Sunteți pe pagina 1din 9

makalah perpajakan

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul Fungsi dan Tujuan Hukum
Pajak ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir
zaman.
Dengan segala kemampuan penulis yang terbatas, makalah ini mencoba menguraikan
tentang tema, topik, dan judul. Dan dengan adanya mekalah ini Penulis berharap sedikit
membantu para pembaca dan Penulis sendiri dalam memahami cara menentukan tema, topik,
dan judul yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, Penulis mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan Makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas Makalah.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi kita semua yang membacanya.

Lhokseumawe, 09 Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................... 2

A. Definisi Hukum Pajak........................................................................... 2


B. Fungsi Pajak.......................................................................................... 2
C. Tujuan Hukum Pajak........................................................................... 11

BAB III. PENUTUP..................................................................................... 13


A. Kesimpulan ........................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baru-baru ini pemerintah sedang berbenah diri dalam hal pengurusan perpajakan. Saat
ini dikenal istilah self assignment. Setiap wajib pajak dipercayakan untuk melaporkan
kekayaannya sendiri, menghitung sendiri pajak yang dikenakan dan membayar sendiri pajak
tersebut ke Bank. Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa pemerintah mempercayakan segala
sesuatu tentang pengrusan pembayaran pajak kepada wajib paajak itu sendiri, dan merupakan
kewajiban kita untuk menjawab kepercayaan yang telah diberikan pemerintah dengan
menyelesaikan pembayaran pajak dengan bersih, jujur, dan adil.
Namun, tetap saja terjadi kekisruhan dalam pelaksanaannya. Karena itulah diperlukan suatu
tata cara yang bisa mengatur proses pemungutan pajak itu sendiri. Suatu hukum pajak yang
memberikan batasan-batasan dan sanksi yang jelas dalam proses pemungutan pajak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Hukum Pajak?
2. Bagaimana Fungsi dari pajak?
3. Apa tujuan dari hukum Pajak?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hukum Pajak.
2. Untuk mengetahui Fungsi dari pajak
3. Untuk mengetahui tujuan dari hukum Pajak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hukum Pajak
Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang yang
memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu sendiri.
Adapun hukum pajak terbagi menjadi dua yaitu :
1. Hukum pajak materiil : memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenal pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh : UU
PPh
2. Hukum pajak formil : memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat antara lain :
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan hutang pajak.
b. Hak-hak fiscus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai keadaan,
perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan hutang pajak.
c. Kewjaiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan dan hak-hak
wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding. Contoh: ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.

B. Fungsi Pajak
Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sementara tujuan pajak tidak terlepas dari
tujuan negara. Dengan demikian tujuan pajak harus diselaraskan dengan tujuan negara yang
menjadi landasan tujuan pemerintah. Baik tujuan pajak maupun tujuan negara semuanya
berakar pada tujuan masyarakat. Tujuan masyarakat inilah yang menjadi falsafah bangsa dan
negara. Oleh karena itu tujuan dan fungsi pajak tidak mungkin lepas dari tujuan dan fungsi
yang mendasarinya. Sehingga pajak yang dipungut dari masyarakat hendaknya dipergunakan
untuk keperluan masyarakat itu sendiri.
Masalah pajak itu sendiri adalah masalah masyarakat dan negara. Dan setiap orang
yang hidup dalam suatu negara pasti atau harus berurusan dengan masalah pajak. Oleh karena
itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh rakyat dalam negara tersebut. Dengan
demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat harus mengetahui segala permasalahan
yang berhubungan dengan pajak, baik fungsinya, asas-asasnya, jenis-jenis pajak yang berlaku
dinegaranya, tata cara pembayarannya serta hak dan kewajiban sebagai wajib pajak.
Selain memiliki tujuan keadilan, hukum pajak juga memiliki berbagai fungsi yang
berdasar pada azas-azas yang bertujuan utama menyejahterakan penduduknya. Fungsi yang
pertama dalam hukum pajak yaitu sebagai acuan dalam menciptakan sistem pemungutan
pajak yang harus memenuhi syarat keadilan, efisien, dan sederhana sejelas-jelasnya dalam
undang-undang hukum pajak itu sendiri.
Fungsi selanjutnya adalah sebagai sumber yang menerangkan tentang mana dan siapa
subjek maupun objek yang perlu dan tidak perlu dijadikan sumber pemungutan pajak yang
berfungsi untuk meningkatkan potensi pajak di negara ini. Adapun hukum pajak berfungsi
sebagai acuan dalam pembagian beban pajak kepada rakyat yang didasarkan pada
kepentingan masing-masing orang.
Lebih lanjut hukum pajak pun memiliki fungsi sebagai penjelas tentang
penggunaan/pemanfaatan dari hasil pemungutan pajak, baik dalam memenuhi anggaran
APBN serta APBD maupun memenuhi target perolehan pajak yang akan digunakan untuk
kepentingan sosial dan kesejahteraan umum. Selanjutnya, hukum pajak juga memiliki fungsi
dalam menetapkan kepastian yang berupa sanksi administrasi ataupun sanksi tata usaha,
maupun sanksi pidana berupa penjara ataupun kurungan. Adapun sanksi administrasi berupa:
a. Denda: Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan
kewajiban pelaporan berupa denda berupa uang (harta) yang telah ditetapkan dalam undang-
undang.
b. Bunga: Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan
kewajiban pembayaran/penyetoran pajak, yang terdiri dari bunga pembayaran, bunga
ketetapan, dan bunga penagihan.
c. Kenaikan: Sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar,
terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material.
Penetapan hak dan kewajiban bagi seorang fiskus maupun wajib pajak juga menjadi
salah satu fungsi dari hukum pajak. Hak dan kewajiban wajib pajak, yaitu:
1. Kewajiban wajib pajak
a) Mendaftarkan diri menjadi wajib pajak dan pengusaha kena pajak
b) Mengambil surat pemberitahuan sendiri ke kantor pajak atau tenpat-tempat lain yang telah
ditentukan oleh Dirjen Pajak
c) Mengisi surat pemberitahuandengan benar, lengkap, dan jelas serta menandatanganinya dan
melaporkannya.
d) Membayar pajak yang terhutang yang telah dihitung sendiri tanpa menunggu adanya surat
ketetapan pajak atau tagihan pajak
e) Menyelenggarakan pembukuan dan memperlihatkan pembukuan serta memberikan
keterangan apabila dilakukan pemeriksaan
f) Menyimpan dokumen-dokumen sebagai dasar perhitungan pajak
2. Hak-hak wajib pajak
a) menghitung pajak sendiri
b) Mengajukan perpanjangan jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan
c) Melakukan pembetulan surat pemberitahuan
d) Mengajukan permohonan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak atau kelebihan karena
dipotong oleh pihak ketiga
e) Mengajukan permohonan untuk mengansur pembayaran pajak
f) Mengajukan permohonan penghapusan sanksi administrasi, bunga atau kenaikan yang
dikenakan
g) Mengajukan pembetulan atas kesalahan SKP, STP, Surat Keberatan, SK Pengurangan au
Penghapusan sanksi administrasi dan sebagainya
h) Mengajukan keberatan apabila ditetapkan pajaknya lebih tinggi
i) Mengajukan banding atas keputusan keberatan kepada badan peradilan pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negarauntuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas
maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
b. Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan
fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sedangkan fiskus mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut;
1. Kewajiban fiskus :
a. Melayani pendaftaran wajib pajak untuk meminta nomor pokok wajib pajak
b. Melayani wajib pajak dalam pemberian formulir-formulir yang dibutuhkan untuk laporan-
laporan
c. Melayani untuk menerima laporan dari wajib pajak baik SPT Masa atau SPT Tahunan
d. Memberikan persetujuan perpanjangan jangka waktu peyampaian SPT
e. Memberikan persetujuan penundaan atau angsuran pmbayaran pajak yang diminta oleh wajib
pajak
f. Membetulkan SKP, STP, Surat Keberatan, SKP Pengurangan atau Penghapusan, sanksi
administrasi apabila terjadi kesalahan
g. Menerima keberatan wajib pajak termasuk yang mengajukan banding
2. Hak-hak fiskus
a. Menerbitkan NPWP dan NPPKP baik diminta oleh wajib pajak atau tidak (secara jabatan)
b. Menerbitkan SKP atau STP
c. Melakukan penagihan pajak
d. Menerbitkan surat paksa dalam hal wajib pajak tidak membayar pajak sebagaimana
dimaksud dalam SKP atau STP
e. Melakukan pemeriksaan
f. Meminjam dokumen-dokumen pembukuan wajib pajak yang menjadi dasar perhitungan
besranya pajak yang dibayar
g. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu
h. Melakukan penyidikan pajak
Fungsi lain yang terkandung dalam hukum pajak yaitu untuk menghindari timbulnya
hambatan-hambatan atau perlawanan dari pembayar pajak yang dapat merugikan negara
(pemerintah). Adapun hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Perlawanan Pasif
Yaitu perlawanan yang timbul dikarenakan masyarakat enggan (pasif) membayar pajak.
Yang menjadi penyebab perlawanan itu antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus
dengan tujuan menghindari pajak.Bentuk-bentuk perlawanan aktif antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang.
b. Tax evasion, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
ataupun dapat disebut dengan penggelapan pajak.
Fungsi hukum pajak selanjutnya adalah sebagai acuan dalam pemungutan pajak
sehinggga tidak mengganggu kegiatan atau kelancaran perekonomian dalam segala bidang.
Adapun tata cara pemungutan pajak terbagi dalam 3 stelsel pajak antara lain :
1. Stelsel nyata (Riil Stelsel)
Pengenaan pajak berdasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya
baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan
stelsel ini adalha pajak yang dikenakan lebih realistis. Sdangkan kelemahannya adalah pajak
baru dapat dikenakan pada akhirperiode (setelah penghasil real diketahui).
2. Stelsel anggapan (Flectieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya,
panghasil suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terhutang untuk tahun pajak berjalan.
Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selam tahun berjalan, tanpa harus menunggu
pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidaj berdasarkan
paada keadaan yang sesungguhnya
3. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besranya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya
pajak disesuaikan denga keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan
lebih besar daripada besar pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.
Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
Fungsi lain dari hukum pajak adalah sebagai sumber bahan pertimbangan dalam
menerapkan kebijakan-kebijakan pajak yang dapat digunakan seagai alat pengatur keadaan
sosial maupun ekonomi serta untuk mencapai tujuan berlainan.
Adapun kebijakan-kebijakan tersebut meliputi asas pemungutan pajak yang terbagi
dalam :
a. Asas domisili (Asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing
di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsan Indonesia yang
bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.
Kebijakan-kebijakan lainnya juga meliputi timbul dan hapusnya utang pajak. Ada dua
ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini
ditetapkan pada official asesment system.
2. Ajaran materiil
Utang pajak timbul karena belakunya undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu
keadaan dan perbuatan. Ajaran ini ditetapkan pada self assesment system.
dihapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :
a. Pembayaran.
b. Kompensasi.
c. Daluwarsa.
d. Pembebasan dan penghapusan.
Penetapan tarif pajakpun mengambil acuan dari hukum pajak.Tarif pajak itu sendiri
terbagi dalam 4 macam :
1. Tarif sebanding/proposional.
Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah ang dikenal pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh:
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap jumlah berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh:
Besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah
Rp 1.000,00
3. Tarif progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar apabila jumlah yang dikenal pajak semakin
besar.
Contoh:
Lapisan penghasilan kena pajak bagi wajib Pajak Badan dan BUT.
Tarif :
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 10%
Di atas RP 50.000.000,00 s.d RP 100.000.000,00 15%
Di atas RP 100.000.000,00 30%
Menurut kenaikan prosentase tarifnya, tarif progresif dibagi,
Tarif progresif progresif: kenaikan persentase semakin besar.
Tarif progresif tetap: kenaikan persentase tetap.
Tarif progresif degresif:kenaikan persentase semakin kecil.
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 UU PPh tersebut di atas termasuk tarif
progresif progresif.
4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

C. Tujuan Hukum Pajak


Tujuan utama dari sebuah hukum pajak adalah menegakkan keadilan yang terdiri dari
keadilan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang telah tertuang di dalam undang-undang
maupun dari segi peraturan yang digunakan dalam pelaksanaan pemungutan pajak itu sendiri.
Adapun sistem pemungutan pajak yaitu :
a. Official assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak dan menagihnya.
Dalam system ini kedudukan fiscus (aparat pajak) sangat dominan. System ini juga memiliki
beberapa kekurangan yang pertama adalah kurang mendidik atau kurang mendewasakan
wajiib pajak dan juga memungkinkan timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak fiscus.
Ciri-ciri dari system official assessment adalah sebagai berikut :
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada fiscus.
1. Wajib pajak (pembayar) bersifat pasif.
2. Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiscus.
b. Self assessment system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Cirri-ciri dari system self assessment
adalah sebagai berikut :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.
2. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
3. Fiscus tidak ikut campur dan hanya mengawai.
c. With holding system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiscus ataupun wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak. Cirri-ciri dari system ini adalah sebagai berikut : wewenang menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiscus dan wajib pajak.
Hukum pajak pun bertujuan atas dasar keadilan pajak yang terletak pada hubungan
penduduk dengan negaranya. Dasar keadilan selanjutnya adalah keadilan yang terletak pada
akibat yang muncul dari pemungutan pajak, yang berarti memungut pajak akan menarik daya
beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat melalui berbagai subsidi serta jasa dan barang yang bertujuan untuk melayani
masyarakat umum. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebuh diutamakan.
Tujuan hukum pajak selanjutnya yaitu memberikan jaminan dalam bentuk perlindungan
keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyat yang lainnya. Selain itu, untuk mendidik
dan mendewasakan wajib pajak serta meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk memahami
pentingnya pajak bagi negara maupun bagi masyarakat / penduduk itu sendiri. Maka hukum
pajak pun memiliki peran penting dalam aspek sosial.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Uraian di atas, maka dapat kami ambil kesimpulan bahwa Hukum pajak merupakan
hukum yang telah disusun dalam undang-undang yang memiliki tujuan dan fungsi
sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu sendiri. Hukum Pajak dibagi menjadi
2, yaitu hukum pajak materiil dan hukum pajak formil.

B. Saran
Demikian Makalah ini kami susun, kami menyadari banyaknya kekurangan dalam
Makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah kami perlukan.
Semoga dengan makalah ini, kami dapat memberikan gambaran tentang Fungsi Dan Tujuan
Hukum Pajak. Akhirnya dengan mengucap syukur Alhamdulillah, semoga apa yang kami
kerjakan bermanfaat dan diridhoi oleh Allah S.W.T. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy. 2000. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Imam Wahyutomo. 1994. Pajak. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Yustinus Prastowo. 2009. Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Zain, Mohammad, Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta, 2007

Anonim, Perpajakan, dalam http://www.slide.net.


Diposting oleh andi ramzu di 03.10

S-ar putea să vă placă și