Sunteți pe pagina 1din 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

V DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN : TUBERKULOSIS PARU DENGAN
PENERAPAN TEKNIK BATUK EFEKTIF DAN POSISI
SEMI FOWLER DI RUANG RAWAT INAP PARU

AGUSTRIYONO, S. Kep

Pembimbing I : Nuraini, S.Kep, Ns.

Pembimbing II : Ns. Andriyani, S. Kep

BAB II

TINJAUAN TERORITIS

2.1 Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru
(Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang
paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
(Santa, dkk, 2009). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang menular yang sebagian besar kuman TB
menyerang paru (Smeltzer & Bare, 2001). Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini
kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru
(Indriani et al., 2005). Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain
manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya (Wiwid, 2005).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ). Tuberkulosis (TB) paru
merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Indonesia, bahkan menjadi
penyebab kematian utama dari golongan penyakit infeksi (Arsin, 2006).

Gambar 2.1
Tuberkuculosis

2.2 Anatomi dan fisiologi

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trachea,
bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga hidung).
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung
dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan eshopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di
belakang laring (laring-faringeal).

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu
parietal pleura dan vi sceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang
berfungsi untuk lubrikan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial
venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan / pertukaran gas.

Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan,
dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru
karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dan
otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu:

1. Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) antara darah
sistemik dan sel-sel jaringan.

2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara
dalam alveolus.

3. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah respimi atau
respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik
dioksida untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses
metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
4. Transportasi, yaitu tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan
mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase
gas.

5. Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah)
dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi dari unit pulmonary harus
sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan
perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.

Secara garis besar bahwa paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer ke darah
vena dan mengeluarkan gas karbondioksida dari alveoli ke udara atmosfer.

2. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi.

3. Reservoir darah.

4. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas (Tambayong, 2001).

2.3 Klasifikasi Penyakit Dan Tipe Pasien

klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:

1. Klasifikasi

2. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

Tuberkulosis paru.

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk
pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Tuberkulosis ekstra paru.

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.\

2. Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis, Yaitu Pada TB Paru


Tuberkulosis paru BTA positif.

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. 1 atau lebih spesimen dahak
hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Tuberkulosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru
BTA negatif harus meliputi:

1). Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

2). Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3). Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

4). Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.

TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced),
dan atau keadaan umum pasien buruk.

TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis


eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

2. Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien
yaitu:
1. Kasus baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
satu bulan (4 minggu).

2. Kasus Kambuh (Relaps)

Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).

3. Kasus Setelah Putus Berobat (Default )

Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4. Kasus Setelah Gagal (Failure)

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.

5. Kasus Pindahan (Transfer In)

Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.

6. Kasus lain

Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulangan (Depkes 2006).

2.4 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang


dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman Myobacterium
tuberculosae complex adalah M. tuberculosae, varian asian, varian african i, arian african ii dan
M. bovis. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan
ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit
kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor
yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes, 2006).

Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus
Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh
(Corwin, EJ, 2009).

Gambar 2.2

Pathway Tuberculosis

Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2011).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien
ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan
yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-
41C. Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannnya infeksi kuman yang masuk.
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.

2. Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus (price dan Wilson, 2005).

3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.

4. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.

5. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Amin dan Bahar, 2006)

Komplikasi

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005)

1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat


pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.

6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Gambar 2.3

Symtoms Of Tuberkulosis

Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis TB menurut Depkes (2006)

1. Diagnosis TB paru

2. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi
sewaktu (SPS).

3. 2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB


(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.

4. 3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.


Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.

5. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

6. 5. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

7. Diagnosis TB ekstra paru

8. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis
TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.

9. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

10. Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001)

11. Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau
di daerah hilus menyerupai tumor paru.

2. Pemeriksaan Laboratorium

3. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah
limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.

2. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.

3. Tes Tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya.

2.9 Penatalaksanaan

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah


kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip prinsip sebagai berikut:

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.


Tahap intensif (awal)

1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

3. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

1. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama.

2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.

4.Jenis, sifat dan dosis OAT

Tabel 2.1

Panduan OAT

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Aduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia:

1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) yaitu Kategori Anak:
2HRZ/4HR.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.

Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami
efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk
satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.

2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan rese

3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana
dan meningkatkan kepatuhan pasien.

2.10 Pengkajian Keperawatan

1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu

1. Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat),
pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
TB patu yang lain.

2. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.
Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu
badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

3. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan
dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.

4. Riwayat penyakit keluarga


Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut
sehingga sehingga diteruskan penularannya.

5. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain.

4. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan, kurang cahaya
matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.

3) Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi.

4) Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas.

5) Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya
kenyamanan tidur dan istirahat.

6) Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.

7) Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.

8) Pola persepsi dan konsep diri


Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang
penyakitnya.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan
nyeri dada.

10) Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita
yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

2. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan sistem sistem tubuh:

1. Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.

2. Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

inspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah.

Palpasi : Fremitus suara meningkat.

Perkusi : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.

3. Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.

4. Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.

5. Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.


6. Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari hari yang
kurang meyenangkan.

7. Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

8. Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia.

2.11 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau
sekret darah.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

4. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi.

5. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis.

Askep TB Paru Aplikasi Nanda NIC NOC

Ana Nurkhasanah Sunday, October 18, 2015 Askep KMB


Askep Tb Paru aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis
yang diberikan kepada pasien dengan masalah penyakit tb paru atau TBC paru. Pada konsep
askep tb paru pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari pengkajian,
diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC
NOC.

Data Fokus Pengkajian Keperawatan menggunakan 13 domain nanda

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan TB
Paru Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat
tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama
Pasien dengan tb paru biasanya sering mengeluhkan gejala seperti batu-batuk yang berbulan-
bulan dan dapat disertai darah, serta terjadi penurunan berat badan yang drastic dalam beberapa
bulan terakhir. Jika kondisi penyakit sudah parah biasanya dapat timbul gejala sesak napas.

Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat adanya penyakit pernapasan seperti pneumonia dan lain-lain ada atau tidak.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP TB PARU MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

PROMOSI KESEHATAN

Data Subjektif:

Klien biasanya tidak tahu apa penyakitnya dan bagaimana cara mencegahnya.

DO:

KU klien tergantung dari derajat berat atau ringannya penyakit tb paru tersebut, ada yang KUnya
baik da nada juga KUnya sudah memburuk.

TD bisa naik atau normal

Nadi juga bisa naik atau nirmal

RR biasanya jika sudah kronis akan meningkat atau sesak

Suhu tubuh biasanya tinggi atau juga dapat normal

NUTRISI

DS:

BB biasanya mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.

Perubahan selera makan biasanya menjadi anoreksia


DO:

BB biasanya turun dari sebelumnya

Intake atau output setiap hari biasanya kurang jika sudah parah

ELIMINASI

Sistem Urinarius

DS:

BAK berapa jumlahnya, frekuensi, konsistensinya biasanya normal.

DO:

Biasanya tidak ada masalah

Sistem Gastrointestinal

DS:

BAB biasanya normal

DO:

Pengkajian abdomen:

Inspeksi perut datar

Palpasi perut lembek

Perkusi tidak ada distensi

Auskultasi bising usus biasanya normal


Sistem Integuman

DS:

Kelainan kulit, lesi atau sariawan ada atau tidak

DO:

Turgor kulit biasanya elastis atau kadang buruk

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Tidur dan istirahat

DS:

Klien biasanya susah tidur karena sesak atau sering batuk dan demam di malam hari

DO:

Klien biasanya tampak susah tidur

Aktivitas

DS:

Klien biasanya sering kelelahan dan sesak

ADLsnya biasanya ada yang perlu bantuan

Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting bagaimana

DO:

Respon terhadap aktifitas biasanya takikardi, takipneau, kelelahan dan sesak.


Kardiovaskular

DS:

BB menurun

DO:

Nadi cepat atau lambat

TD biasanya naik atau turun

Auskultasi jantung, bunyi jantung normal atau tidak

Respirasi

DS:

Sering batuk-batuk dan kadang juga hingga sesak

Karakteristik sputum biasanya kental dan jumlahnya banyak

Klien biasanya mengeluh sesak jika kondisi berat

DO:

RR biasanya meningkat

Kualitas pernapasan biasanya cepat dan dangkal

Pola napas biasanya terkadang tidak teratur

Pemeriksaan dada:

Inspeksi dada biasanya normal

Perkusi dada biasanya ada bagian yang suara redup

Auskultasi dada biasanya juga timbul wheezing jika kronis

Sputum biasanya keluar terus


PERSEPSI ATAU KOGNISI

Perhatian dan orientasi

DS:
Tingkat pendidikan sampai dimana

Kesiapan untuk mendapatkan informasi kesehatan bagaimana

Kurang pengetahuan tentang penyakit biasanya

DO:

Memori jangka panjang atau pendek bagaimana?

Kesiapan belajar?

Persepsi atau sensasi

DS:

Sakit kepala ada atau tidak, lokasi dan frekuensi?

DO:

Penjagaan fisik saat aktvitas tertentu ada atau tidak

Kelemahan fisik

Komunikasi

DS:

Ungkapan pasien tentang masalahnya atau rasa takut dan kegelisahannya ada atau tidak?

DO:
Bahasa yang digunakan apa
Kejelasan pengucapan bagaimana

Kesulitan dalam menyampaikan pemikiran atau kata-kata

PERSEPSI DIRI

DS:

Rasa cemas biasanya muncul saat sesak

DO:

Biasanya tampak cemas

KOOPING DAN TOLERANSI STRESS

DS:

Kemampuan untuk mengatasi rasa cemas bagaimana

DO:

Perilaku yang menampakkan rasa cemas seperti gelisah

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN

DS:Kebutuhan akan selimut?

Panas atau dingin?

DO:

Suhu biasanya naik atau turun

Biasanya sering muncul keringat di malam hari


KENYAMANAN

DS:

Klien biasanya sesak jika sudah kronis

DO:

Tampak sering batuk-batuk

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA KEPERAWATAN TB PARU

Laboratorium : Biasanya diperiksa kuman BTA dari BTA I hingga III.

Radiologi : biasanya dilakukan foto thorak untuk melihat paru-paru klien apakah masih bagus
atau sudah infeksi

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


TB PARU

1. Bersihanjalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

2. Ketidakefektifanpola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan


takipneau atau RR lebih dari normal

3. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan
kemampuan finansial.

4. Kurangpengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak


ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak
lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU

Diagnose 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan
aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan
jalan napas

Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1 Gangguan eksterm

2 Berat

3 Sedang

4 Ringan

5 Tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5

Kemudahan bernapas

Frekuensi dan irama pernapasan

Pergerakan sputum keluar dari jalan


napas

Pergerakan sumbatan keluar dari jalan


napas
Pasien akan:

Batuk efektif

Mengeluarkan secret secara efektif

Mempunyai jalan napas yang paten

Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih

Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:

Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain

Keefektifan obat resep

Kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia

Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan

Factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan

Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan

Pengisapan jalan napas (NIC):

Tentukan pkebutuhan pengisapan oral atau trakeal

Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik dan irama jantung sebelum, selama
dan setelah pengisapan

Catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan


Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung

Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan
perawatan

Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam

Ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat batuk, kalau ada

Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan sputum

Pengisapan jalan napas (nic): instruksikan kepada pasien dan keluarga tentang cara
melakukan pengisapan, jika perlu

Aktivitas kolaboratif

Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu

Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung

Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi

Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan perawatan paru lainnya sesuai
protocol

Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

Aktivitas lain

Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret

Anjurkan penggunaan spirometer insentif

Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi tempat tidur kesisi
yang lainnya setiap dua jam

Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan


dan control diri

Berikan pasien dukungan emosi

Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada
Pengisapan nasoparing atau oroparing setiap.

Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea jika perlu

Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret

Singkirkan atau tangani factor penyebab, seperti nyeri, keletihan dan secret yang kental

Perawatan dirumah

Instruksikan pasien dan keluarga terlibat dalam perencanaan untuk perawatan dirumah

Kaji kondisi rumah untuk keberadaan factor allergen

Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cara menghindari allergen

Untuk bayi dan anak-anak

Beri penekanan kepada orangtua bahwa batuk sangat penting bagi anak-anak dan bahwa
batuk tidak harus diredakan dengan obat

Seimbangkan kebutuhan terhadap pembersihan jalan napas dengan kebutuhan untuk


menghindari keletihan

Biarkan anak memegang stetoskop dan mendengarkan buni napasnya sendiri

Diagnose 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang


ditandai dengan takipneau atau RR lebih dari normal

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan :

Menunjukkan pola pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan, status
ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan napas dan tidak ada
penyimpangan tanda vital
Menunjukkan tidak terganggunya status pernapasan yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1 gangguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5

Kedalaman inspirasi dan


kemudahan bernapas

Ekspansi dada simetris

Penggunaan otot aksesoris

Suara napas tambahan

Pendek napas

Pasien akan:

Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis

Mempunyai kecepatana dan irama napas normal

Mempunyai paru dalam batas normal

Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan

Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah

Mengidentifikasi factor yang memicu ketidakefektifan pola napas, dan tindakan yang
dapat dilakukan untuk menghindarinya

Intervensi keperawatan (NIC)


Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pengkajian penyebab
ketidakefektifan pernapasan, pemantauan status pernapasan, penyuluhan mengenai
penatalaksanaan mandiri terhadap alergi, membimbing pasien untuk memperlambat pernapasan
dan mengendalikan respon dirinya, membantu pasien menjalani pengobatan pernapasan, dan
menenangkan pasien selama periode dispnea dan napas pendek.

Pengkajian

Pantau adanya pucat dan sianosis

Pantau efek obat pada status pernapasan

Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi disangkar iga

Kaji kebutuhan insersi jalan napas

Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator

Pemantauan pernapasan

Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan

Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta


retraksi otot supraklavikuler dan interkosta

Pentau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur

Pantau pola pernapasan

Perhatikan lokasi trakea

Auskultasi suara napas

Pantau peningkatan kegelisahan

Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir tidal dan nila GDA jika perlu

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki
pola pernapasan, uraikan tehnik
Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan
pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber
komunitas

Diskusikan cara menghindari allergen, sebagai contoh:

Memeriksa rumah untuk adanya jamur didinding rumah

Tidak menggnakan karpet dilantai

Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC

Ajarkan teknik batuk efektif

Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam ruangan

Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu nakes pada
saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan

Aktivitas kolaboratif

Konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan fungsi


ventilator mekanis

Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai gda, sputum, dan
sebagainya, jika perlu dan sesuai protkol

Berikan obat bronkodilator sesuai program

Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program

Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola napas

Aktivitas lain

Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian

Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif, jika perlu

Tenagkan pasien selama periode gawat napas

Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napa


Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan secret

Minta pasien untuk mengubah posisi, batuk dan napas dalam setiap.

Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk menurunkan ansietas dan
meningkatkan perasaan kendali

Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal, masker atau sungkup,

Atur pusisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan

Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi

Perawatan dirumah

Jika menggunakan ventilator atau alat bantu elektrik lainnya, kaji kondisi rumah untuk
keamanan listrik dan beritahu jasa pelayanan yang bermanfaat sehingga mereka segera
mendapat bantuan pada kondisi listrik padam

Untuk bayi dan anak-anak

Selau ingat bahwa bai baru lahir harus bernapas melalui hidung, bahwa pernapasan
normal adalah abdomen, dan karena pernapasannya tidak teratur, saudara harus
menghitung pernapasannya selama satu menit penuh.

Untuk meminimalkan risiko sinrom kematian bayi mendadak, bai sebaiknya diletakkan
dalam posisi berbaring telentang atau tidur miring, bukan posisi telungkup

Anak-anak tetap bernapas per abdomen sampai usia sekitar 5 tahun dan diameter jalan
napas mereka yang lebih kecil meningkatkan resiko obstruksi jalan napas

Diagnose 3 : Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,
penurunan kemampuan finansial.

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:

1 Tidak adekuat
2 Sedikit adekuat
3 Cukup adekuat
4 Adekuat
5 Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5

Makanan oral, pemberian makanan


lewat selang, atau nutrisi
parenteral total

Asupan cairan oral atau IV

Mempertahankan berat badan. Kg ata bertambahkg pada..(tglnya)

Menjelaskan komponen gizi adekuat

Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet

Menoleransi diet yang dianjurkan

Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal

Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal

Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian

Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit


Manajemen nutrisi:

Ketahui makanan kesukaan pasien

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Ajarkan metode untuk perencanaan makan

Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal

Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya

Aktivitas kolaboratif

Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatak asupan protein

Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,


pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang
adekuat dapat dipertahankan

Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi

Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi asupan
nutrisiyang adekuat

Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.

Aktivitas lain

Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien

Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien


Suapi pasien jika perlu

Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein, tinggi
kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal makan jika
perlu

Itulah tadi konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tb Paru mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi anda.

Sumber:

Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit
oleh admin portalperawat.com.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Media Aescullapius.

Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi


6.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și