Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovariohisterectomy
Uterus merupakan bagian caudal tuba fallopii yang terdiri dari sepasang tanduk
rahim / kornua uteri, badan rahim / korpus uteri, dan leher rahim / servik uteri.
Rahim kucing tipenya bipartitus yang ditandai oleh satu leher rahim, korpus uteri satu
dengan dua buah kornua. Letak uterus seluruhnya dalam cavum abdomen kecuali servik
yang masih mencapai bagian peritoneal dari cavum pelvis. Pada bagian dorsal, uterus
berhubungan dengan belitan colon (alat penggantung yang menyusup diantara colon). Alat
penggantung adalah ligamentum lata uteri mesometrium yang merupakan otot-otot licin,
berserat pipih yang berasal dari bagian dinding cavum pelvis dari daerah lumbal mencapai
uterus. Panjang korpus uteri kucing 1,5 2 Cm dan kornua terbentang memanjang dari
vertebre 6-7 hingga ke ginjal (sepanjang 9 10 Cm) dengan diameter 3 4 mm
(Tanudimadja, 1983; Christiansen, 1984).
2
Gambar 2.1 Bagian reproduksi kucing betina (Nash, 2008)
2.2 Premedikasi
Pemberian premedikasi sebelum pemberian obat anestesi bertujuan untuk membuat
hewan penderita menjadi tenang, pemberian obat sedative akan menyebabkan penderita
mengantuk sehingga memudahkan untuk penanganan dalam persiapan tindak operasi,
seperti melakukan induksi dan pemberian cairan tubuh pada hewan penderita.
Pemberian premedikasi juga bertujuan untuk mengurangi metabolism basal sehingga
induksi dan pemeliharaan anestesi menjadi lebih mudah dan memerlukan obat anestesi
yang lebih sedikit dengan mengurangi dosis anestesi, akan membuat hewan penderita
sadar lebih cepat setelah operasi selesai. Trauma pembedahan sering menyebabkan gerak
reflex dari hewan penderita sehingga pemberian analgetika dapat diberikan untuk
menekan reflex yang tidak diinginkan atau mencegah gerak tubuh yang tidak disadari.
Preanestetikum yang paling umum digunakan pada hewan adalah atropine,
acepromazin, xylazine, diazepam, midazolam, dan opioid atau narkotik. Pemberian
atropine sebagai obat antikolinergik digunakan untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah
dan bronkus serta mencegah brakikardia yang diberikan sebelum pemberian obat
anesthesia, mengingat sekresi bronchial berlangsung selama anestesi dan dapat
berlangsung dengan memasang pipa intubasi trachea. Obat golongan antikolinergik
seperti atropine diberikan dengan dosis pada kucing dengan dosis 0,02 mg/kg BB sc.
Acepromazin digunakan sebagai penenang atau tranquilizer. Xylazine, medetomidin,
diazepam, dan midazolam digunakan sebagai agen sedatif dan merelaksasi otot (Sardjana
dan Kusumawati, 2011).
3
2.3 Anestesi
Dalam tindakan pembedahan dilakukan pemberian anestesi yang disesuaikan dengan
keperluan dan tujuan pembedahan. Pemberian anestesi dimaksutkan untuk penderita
menjadi tidak peka terhadap rasa sakit yang dengan keadaan tersebut hewan penderita
menjadi tenang dan mudah dikendalikan. Dengan demikian pemberian anestesi
menyebabkan hilangnya sensibilitas rasa sakitdan meniadakan reflex yang terjadi pada
penderita, yaitu tekanan pada reflex berhubungan dengan lokomosi dan juga system
neurovegetatif.
Anestesi yang diberikan menyebabkan terjadinya blockade pergerakan yang tidak
disadari dan menyebabkan berkurangnya tonus muskulus yang mengakibatkan terjadinya
paralisis muskulus. Terdapat beberapa macam anestesi, yaitu anestesi local, anestesi
regional, anestesi epidural, dan anestesi general. Anestesi yang digunakan untuk
ovariohisterectomi adalah anestesi general/umum. Anestesi umum adalah tindakan
meniadakan rasa nyeri yang diikuti hilangnya kesadaran dan terjadinya relaksasi otot
pada penderita. Secara teoritis pemberian anestesi umum yang masuk kedalam system
sirkulasi akan menyebar ke jaringan, terutama jaaringan yang kaya akan pembuluh darah
seperti otak sehingga terjadi penurunan atau hilangnya rasa sakit dan kesadaran penderita.
Metode pemberian dapat dilakukan secara parentral baik melalui intravena maupun
intramuskuler, dan juga secara perinhalasi.
Beberapa anestesika yang sering digunakan adalah ketamin, zoletil, diazepam,
xylazin, propofol. Ketamin HCl adalah anestetikum golongan phencyclidine (PCP)
dengan rumus 2-(0-chlorophenyl)-2-(methylamino)-cyclohexanone hydrochloride,
golongan nonbarbiturat, dan termasuk dissosiatif anestesi, yaitu pada dosis rendah sebagai
preanestesi dan pada dosis lebih tinggi sebagai anestesi umum. Ketamin HCl merupakan
larutan tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan mempunyai tingkat keamanan lebar
(Adams, 2001).
Ketamin HCl mempunyai sifat menghilangkan rasa sakit yang kuat serta reaksi
anestesinya tidak menyebabkan ngantuk (Kul et al., 2001). Ketamin menghasilkan
pengaruh anestesi melalui mekanisme yang bekerja pada reseptor N methyl D aspartate
(NMDA). Ketamin diklasifikasikan sebagai antagonis reseptor NMDA, pada daerah
tempat kerja PCP. Afinitas ketamin sangat tinggi pada reseptor NMDA, sehingga
menghasilkan pengaruh analgesik yang sangat kuat (Stawicki, 2007). Sebagai antagonis
NMDA, ketamin menghambat refleks nosiseptik spinal, yaitu menghambat konduksi rasa
nyeri ke hipotalamus dan daerah kortek. Penghambatan reseptor NMDA dengan dosis
4
ketamin yang rendah akan menghasilkan pengaruh analgesik yang baik (Intelisano et al.,
2008).
Ketamin juga menyebabkan gangguan fungsi pada beberapa tempat di otak seperti
pada talamus dan kortek serebral menjadi tertekan. Ketamin juga memperpanjang kerja
GABA (gamma amino butyric acid), suatu neurotransmiter penghambat di otak dengan
cara menghambat pengikatannya di ujung syaraf. Reseptor GABA dapat merubah
permiabilitas ion Cl-dan dapat menyebabkan pelepasan norepineprin pada syaraf simpatik
(Adams 2001). Pengaruh klinis yang ditimbulkan ketamin sangat bervariasi seperti :
analgesia, anestesi, halusinasi, neurotoksisitas, hipertensi arterial, dan bronkodilatasi.
Xylazine adalah salah satu golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau alpha- 2
adrenergic receptor agonist. Alpha-2 agonist seperti xylazine adalah preanestetikum yang
sering digunakan pada anjing dan kucing untuk menghasilkan sedasi, analgesi, dan
pelemas otot. Golongan alpha-2 agonist yang lain seperti romifidin sering digunakan pada
kuda, tetapi tidak direkomendasikan untuk anjing dan kucing (Lemke, 2004). Xylazine
HCl mempunyai rumus kimia 2(2,6- dimethylphenylamino)-4H-5,6-dihydro 1,3-thiazine
hydrochloride (Bishop, 1996).
Xylazine menyebabkan tertekannya sistem syaraf pusat, bermula dari sedasi,
kemudian dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan hypnosis, tidak sadar dan
akhirnya keadaan teranestesi. Pada sistem pernafasan, xylazine menekan pusat
pernafasan. Xylazine juga menyebabkan relaksasi otot yang bagus melalui imbibisi
transmisi intraneural impuls pada SSP. Penggunaan xylazine pada kucing menghasilkan
efek samping merangsang muntah tetapi dapat mengosongkan lambung pada kucing yang
diberi makan sebelum dianestesi. Xylazine biasa digunakan pada kucing, anjing dan kuda
sebagai agen sedatif untuk keperluan pembedahan minor dan untuk menguasai hewan
atau handling. Penggunaaan xylazine dengan dosis yang lebih tinggi bukan saja untuk
sedasi dan analgesi, tetapi juga menghasilkan immobilisasi (Lemke, 2004).
2.4 Stadium Anestesi
Stadium anestesi terbagi atas stadium I, II, III, dan IV. Stadium I disebut sebagai
stadium analgesia yang dikenal juga sebagai stadium eksitasi yang disadari atau
disorientasu. Stadium ini berlangsung antara saat induksi dilakukan sampai hilangnya
kesadarn dari hewan penderita. Pada stadium ini pupil tidak melebar (midriasis) akibat
terjadinya rangsang psikosensorik.
Stadium II disebut stadium hipersekresi atau stadium eksitasi yang tidak disadari,
stadium ini juga disebut stadium delirium. Stadium ini dimulai dari hilangnya kesadarn,
5
terjadi depresi pada ganglia basalis sehingga terjadi reaksi berlebihan maupun reflex yang
tidak terkendali terhadap segala bentuk rangsangan, reflex faring yang berhubungan
dengan menelan dan muntah simpatik pada otot dilatators. Stadium I dan II adalah
stadium yang menyulitkan ahli anestesi karena bias berbahaya bagi hewan penderita, oleh
karena itu diupayakan bias dilewati secepatnya mencapai stadium III.
Stadium III disebut sebagai stadium anestesi atau stadium pembedahan, pupil
mengaalami midriasis kembali disebabkan pelepasan adrenalin. Stadium pembedahan ini
dilakukan bilaman pupil dalam posisi terfiksasi di tengah dan respirasi teratur. Pada
anestesi yang dalam, pupil mengalami dilatasi maksimal akibat paralisis saraf cranial III.
Stadium pembedahan dibagi menjadi 4 plane, yaitu sebagai berikut :
Plane 1 : Ventilasi teratur bersifat torakoabdominal, anak mata terfiksasi, pupil
miosis, reflex cahay positif, lakrimasi meningkat, reflex faring dan muntah
negative, tonus otot mulai menurun. Operasi kecil dapat dilakukan pada plane ini.
Plane 2 : Ventilasi teratur bersifat abdomino torakal, frekuensi napas meningkat,
pupil midriasis, reflex cahaya menurun dan reflex kornea negative, reflex laring
negative dan semua operasi dapat dilakukan pada plane ini.
Plane 3 : Ventilasi teratur bersifat abdominal karena terjaddi kelumpuhan saraf
interkostal, pupil melebar, reflex laring dan peritoneum negative, tonus otot makin
menurun. Semua operasi dapat dilakukan pada plane ini.
Plane 4 : Ventilasi tidak teratur pupil midriasis, tonus otot menurun, reflek
spinchter ani dan kelenjar air mata negative.
6
yang meningkat. Disamping itu penyebab lainya seperti tebal dan tipisnya kain penutup
operasu, intensitas lampu operasi dan proses anestesi dan pembedahan yang lama.
Pemantauan yang ketiga melalui system kardiovaskuler, fungsi jantung dapat
dipantau melalui observasi, yaitu pemeriksaan pulsus hewan penderita berkaitan dengan
frekuensi ritmenya melalui arteri femoralis, sedangkan detak jantung dapat didengarkan
melalui stetoskop. Anestesi yang dalam dapat menyebabkan pulsus yang lambat dan
jantung melemah. Disamping itu pemeriksaan elektrokardografi untuk memantau
perubahan frekuensi dan ritme jantung serta system konduksi jantung, yang bertujuan
untuk mendiagnosa adanya cardiac arrest, adanya arrhythmia sebagai diagnosa ischemia
myocard.
Pemantauan keempat berhubungan dengan respirasihewan penderita, dilakukan
dengan melihat jenis respirasi torakal, abdominal, dan pantauanterhadap komplikasi
system respirasi seperti spasmus laring.
7
efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba khusus Chlamydia
trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa
protozoa (amuba) lainnya. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri
gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui
pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila
digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak
teratur, agak sering menimbulkan efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya
singkat, maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari.
Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas.
Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman
gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman.
Contohnya kloramfenikol.
8
BAB 3 METODOLOGI
3.3.1 Preoperasi
Prosedur sebelum dilakukan tindakan operasi adalah mempersiapkan beberapa
prosedur penting yang mempengaruhi dan mendukung dalam keseluruhan hasil operasi.
Prosedur yang dilakukan adalah persiapan ruangan, sterilisasi alat, persiapan hewan dan
anestesi.
Persiapan Ruang dan Sterilisasi Alat
Persiapan ruang operasi dilakukan dengan cara membersihkan kotoran dan
debu dalam ruangan. Tindakan sterilisasi ruangan menggunakan radiasi atau
dengan menggunakan desinfektan alkohol 70%. Perlakuan sterilisasi alat operasi
seperti baju operasi, masker, penutup kepala, sarung tangan, dan handuk.
Perlengkapan ini dimasukkan ke dalam oven untuk disterilisasi dengan suhu 60 0C
selama 15-30 menit.
Perlakuan sterilisasi yang dilakukan pada alat bedah minor adalah dengar cara
mencuci bersih dan dikeringkan, kemudian peralatan ini dimasukkan ke dalam
kotak sesuai yang selanjutnya peralatan tersebut dibungkus dengan muslin atau
non woven lalu disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 121 0C selama 15
9
menit. Keseluruhan peralatan yang sudah steril digunakan pada saat tindakan
operasi dilaksanakan.
Persiapan Hewan dan Anestesi
Persiapan yang dilakukan meliputi phisical examination yaitu anamnese,
signalement dan status present serta hewan sudah dipuasakan selama 7 jam.
Sebelum dilakukan operasi, hewan diperiksa suhu tubuh, frekuensi jantung,
frekuensi nafas, warna mukosa, CRT, dan diameter pupil.
Anestesi diinduksi dengan menyuntikan premedikasi atropin dan di induksi
dengan kombinasi ketamin bersama xylazine yang diaplikasikan secara IM.
Kemudian dilakukan penyuntikan antibiotik dan analgesik pre-operatif. Setelah
hewan tidak sadarkan diri, rambut hewan dicukur terlebih dahulu bagian abdomen
menggunakan pencukur listrik dan dibersihkan dengan menggunakan silet secara
pelan dan hati-hati, dan kemudian dicuci dengan menggunakan alkohol, kemudian
berikan salep antibiotik untuk mata. Setelah itu hewan dibawa ke meja operasi dan
diposisikan dengan bagian ventral menghadap ke atas. kemudian hewan difiksir di
atas meja dengan cara mengikatkan keempat kaki hewan pada sisi meja operasi
menggunakan tali sumbu kompor dengan simpul tomfool. Setelah hewan terfiksir
dengan baik, hewan ditutup menggunakan kain drip dengan memastikan area
umbilicalis kebawah dan difiksir menggunakan towel clamp dan operasi siap
dilakukan.
Persiapan Operator dan Asisten
Persiapan operator dan asisten sebelum melakukan operasi, operator dan
asisten I harus mencuci tangan dengan menggunakan sabun chlorhexidine selama
5 menit dengan cara menyikat kedua tangan dengan sabun lalu membilasnya
dengan air mengalir sebanyak 10-15 kali. Penyikatan tangan dimulai dari ujung
jari kemudian terus berlanjut ke arah lengan. Setelah cuci tangan selesai, kran
ditutup menggunakan siku untuk mencegah kontaminasi lalu tangan kemudian
disemprot dengan alkohol 70 % oleh asisten non steril. Setelah itu menggunakan
tutup kepala dan masker, baju operasi dipakai, sarung tangan dipakai dan operator
serta asisten I siap melakukan operasi.
10
3.3.2 Prosedur Operasi
Gambar 3.2. Sayatan pada kulit terluar pisahkan antara fascia dan lapisan lemak
Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan peritoneum dan omentum.
Setelah omentum disingkirkan, uterus dan ovarium dicari dengan hati-hati menggunakan
jari dan bantuan spy hook.
Gambar 3.3 Setelah terlihat peritonium gunakan spy hook untuk mencari ovarium
dan uterus
11
Uterus dan ovarium diisolasi dari rongga abdomen, kemudian di sobek bagian
penggantungnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengikatan atau ligasi dan
pemotongan pada ovarium maupun uterus. Ovarium kanan kemudian difiksir
menggunakan 2 arteri clam dan dilakukan pengikatan atau ligasi pada arteri ovarina
sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan.
12
benang silk dengan tipe jahitan simple interrupted untuk memudahkan dalam waktu lepas
jahitan.
13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegiatan
Signalement
Jenis Hewan : Kucing
Nama Hewan : Mozarella
Jenis Kelamin : Betina
Bangsa : Domestic Short Hair
Berat badan : 2,6 kg
Umur : 1,5 tahun
Warna bulu : Puih-hitam-coklat (belang telon)
Tanda khusus :-
14
Perhitungan Dosis Obat
Rumus dari volume obat yang diberikan adalah :
15
Tanggal Keaadaan Umum Terapi
04/04/17 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,8C 38,1C Amoxicillin 0,125ml/im
App Tolfen 0,25ml/sc
Defe - Bioplacenton (topical)
Urinasi -
Catatan :
4.2 Pembahasan
Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah atau operasi pengangkatan
organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Sebelum operasi
ovariohisterectomy dilakukan, alat - alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa :
1. Duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk
meletakkan alat - alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung.
2. Towel clamp berfungsi untuk menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit.
3. Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum.
4. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan.
5. Gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan.
6. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit.
7. Spy Hook berfungsi untuk mencari organ yang dikehendaki
Setelah hewan dipastikan dapat dilakukan ovariohisterectomy. Segera sepuluh menit
sebelum dioperasi, hewan diberikan premedikasi atropin dengan dosis 0,04 mg/kgBB
diberikan dengan rute subcutan (SC).
Setelah premedikasi (Atropin Sulfat) diberikan kemudian tunggu 10-15 menit,
dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Ketamin dan Xylazine. Setelah efek
17
obat anestesi hilang dapat dilakukan pemasangan iv cat dan infuse, kemudian dilakukan
pencukuran. Setelah siap kucing mozzarella dipindahkan kedalam ruang operasi.
Atrophin sulfat merupakan anti cholinergica yang kerjanya memblokir kerja
acetilcholin pada terminal terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi kerja kelenjar
saliva dan bronkhial serta meningkatkan kerja jantung (Plumb, 2008). Tujuan medikasi
preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan
meningkatkan batas keamanan; mengurangi rasa takut, menenangkan pasien.
Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu kombinasi ketamin
dan xylazine. Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem
syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf.
Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP) secara
reversibel (Adams, 2001). Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan dengan
ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan secara injeksi
dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya
ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak
spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan
Hollingshead, 2003). Anestesi umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan
tersebut tergantung pada dosis yang digunakan. Tahapan teranestesi umum secara ideal
dimulai dari keadaan terjaga atau sadar kemudian terjadi kelemahan dan mengantuk
(sedasi), hilangnya respon nyeri (analgesia), tidak bergerak dan relaksasi (immobility),
tidak sadar (unconsciousness), koma, dan kematian atau dosis berlebih (Miller, 2010).
Ketamin dan Xylazin diinjeksi ke dalam tubuh hewan secara IM. Pada kucing, dosis
aplikasi xylazin adalah 1,1-2,2 mg mg/kg BB dan ketamin sebanyak 10 mg/kg BB (Plumb,
2005). Dalam bedah ovariohisterektomi yang dilakukan oleh mahasiswa PPDH dosis yang
digunakan untuk xylazin 2 mg/kg BB, dan ketamin sebanyak 10 mg/kg BB. Berdasarkan
dosis ini, jumlah pemberian xylazin sebesar 0,26 ml dan ketamin sebanyak 0,26 ml.
Salah satu obat anestetik yang sering digunakan pada kucing adalah ketamin. Dalam
penggunaannya ketamin mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya yaitu mempunyai
mula kerja (onset of action ) yang cepat dan efek analgesik yang kuat serta aplikasinya
cukup mudah, yaitu dapat diinjeksikan secara intramuskular. Namun, ketamin juga
mempunyai kerugian yaitu tidak terjadi relaksasi otot sehingga dapat menimbulkan
kekejangan dan depresi ringan pada saluran respirasi. Oleh karena itu, untuk mengurangi
18
efek samping ketamin, penggunaannya sering dikombinasikan dengan obat premedikasi
seperti xylazine (Kilic et al., 2004).
Kombinasi kedua obat ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu; ekonomis, mudah
dalam pemberiannya, induksinya yang cepat, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik
serta jarang menimbulkan komplikasi klinis. Kombinasi xylazin-ketamin merupakan agen
kombinasi yang saling melengkapi antara etek analgesik dan relaksasi otot serta sangat
baik dan efektif untuk kucing karena memiliki rentang keamanan yang lebar (Lemke,
2004).
Pelaksanaan operasi memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam. Selama operasi tidak
terjadi pendarahan yang banyak. Pengangkatan organ reproduksi betina yang diangkat
berupa organ ovarium dan uterus sampai dengan batasan corpus uteri. Pada kucing
ovarium jumlahnya sepasang dan relatif sangat kecil dibandingkan dengan besar tubuh,
serta jumlah sel telur yang dihasilkan dalam satu kali periode fase estrus lebih dari satu sel
telur. Secara anatomis ovarium kucing yang terfiksir oleh mesovarium, terletak di daerah
lumbal kaudal yang ke 34 dari ginjal dengan bentuk bulat atau oval dengan permukaan
tidak rata berukuran panjang 8 9 mm. Sistem vaskularisasi ovarium berasal dari suplai
darah arteri ovarica dan percabangan dari arteri utero ovarica (Tobias,2010).
Secara anatomis, uterus terletak di bagian dorsal vesica urinaria yang terfiksir
mesometrium. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu kornua, korpus dan servik. Sistem
vaskularisasi ovarium berasal dari suplai darah arteri uterina mediana, uteri utero ovarica
dan percabangan dari arteri pudenda interna (Frandson 1992). Bagian korpus uteri kucing
memiliki panjang sekitar 1,5 2 Cm dan bagian kornua kucing memiliki panjang sekitar 9
10 Cm dengan diameter 3 4mm yang terbentang memanjang dari vertebre 6-7 hingga ke
ginjal (Tobias,2010), uterus mengalami perubahan yang erat hubungannya dengan sistem
hormonal dalam proses reproduksi ketika mengalami birahi, kebuntingan sampai
melahirkan.
Saat operasi menggunakan dua jenis benang yang yaitu benang hincryl dan benang
silk. Benang hincryl termasuk dalam bahan benang yang dapat diserap tubuh (absorbable).
Benang hincryl akan meningkatkan respon selular pada luka dan mempercepat penutupan
luka. Diharapkan juga setelah bahan benang terserap habis (Moya, A.Quisor and A.Cruz,
2006). Penggunaan benang hincryl juga dapat mengurangi komplikasi inflamasi.
Benang silk memiliki sifat tidak licin seperti sutera biasa, karena sudah dikombinasi
dengan perekat. Bahan benang termasuk dalam jenis yang tidak dapat diserap tubuh (non
absorbable). Pada penggunaan bagian luar seperti bagian kulit maka benang harus dibuka
19
kembali. Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra. Benang silk
mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah. Namun, benang jenis ini harus segera
dibuka pada minggu pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk menyebabkan
inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang mudah mengalami penumpukan akumulasi plak
serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam luka.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat post operasi adalah monitoring
kesehatan hewan, pemberian antibiotik topikal dan general, perawatan luka, kebersihan
kandang, serta pemberian makan dan minum sampai proses pembukaan jahitan. Hal yang
perlu diperhatikan pada saat perawataan luka adalah adanya pendarahan atau peradangan
yang ditandai dengan kemerahan, panas, dan bengkak. Pembukaan jahitan dapat dilakukan
pada hari 7-10 post operasi jika dapat dipastikan bahwa luka sudah menutup dan jahitan
tersebut sudah kering.
Pemberian obat post operasi yaitu antibiotik berupa Amoxicillin selama 5 hari secara
intramuskular (IM), non-steroidal anti inflamatory (NSAID) berupa tolfenamic acid selama
3 kali dengan pemberian 2 hari sekali secara subcutan (SC) dan pemberian obat topikal
antibiotik berupa sagestam dan bioplacenton. Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk
ke dalam golongan penisilin. merupakan antibiotika berspektrum luas yang mempunyai
daya kerja bakterisida.
Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs Protein binding penisilins), sehingga menyebabkan
penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel
bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).
Tolfenamic acid merupakan salah satu golongan non-steroidal anti inflamatory
(NSAID) Long-acting. Kerja dari obat Tolfenamic acid yaitu sebagai potensial inhibitor
dari cyclooxigenase yang akan menghambat rilisnya prostaglandin. Obat ini juga akan
menghambat secara langsung pada daerah reseptor prostaglandin. Tolfenamic acid
memiliki aktivitas yang signifikan sebagai anti tromboksan sehingga tidak dianjurkan
digunakan pada saat pre-operasi maupun dalam kondisi teranastesi karena akan
memberikan pengaruh pada fungsi platelet (Coughland, 2011)
Kandungan Bioplacenton terdiri dari Ekstrak Plasenta 10 %, Neomycin sulfat 0,5%,
dan Jelly base. Ekstrak plasenta sebagai "biogenic stimulator" memegang peranan penting
dalam mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka. Sedangkan neomycin sulfate
20
bekerja sebagai antibiotik yang mampu membunuh beragam jenis kuman dengan daya kerja
yang tidak terganggu oleh nanah.
Dari hasil kondisi harian kucing Mozarella menunjukan hasil yang bagus Hal tersebut
ditunjukkan dengan frekuensi napas dan temperatur masih dalam keadaan normal serta
proses penyembuhan luka semakin hari semakin menutup. Sehingga, pelepasan jahitan
dilakukan setelah hari ke enam pasca operasi. Release kucing Mozarella dilakukan pada
hari ke- 11 pasca operasi, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa luka jahitan dari
kucing Mozarella benar benar telah menutup serta kondisi fisik kucing Mozarella sendiri
dalam kondisi sehat dan siap untuk dilepaskan.
A B C
Gambar 4.2 (A) luka 3 hari pasca operasi, (B) luka 6 hari pasca operasi dan dilakukan
lepas jahitan, (C) Luka pada hari ke 11 dan dilakukan release. (sumber :
dokumen pribadi).
21
5.1 Kesimpulan
Ovariohisterektomi (OH) merupakan suatu tindakan bedah yang dilakukan untuk
mengambil ovarium dan uterus. Tindakan operasi ini sering dilakukan untuk mencegah
siklus estrus dan kebuntingan berulang. Teknik yang digunakan pada operasi ini adalah
dengan menjepit distal ovarium dengan 2 arterial clamps lalu dilakukan pengikatan dan
pemotongan di ligamen suspensorius pada uterus. Teknik ini juga dilakukan pada corpus
uterus. Pemberian premedikasi dengan menggunakan Atropin sulfat sedangkan anestesi
dengan pemberian Ketamin 10% dan dikombinasikan dengan Xylazine 2%. Terapi yang
diberikan pasca operasi adalah antibiotik dengan menggunakan Amoxicillin, non-steroidal
anti inflamatory drug (NSAID) dengan menggunakan Tolfen dan salep topikal dengan
menggunakan Bioplacenton sebagai salep antibiotic. Secara keseluruhan operasi OH
berjalan lancar, membutuhkan waktu 6 hari luka bekas insisi sudah mongering dan dapat
dilakukan lepass jahitan. Perawatan post operasi selama 11 hari menunjukkan kondisi
kucing sudah dalam keadaan sehat.
5.2 Saran
Saran unuk kegiatan ini alat-alat yang digunakan lebih dilengkapi, selain itu sterilitas
juga sangat diperlukan bukan hanya untuk alat, operator, ruangan, namun sebisa mungkin
pasien juga harus dijaga kesterilannya.
DAFTAR PUSTAKA
22
Christiansen, IB. J. 1984. Reproduction in the Dog and Cat. Bailliere Tindall.
Cuningham, JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology .3rd edition. W.B saunders
Company : USA
Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and Surgery. London:
Reed Educational and Professional Publishing Ltd.
Hunt, KT. 2003. Wound Healing. In: Doherty MG. Current Surgical Diagnosis and
Treatment. 12th Ed., McGraw-Hills, USA.; p75-87
Katzung. BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta
McKelvey, D. and Hollingshead, K.W. 2003. Veterinery Anesthesia and Analgesia 3rd edition.
United Stated of America. Mosby
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.
Lippincottts Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi II.
Jakarta. Widya Medika. Halaman 259.
Moya, F., A.Quisor, P. and A.Cruz, C.M. (2006) 'The Healing Process', in Basic Principle of
Opthalmic Surgery, San Francisco: American Academy of Opthalmology.
Northsworthy G. 2003. The Feline Patient. USA : Lippincott Williams and Wilkins.
Plumb, D. C., 2008. Plumbs Veterinary Drug Handbook 6th edition. The IOWA State University
Press. Ames.
Sardjana, I Komang W. dan Diah K. 2011. Bedah Veteriner. Airlangga University Press :
Surabaya.
Ting EA, Mays RW, Frey RM, Hof vW, Madicetty S, Deans R . Therapeutic Pathway of
Adult Stem Cells Repair. Critical Review in Oncology and Hematology., Elsevier,
Ireland.2008; p.81-93
Tranquilli, WJ. 2007. Veterinary Anesthesia and Analgesia. Edisi ke-4. Ames: Blackwell.
23