Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Askep meningitis aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah meningitis. Pada
konsep contoh askep meningitis pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC
NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan
menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.
DEFINISI MENINGITIS
Penyakit meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak dan banyak ditemukan
kasus pada anak-anak. Infeksi ini ini juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti
campak, tipus, morbili, gondong, batuk rejan atau infeksi telinga, dan lain-lain.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis
berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat
berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara
tersebut.
PENYEBAB MENINGITIS
Meningitis pada umumnya dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus
yang dimiliki seseorang biasanya berasal dari penyakit lain atau tertular dari orang yang
menderita meningitis.
Bakteri
Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal, Escherichia coli,
Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B).
1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus
pneumoniae, Hib.
> 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis (pre-
MMR).
Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada semua
umur. Pling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun.
Virus
Selain penyebab dari bakteri atau virus yang dapat menyebabkan meningitis, terdapat
factor risiko tinggi yang dapat meningkatkan kejadian meningitis antara lain:
KLASIFIKASI MENINGITIS
Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta merupakan radang selaput otak ( araknoidea dan piameter) yang
menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.
Meningitis Tuberkulosa
PATHWAY MENINGITIS
TANDA DAN GEJALA MENINGITIS
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun
pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain
mungkin tidak ditemui. Peruban tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada
hingga 90% pasien.
Pada bukunya, Wong menjabarkan tanda dan gejala dari meningitis berdasarkan
golongan usia sebagai berikut:
Gambaran klasik jarang terlihat pada anaka-anak antara usia 3 bulan dan 2 tahun
adalah:
Muntah
Peka rangsangan yang nyata
Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
Fontanel menonjol
Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnose
Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)
Dan perlu di ingat bahwa tanda dan gejala diatas bisa jadi adalah manifestasi dari
penyakit lain, jadi harus dilakukan pemeriksaan lebih spesifik untuk mendiagnosis
penyakit meningitis.
KOMPLIKASI MENINGITIS
Penyakit meningitis dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat dan dapat
menyebabkan kematian. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
meningitis.
Hidrosefalus obstruktif
Meningococcal septicemia (mengingocemia)
Sindrom Water Friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)
Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral Palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
Attention deficit disorder
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lumbal Punksi
Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil tekanan cairan
meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.
Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis
atau yang dilihat sendiri
Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena
paresis N.VI
Koma
Ubun-ubun besar menonjol
Kaku kudur dengan kesadaran menurun
Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis
Leukemia
Selain lumbal punksi, dapat dilakukan pemeriksaan lain juga antara lain adalah:
Penatalaksanaan efektif untuk meningitis bergantung pada terapi suportif agresif yang
dini dan pemilihan antimikroba empirik yang tepat untuk kemungkinan patogen.
Tindakan suportif umum diindikasikan bagi setiap pasien yang menderita patologi
intrakranium berat.
Pasien dengan Meningitis purulenta pada umumnya dalam keadaan kesadaran yang
menurun dan seringkali disertai muntah-muntah atau diare. Untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit, pasien perlu langsung dipasang cairan intavena. Jika
terdapat gejala asidosis harus dilakukan koreksi.
Pengelolaan cairan merupakan hal yang sangat penting pada pasien meningitis.
Sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH, syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion) terjadi pada sekitar 30% pasien
meningitis, dan jika ditemukan, harus dilakukan pembatasan cairan. Meskipun
demikian, sebuah studi klinis telah membuktikan pentingnya memelihara tekanan
perfusi otak yang adekuat pada penyakit ini.
Pembatasan cairan secara tidak tepat dapat menimbulkan deplesi volume, yang jika
ekstrim, dapat menuju pada ketidakadekuatan volume sirkulasi. Sebaiknya cairan mula-
mula dibatasi, sementara menunggu pemeriksaan elektrolit urin dan serum.
Bila terdapat SIADH, pembatasan cairan sampai dua pertiga cairan pemeliharaan
merupakan tindakan yang tepat, sampai kelebihan hormon antidiuretuk pulih; bila tidak
terdapat SIADH, cairan harus diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan derajat
kekurangan cairan, dan elektrolit diawasi secara seksama.
Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan diazepam 0,5 mg/kg
BB/kali IV, dan dapat diulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian bila kejang
belum berhenti. Ulangan pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan
dosis sama tetapi diberikan secara IM.
Setelah kejang dapat diatasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30 mg;
anak < 1 tahun 50 mg dan anak > 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat
diberikan fenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hr dibagi dalam 2 dosis, diberikan
selama 2 hari (dimulai 4 jam setelah pemberian dosis awal). Hari berikutnya dengan
dosis 4-5 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2 dosis. Bila tidak tersedia diazepam, fenobarbital
dapat langsung diberikan dengan dosis awal dan selanjutnya dosis rumat.
Penyebab utama meningitis purulenta pada bayi atau anak di Indonesia(Jakarta) ialah
H. influenzaedan pneumoccocus sedangkan meningococcus jarang sekali,maka
diberikan ampisilin IV sebanyak 400mg/kg BB/hr dibagi 6 dosis ditambah kloramfenikol
100mg/kg BB/hr iv dibagi dalam 4 dosis.
Pada hari ke 10 pengobatan dilakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata
menunjukkan hasil yang normal pengobatan tesebut dilanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika
masih belum dan pengobatan dilanjutkan dengan obat dan cara yang sama seperti di
atas dan diganti dngan obat yang sesuai dengan hasil biakan dan uji resistensi kuman.
Meningitis paru pada neunatus berbeda,karena biasa dan disebabkan oleh baksil
colifom danstaphylococcus, maka pengobatan pada neonatus sebagai berikut:
Ulangan pungsi lumbal pada meningitis paru anak dilakukan pada hari ke 10
pengobatan sedang pada neunatus pada hari ke 21. Terapi pilihan pada bayi yang telah
mengalami meningitis bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan
pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal
fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo
peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan
pengawasan pemberian cairan yang adekuat.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama pasien meningitis biasanya demam, mual dan muntah dan terdapat ciri
khas kaku kuduk
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu lalu seperti TBC, infeksi virus dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit tidak ada
DO:
Alergi ada atau tidak
Status imunisasi lengkap atau tidak
KU biasanya tampak sedang atau berat
TTV: TD biasanya naik atau turun, RR takipnea, bradikardi dan suhu tubuh biasanya
meningkat atau demam
NUTRISI
DS:
BB biasanya menurun
Klien biasanya mengeluh ual dan muntah dan tidak nafsu makan
DO:
Klien tampak mual dan tidak nafsu makan
Jika berat biasanya klien terpasang NGT
DO:
Tampak gelisah
Aktivitas
DS:
Keterbatasan dalam aktivitas dan biasanya membutuhkan bantuan untuk ADLs
ADLsnya biasanya butuh bantuan
Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting biasanya butuh bantuak jika berat
DO:
Risiko cidera saat berativitas
DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut
KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN
DS:Kebutuhan akan selimut
Klien biasanya demam
DO:
Suhu tubuh biasanya tinggi
Keringat dingin
Lumbal Punksi
Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil tekanan cairan
meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.
Selain lumbak punksi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang juga sebagai berikut:
Pengkajian
Manajemen nyeri:
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
Pengkajian
Regulasi suhu:
Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermi
Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan , jika perlu
Aktivitas lain
Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan
selama aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas
Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
Gunakan selimut pendingin
Ajarkan orang tua agar tidak memberikan aspirin untuk demam pada anak-anak
dibawah usia 18 thun
Ajarkan orang tua bahwa tidak perlu selalu mengobati semua jenis demam pada
anak-anak. Sebagai pedoman, demam pada anak yang tidak memiliki riwayat
kejang tidak perlu diobati, kecuali mencapai suhu lebih dari 40 derajat selsius.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengatasi demam, tetapi dapat
meningkatkan rasa tidak nyaman anak dan dapat menyebabkan anak menangis
dan gelisah dan menghambat efek pendinginan dari kompres tersebut
Untuk lansia
Ajarkan pasien dan keluarga bahwa lansia lebih berisiko mengalami hipertermi
dan dehidrasi
Ajarkan pasien dan pemberi asuhan/keluarga tanda awal hipertermia atau
sangat panas
Instruksikan untuk menghindari alcohol dan kafein dalam cuaca panas
Pertimbangkan suhu oral yang lebih tinggi dari 37,2 C atau peningkatan 0,8-1,1
sebagai demam pada lansia
Jangan melakukan pemeriksaan suhu rectum pada klien yang mengalami
dimensia karena dapat mengundang rasa marah
Ajarkan klien lansia untuk menghubungi dokter perawatan primer jika mereka
mengalami demam
Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan
gangguan neuromuskular
Mencapai mobilitas ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi tubuh;
kemauan sendiri, performa mekanika tubuh, gerakan terkoordinasi, pergerakan
sendi aktif, dan mobilitas yang memuaskan
Mendemonstrasikan mobilitas, yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami gangguan
Indicator 1 2 3 4 5
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan otot dan sendi
Pengkajian
Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan dan
daya tahan otot
Latih teknik membalik dan memperbaiki kesejajaran tubuh
Aktivitas kolaboratif
Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber dalam penyusunan rencana untuk
mempertahankan dan meningkatkan mobilitas ditempat tidur
Aktivitas lain
Tempatkan tombola tau lampu pemanggil bantuan ditempat yang mudah diraih
Berikan alat bantu, jiak perlu
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau terapi fisik
Pastikan rencana perawatan mencakup jumlah persona yang dibutuhkan untuk
membalik posisi pasien
Itulah askep meningitis aplikasi nanda nic noc yang dapat saya sampaikan mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi anda.
Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.
Tweet
Resep penurun berat asli! Turun 27kg dalam 3 hari! Tuliskan: Di pagi hari...
Popular Posts