Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

DENGAN DHF DI UPT PUSKESMAS BINANGUN

OLEH :

NUR WAHYUDI, S.Kep Ns

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS KESEHATAN
UPT.PUSKESMAS BINANGUN
JL.S SUPRIADI NO 19,Tlp (0342) 351006
Kode Pos 66193
BLITAR
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kita
semua masih diberi rahmat dan hidayah-Nya. Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Anak DHF.

Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sebagai bahan koreksi kami agar dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini hingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Sekian kata
pengantar ini kami susun, semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah
pengetahuan kita bersama.

Hormat kami

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah


sebuah sindrom jinak yang disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa oleh
arthopoda, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau artalgia, leukopenia,
dan limfadenopati. Demam dengue sekarang adalah endemik di Asia Tropik,
Pulau Pasifik Selatan, Australia Utara, Afrika Tropik, Karibia, dan di Amerika
Tengah dan Selatan.Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua
jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

B. ETIOLOGIS

Sekurang-kurangnya ada empat tipe antigenik virus dengue yang berbeda.


Lagipula, tiga virus yang dibawa arthopoda (arbo) lain menyebabkan penykit
demam serupa atau identik ruam. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika
berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada
saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat,
stabil pada suhu 70oC. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di
Indonesia dengan serotif ke 3 sebagai serotif yang paling banyak.

C. PATOFISIOLOGIS

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah


meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.Hal pertama yang
terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi ,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Adanya
kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan
pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus.Jika renjatan atau syok hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi
bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian. Pada otopsi
penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

D. EPIDEMIOLOGI

Virus dengue ditularkan oleh nyamuk famili Stegomyia, aedes aegypti,


nyamuk penggigit siang hari, adalah vektor utama, dan semua empat tipe virus
lain telah ditemukan darinya. Virus dengue telah juga ditemukan dari aedes
albopictus, dan wabah di daerah pasifik telah dianggap berasal dari beberapa
spesies aedes lain.Kebanyakan penyakit terjadi pada anak yang lebih tua dan
orang dewasa. Karena aedes aegypti mempunyai kisaran terbatas, penyebaran
epidemi terjadi terutama melalui manusia viremia dan mengikuti jalan-jalan
transportasi utama. Pada tempat-tempat sengue endemik, anak-anak dan orang
asing yang rentan mungkin merupakan satu-satunya orang yang mendapat
penyakit secara nyata, orang dewasa telah mendapat imun. Penyakit seperti
dengue dapat terjadi pada daerah epidemi.

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi bervariasi menurut umur dan dari penderita ke penderita.


Pada bayi dan anak kecil (muda) penyakit mungkin tidak terdiferensiasi atau
ditandai oleh demam 1-5 hari, radang faring, rhinitis, dan batuk ringan. Pada
wabah yang sebagian besar terinfeksi adalah anak yang lebih tua dan orang
dewasa mempunyai tanda-tanda yang diuraikan berikut ini.Sesudah masa
inkubasi 1-7 hari, ada demam yang mulai mendadak, yang dengan cepat naik
sampai 39,4-41,1oC, biasanya disertai dengan nyeri frontal atau retroorbital.
Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata
mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata
terasa pegal.Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah). Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal
demam (6 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan
dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan
oleh pasien.Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk
makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul
bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki,
kemudian menjalar ke seluruh tubuh.Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini
berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi
pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4
dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa
penyembuhan.Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia,
purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang
biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7
dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba
dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80mmHg atau kurang.

F. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura.
d. Penurunan kesadaran.

G. KLASIFIKASI

Pembagian tingkatan atau derajat keparahan penyakit dapat digolongkan dalam


empat derajat.
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di
bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi
kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan
kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak
teraba.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium


a. Darah
hasil yang didapat dari pemeriksaan darah antara lain adalah:
1) Trombosit menurun.
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang)
2) HB meningkat lebih 20 %
hemokonsentrasi yang dapat dilihat
3) HT meningkat lebih 20 %
meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa konvalesen.
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

Untuk lebih meyakinkan diagnosa, maka dilakukan tes Serology : HI


(hemaglutination inhibition test).
Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax : Efusi pleura.
Pemeriksaan fisik (rumple leed test)
Uji test tourniket (+)

I. PENATALAKSANAAN

Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam)
Minuman dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit,
pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +
130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan
Ca = 3 mEq/liter.
e. Pemberian obat-obatan :
Antibiotic, pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
antipiretik. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen
Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20
30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48
jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba
jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma
biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang


hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24
jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
b.Hematokrit yang cenderung mengikat.

J. PENCEGAHAN

Pencegahan penyebaran penyakit DHF yang tepat akan membantu mengurangi


jumlah penderita dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh
secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air.
Tanpa insektisida
2. Caranya adalah :
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai


cara untuk mengatasi masalah klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu :
pengkajian keperawatan (identifikasi, analisa masalah/data) diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A.PENGKAJIANKEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul
dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam
pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,
konsultasi.

a. Data Subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy,
1995 yaitu :
1) Lemah.
2) Panas atau demam.
3) Sakit kepala.
4) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Nyeri pada otot dan sendi.
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh. Konstipasi (sembelit).

b. Data Obyektif

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi


pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada epigastrik.
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue positif.
2) Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat > 20 %.
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia,


peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3) Waktu perdarahan memanjang.
4) Asidosis metabolik.
5) )Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnose keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut


Christiante Effendy 1995 (Harnawati,2008) yaitu

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia.

d. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


dinding plasma.

e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

f. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan


tubuh

g. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

h. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

i. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan


perdarahan yang dialami pasien. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut
berhubungan dengan trombositopenia.

j. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan


perdarahan yang dialami pasien.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose yang ditemukan dan


mernecanaka rencana tindakan berdasarkan kebutuhan pasien.

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan :
1. Suhu tubuh normal (36 370C).
2. Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
1. Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. 2,5 liter/24 jam.7)Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4. Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

b. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.


Tujuan :
1. Rasa nyaman pasien terpenuhi.
2. Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
4. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
1. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
pasien.
3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
5. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
7. Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

d. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


dinding plasma.
Tujuan :
1. Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normalnya.
2. Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami
kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke
dalam pembuluh darah.
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh.
5. Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.


Tujuan :
1. Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
2. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai
tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat
kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan orang lain.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh
Tujuan :
1. Tidak terjadi syok hipovolemik.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Keadaan umum baik.

a. Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada
saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera
ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5. Berikan transfusi sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang
hilang.
6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).


Tujuan :
1. Tidak terjadi infeksi pada pasien.
Intervensi :
1. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
2. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui
dari penyimpangan nilai tanda vital.
3. Observasi daerah pemasangan infus.
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.

g. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan :
1. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
2. Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang
diberikan.
b. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan :
1. Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Kaji rasa cemas yang dialami pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.
3. Tunjukkan sifat empati
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.
5. Gunakan komunikasi terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif.

D. IMPLEMENASI

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan


dengan intervensi yang telah direncanakan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan
yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
1. Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
5. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
6. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal.
7. Infeksi tidak terjadi.
8. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
9. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Dengue Hemoorrahic Fever (DHF) disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa
oleh arthopoda penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypthi dan aedes albopictus. Pemberian asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien akan sangat membantu proses penyembuhan
dan mengurangi derajat kecemasan pada keluarga. Dengan melakukan pengkajian,
maka akan diperoleh data yang akan menunjang masalah pasien. Perumusan
diagnosis yang tepat akan membantu dalam merumuskan perencanaan keperawatan.
Dalam menentukan dan menyusun intervensi keperawatan, harus didasarkan pada
kebutuhan pasien yang sangat mendesak. Implementasi keperawatan harus sesuai
dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan. Evaluasi keperawatan dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhankeperawatan yang diberikan.Saran
Fokus utama pada masalah demam berdarah adalah pencegahan. Pembenahan
kebersihan lingkungan sekitar kita akan membantu proses pencegahan terjadinya
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. Dengan lingkungan bersih, maka akan
tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DBD maupun penyakit lainnya.

S-ar putea să vă placă și