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 30


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Z 1 F ( x)
^
X .Z
Dalam distribusi ini harus mengubah parameter = 0 dan = 1

Distribusi Gumbel
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari ditribusi Gumbel dirumuskan:
F ( x) exp exp( y)
Dimana:
x
y

6
S

x 0.5772
Untuk x = xT maka
1
yT Ln Ln
F ( xT
Tr
yT Ln Ln
Tr 1
Menurut Gumbel persamaan peramalan dinyatakan sebagai berikut:
xT x KT S

6 Tr
KT 0.5772 Ln Ln
Tr 1

Dimana:
yN = reduced mean
SN = reduced standar deviasi

Pearson Type III


Parameter yang ada dalam perhitungan stastitik Pearson:
a. nilai rata-rata (mean)
b. Standar deviasi
c. koefisien
Garis besar dalam menghitungnya:
1. X1, X2, X3,.......Xn
X
2. Hitung nilai mean: X
N
3. Hitung standar deviasi: S =

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 31


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

4. Hitung koefisien kemencengan: C S



log X log X
3

N 1 * N 2 * S 3
5. Hitung curah hujan: X T X S * K T
6. Distribusi Log Pearson type III
7. Fungsi distribusi kumulatif (CDF) dari distribusi Log Pearson dirumuskan:
c cx / 2
x
f ( x ) po 1 e
a
dx

Dimana: 2 adalah varian dan (x) adalah fungsi gamma


Parameter-parameter statistik yang diperlukan oleh distribusi log Pearson
Tipe III adalah:
a. Nilai rata-rata (mean)
b. Standar deviasi
c. Koefisien
Garis besar dalam menghitungnya:
1. Ubah data hujan X1, X2, X3,.......Xn menjadi LogX1, LogX2,
LogX3,.......LogXn.
log X
2. Hitung nilai mean: log X
N

3. Hitung standar deviasi: Slog =



LogX Log X
2

N 1

4. Hitung koefisien kemencengan: C S



LogXi LogXi
3

N 1 * N 2 * S log 3
5. Hitung logaritma hujan: log X T log X Slog * KT

Log Normal
Fungsi distribusi komulatif (CDF) dari distribusi Log Normal
dirumuskan:
1 1 x 2
F ( x) f ( x)dx exp n
dx
2
2 n
Dimana:
n rata rata untuk y Lnx

n deviasi s tan dar untuk y Lnx


Dalam perhitungannya sama sedangan distribusi Log Pearson Type
III, tetapi dengan mengambil harga koefisien asimetri Cs = 0.
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 32
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

3. Uji Kecocokan

Dalam menghitung curah hujan maksimum digunakan beberapa distribusi,


dari beberapa distribusi ini hanya satu yang akan dipakai. Untuk menentukan
distribusi mana yang akan dipakai dilakukan uji kecocokan dengan maksud
untuk memberikan informasi apakah suatu distribusi data sama atau
mendekati dengan hasil pengamatan dan kelayakan suatu fungsi distribusi.
Ada empat metoda yang digunakan untuk pengujian tersebut:
Rata-rata prosentase error, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan
probabilitas dan fungsi kerapatan kumulatif.
Deviasi, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas dan
fungsi kerapatan komulatif.
Chi-Kuadrat, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan probabilitas.
Kolmogorof-Smirnov, digunakan untuk menguji fungsi kerapatan
kumulatif.
a. Rata-rata Prosentase Error
Pengujian dengan rata-rata prosenase error digunakan untuk
menentukan nilai prosentase kesalahan antara nilai analitis dengan
data lapangan, dinyatakan dalam:
^
Xi X
Rata-rata error = * 100% i
N
Dimana:
^
Xi = nilai analitis
Xi = nilai aktual
i = nomor urut data (1,2,3, ......N)
N = jumlah data
Jika nilai rata-rata prosentase error mendekati 100% atau lebih, maka
suatu fungsi distribusi memiliki nilai kepercayaan error besar, dengan
kata lain fungsi distribusi tidak cocok dengan data lapangan, dan
sebaliknya.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 33


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

b. Deviasi
Nilai deviasi sebanding dengan nilai simpangan data analisa terhadap
data lapangan. Semakin kecil nilai deviasi maka sebaran nilai fungsi
akan mendekati, dengan data pengamatan dan sebaliknya jika nilai
deviasi besar maka sebaran fungsi tersebut akan menjahui data. Nilai
deviasi dinyatakan dengan:
2
^
N

X i X1
i 1
N 1
Fungsi distribusi dikatakan cocok dengan data lapangan jika memiliki
nilai deviasi kecil jika dibandingkan terhadap fungsi yang lain maka
yang dipilih adalah yang tekecil.

c. Chi-Kuadrat
Pengujian Chi-kuadrat yaitu dengan membandingkan frekuensi-
frekuensi pengamatan n1, n2, n3, .....nk sejumlah nilai-nilai variat (atau
dalam k selang) terhadap frekuensi-frekuensi pengamatan e1, e2, e3,
.....ek yang bersangkutan dari suatu fungsi distribusi. Dasar untuk
memeriksa kebenaran perbandingan ini digunakan distribusi dari
besaran:
k
ni ei C

i 1ei
1f

Dimana C1-f adalah nilai distribusi komulatif (1- ) dari Xf2 distribusi
teoritis yang diasumsikan merupakan model yang dapat diterima pada
taraf nyata . Biasanya nilai yang digunakan adalah 5%. Jumlah
drajat kebebasan untuk fungsi distribusi dengan jumlah c buah
parameter dilakukan dengan (k c - 1) drajat kebebasan. Untuk
memberikan hasil yang memuaskan digunakan k5 dan ei5.

d. Kolmogorof-Smirnov
Prinsip dari metoda ini yaitu membandingkan probabilitas kumulatif
lapangan dengan distribusi komulatif fungsi yang ditinjau. Data yang
ditinjau berukuran N, diatur dengan urutan semakin meningkat. Dari
data yang diatur ini akan membentuk suatu fungsi frekuensi kumulatif
tangga sebagai berikut:
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 34
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

0 x x1

k
G ( x) xk x xk 1
N
1 x xN
Dimana:
xi = nilai data ke i
k = nomor urut data (1,2,3,4,.......,N)
G (x ) = CDF data aktual
G(x) = CDF data teoritis
Selisih maksimum antara G (x) dan G(x) untuk seluruh rentang x
merupakan ukuran penyimpangan dari model teoritis terhadap data
aktual. Selisih maksimum dinyatakan dalam:

DN G( x) G( x)
Secara teoritis, DN merupakan suatu variabel acak yang ditribusinya
tergantung pada N. Untuk taraf nyata yang tertentu, pengujian K-S

membandingkan selisih maksimum pengamatan dengan nilai kritis D N

, yang didefinisikan dengan:



P( D N D N
) 1

Jika DN yang diamati kurang dari nilai kritis D N
, maka distribusi dapat

diterima pada taraf yang ditentukan, jika tidak maka distribusi akan
ditolak.

4. Intensitas Curah Hujan Rencana

a. Lengkung Intensitas Hujan (IDC = Intensity Duration Curve)


Intensitas curah hujan rencana merupakan besarnya curah hujan yang
terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Lengkung
intensitas curah hujan adalah kurva yang menggambarkan hubungan
antara lamanya pengaliran dan intensitas curah hujan. Dalam membuat
IDC memperlukan data lengkap dari stasiun pengamat. Apabila data tidak
lengkap atau tidak ada maka dapat digunakan data pembanding suatu
daerah dengan anggapan sifat dan ciri curah hujan di daerah tersebut

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 35


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

kurang lebih sama dengan daerah yang ditinjau untuk kasus yang
dihadapi.
Intensitas hujan di Indonesia, dapat mengacu pada pola grafik IDC dari:
V. Breen
Yang dapat didekati dengan persamaan:
54 RT 0,707 RT2
IT
tc 0,31RT
Dimana:
IT = intensitas hujan pada PUH T dan pada waktu konsentrasi tc
(mm/jam)
RT = tinggi hujan pada PUH T (mm/hari)

DR. Mononobe (Jepang)


2/3
R 24
IT T (mm / jam)
42 t
L
t ( jam)
v
H
0, 6

t 72 (km / jam)
L
Dimana:
IT = intensitas hujan (mm/jam)
RT = hujan harian dengan PUH (tahun ) dalam (mm)
T = waktu tempuh aliran disaluran dalam (jam)
V = kecepatan aliran
H = beda tingi hulu-hilir (km)
Beberapa macam persamaan lengkung intensitas hujan, antara lain:

Formula Talbot
Formula Talbot dirumuskan sebagai berikut :
a
I
t b
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
T = waktu konsentrasi
a, b = konstanta

a
I .t . I 2 I 2 .t I
N I 2 I
2

b
I .t . I N I .t 2

N I I
2 2

N = jumlah data.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 36


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Formula Sherman
Formula sherman adalah:
a
I n
t
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
T = waktu konsentrasi
a,n = konstanta
log( I ). log( t )2 log( t ). log( I ) log( t )
log( a)
N log( t ) log( t )
2 2

n
log( I ). log( t ) N log( t ). log( I )
N log( t ) log( t )
2 2

N = banyaknya data

Formula Ishiguro
Formula Ishiguro dapat dirumuskan sebagai berikut :
a
I
t b
Dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu konsentrasi
a, b = konstanta

a

I . t . I 2 I 2 . t I

N I 2 I
2

b
I . t I N I 2
. t
N I I
2 2

N = jumlah data.

b. Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu konsentrasi merupakan waktu yang diperlukan untuk air hujan dari
daerah terjauh dalam cathment area untuk mengalir menuju suatu titik
atau profil melintang saluran yang ditinjau. Dalam drainase, pada
umumnya waktu konsentrasi (tc) terdiri dari penjumlahan dua komponen,
yaitu:
1. Waktu yang diperlukan untuk titik air yang terjauh dalam cathment area
mengalir pada per mukaan tanah ke alur saluran permulaan yang
terdekat (tof).

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 37


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2. Waktu yang dibutuhkan untuk air mengalir dari alur saluran permulaan
menuju ke suatu profil melintang saluran tertentu yang ditinjau (t df).
tc t0 f tdf
Ld
tdf
vd
Dimana:
Ld = panjang saluran dari awal sampai akhir titik yang ditinjau (m)
Vd = kecepatan rerata sepanjang saluran yang ditinjau.
Untuk menghitung tof (overland flow time) dapat dilakukan beberapa
pendekatan empiris, antara lain:
Jepang
1/ 6
2 n.d
tof 3,28 Lo (menit )
3 so
Dimana:
Lo = panjang pengaliran (m)
n.d = koefisien hambat.
Beton (aspal) : n.d = 0,013
Rerumputan : n.d = 0,200
So = kemiringan permukaan (%)

Kerby
0 , 467
r.L1,5
tof 3,03 ( jam)
H
Rumus ini berlaku untuk
L < 4 km
r = koefisien permukaan
r = 0,02 (permukaan halus)
r = (0,3-0,4) untuk rerumputan
L = Panjang permukaan (km)
H = beda tinggi permukaan (m)

Izzard

tof
0,024 i 0, 33
878k
20,67 L0,67 ( jam)
CH 0, 67 0, 67

Berlaku untuk:
i.L 3,8
i = intensitas hujan (mm/jam)
k = koefisien permukaan terdiri dari
K = 0,07 (aspal halus)
K = 0,012 (beton)
L = panjang permukaan (km)

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 38


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

C = koefisien limpasan
H = beda tinggi permukaan (m)

Brasby-William
0,96 L1, 2
tof 0,33 0,1 ( jam)
H A
Dimana:
L = panjang permukaan
H = beda tinggi permukaan (m)
A = luas daerah tadah (km2)

Aviation agency
3,64(1,1 C ) L0,83
tof ( jam)
H 0,33
Dimana:
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
H = beda tinggi permukaan (km)
3,64(1,1 C ) L0,5
Rumus lain tof 1
(menit )
3
S
Dimana:
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
S = kemiringan lahan (%)
0,784(1,1 C ) L0,5
Atau tof 1
(menit )
3
S
Dimana:
C = koefisien limpasan
L = panjang permukaan (km)
S = kemiringan lahan (m/m)

5. Analisa Tata Guna Lahan dan Penentuan Koefisien Limpasan


Analisa Tata Guna Lahan dilakukan untuk dapat menentukan koefisien
pengaliran masing-masing DAS atau sub DAS sehingga dapat diketahui
besarnya rasio aliran permukaan yang akan terjadi terhadap adanya curah
hujan dalam kawasan tersebut.
Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (C) adalah angka reduksi dari
intensitas hujan yang besarnya disesuaikan dengan kondisi permukaan,
kemiringan atau kelandaian, jenis tanahdan durasi hujan. Untuk menentukan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 39


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Cw dengan berbagai kondisi permukaan, dapat dihitung dengan cara sebagai


berikut:
C1 . A1 C 2 . A 2 C 3 . A 3 ......
CW
A1 A 2 A 3 ......
di mana:
C1, C2, . = koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan
A1, A2, . = luas daerah pengaliran (km2)
CW = C rata-rata pada daerah pengaliran yang dihitung

Tabel 2-9. Standar Koefisien Limpasan (C)


Berdasarkan Kondisi Permukaan Tanah.

Kondisi Permukaan Tanah C


Jalur lalu Jalan aspal 0,70 0,95
lintas Jalan kerikil 0,30 0,70
Tanah berbutir halus 0,40 0,65
Bahu jalan Tanah berbutir kasar 0,10 0,30
dan lereng Lapisan batuan keras 0,70 0,85
Lapisan batuan lunak 0,50 0,75
Tanah pasiran 02% 0,05 0,10
tertutup Kelandaian 27% 0,10 0,15
rumput >7% 0,15 0,20
Tanah kohesif 02% 0,13 0,17
tertutup Kelandaian 27% 0,18 0,22
rumput >7% 0,25 0,35
Atap 0,75 0,95
Tanah lapangan 0,20 0,40
Taman dipenuhi rumput dan pepohonan 0,10 0,25
Daerah pegunungan datar 0,30
Daerah pegunungan curam 0,50
Sawah 0,70 0,80
Ladang/huma 0,10 0,30
Kawasan Pusat perdagangan 0,70 0,95
perdagangan Daerah sekitarnya 0,50 0,70
Kawasan Kurang padat 0,50 0,80
industri Padat 0,60 0,90
Pemukiman dengan sedikit tanah terbuka 0,65 0,80
Kawasan Perumahan 0,50 0,70
pemukiman Pemukiman dengan tanah terbuka dan
0,30 0,50
taman
Taman 0,10 0,25
Daerah hijau Lapangan atletik 0,20 0,35
dan lain-lain Lapangan golf 0,20 0,40
Sawah dan hutan 0,10 0,30

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 40


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2-10. Koefisien Kekasaran Manning.

Jenis Sarana Drainase Koefisien (n)


Tanah 0,020 0,025
Tak
Pasir dan kerikil 0,025 0,040
diperkerasan
Dasar saluran batuan 0,025 0,035
Semen mortar 0,010 0,013
Beton 0,013 0,018
Dibuat di Pasangan batu
tempat 0,015 0,030
Batu adukan basah
belah Pasangan batu
0,025 0,035
adukan kering
Pipa beton sentrifugal 0,011 0,014
Dipasang di
Pipa beton 0,012 0,016
tempat
Pipa bergelombang 0,016 0,025

2.6.1.4. Debit Perencanaan


Dalam kegiatan desain bangunan air perlu dilakukan terlebih dahulu
perhitungan berbagi debit desain dengan kriteria-kriteria desain. Untuk
menentukan debit desain tersebut perlu dihitung atau diketahui debit saluran
(kapasitas saluran) di tempat lokasi studi dengan berbagai frekuensi
kejadiannya.
Dalam penentuan debit dengan menggunakan data hujan dapat dilakukan
dengan menggunakan metoda rasional dan hidrograf.

1. Metode Rasional
Dengan meggunakan metoda rasional, debit sungai dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Q C p .RT . A
Dimana:
Q = debit
Cp = koefisien pengaliran run off
RT = curah hujan dengan periode ulang tertentu
A = luas daerah tangkapan hujan
Dalam perkembangannya medote rasional ini terdiri dari:
Metoda Der Weduwen, untuk DAS 100 km2
Metoda Melchior, untuk DAS > 100 km2
Metoda Haspers
Metoda Rasional

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 41


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

a. Der Weduwen
Metoda Der Weduwen bisa digunakan dalam perhitungan apabila luas
daerah pengaliran sungai 100 km2. Formulasi pendekatan dalam
perhitungan debit banjir desain dengan metoda Der Weduwen dapat
disajikan sebagai berikut:
QTr . .qt . A
4,10
1
q t 7
120 A(t 1) /(t 9)

120 A
R 67, 65
qt Tr
240 t 1, 45
t 0, 25.L.QTr0.125 .I 0.25
Dimana:
QTr = debit banjir rencana dengan periode ulang tertentu (m3/dt)
= koefisien limpasan
= koefisien pengurangan limpasan
qt = luas curah hujan dengan periode ulang tertentu (m 3/det/km2)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
L = panjang sungai (km)
I = kemiringan sungai
RTr = curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (mm/hari)

Prosedur perhitungan debit perencanaan dengan menggunakan metoda


weduwen:
Menentukan waktu awal (t0)
Hitung koefisien pengurangan limpasan
Hitung luasan curah hujan
Hitung koefisien limpasan
Hitung debit banjir
Hitung waktu hujan (t)
Ulangi perhitungan sampai didapatkan t = t0

b. Melchior
Metoda pendekatan perhitungan debit banjir rencana dengan
mengunakan metoda Melchior dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q0 . q .qno . A
Dimana:
Q0 = debit banjir rencana dengan periode ulang tertentu (m3/det)
= koefisien pengaliran sungai

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 42


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

q = luasan curah hujan yang diperoleh dari grafik Melchior, yaitu


sebagai fungsi dari dari luas ellips catchment area (F), waktu konsentrasi
(T0) dan luasan curah hujan (q)
qno = luas curah hujan dengan periode ulang tertentu (m 3/det/km2)
R
q. T
200
RT = curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (mm/hr)
F = luas ellips catchment area (km2)

a.b
4
a = anjang sumbu besar (km)
b = panjang sumbu pendek (km)
A = luas daerah aliran sungai (DAS) atau catchment area (km 2)

Sebagai kontrol waktu konsentrasi (T0) digunakan persamaan sebagai


berikut:
0, 2
Tc 0,186.L.Q0 .I 0, 4
Dimana:
Tc = T0 = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai, km
I = kemiringan sungai

c. Haspers
Dalam perhitungan debit banjir rencana dengan metoda Haspers dapat
dirumuskan sebagai berikut:
QTr . .qt . A
Dimana:
QTr = debit banjir rencana dengan periode tertentu (m 3/dt)
= koefisien limpasan air hujan
1 0,012. A0,7
=
1 0,075. A0,7
= koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan pada aliran
sungai
1 t 3,7.10 0, 4t A 0,75
= 1 .
t 2 15 12
qt = run off per km2
r
qt = t
3,6t
t RTr
rt =
t 1
A = luas daerah aliran sungai (km2)
t = lamanya curah hujan (jam)
t = 0,1.L0,8 .I 0,3
I = kemiringan sungai

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 43


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Prosedur perhitungan debit perencanaan dengan menggunakan metoda


haspers:
Hitung koefisien limpasan
Hitung lamanya hujan
Hitung koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan pada aliran
sungai
Hitung rt
Hitung run off
Hitung debit banjir

d. Rasional Praktis
Perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan metoda Rasional
dapat dirumuskan sebagai berikut:
.r . f
QTr t
3, 6
0,6
H
V 72
0,9 L
L
t
V
2
R 24 3
rt Tr
24 t
Dimana:
Q = debit banjir rencana (m3/det)
= koefisien pengaliran
rt = intensitas hutan selama time of construction
f = luas daerah aliran sungai (km2)
t = lama curah hujan atau waktu tiba dari banjir (jam)
L = panjang sungai (km)
H = beda tinggi antara titik di hulu dan hilir sungai
Prosedur perhitungan debit perencanaan dengan menggunakan metoda
rasional:
Hitung V
Hitung lamanya hujan
Hitung rt
Hitung debit banjir

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 44


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2. Metode Hidrograf
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Penentuan debit banjir rencana dengan Metode Unit Hidrograf (Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu), dipergunakan rumus rational dengan koefisien
atau konstanta yang telah ditetapkan berdasarkan hasil empiris sebagai
berikut:
C A Ro
Qp
3,6 ( 0,3Tp T0,3 )
Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
Ro = hujan effektif (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak (jam)

1. Bagian lengkung naik (rising limb) hidrograf satuan mempunyai


persamaan:
t
Qa Qp 2, 4
T
p
Dimana:
Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak dengan waktu t
(m3/dt)
t = waktu (jam)
2. Bagian lengkung turun (decreasing limb)
Dalam menentukan besarnya debit bagian lengkung turun, dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian yang dimulai dari puncak debit dengan
perhitungan sebagai berikut:
t Tp

Qd Qp* 0.3
T0 , 3
Bagian atas: Qd > 0,3 Qp
t Tp 0 , 5 T0 , 3

Qd Qp * 0,3
1, 5 T0 , 3
Bagian tengah: 0,3 Qp > Qd >0,32 Qp
t Tp 1, 5 T0 , 3

Qd Qp * 0.3
2 T0 , 3
Bagian bawah: 0,3 Qp > Qd 2

Waktu sampai ke puncak banjir, Tp = tg + 0,8 tr


L < 15 km tg = 0,21 L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L
Dimana:
L = panjang alur sungai (km)
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 45
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

tg = waktu konsentrasi (jam)


tr = satuan durasi hujan (jam), besarnya yaitu 0,5 tg sampai
tg

3. Parameter alfa/parameter hidrograf ()


Besarnya parameter hidrograf dipengaruhi oleh kondisi daerah
pengaliran yaitu kondisi topografi dan kelandaian sundai. Dari hasi
percobaan di Jepang besarnya parameter ini dapat ditentukan sebagai
berikut:
daerah pengaliran biasa = 2
bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat = 1,5
bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat = 3

Hidrograf Satuan Sintetik Gama I


Metode ini dikembangkan ole Dr. Ir Sri Harto, berdasarkan penelitian pada
30 DAS di Pulau Jawa. Hidrograf satuan sintetik gama I dibentuk oleh tiga
komponen dasar yaitu waktu naik (tr), debit puncak (Qp) dan waktu dasar
(tb). Untuk mendapatkan unit hidrograf gama I dilakukan perhitungan
sebagai berikut:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 46


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
Perhitungan Parameter
PENYUSUNAN Unit PERMUKIMAN
DED DRAINASE Hidrograf KABUPATEN
Gama I LEMBATA

Panjang sungai (L) 14.6 km


Kemiringan sungai (S) 0.00039
Faktor sumber (SF) 0.495
Faktor simetri (SIM) 0.636
Waktu naik hidrograf (tr) 1.956 jam
3
tr = 0,43 (L/100 SF) + 1,0665 SIM + 1,2775
Jumlah pertemuan sungai (JN) 20 buah
Luas DAS (A) 65 km2
Kerapatan jaringan kuras (D = L/A) 0.225
Debit puncak (Qp) 3.341 m3/dt
Debit naik merupakan gairs lurus
0,5886 0,2381 -0,4008
Qp = 0,1836 A JN tr
Debit turun (Qt)
Debit turun merupakan liku exponensial, e = 2,718
- ( t/K)
Qt = Qp x e
t = waktu kearah turun (jam)
(dimulai dari puncak t = 0, lihat tabel perhitungan)
Koefisien tampungan (k) 7.451
k = 0,5617 . A0,1798. S - 0,1446. SF -1,0897. D0,0452
Frekuensi sumber (SN) 0.409
Luas relatif DAS sebelah hulu (RUA) 0.29836
Waktu dasar dimulai dari titik (0,0) sampai akhir hidrograf (t b) 24.324 jam
0,1457 -0,0956 0,7344 0,2574
tb = 27,4132 tr S SN RUA
Base flow (perkiraan aliran dasar) (Qb) 1.712 m3/dt
0,6444 0,943
Qb = 0,4751 A D
Selang waktu turung (tb -tr) 22.368

Hidrograf Satuan Sintetik Snyder


Rumus ini dirancang dengan tinggi hujan (P) = 1 inchi dengan durasi (tr) =
1 jam, penelitian dilakukan oleh FF Snyder di banyak sungai Amerika
Timur pada Tahun 1938. Satuan yang digunakan untuk panjang adalah
mile, waktu yaitu jam, tinggi curah hujan adalah inchi dan luas DPS mile
square (mile2) sehingga debit puncak (Qp) dalam cubic feet per secon.
Parameter yang diperlukan dalam perhitungan unit hidrograf Snyder
diantaranya yaitu:
1) Debit Puncak (Qp)
Satuan MKS (km, m, cm, jam)
Cp
Qp 2,78 A
tp
Satuan Inggeris (mile, feet, inchi, jam)
Cp
Qp 640 A
tp
Dimana:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 47


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Qp : debit banjir
Cp : koefisien yang dipengaruhi oleh waktu kelambatan (0,56 0,69)
semakin rendah semakin lambat
tp : waktu dari titik berat curah hujan ke puncak hidrograf
A : luas DPS

2) Lama Hujan Efektif (te)


tp
te
5 ,5
tp C t ( LLc ) 0 , 3
Dimana:
tp : waktu dari titik berat curah hujan ke puncak hidrograf (jam)
Ct : koefisien yang dipengaruhi oleh kelandaian slope basin (1,35 1,65)
semakin rendah nilainya semakin terjal slop basin.
L : panjang sungai
Lc : panjang sungai dari titik berat basin ke outlet

3) Waktu untuk Mencapai Puncak (Tp)


Jika te < tr
Tp tp 0, 5 tr

Jika te > tr
Tp ' tp 0 , 2 5 ( tr te )
Tp T p ' 0 ,5 tr

tr merupakan lama hujan efektif standar = 1 jam.

4) Waktu Dasar HSS (Tb)


Tb = 72 + tp/8

5) Lengkung Hidrograf
Untuk menggambatkan lengkung hidrograf dengan memakai persamaan
Alexeyev:
Dimana debit merupakan fungsi dari waktu==== Q = f(t)
y = Q/Qp atau y = 10k
x = t/tp
k = -a{(1/x) 1}1
1 x
2

y 1 0 ex p a
x
a 1 , 3 2 0 ,1 5 0 , 0 4 5
2

Q p T p
3 ,6
h A
Dimana:
Qp = (m3/dt)
h = (mm)

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 48


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tp = (jam)
A = (km2)
Untuk menjadikan satuan cgs (cm, gram, second) agak sukar maka dengan
konversi satuan:
1 mile= 1,609 km
1 inchi = 2,54 cm
Maka setiap Qp (cfs) dikalikan dengan besaran (0,30483/2,54), menghasilkan
Qp (m3/dt), curah hujan P = 1 cm dan tp (jam).

Hidrograf Satuan Sintetik SCS-USA


Untuk mendapatkan unit hidrograf satuan sintetik SCS-USA dilakukan perhitungan
seperti berikut:

A C = konstanta 2,08 ditetapkan secara empiris


q p 2 ,08 A = luas DAS (km2)
Tp
Tp = waktu naik atau waktu yang
tr diperlukan antara permulaan hujan
T p 0 ,6 T c
2 hingga mencapai puncak hidrograf (jam)
tr = lama terjadi hujan efektif (jam)
t p 0,6Tc tp = waktu kelambatan yaitu titik berat
hujan sampai puncak hidrograf (jam)
Kirpich (1940) Tc = waktu konsentrasi (menit)
L (m), Tc (mnt) S = kemiringan slope perbandingan tinggi titik
terjauh dengan jaraknya
Tc 0,01947 L0, 77 S 0,385 L = panjang maksimum lintasan air (m)
Waktu naik hidrograf = Tp
Waktu turun hidrograf = 1,67 Tp
Waktu dasar hidrograf (tb) = Tp + 1,67Tp = 2,67 Tp
Hasil data dan perhitungan akan didapatkan Unit Hidrograf berbentuk
segitiga

2.6.2. Analisa Sistem Drainase Existing

2.6.2.1. Tujuan Kajian


Tujuan Analisa kondisi sistem drainase eksisting adalah:
Analisa Kondisi struktur bangunan air
Analisa Keandalan sebagai sarana dan prasarana pengendalian air dan
penunjang sistem drainase.
Identifikasi Permasalahan Genangan

2.6.2.2. Ruang Lingkup Kajian


Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam analisa ini meliputi:
a. Analisa Pola dan Kondisi Aliran dalam sistem
b. Analisa kapasitas saluran, bangunan air dan sistem drainase
c. Mengidentifikasi penyebab permasalahan genangan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 49


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.6.2.3. Metodologi Kajian


Metodologi analisa sistem drainase eksisting yang digunakan adalah:
a. Analisa debit banjir rencana yang mungkin terjadi
b. Analisa kapasitas saluran dan bangunan air eksisting

2.6.2.4. Personil Kajian


Personil yang terlibat dalam pekerjaan kajian ini yaitu ahli sipil dan geodesi
yang dibantu oleh surveyor dan asisten tenaga ahli.

2.6.2.5. Peralatan Kajian


Alat bantu yang dipegunakan dalam kegiatan ini yaitu alat tulis dan
komputer.

2.6.2.6. Tujuan Kajian


Dari kegiatan ini akan dihasilkan kondisi existing dari sistem tata air yang
mencakup kondisi struktur, hidraulis, fungsi dan kinerja.

2.7. SISTEM PLANING

Kegiatan ini merupakan kajian PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN


KABUPATEN LEMBATA. Kegiatan ini terdiri dari :
Penyusunan Alternatif PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN
LEMBATA
Pembahasan dan Pemilihan Aliternatif PENYUSUNAN DED DRAINASE
PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA
Penyusunan rekomendasi alternatif terpilih dan pentahapan
pelaksanaan.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 50


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.8. PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN


REKOMENDASI

2.8.1. Tujuan Penyusunan


Tujuan penyusunan terhadap PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN
KABUPATEN LEMBATA adalah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Lembata
dalam hal meningkatkan kualitas fisik suatu kawasan dengan menyediakan
perencanaan teknis drainase dengan mengevaluasi hasil studi yang telah
dilakukan sebelumnya disesuaikan dengan kondisi terakhir.
Tujuan kegiatan ini yaitu secara umum konsultan menyediakan perencanaan
kawasan khusunya perencanaan teknis jaringan saluran drainase dengan data
terakhir dan perencanaan dengan detail engineering design pada rawan
genangan di Kota Lewoleba sehingga dapat meningkatkan kualitas prasarana
dan sarana dasar yang mengacu pada standart maupun criteria.

2.8.2. Ruang Lingkup Penyusunan


Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan teknis penyusunan drainase di
Kota Lewoleba serta untuk mencapai maksud dan tujuan serta sasaran diatas,
dengan lingkup pakerjaan meliputi :
a. Melakukan survey lapangan ke lokasi pekerjaan;
b. Melakukan pengukuran, pemetaan dan situasi lokasi yang dilengkapi
dengan ketinggian titik muka tanah;
c. Mengadakan koordinasi dengan pemerintah kota setempat serta
instansi terkait khususnya terhadap rencana jaringan drainase kota dan
arah perkembangan kota yang akan datang;
d. Melakukan inventarisasi jaringan drainase yang sudah ada dan yang
belum ada serta kemungkinan perkembangan permukiman sesuai
dengan rencana tata ruang kota;
e. Mengidentifikasi permasalahan drainase dari sumber air
(hujan/pasang/banjir kiriman sampai ke pembuangan saluran primer
(sungai);
f. Mengkaji dan menganalisa data-data dan variable penentu dan
kemungkinan perkembangan permukiman yang akan dating;
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 51
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

g. Merencanakan teknis jaringan drainase mulai dari sumber air sampai


ke pembuangan dengan dimensi, arah dan ketinggian yang sudah
ditentukan.

2.8.3. Metodologi Penyusunan

2.8.3.1. Penyusunan Perencanaan


Dalam perencanaan drainase secara teknis harus memperhatikan berapa akan
dialirkan sehingga dalam menentukan dimensi prasarana drainase tidak over
desain atau kurang aman terhadap beban desain yang ada.

2.8.3.1.1. Kriteria Perencanaan

Penanganan Banjir
Tingkat resiko akibat banjir (ancaman terhadap jiwa dan harta benda) di
daerah yang terkena banjir dapat diukur sebagai fungsi kecepatan dan
kedalaman air. Resiko akan bertambah ketika kecepatan air atau kedalaman
air bertambah. Keputusan mengenai tingkat resiko banjir seringkali
dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan sesudah proyek dilaksanakan.
Terdapat tiga tingkatan resiko banjir sebagai skala yaitu rendah, sedang dan
tinggi, tingkat resiko tersebut secara grafis merupakan fungsi dari kecepatan
aliran pada saat banjir dengan tinggi banjir, (lihat Gambar dibawah).

2.0
kecepatan aliran (v m/det)

Resiko tinggi

1.0
Resiko
sedang

0.5
Resiko rendah

0.2 0.4 0,8 1 1.2 2

Kedalaman banjir di lokasi (d


meter)
Catatan :
Tingkat resiko dapat
Berkurang oleh pembuatan prosedur pemindahan korban banjir yang
efektif
Bertambah jika pengungsian sulit untuk dilakukan pada bagian resiko
Gambar 2-7 : Tingkat Resiko Yang Dapat Terjadi
Sumber: Pedoman pengendalian banjir, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
Pengairan,1996

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 52


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Kriteria penanganan banjir didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:


Perencanaan penanggulangan banjir akan aman jika debit banjir yang terjadi
tidak melebihi debit banjir rencana, yang secara umum ditentukan dengan
kala ulang. Ada dua standar pemilihan penggunaan besaran kala ulang
banjir rencana yaitu:
1. Standar pertama (fase awal) yaitu penggunaan kala ulang minimum
untuk berbagai kondisi yang ada, standar yang sama untuk semua
pemakaian.
2. Standar kedua (fase akhir) yaitu penggunaan kala ulang yang ditentukan
berdasarkan pada analisis ekonomi untuk mencapai manfaat ekonomi
secara optimum.
Kala Ulang minimum (tahun) yang disarankan sebagai banjir rencana
berkenaan dengan genangan banjir dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2-11 : Usulan Kala Ulang Untuk Banjir Rencana

Didasarkan Pada Tipe Proyek Fase Fase


Sistem Sungai
Didasarkan Pada Populasi Total Awal Akhir

Proyek darurat
5 10
Proyek baru
10 25
Untuk pedesaan dan/ atau kota
Sungai 25 50
dengan populasi < 2000000
Untuk perkotaan dengan
25 100
populasi > 2000000

Pedesaan 2 5
Sistem drainase primer (DPS<
Perkotaan Populasi < 500.000 5 10
500 ha)
Perkotaan 500.000 < P< 2000.000 5 15
Perkotaan dengan populasi > 2 JT 10 25

Pedesaan 1 2
Sistem drainase sekunder (DPS<
Perkotaan Populasi < 500.000 2 5
500 ha)
Perkotaan 500.000 < P< 2000.000 2 5
Perkotaan populasi > 2 JT 5 10
Sistem drainase tersier (DPS<
10 ha) Pedesaan dan Perkotaan 1 2

Sumber: Pedoman pengendalian banjir, DPU, Direktorat Jenderal Pengairan,1996

Penentuan Debit Banjir Rencana


Hubungan antara probabilitas atau peluan dan resiko dari suatu debit
banjir rencana yang berkaitan dengan umur layanan bangunan di
dasarkan pada rumus seperti berikut :
r = 1-(1-p)Ly
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 53
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

p = 1/T

Keterangan
T = Kala Ulang
Ly = Umur Layanan Bangunan
r = Resiko terjadinya banjir
p = Probabilitas

Drainase Kawasan dan Permukaan Jalan


Kriteria drainase kawasan dan permukaan jalan mengacu pada SNI 03
3424 1994, Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Dewan
Standar Nasional DSN.
Kolam Retensi
Kolam ini pada umumnya dapat diterapkan pada kebanyakan daerah yang
baru dikembangkan dan dibangun lagi. Serta dapat digunakan di daerah
pemukiman dan non pemukiman.
Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan
Kriteria sumur resapan ini mengacu pada SK SNI S 14 1990 F,
Departemen Pekerjaan Umum.

2.8.3.1.2. Pemodelan
Tujuan dari pemodelan ini adalah untuk mendapatkan gambaran pendekatan
kondisi eksisting dan pemilihan rencana pengembangan drainase dengan
bantuan sebuah program komputer. Dengan pemodelan ini diharapkan
pengembangan dan pembuatan sistem drainase lebih mendekati kondisi-
kondisi yang diinginkan. Program komputer yang nantinya akan digunakan
untuk pendekatan model hidrodinamik adalah aplikasi HEC-RAS 3.1.3,
sedangkan dalam menganalisa hidrologi akan digunakan aplikasi HEC-HMS
3.0.1
Program HEC-RAS 3.1.3 merupakan program lanjutan dari HEC-2 yang
dikeluarkan oleh U.S. Army Corps of Engineers. Program HEC-RAS dan
HEC-HMS sendiri dikembangkan oleh The Hydrologic Engineering Center
(HEC), yang merupakan bagian dari U.S. Army Corps of Engineers.
Program HEC-RAS versi 1.0 (HEC-1) yang merupakan versi pertama dari
program HEC-RAS dikeluarkan pada tahun 1995. Kemudian secara bertahap

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 54


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

diadakan perbaikan ulang terhadap program HEC-RAS seiring


dikeluarkannya program HEC-RAS versi 1.1, sampai HEC-RAS versi 3.1.3
yang dikeluarkan pada tahun 2006.
Program dengan versi yang terbaru ini dapat menangani jaringan saluran air
secara penuh dengan memodelkan aliran subkritis, superkritis dan aliran
mixed untuk kalkulasi aliran tak tunak. Perhitungan dasarnya mengikuti
prosedur pemecahan kalkulasi energi aliran satu dimensi. Kehilangan energi
dievaluasikan terhadap friksi yang terjadi pada saat pengaliran (persamaan
manning), kontraksi dan ekspansi saluran (dengan koefisiennya yang
dikalikan dengan kecepatan alir). Persamaan momentum digunakan saat
situasi dimana profil muka air secara cepat bervariasi. Situasi ini termasuk
perhitungan mixed flow regime (misalnya loncatan hidrolik), perhitungan
pada hidrolika aliran melintasi jembatan dan perhitungan pada junction
(pertemuan dan perpisahan dua atau lebih saluran). Selanjutnya perhitungan
juga bisa dilakukan terhadap talang air, gorong-gorong, pompa air, reservoar
dan struktur bangunan air lainnya.
Program HEC-RAS 3.1.3 menggunakan pengaturan data dimana dengan
data geometri yang sama bisa dilakukan kalkulasi data aliran yang berbeda-
beda, begitu juga sebaliknya. Data geometri terdiri dari lay out pemodelan
disertai cross section untuk saluran-saluran yang dijadikan model.
Bangunan-bangunan air serta storage area berada dalam masukan data
geometri pemodelan. Data aliran ditempatkan terpisah dengan data
geometri. Data aliran bisa dipakai salah satu diantara data aliran tunak dan
data aliran tak tunak. Setiap data aliran tersebut mengharuskan diisinya
besaran boundary condition dan initial condition yang sesuai agar pemodelan
bisa dijalankan. Bentuk hidrograf hanya bisa diisikan pada data aliran tak
tunak. Selanjutnya bisa dilakukan kalkulasi dengan membuat rencana
komputasi. Rencana komputasi harus terdiri dari satu data geometri dan satu
data aliran.
Profil aliran pada saluran terbuka digambarkan dengan menggunakan tiga
hukum kekekalan yaitu Hukum Kekekalan Massa, Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Energi. Usaha untuk menggambarkan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 55


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

aliran pada saluran terbuka tersebut dipenuhi oleh dua variabel yaitu
kedalaman aliran dan kecepatan atau kedalaman aliran dan debit yang
digunakan untuk mendefinisikan kondisi aliran pada penampang saluran.
Karena itu dua persamaan pengatur telah dapat digunakan untuk
menganalisa tipe situasi aliran. Persamaan kontinuitas dan persamaan
momentum atau persamaan energi dapat dipergunakan untuk kebutuhan ini.
Kecuali untuk koefisien head velocity, , dan koefisien momentum, , kedua
persamaan momentum dan persamaan energi adalah sama jika kedalaman
aliran dan kecepatan menerus (continous). Apabila terjadi diskontinuitas
yang melibatkan suatu perubahan permukaan dasar saluran maka yang
dipergunakan adalah persamaan momentum, karena tidak seperti
persamaan energi, persamaan momentum tidak memerlukan informasi
tentang kehilangan energi yang terjadi.

Gambar 2-8 : Persamaan Energi

Dimana:
Y1, Y2 : kedalaman air di saluran
V1, V2 : kecepatan aliran di saluran
Z1, Z2 : elevasi dasar

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 56


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

g : gravitasi
he : kehilangan energi
: koefisien head velocity
Kehilangan energi dapat dihitung dengan rumus:

Dimana:
L : panjang saluran
Sf : kemiringan
: koefisien head velocity
Permodelan dengan menggunakan program HEC-RAS ini akan dilakukan
untuk sistem drainase kota di lokasi perencanaan dengan tujuan untuk
merencanakan dimensi saluran drainase yang diperlukan.
Sedangkan HEC-HMS akan digunakan untuk menghitung debit rencana
yang akan menjadi beban saluran. Debit hasil analisa dengan HEC-HMS ini
telah memperhitungkan skenario perubahan.
Bagan pelaksanaan pemodelan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Input data :
- Data Debit (Q) rencana
- Penampang Saluran dan elevasi dasar
- Nilai kekasaran saluran
- Kondisi Batas

Tdk
ok

Pemodelan/ Simulasi dengan Program

ok
Output :
Cek thd kapasitas dan
- Tinggi muka air banjir di saluran Dimensi dan
parameter-parameter
- Kecepatan aliran jaringan definitif
hidrolik yg disyaratkan
- Head loss

Gambar 2-9 : Bagan Pelaksanaan Pemodelan

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 57


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.8.3.2. Perencanaan Saluran

2.8.3.2.1. Dasar-Dasar Perencanaan Saluran


Dalam menentukan arah saluran air hujan yang direncanakan terdapat
batasan-batasan sebagai berikut :
Arah aliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga
diharapkan pengaliran dapat berlangsung secara grafitasi dan
menghindarkan pemompaan
Pemanpaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari out fall
yang direncanakan
Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan sehingga
mengurangi penggunaan bangunan gorong-gorong
Jaringan sistem drainase yang direncanakan disesuaikan dengan keadaan
fisik daerah pelayanan. Untuk saluran-saluran awal dimana jalur saluran air
hujan direncanakan sebagian terletak pada kiri dan kanan jalan, batas
lebarnya 1,00 m, untuk saluran induk atau saluran menerus dengan lebar
atas lebih besar dari 1,00 m, diusahakan tidak berada ditepi jalan, melainkan
berada jauh dan melintas jalan, agar pemukiman yang berada disepanjang
jalan tersebut tidak diberi beban untuk membuat jembatan persil terlalu
mahal.
Kapasitas saluran dan perlengkapannya sesuai dengan beban keadaan
medan serta sifat-sifat hidrolis dimana saluran dan perlengkapan tersebut
ditempatkan. Dalam parameter tersebut ditunjukan adanya faktor pembatas
yaitu kondisi topografi setempat.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 58


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.8.3.2.2. Bentuk Saluran Drainase


A. Bentuk saluran drainase umumnya: trapesium, segiempat, lingkaran,
dan segitiga. Bentuk dan rumusnya adalah sebagai berikut:
Rumus Luas Profil Basah
a. Luas Profil basal berbentuk lingkaran

Gambar 2-10 : Profil Basah Berbentuk Lingkaran

Bila :
a = tinggi air (dalam m).
= sudut ketinggian air (dalam radial)=y
r = jari-jari lingkaran (dalam m).
A = luas profil basah (dalam m2) = 1/2 r2 ( - sin ).
P = keliling basah (dalam m) = r =r .
Penjelasan:
R = A/P = jari-jari hidrolis (dalam m).
Atau

Jika dihitung dengan bagian radial (360O = 2 bagian radial).

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 59


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Atau

Setelah dihitung terdapat = 2570 30, sedangkan sin 257,50 =


- sin 770 30 jadi:

Atau

Untuk pipa yang terisi air penuh, jari-jari hidrolis,

Aliran atau debit terbesar (Q) terjadi apabila dQ/d = 0, ini berarti bahwa:
Q terbesar akan terdapat, jika terdapat = 3080 9 (hasil hitungan).

Untuk menghitung Q maks dapat dilakukan perhitungan dengan


Qmaks = A x V. Debit Q yang terbesar bukan karena Amaks atau
Vmaks, akan tetapi A x V yang terbesar hasilnya yang menentukan
Pada pipa yang terisi penuh air, banyaknya aliran atau debit:

b. Luas Profil Basah Bentuk Trapesiun

Gambar 2-11 : Profil Saluran Drainase Berbentuk Trapesium

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 60


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Luas profil basah berbentuk trapesium dapat dinyatakan dalam rumus


sebagai berikut:

Bila :
A = luas profil basah (m2).
B = lebar dasar saluran (m).
h = tinggi air di dalam saluran (m).
T = (B + m h + t h) = lebar atas muka air.
m = kemiringan talud kanan.
t = kemiringan talud kiri.

c. Luas profil basah berbentuk segitiga


Luas profil basah berbentuk segitiga dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gambar 2-12 : Profil Basah Berbentuk Segitiga

A = luas profil basah (m2).


B = 0 (nol).
h = tinggi air di dalam saluran (m).
T = ( B + m h + t h).
m = kemiringan talud kanan.
t = kemiringan talud kiri.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 61


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

d. Luas profil basah berbentuk segiempat


Luas profil basah berbentuk segiempat dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :

Gambar 2-13 : Profil Basah Berbentuk Segiempat

Bila :
B = lebar dasar saluran (m).
h = tinggi air di dalam saluran (m).
T = B.
m = 0 (nol) dan
t = 0 (nol).

B. Kecepatan saluran rata-rata dihitung dengan rumus Chezy, Manning dan


Strickler. Rumusnya adalah sebagai berikut:
1. Rumus Chezy

Bila :
V = kecepatan aliran dalam m/dt
C = koefisien Chezy;
R = jari-jari hidrolis dalam m;
A = profil basah saluran dalam m2;
P = keliling basah dalam m;
I = kemiringan dasar saluran.
Beberapa ahli telah mengusulkan beberapa bentuk koefisien Chezy dari
rumus umum V = C, antara lain : Bazin, Manning dan Strickler.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 62


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2. Rumus Bazin
Bazin mengusulkan rumus berikut ini :

dengan gB adalah koefisien yang tergantung pada kekasaran dinding.


Nilai gB untuk beberapa jenis dinding saluran dapat dilihat dalam Tabel
dibawah ini.
Tabel Koefisien Kekasaran
Bazin

Jenis Dinding gB
Dinding sangat halus (semen) 0,06
Dinding halus (papan, batu, bata) 0,16
Dinding batu pecah 0,46
Dinding tanah sangat teratur 0,85
Saluran tanah dengan kondisi biasa 1,30
Saluran tanah dengan dasar batu pecah dan tebing rumput 1,75
Sumber : Standar SK SNI M-18-1989-F, Metode Perhitungan Debit Banjir

3. Rumus Manning
Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus
berikut ini:

Dengan koefisien tersebut maka rumus kecepatan aliran menjadi :

rumus ini dikenal dengan rumus Manning


Bila :
n = koefisien Manning dapat dilihat dalam Tabel 15;
R = jari-jari hidrolis dalam m;
A = profil basah saluran dalam m2; P = keliling basah dalam m;
I = kemiringan dasar saluran.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 63


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel Koefisien Kekasaran Bazin


Koefisien
Bahan Manning, n
Besi tuang dilapis 0,014
Kaca 0,010
Saluran beton 0,013
Bata dilapis mortar 0,015
Pasangan batu disemen 0,025
Saluran tanah bersih 0,022
Saluran tanah 0,030
Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
Saluran pada galian batu padas 0,040
Sumber : Hidraulika, Prof.Dr.Ir. Bambang Triatmodjo,CES,DEA

4. Rumus Strickler
Strickler mencari hubungan antara nilai koefisien n dari rumus Manning
sebagai fungsi dari dimensi material yang membentuk dinding
saluran. Untuk dinding saluran dari material yang tidak koheren, koefisien
Strickler, ks diberikan oleh rumus :

ks = , sehingga rumus kecepatan aliran menjadi :


V = ks R2/3I1/2

C. Apabila di dalam saluran existing terdapat nilai kekasaran dinding atau


koefisien Manning yang berbeda satu dengan lainnya, maka dicari nilai
kekasaran dinding ekuivalen (neq).
1. Rumus Kekasaran Dinding Ekuivalen (n)
Bentuk profil saluran seperti dalam Gambar 9, maka untuk mencari
nilai kekasaran dinding ekuivalen digunakan rumus:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 64


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Gambar 2-14 : Penampang Profil Basah Majemuk

Bila:
n = nilai kekasaran dinding ekuivalen.
Pt = total keliling basah dalam m.
ni = kekasaran dinding pada sub-profil basah i.
Pi = panjang keliling basah pada sub-profil basah i.

2. Rumus Aliran (Q)


Untuk menghitung debit profil majemuk existing pada saluran
drainase perkotaan digunakan rumus kontinuitas dengan mengalikan luas
profil basah dengan kecepatan rata-rata menggunakan rumus Manning
dan koefisen kekasaran ekuivalen (neq). Rumus alirannya adalah
sebagai berikut:

Qt = total dalam m3/dt


At = luas profil basah total dari masing-masing sub-profil basah
dalam m2.
Rt = total jari-jari hidraulis dari masing-masing sub-profil
basah dalam m.
S = kemiringan rata-rata dasar saluran.
Neq = kekasaran dinding ekuivalen yang nilainya dinyatakan
dalam persamaan:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 65


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

3. Aliran kritis, sub-kritis dan super-kritis dinyatakan dengan bilangan


Froude. Aliran kritis apabila Froude number, Fr=1; aliran sub-kritis
apabila Froude number <1 dan aliran super-kritis apabila Froude
number >1.

4. Saluran drainase yang terpengaruh oleh pengempangan (back


water effect) dapat diperhitungkan dengan Standard Step atau
Direct Step Method.

Gambar 2-15 : Energy Of Open Channel Flow

Energi spesifik,
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 66
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

a. Direct Step Method

b. Standard Step Method


Pada Gambar dibawah ini memperlihatkan potongan ruas saluran
1 dan 2, persamaan total head potongan 1 dan 2 adalah sebagai
berikut:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 67


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 68


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

5. Penampang saluran terbaik atau penampang saluran ekonomis adalah


penampang saluran yang mempunyai keliling basah minimum akan
memberikan daya tampung maksimum kepada penampang saluran.
a. Bentuk Trapesium
Untuk saluran ekonomis berbentuk trapesium seperti dalam Gambar,
dengan lebar dasar B, kedalaman y, dan kemiringan tebing tga=1/m,
sehingga sudut a=600.
Luas Profil Basah, A=y(B+my);

Gambar 2-16 : Saluran ekonomis Berbentuk Trapesium

Parameter atau geometric elements dari saluran ekonomis berbentuk


trapesium seperti terlihat dalam Tabel dibawah ini.

b. Bentuk Segiempat
Saluran dengan bentuk segiempat biasanya digunakan untuk saluran
yang terbuat dari pasangan batu atau beton seperti terlihat dalam
Gambar dibawah ini.
Luas Tampang Basah : A = By
Keliling Basah : P = B+2y
Lebar B = 2y

Gambar 2-17 : Saluran Ekonomis


Berbentuk Segiempat

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 69


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

c. Bentuk Setengah Lingkaran


Dari semua bentuk tampang lintang yang ada, bentuk setengah
lingkaran mempunyai keliling basah terkecil untuk luas tampang
tertentu.

Gambar 2-18 : Saluran Ekonomis Bentuk Lingkaran

Dalam hal ini, r=y, A=1/2py2; P=py dan R=y/2.


Parameter atau geometric elements dari saluran ekonomis berbentuk
setengah lingkaran seperti terlihat dalam Tabel dibawah ini.

d. Bentuk Segitiga

Gambar 2-19 : Saluran ekonomis Bentuk Segitiga

Tabel dibawah ini memperlihatkan formula penampang saluran


ekonomis untuk profil trapesium, segiempat, setengah lingkaran dan
segitiga.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 70


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel Penampang Melintang Ekonomis Untuk Saluran Trapesium,


Segiempat Dan Segitiga dan Setengah Lingkaran

6. Ruang bebas saluran (freeboard) berkisar antara 0,30 sampai dengan


1,20 m tergantung dari dalam dan lebarnya saluran, atau
dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :

Fr = ruang bebas (m)


y = kedalaman aliran rencana (m)
Cf = koefisien yang bervariasi dari 1,5 pada Q = 60 m3/dt
sampai dengan 2,5 untuk Q = 85 m3/dt

7. Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan yang paling rendah


yang akan mencegah pengendapan dan tidak menyebabkan
berkembangnya tanaman-tanaman air. Kecepatan maksimum ditentukan
oleh kekasaran dinding dan dasar. Untuk saluran tanah V = 0,7 m/dt,
pasangan batu kali V = 2 m/dt dan pasangan beton V = 3 m/dt.
Kecepatan maksimum dan minimum saluran juga ditentukan
oleh kemiringan talud saluran. seperti terlihat dalam tabel-tabel berikut ini:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 71


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel Jenis Saluran Terbuka


Kecepatan Max.
Jenis
Ruang Bebas Dan Min Yang Kemiringan Talud
Saluran
Diizinkan
Material tanah
Kemiringan talud
pada galian
Min. F= Min. V = 0,6o Batu/Rock 1H:0,25V
m/dt. Tanah keras 1H:1H to 1H:2V
USBR
Merujuk ke Tabel Lempung keras 1H:1V to 1H:2V
Q(m3/dt) F(m)
2 untuk Pasir lempung 1H:1,5V to 1H:2,5V
<0,5 0,40 Pasir lumpur
0,5-1,5 0,50 kecepatan 1H:2V to 1H:3V
Saluran maksimum yang Tanah lembek 1H:3H to 1H:4H
1,5-5,0 0,60
Tanah diizinkan
5,0-10,0 0,75
(Yang tidak 10,0-15,0 0,85 Tanah Yang Dipadatkan
dilapisi) >15,0 1,00 Kedalaman Min. Kemiringan
air+Ruang Talud
bebas, D,(m)
Df1,0 1V:1H
1,0<D<2,0 1V:1,5H
Df>2,0 1V:2H

Min,F= Min.V=0,60-1,0 Kedalaman air, Min. Kemiringan


m/dt y(m) talud
F(m) USBR
Yang Max. V=3,0 m/dt <0,4 m
Q(m3/dt)
Dilapis 0,4<y0,75 Vertikal
0,5-1,5 0,20
1:1
1,5-5,0 0,20
Beton 5,0-10,0 0,25
10,0-15,0 0,30
>15,0 0,40
0,50

Pasangan Sama dengan beton Min.V=0,60 m/dt Sama dengan beton


batu kali Max.V=2,0 m/dt
Sumber: Urban Drainage Guidelines And Technical Design Standards, CIDA, Nopember 1994.

Tabel Kecepatan Maksimum Yang Diizinkan Atas Rekomendasi Fortie dan


Scoby (1926) untuk Straight Channels of Small Slope and After Aging

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 72


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

8. Saluran dengan berbagai lapisan adalah saluran yang dilapis


dengan beton, batu kali dan lapisan lainnya sedangkan dasar saluran dari
tanah. Dengan menggunakan rumus Manning dan koefisien
kekasaran yang tepat untuk masing-masing dinding saluran, debit dari
tiap sub- penampang dapat dihitung sebagai berikut:

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 73


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

9. Menghitung Debit Saluran Drainase


Perhitungan debit aliran berdasarkan kriteria hidrologi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Cari data hujan di Badan Meteorologi dan Geofisik (BMG)
setempat, minimum 10 tahun terakhir.
2) Tentukan kala ulang rencana saluran drainase, misalnya 10 tahun.
3) Hitung luas daerah pengaliran saluran (DPSal) dalam ha.
4) Hitung panjang saluran dalam m.
5) Hitung kemiringan dasar saluran rata-rata dari hasil pengukuran
water pas.
6) Hitung waktu konsentrasi (tc) dengan rumus kirpich :

Bila :
Tc = waktu konsentrasi dalam menit.
L = panjang saluran dari titik yang terjauh sampai dengan titik
yang ditinjau dalam meter.
S = kemiringan dasar saluran.
to = waktu pengaliran air yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju saluran (inlet time) dalam menit.
td = waktu pengaliran air yang mengalir di dalam saluran sam pai
titik yang ditinjau (conduit time) dalam menit, atau
V = kecepatan air di dalam saluran dalam meter per menit.

7) Hitung intensitas hujan dengan rumus Mononobe

Bila:
I = intensitas curah hujan dalam mm/jam.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 74


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

R24 = Curah hujan harian maksimum tahunan untuk


kala ulang t tahun.

tc = waktu konsentrasi dalam jam.

8) Tentukan koefisien run off, C.

10. Bagan Alir Perhitungan Debit Aliran


Lihat Bagan Alir Perhitungan Debit Aliran Lihat Gambar dibawah ini.

11. Menggambar Saluran


a. Gambarkan situasi detail lapangan berdasarkan pengukuran
b. Gambarkan saluran yang ada, yang terdiri dari potongan memanjang
dan melintang.
c. Gambarkan hasil desain dimensi saluran pada profil melintang
dan memanjang dari hasil pengukuran lapangan.
d. Gambar detail saluran atau bangunan pelengkap dengan skala 1:10
dan atau skala 1:20

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 75


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Gambar 2-20 : Bagan Aliran Perhitungan Debit Aliran

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 76


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

12. Menghitung Dimensi Saluran Drainase


Perhitungan dimensi saluran drainase berbentuk trapesium
dengan penampang ekonomis dilaksanakan sebagai berikut :
a. Tentukan debit saluran
b. Penampang melintang ekonomis berbentuk trapesium sebagai
berikut : atau skala 1:20.

Gambar 2-21 : Saluran ekonomis Bentuk Trapesium

c. Hitung profil basah, A = (B+my)y

d. Keliling basah, p=(B+2(y2 + m2y2)=B+2y1+m2

e. Jari-jari hidraulis,

f. Lebar atas muka air, T=B+2my

g. Kecepatan aliran,

h. Profil ekonomis berbentuk trapesium, rumusnya :

Luas profil basah,

Keliling Basah,

Jari-jari hidraulis,

Lebar atas muka air,

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 77


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

i. Kemiringan dasar saluran, S ditentukan berdasarkan pengukuran

profil memanjang dan melintang di lapangan

j. Koefisien kekasaran Manning, n ditentukan berdasarkan jenis

konstruksi

k. Kemiringan talud, m diketahui

l. Dari persamaan kecepatan, V= 1/nR2/3S1/2=1/n(1/2y)2/3S1/2;

dapat dihitung kedalaman air,y dengan cara coba banding

m. Apabila kedalaman air,y diketahui, maka dimensi lain dapat dihitung

13. Bagan Alir Perhitungan Dimensi Saluran Ekonomis Trapesium


Bagan alir perhitungan dimensi saluran ekonomis trapesium dapat dilihat
dalam Gambar dibawah ini

14. Menganalisis Data Struktur


Analisis data struktur dilaksanakan sebagai berikut:
Analisis hasil penyelidikan tanah sesuai dengan ketentuan
Hitung berat dan beban rencana untuk saluran berdasarkan hasil
penye- lidikan dengan kondisi struktur tanah.
Tentukan stabilitas struktur, stabilitas kemiringan talud.
Tentukan struktur saluran dan bangunan pelengkap berdasarkan
kondisi tanah dan tersedianya bahan bangunan di lokasi.

15. Menggambar Desain


Menggambar desain dilaksanakan sebagai berikut:
Gambarkan desain saluran dan bangunan pelengkap, berdasarkan
anali- sis hidrologi, hasil penggambaran kondisi di lapangan, analisis
hidrolika dan analisis struktur.
Lengkapi gambar-gambar detail untuk saluran atau bangunan tertentu.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 78


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Gambar 2-22 : Bagan Alir Perhitungan Dimensi Saluran


Ekonomis Trapesium

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 79


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Sistem Pengaliran
Pada umumnya sistem pengaliran air hujan dan air buangan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu sistem tercampur dan sistem terpisah. Pertimbangan
pemilihan kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sistem tercampur
Pengaliran dengan sistem tercampur digunakan untuk daerah-daerah
yang fluktuasi hujannya merata sepanjang tahun, sehingga dengan
diterapkannya sistem tercampur ini tidak menimbulkan gangguan terhadap
kesetabilan aliran.

b. Sistem terpisah
Dalam sisten terpisah, pengaliran air hujan dipisahkan dari pengaliran air
limbah. Sistem ini dipakai untuk melayani daerah-daerah dimana fluktuasi
hujannya tinggi, sehingga bila digunakan sistem tercampur dimensi
saluran akan menjadi sangat besar, dan ini tidak efisien terutama pada
musim kemarau dimana debit saluran sangat kecil.

Bentuk dan Jenis Saluran


Bentuk dan jenis saluran yang akan dipilih, disesuaikan dengan keadaan
lingkungan setempat, oleh karena itu maka digunakan tipe saluran air hujan
sebagai berikut :
a. Saluran tertutup
Saluran ini dibuat dari pasangan buis beton dan diterapkan pada daerah
dengan kepadatan penduduk tinggi, dengan ruang yang tersedia terbatas
sedangkan lalu lintas pejalan kaki padat misalnya pada daerah
perdagangan, daerah pusat pemerintahan dan pada jalan protokol.
Kelengkapan saluran yang diperlukan pada saluran tertutup adalah :
Lubang pematus (street inlet ), berfungsi untuk masuknya aliran air dari
jalan ke dalam saluran.
Sumur pemeriksa (manhole), berfungsi untuk lubang pemeriksaan.
Dipasang pada jarak tertentu atau pada tititk titik pergantian dimensi
saluran, pertemuan saluran dan lokasi bangunan terjun.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 80


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

b. Saluran terbuka
Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan karakteristik yang berbeda yaitu
:
- Saluran berbentuk trapesium dan nodifikasinya
Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali atau batu belah dan
diterapkan pada daerah dengan ruang yang tersedia terbatas seperti
pada lingkungan pemukiman penduduk, dimana ambang saluran dapat
berfungsi sebagai inlet dari air hujan yang turun pada tributary area.
- Saluran segi empat dan modifikasinya
Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali atau batu belah dan diterapkan
pada daerah dengan ruang yang tersedia.

Prinsip-Prinsip Pengaliran
Prinsip pokok dari perencanaan sistem penyaluran air hujan adalah sedapat
mungkin memanfaatkan jalur drainase alamiah sebagai badan air penerima.
Selain itu dikenal pula kaidah-kaidah pengaliran sebagai berikut :
a. Limpasan air hujan dari awal saluran (tributary) selama masih belum
berbahaya, dihambat agar ada kesempatan untuk infiltrasi-infiltrasi
sebesar-besarnya, sehingga dapat mengurangi debit limpasan kebawah
aliran dan sekaligus berfungsi untuk konservasi air tanah pada daerah
atas (upstream)
b. Saluran sebesar mungkin memberikan pengurangan debit limpasannya
melalui proses infiltrasi, untuk mengendalikan besarnya profil saluran
(debit aliran)
c. Kecepatan aliran tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi penggerusan
demikian pula tidak boleh terlalu rendah agar tidak terjadi pengendapan
/pendangkalan.
d. Profil saluran mampu menampung debit maksimum dari daerah
pengaliran sesuai dengan periode ulang hujan yang telah ditentukan.
Demikian pula badan air penerimanya.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 81


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Kapasitas Saluran
Untuk menghitung dimensi/kapasitas saluran dihitung dengan persamaan
kontinuitas dan rumus Manning / De Cezy.

Q = A. V persamaan kontinuitas

Rumus Manning

1 2/3 1/2
V= R .S artificial / lining
n
Rumus De cezy

V = K . ( R.S)1/2 saluran alami

Dengan harga

87
K =
1 ( R )1 / 2

A
R =
P
Dimana
Q = debit Pengaliran ( m 3/dt)
V = kecepatan dalam saluran ( m/dt ).
A = luas penampang basah ( m 2 )
P = keliling basah ( m)
R = jari-jari hidrolis ( m).
S = kemiringan dasar saluran
K = koefisien aliran
n = koefisien kekasaran
= koefisien kekasaran

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 82


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Tabel 2-12
Harga Koefisien Kekasaran Saluran (n) Menurut Manning

N
No Tipe Saluran Baik
Baik Sedang Jelek
sekali

SALURAN BUATAN
1 Saluran tanah, lurus teratur 0.017 0.020 0.023 0.025
2 Saluran tanah yang dibuat dengan exsavator 0.023 0.028 0.030 0.040
3 Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0.020 0.030 0.033 0.035
4 Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak teratur 0.035 0.040 0.045 0.045
5 Saluran batuan yang diledakan, ada tumbuh-tumbuhan 0.025 0.030 0.035 0.040
6 Dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0.028 0.030 0.033 0.035
7 Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0.020 0.025 0.028 0.030
SALURAN ALAM
8 Bersih lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0.025 0.028 0.030 0.033
9 Seperti no 8, tetapi ada timbunan atau kerikil 0.030 0.033 0.035 0.040
10 Melengkung, bersih, berlubang dan berdinding pasir 0.033 0.035 0.040 0.045
11 Seperti no 10, dangkal tidak teratur 0.040 0.045 0.050 0.055
12 Seperti no.10, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan 0.035 0.040 0.045 0.050
13 Seperti no.11, sebagian berbatu 0.045 0.050 0.055 0.060
14 Aliran pelan banyak tumbuh-tumbuhan dan berlubang 0.050 0.060 0.070 0.080
15 Banyak tumbuh-tumbuhan 0.075 0.100 0.125 0.150
SALURAN BUATAN, BETON DAN BATU KALI
16 Saluran Pasangan batu kali tanpa penyelesaian 0.025 0.030 0.033 0.035
17 Seperti no. 16, tetapi dengan penyelesaian 0.017 0.020 0.025 0.030
18 Saluran beton 0.014 0.016 0.019 0.021
19 Saluran beton halus dan rata 0.010 0.011 0.012 0.013
20 Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0.013 0.014 0.014 0.015
21 Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018

Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Departemen Pekerjaan


Umum

Kecepatan Aliran
Dalam penentuan kecepatan aliran didalam saluran harus memenuhi
persyaratan tidak boleh kurang dari kecepatan minimum yang diperbolehkan
agar tidak terjadi penumpukan sedimen / kotoran didalam saluran dan tidak
boleh melebihi kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi
saluran tetap aman (tidak terjadi erosi pada dasar dan dinding saluran).
a. Kecepatan minimum
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang
memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga tidak memberi
kesempatan terjadinya pengendapan partikel ( sedimentasi ) maupun
tumbuhan-tumbuhan air.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 83


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

b. Kecepatan maksimum
Kecepatan aliran dalam saluran harus dibatasi untuk mencegah
terjadinya erosi akibat kecepatan aliran besar.
Untuk keperluan perencanaan kecepatan aliran ditentukan seperti pada
tabel dibawah ini.

Tabel 2-13:
Tipe Saluran Dan Batas Kecepatan Yang Dipakai Untuk Perkotaan

No Tipe Saluran Variasi kecepatan ( m/dt)

1 Bentuk bulat, buis beton 0,75 3,00


2 Bentuk persegi, pasangan batu kali 1,00 3,00
3 Bentuk trapesium tanpa pengerasan 0,60 1,50

Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Perkotaan, Departemen Pekerjaan


Umum

Kemiringan Dasar dan Talud Saluran


Kemiringan dasar saluran direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan pengaliran secara grafitasi dengan batas kecepatan minimum
tidak boleh terjadi pengendapan-pengendapan, dan batas kecepatan
maksimum tidak boleh terjadi perusakan pada dasar maupun pada dinding
salurannya.
Kemiringan dasar saluran rata-rata dipakai untuk memperhitungkan waktu
konsentrasi. Dengan kemiringan rata-rata dari sepanjang yang mempunyai
bagian-bagian panjang dengan kemiringan yang berbeda, maka dapat
diperbolehkan kecepatan rata-rata.
Dengan kecepatan rata-rata dan panjang total (kumulatif) dapat diketemukan
waktu pencapaian aliran puncak pada suatu profil saluran tertentu.
Waktu pencapaian aliran puncak tersebut dapat dihitung dengan rumus
sebagi berikut :
Li
td
60.Vr

dimana

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 84


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Td = waktu pencapaian aliran puncak,


Li = panjang (individual) saluran ( m )
Vr = kecepatan aliran rata-rata ( m/dt )

Kecepatan aliran rata-rata dihitung dengan rumus Manning sebagai


berikut :
1 2/3
Vr = . R . Sr1/2
n

Sedangkan kemiringan rata-rata ( Sr ) dihitung dengan rumus sebagai


berikut :

2
Li Si
Sr =
Li

Kemiringan dinding tebing saluran dalam perencanaan ini adalah sebagai


berikut :
1. Saluran tanpa pengerasan talud / dinding tebing saluran, mempunyai
kemiringan sudut talud = 450 atau miring talud 1 : 1 dan dengan harga
m = Cotangen = 1.
2. Saluran dengan pengerasan talud/ dinding tebing saluran, cukup lahan
yang tersedia mempunyai kemiringan sudut talud 600 atau miring
talud 7 : 4 dan dengan m = cotangen = 0,58.
3. Saluran dengan pengerasan talud / dinding tebing saluran, lahan yang
tersedia terbatas mempunyai sudut talud = 900 atau miring talud lurus
dan harga m = cotangen = 0. Saluran semacam ini biasanya terdapat
pada sepanjang tepi jalan dalam kota.

Kemiringan dasar saluran rata-rata dipakai untuk memperhitungkan waktu


konsentrasi. Dengan kemiringan rata-rata dari sepanjang jalur saluran yang
mempunyai bagian-bagian panjang dengan kemiringan berbeda-beda, maka
diperoleh kecepatan rata-rata.

Dengan kecepatan rata-rata dan panjang total ( kumulatif ) dapat


diketemukan waktu pencapaian aliran puncak pada suatu profil saluran
tertentu. Waktu pencapai aliran puncak tersebut dapat dihitung dengan
rumus sebagi berikut :

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 85


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Li
td
60.Vr
2
Li Si
Sr =
Li

Dimana

td = waktu pengaliran
Li = panjang bagian-bagian saluran ( m)
Vr = kecepatan rata-rata, ( m/dt )
Sr = kemiringan rata-rata
Si = kemiringan bagian-bagian saluran.

Tinggi Jagaan (FreeBoard)


Yang dimaksud tinggi jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari
puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan. Jarak
tersebut harus sedemikian rupa, sehingga dapat mencegah perluapan air
akibat gelombang yang menonjol serta fluktuasi permukaan air umumnya
terjadi dalam saluran dimana kecepatan airnya tinggi serta kemiringan dasar
cukup besar.
Sehingga aliran menjadi tidak mantap atau tikungan dengan kecepatan air
dan sudut-sudut defleksi yang cukup besar sehingga menyebabkan
terjadinya kenaikan muka air pada bagian yang cembung. Atau pada saluran
dimana kecepatannya mendekati kecepatan kritis. Bila keadaan yang
terakhir ini terjadi, maka dengan adanya suatu rintangan sedikit saja bisa
menyebabkan terjadinya suatu loncatan dan dalam air bisa tiba-tiba berubah
menjadi kedalaman yang kecil ke kedalaman yang besar.
Untuk menghitung besarnya tinggi jagaan dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

F = C.d
dimana
F = tinggi Jagaan ( m ).
C = koefisien,
Q (m3/det) C
< 0,60 0,14
0,60 < Q < 8,00 0,14 < C < 0,22
> 8,00 0,23
d = kedalaman air ( m).
CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 86
KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Perencanaan Bangunan Pelengkap


Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap dalam sistem drainase adalah
sarana pelengkap pada sistem drainase, sehingga fungsi pengaliran dapat
terjadi sebagaimana yang direncanakan. Selanjutnya dibawah ini akan
diuraikan fungsi masing-masing kelengkapan drainase serta pemakaian
rumus-rumus dalam perencanaan.
Bangunan-bangunan pelengkap drainase umumnya berupa : Sambungan
persil, Street Inlet (lubang pematus), Sumur pemeriksa (manhole), Bangunan
terjun dan Gorong-gorong (culvert ).

Lubang Pemantus (street inlet)


Lubang Pematus adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang
jalan menuju ke dalam saluran, dimana saluran tersebut sistem tertutup.
Perletakan lubang pematus didasarkan pada ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
Diletakan pada tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalu
lintas jalan maupun pejalan kaki.
Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan
menuju ke arah tersebut.
Air yang masuk lubang pematus harus dapat secepatnya menuju ke
dalam saluran.

1. Gutter Inlet
Gutter Inlet adalah bukaan horizontal dimana air jatuh kedalamnya.
Kapasitas Gutter inlet dihitung terhadap lebar yang tegak lurus aliran
serta depressionnya dimana penambahan depression V ( legokan ) akan
memberikan kapasitas yang cukup besar.Untuk menghitung kapasitas
Gutter Inlet dipergunakan formula Manning dengan asumsi :
Lebar atas saluran sama dengan keliling basahnya.
Kondisi aliran mirip dengan aliran pada saluran yang lebar dan
dangkal.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 87


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Z
Q0 = 0,56 . . S . dc 8/3
n

dimana
Q0 = kapasitas Gutter Inlet ( m3/dt)
Z = kemiringan potongan melintang jalan
S = kemiringan longitudinal Gutter
dc = kedalaman air didalam Gutter ( m) = ZW + d )

Kedalaman air ( d ) pada permukaan jalan dekat Gutter / Curb inlet


dapat diperkirakan dengan rumus sebagai berikut :

( D.I )0,50
D = 0,0474
S 0, 20
Dimana

d = kedalaman air ( mm ) pada lebar jalan


D = jarak antara lubang pematus ( m )
I = intensitas hujan, PUH 5 tahun ( mm/jam)
S = kemiringan permukaan jalan

2. Curb Inlet
Curb Inlet atau Kerb Inlet adalah bukaan vertikal dimana air masuk
kedalamnya. Kapasitas Curb Inlet dihitung terhadap panjang bukaan
dimana penambahan cekungan ( depression ) memberikan penambahan
kapasitas yang cukup berarti.
Untuk menghitung kapasitas curb inlet digunakan rumus empiris sebagai
berikut :

Q/L = 0,36 . g . d 3/2

Dimana

Q = kapasitas Curb Inlet ( m3 / dt ).


L = lebar bukaan Curb ( m ).
g = grafitasi ( m/dt 2 ).
d = kedalaman total air dalam Gutter (m )

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 88


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Sumur Pemeriksa (manhole)


Sumuran pemeriksa diperlukan pada jalur saluran yang tertutup, misalnya
pada saluran-saluran dibawah trotoar.
Fungsi manhole adalah :
a. Sebagai bak kontrol untuk pemeriksaan dan pemeliharaan saluran.
b. Melengkapi struktur bila terjadi perubahan dimensi
c. Sebagai ventilasi keluar masuknya udara.
d. Sebagai terjunan ( drop manhole ) saluran tertutup.
Penempatan sumuran pemeriksaan terutama diperlukan pada titik-titik lokasi
lubang pematus, belokan, pertemuan saluran, awal dan akhir saluran pada
gorong-gorong. Pada jalan yang lurus dan panjang, penempatan manhole
tergantung pada diameter saluran.

Bangunan Gorong-Gorong
Bangunan ini diperlukan untuk mengalirkan air di saluran yang harus
melintasi jalan ( merupakan bangunan perlintasan ).
Bentuk gorong-gorong dapat berupa buis beton ( lingkaran ) atau box
culvert yang merupakan saluran empat persegi panjang dengan plat beton
diatasnya sebagai penutup dan penahan beban dari jalan raya.
Kecepatan pengaliran harus diperhitungkan terhadap kemampuan self
cleansingnya karena biasanya gorong-gorong terletak dibawah tanah dan
sulit pemeliharaannya. Perhitungan hidrolis dilakukan untuk menghitung
dimensi bangunan beserta kehilangan tekan (head lossed).
Untuk perencanaan gorong-gorong pendek L < 20,00 m dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
Q = . A 2.g.Z
dimana
Q = debit ( m3/dt )
= koefisien debit

A = luas penampang gorong-gorong ( m2 )


g = percepatan grafitasi ( m/dt2 )
Z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong ( m )

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 89


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

2.8.3.4. Alternatif Usulan


Setelah semua parameter perencanaan diperoleh dan permasalahan pada
lokasi studi dirumuskan, maka akan direncanakan beberapa alternatif desain
rinci dari perencanaan ini.
Dari beberapa alternatif tersebut akan ditentukan sistem konstruksi definitif
untuk perencanaan detail bangunan. Pemilihan alternatif ini akan didasarkan
kepada beberapa hal sebagai berikut:
1. Aspek teknis, mencakup aspek hidrologi, hidraulika, struktur, geoteknik
dan teknologi konstruksi.
2. Aspek sosial, mencakup aspek sosial budaya dan ekonomi serta sosial
kemasyarakatan.
3. Aspek ekonomi, mencakup aspek pembiayaan atau biaya pelaksanaan
pekerjaan.
4. Aspek lingkungan, mencakup dampak yang kemungkinan terjadi akibat
pembangunan prasarana drainase.

Penyiapan Konsultan Penyusunan DED Drainase Permukiman Syarat


Perancangan dan Teknis
Dalam Penyiapan DED drainase Permukiman, syarat-syarat
perancangan yang harus diperhatikan adalah :
Perencanaan harus mengacu pada tata guna lahan (land use) pada
akhir tahun periode perencanaan. Pada Peta Tata Guna Lahan harus
terdapat pembagian lahan sesuai dengan peruntukannya, sehingga
apabila ada rencana pembuatan saluran di suatu tempat yang sudah
diketahui rencana peruntukannya maka dengan mudah ditentukan
koefisien limpasannya run off coeficien.
Dalam penentuan lay out sistem jaringan drainase harus
mempergunakan peta yang akurat dengan skala 1 : 10.000 disertai
kontour. Dari peta kontour ini dapat ditentukan mana bagian punggung
dan mana bagaian lembah. Rencana saluran drainase harus diletakan
pada bagian lembah, sedang untuk mengetahui batas daerah
tangkapan cacthment area- digunakan garing punggung.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 90


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Aspek Hidrologi
Pada aspek hidrologi diperlukan data curah hujan yang terletak di
dalam atau di sekitar daerah studi, serta dapat mewakili kondisi
hidrologi pada daerah tersebut.
Pembagian Sub Wilayah zoning-
Pada suatu wilayah perkotaan biasanya rencana jalan akan
membatasi sub wilayah. Oleh karena itu pembagian zoning drainase
ditentukan oleh adanya jalan tersebut.
Keterpaduan dengan sektor lain
Kota merupakan suatu sitem dari berbagai sub sistem yang
membentuk kota. Dengan demikian pembangunan/pengembang-
an salah satu sub sistem/sektor tidak dapat terlepas dari sektor
lainnya yang saling terkait.
Sektor yang dimaksud antara lain :
- perhubungan
- telekomunikasi
- perumahan
- perindustrian
- pariwisata, dll
Pembangunan dari masing-masing sektor yang dimaksud tidak dapat
berjalan sendiri-sendiri, tetapi perlu adanya koordinasi terpadu sehingga
tidak terjadi tumpang tindih. Tumpang tindih tidak hanya dari aspek
kegunaan prasarana yang dibangun, tetapi juga dari segi teknis
perencanaan prasarana tersebut. Aspek kegunaan prsarana yang
dimaksud misalnya untuk sektor pariwisata telah merencanakan jalan
akses, kemudian sektor sektor perumahan juga merencanakan jalan
yang sama pada lokasi yang sama. Tumpang tindih seperti ini harus
dihindari melalui koordinasi.
Dari segi teknis, perencanaan prasarana juga seharusnya tidak terjadi
tumpang tindih. Perencanaan jalan dengan kapasitas yang memadai
untuk memikul berbagai kegiatan setiap sektor, hanya dapat

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 91


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

direncanakan dengan baik bilamana koordinasi antar sektor


berlangsung.

Rencana Tata Letak Saluran Drainase


Salah satu tujuan dalam perencanaan sistem drainase adalah
menghasilkan suatu rancangan yang memuaskan secara teknis dengan
biaya yang minimum. Hal ini merupakan pertimbangan dalam penentuan
tata letak saluran. Untuk itu jaringan saluran dan bangunan eksisting
perlu ditinjau dan difungsikan dalam perencanaan selanjutnya. Hal ini
akan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan dibandingkan dengan
membuat saluran dan bangunan drainase baru.
Sebaliknya dengan adanya saluran, bangunan air dan jalan yang ada
merupakan kendala yang akan membatasi alternatif jaringan yang akan
dikembangkan.

Model Jaringan Drainase


Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan limpasan air hujan
dengan segera. Limpasan air yang tidak segera dibuang akan
mengakibatkan terjadinya genangan pada daerah tersebut.
Saluran drainase yang baik, harus direncanakan dari model jaringan
drainase yang layak. Pada umumnya dalam perencanaan jaringan
drainase, sedapat mungkin mengikuti sistem jaringan eksisting.
Akan tetapi jika saluran drainase alami sudah tidak dapat menanggulangi
limpasan yang terjadi pada daerah tersebut, langkah yang diambil adalah
dengan memperbesar kapasitas saluran drainase alami tersebut atau
dengan menambah saluran drainase yang baru.
Pada umumnya jaringan drainase direncanakan untuk mengalirkan
limpasan air secara gravitasi. Pada kasus khusus, dimana pengaliran air
tidak dapat dilakukan secara gravitasi, maka salah satu penyelesaiannya
dengan sistem tampungan sementara dan pemompaan.
Didalam studi drainase, kapasitas saluran akan dirancang berdasarkan
debit puncak dengan periode ulang tertentu. Akan tetapi pada kondisi

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 92


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

khusus dimana diperlukan debit limpasan terhadap waktu, perlu


diperhitungkan hydrograf limpasan daerah tersebut.

Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase akan terdiri dari sub-sistem, dimana masing-
masing sub catchment akan dihubungkan oleh saluran-saluran yang
membentuk sistem jaringan drainase.
Sistem jaringan drainase tersebut akan digambarkan dalam bentuk
skema, yang terdiri dari simpul dan jaringan. Simpul-simpul ini
menunjukkan tempat masuknya air untuk masing-masing sub catchment,
sedangkan jaringan merupakan saluran yang menghubungkan antara
masing-masing simpul. Disamping itu arah aliran ditunjukan oleh adanya
anak panah.
Dalam perencanaan jaringan drainase secara keseluruhan, tiap-tiap sub
catchment akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Perhitungan besarnya limpasan air secara keseluruhan akan dimulai dari
sub catchment yang paling ujung, kemudian perhitungan berikutnya
bertambah dengan sub catchment yang berada di bawahnya,
berdasarkan arah aliran.

Pembagian sub catchment


Sistem jaringan drainase di suatu daerah biasanya terdiri dari sub-
catchment yang memberikan konstribusi limpasan. Untuk suatu kota,
biasanya sub-catchment itu sudah dibatasi oleh keadaan topografi dan
saluran-saluran drainase yang sudah ada, sehingga limpasan dari suatu
sub-catchment dianggap tidak akan masuk ke dalam sub-catchment
yang lainnya.
Dengan adanya pembagian sub-catchment tersebut, maka dapat
dihitung besarnya debit pada masing-masing sub-catchment sehingga
dimensi saluran dalam jaringan drainase dapat dihitung.

Data fisik untuk sub-catchment

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 93


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Data fisik lapangan adalah data yang berhubungan dengan keadaan


alam pada masing-masing sub-catchment yang akan berpengaruhi
terhadap besar dan kecepatan limpasan.
Data fisik lapangan
Data fisik lapangan terdiri dari :
- luas total masing-masing catchment
- prosentase daya serap air/lapisan kedap air
- kemiringan rata-rata
- tampungan permukaan
- koefisien infiltrasi
Tata guna lahan
Dalam perhitungan koefisien pengaliran/limpasan, pembagian tata guna
lahan disuatu kota dikelompokan menjadi 5 (lima) bagian, terdiri dari :
- dearah komersil
- daerah industri
- daerah permukiman
- daerah pertanian
- daerah/lahan kosong
Data mengenai tata guna lahan sangat mempengaruhi besarnya
koefisien limpasan. Untuk mendapatkan besaran koefisien pada masing-
masing sub-catchment, prosentasi kelompok penggunaan lahan tersebut
harus diketahui.
Tata guna lahan cenderung mengalami perubahan, hal ini disebabkan
semakin pesatnya pembangunan yang terjadi pada daerah tersebut.
Daerah yang tadinya masih berupa kawasan persawahan atau lahan
kosong, berubah menjadi daerah permukiman, industri dan komersial.
Perubahan yang terjadi tersebut akan mengubah besarnya koefisien
limpasan dan biasanya menuju ke arah yang lebih besar. Dengan
demikian besarnya limpasan permukaan juga akan mengalami
peningkatan.
Dalam merencanakan debit limpasan permukaan, selain perlu meninjau
tata guna lahan sekarang, juga perlu memprediksi keadaan dimasa yang

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 94


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

akan datang. Perubahan tata guna lahan yang terjadi dimasa yang akan
datang pada suatu daerah dapat diketahui dari Rencana Pengembangan
Kota.

Metode perencanaan system


Metode rasional dapat digunakan untuk daerah gabungan dari sub-sub
daerah, untuk itu waktu konsentrasi harus diestimasi dari penjumlahan
waktu konsentrasi untuk tiap-tiap sub daerah secara seri.
Untuk daerah gabungan, rumus rasional dapat ditulis sebagai berikut :

j
Qj = I Cj
M1

Dimana

Qj : debit untuk seluruh daerah tangkapan


Cj : koefisien pengaliran untuk masing-masing sub-
catchment
M : jumlah sub-catchment
I : intensitas dengan menggunakan waktu konsentrasi
gabungan

Meskipun metode rasional menghasilkan debit rencana pada mulut


daerah tangkapan hujan akan tetapi tidak memberikan data yang cukup
untuk mendesain suatu jaringan drainase pada daerah tangkapan hujan.
Dalam usaha untuk menghitung waktu aliran melalui tiap-tiap saluran
drainase untuk mengakumulasikan aliran, metode bertahap step
method- digunakan pertama kali oleh Loyd-Davies. Limpasan untuk tiap
sub daerah dapat dihitung dengan menggunakan koefisien limpasan
untuk masing-masing sub-daerah.
Metode ini menggunkan metode rasional secara umum, dimana
menggunakan asumsi dasar yang bertentangan dengan prinsip
hidrodinamik. Hal ini yang menyebabkan waktu konsentrasi dapat
diestimasi dari waktu perjalanan aliran penuh sepanjang saluran.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 95


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

Pada kenyataannya selama pengkonsentrasian aliran debitnya bisa


kurang dari debit maksimum dan kecepatan aliran akan lebih kecil
dibandingkan jika alirannya penuh.
Pada perencanaan debit aliran sub-catchment bagian hulu, akan didapat
aliran yang lebih besar dari pada yang sebenarnya kerena untuk daerah
tersebut digunakan waktu konsentrasi yang lebih kecil, akibatnya didapat
intensitas hujan yang lebih besar. Akan tetapi hal tersebut akan
megimbangi kesalahan-kesalahan yang didapat pada aliran selanjutnya.
Realisasi yang ada menunjukkan setiap air yang jatuh tidak perlu
berjalan pada sepanjang sistem drainase, sebelum keseimbangan air
tercapai.
Namun bagaimanapun juga metode bertahap Loyd-Davies akan
memberikan hasil yang memuaskan secara teknik. Metode ini juga relatif
sederhana untuk digunakan dan dipakai secara sistematis untuk
mendesain penampang saluran drainase. Prosedur perhitungan
dikerjakan dalam bentuk tabel dan perhitungannya dimulai dari drainase
paling atas kemudian secara berurutan ke drainase di bawahnya.

Kondisi/kasus khusus
Sistem jaringan drainase pada umumnya menggunakan sistem
pengaliran gravitasi, akan tetapi pada kondisi khusus dimana pengaliran
secara gravitasi tidak dapat dilakukan, maka akan digunakan beberapa
cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Alternatif pemecahan masalah tersebut adalah :
- dengan tampungan sementara
- tanpa tampungan sementara
Untuk lebih jelasnya perbedaan antara kedua sistem tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.

Tanpa tampungan sementara


Sistem jaringan drainase tanpa tampungan merupakan sistem jaringa
drainase yang paling sederhana. Sistem ini lebih umum diterapkan,
karena biayanya lebih murah, baik biaya pembangunan maupun biaya

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 96


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini akan melewatkan debit tanpa


pengendalian, sehingga debitnya debitnya mengikuti hidrograf limpasan.
Dengan demikian dalam perencanaan, untuk menentukan dimensi
saluran akan digunakan debit puncak dari limpasan dimana diharapkan
limpasan sebesar debit puncak dapat melewati tanpa terjadi luapan di
sepanjang saluran tersebut.

Dengan tampungan sementara


Pada kondisi khusus dimana sistem jaringan tanpa tampungan
sementara tidak dapat menyelesaikan masalah drainase, maka
digunakan sistem jaringan drainase dengan tampungan. Sistem jaringan
ini merupakan pengembangan dari sistem jaringan biasa, hanya disini
digunakan tampungan storage- untuk menampung kelebihan air untuk
sementara waktu.
Tampungan sementara dibuat dengan maksud agar debit yang
dilewatkan menjadi konstan dan besarnya lebih kecil dari debit puncak.
Debit yang konstan dan lebih kecil dari debit puncak seringkali digunakan
dalam perencanaan saluran drainase, hal dipakai antara lain :
- Daerah yang memerlukan saluran dengan kapasitas lebih kecil dari debit
puncak. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan debit puncak pada
salah satu sub-catchment, sedangkan besarnya kapasitas saluran ingin
dipertahankan tetap. Jadi tujuan digunakan tampungan di sini adalah
untuk mereduksi besarnya debit puncak. Untuk mendapatkan debit yang
konstan tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan pompa, pintu
air, dll.
- Tinggi muka air untuk pembuangan lebih tinggi dari dari daerah
pelayanan. Untuk kondisi ini pembuangan air dapat dilakukan dengan
tampungan sementara dan pengaliran air ke tempat pembuangan dapat
dilakukan dengan pompa.

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 97


KONSEP LAPORAN AKHIR 2016
PENYUSUNAN DED DRAINASE PERMUKIMAN KABUPATEN LEMBATA

CV. NUSA PRATAMA KONSULT KRITERIA DESIGN 2 - 98

S-ar putea să vă placă și