Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Basil TB masuk ke dalam tubuh sebagian besar melalui traktus respiratorius. Pada saat
terjadi infeksi primer, karena keadaan umum yang buruk maka dapat terjadi basilemia. Penyebaran
terjadi secara hematogen. Basil TB dapat tersangkut di paru, hati limpa, ginjal dan tulang. Enam
hingga delapan minggu kemudian, respons imunologik timbul dan fokus tadi dapat mengalami
reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif atau mungkin sembuh sempurna. Vertebra
merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang. Penyakit ini paling sering
menyerang korpus vertebra. Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi
berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi
hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi
kerusakan pada korteks epifise, discus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada
bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis yang dikenal sebagai gibbus.
Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada vertebra yang bersangkutan,
basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior dan mendesak
aliran darah vertebra di dekatnya. Eksudat ini dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke
Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan menyebar
depan dan menonjol ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan
ke mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau kavum pleura. Abses pada vertebra
torakalis biasanya tetap tinggal pada daerah toraks setempat menempati daerah paravertebral,
berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada daerah ini dapat menekan medulla
spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti
muskulus psoas dan muncul di bawah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga
dapat menyebar ke daerah krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis
Abses tuberkulosis biasanya terdapat pada daerah vertebra torakalis atas dan tengah, tetapi
yang paling sering pada vertebra torakalis XII. Bila dipisahkan antara yang menderita paraplegia
dan nonparaplegia maka paraplegia biasanya pada vertebra torakalis X sedang yang non paraplegia
pada vertebra lumbalis. Penjelasan mengenai hal ini sebagai berikut : arteri induk yang
mempengaruhi medulla spinalis segmen torakal paling sering terdapat pada vertebra torakal VIII
sampai lumbal I sisi kiri. Trombosis arteri yang vital ini akan menyebabkan paraplegia. Faktor lain
yang perlu diperhitungkan adalah diameter relatif antara medulla spinalis dengan kanalis
sedang kanalis vertebralis di daerah tersebut relatif kecil. Pada vertebra lumbalis I, kanalis
vertebralisnya jelas lebih besar oleh karena itu lebih memberikan ruang gerak bila ada kompresi
dari bagian anterior. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa paraplegia lebih sering terjadi
pada lesi setinggi vertebra torakal. Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit Pott terjadi melalui
a. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun,
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak- anak umumnya pada
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan
yang ringan pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massa
kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang tejadi 2-3 bulan setelah
stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus
intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging
anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau
gibbus.
Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama
ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari
yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila
terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu:
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf
sensoris.
Derajat II: terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih
Derajat III: terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
Derajat IV: terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi
dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau
lambat tergantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif,
paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau akibat
Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan
pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang
vertebra.
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis
atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang massif di sebelah
depan.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan laju endap darah (LED) dan mungkin disertai leukositosis, tetapi hal
ini tidak dapat digunakan untuk uji tapis. Newanda (2009) melaporkan 144 anak
dengan spondilitis tuberkulosis didapatkan 33% anak dengan laju endap darah yang
normal.
Pada pewarnaan Tahan Asam dan pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan
mikobakterium
Pungsi lumbal., harus dilakukan dengan hati-hati, karena jarum dapat menembus
masuk abses dingin yang merambat ke daerah lumbal. Akan didapati tekanan cairan
menimbulkan sindrom Froin yaitu kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi
tuberkulosis aktif.
polymerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang dapat diidentifikasi dengan
lamanya waktu yang diperlukan. Hasil biakan diperoleh setelah 4-6 minggu dan
hasil resistensi baru diperoleh 2-4 minggu sesudahnya.Saat ini mulai dipergunakan
ini identifikasi dapat dilakukan dalam 7-10 hari.Kendala yang sering timbul adalah
kontaminasi oleh kuman lain, masih tingginya harga alat dan juga karena system
ini memakai zat radioaktif maka harus dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa
radioaktifnya
2. Pemeriksaan Radiologis
Radiologi hingga saat ini merupakan pemeriksaan yang paling menunjang untuk diagnosis dini
spondilitis TB karena memvisualisasi langsung kelainan fisik pada tulang belakang. Terdapat
beberapa pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan seperti sinar-X, Computed Tomography
Pada infeksi TB spinal, klinisi dapat menemukan penyempitan jarak antar diskus
intervertebralis, erosi dan iregularitas dari badan vertebra, sekuestrasi, serta massa para vertebra.
Pada keadaan lanjut, vertebra akan kolaps ke arah anterior sehingga menyerupai. akordion
2.1. Sinar-X
Sinar-X merupakan pemeriksaan radiologis awal yang paling sering dilakukan dan berguna
untuk penapisan awal. Proyeksi yang diambil sebaiknya dua jenis, proyeksi AP dan lateral. Pada
fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior badan vertebra dan osteoporosis
Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin memberat dan membentuk angulasi
kifotik (gibbus). Bayangan opak yang memanjang paravertebral dapat terlihat, yang merupakan
cold abscess. Namun, sayangnya sinar-X tidak dapat mencitrakan cold abscess dengan baik.
Dengan proyeksi lateral, klinisi dapat menilai angulasi kifotik diukur dengan metode Konstam.
2.2. CT Scan
CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas sklerosis tulang, destruksi badan vertebra,
abses epidural, fragmentasi tulang, dan penyempitan kanalis spinalis. CT myelography juga dapat
menilai dengan akurat kompresi medula spinalis apabila tidak tersedia pemeriksaan MRI.
Pemeriksaan ini meliputi penyuntikan kontras melalui punksi lumbal ke dalam rongga subdural,
Selain hal yang disebutkan di atas, CT scan dapat juga berguna untuk memandu tindakan
biopsi perkutan dan menentukan luas kerusakan jaringan tulang. Penggunaan CT scan sebaiknya
2.3. MRI
MRI merupakan pencitraan terbaik untuk menilai jaringan lunak. Kondisi badan
dapat dinilai dengan baik dengan pemeriksaan ini.26,30 Untuk mengevaluasi spondilitis
TB, sebaiknya dilakukan pencitraan MRI aksial, dan sagital yang meliputi seluruh vertebra
oleh jaringan lemak dan perubahan MRI ini berkorelasi dengan gejala klinis. Bagaimana
membedakan spondilitis TB dari spondylitis lainnya melalui MRI akan dijelaskan pada
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mencari massa pada daerah lumbar. Dengan
pemeriksaan ini dapat dievaluasi letak dan volume abses/massa iliopsoas yang mencurigakan suatu
lesi tuberkulosis. Bone scan pada awalnya sering digunakan, namun pemeriksaan ini hanya
Selain itu, bone scan sangat tidak spesifi k dan ber-resolusi rendah. Berbagai jenis penyakit
seperti degenerasi, infeksi, keganasan dan trauma dapat memberikan hasil positif yang sama
diseminata. Penggunaan pencitraan ini masih belum lazim pada spondilitis TB.
3. Bakteriologis
Kultur kuman tuberkulosis merupakan baku emas dalam diagnosis. Tantangan yang
dihadapi saat ini adalah bagaimana mengonfirmasi diagnosis klinis dan radiologis secara
mikrobakteriologis. Masalah terletak pada bagaimana mendapatkan spesimen dengan jumlah basil
yang adekuat. Pemeriksaan mikroskopis dengan pulasan Ziehl-Nielsen membutuhkan 104 basil per
mililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan 103 basil per mililiter spesimen. Kesulitan lain
dalam menerapakan pemeriksaan bakteriologis adalah lamanya waktu yang diperlukan. Hasil
biakan diperoleh setelah 4-6 minggu dan hasil resistensi baru diperoleh 2-4 minggu sesudahnya.
Saat ini mulai dipergunakan sistem BACTEC (Becton Dickinson Diagnostic Intrument System).
Dengan sistem ini identifikasi dapat dilakukan dalam 7-10 hari. Kendala yang sering timbul adalah
kontaminasi oleh kuman lain, masih tingginya harga alat dan juga karena sistem ini memakai zat
Pada negara di mana terdapat prevalensi tuberkulosis yang tinggi atau tidak terdapat sarana
medis yang mencukupi, penderita dengan gambaran klinis dan radiologis yang sugestif spondilitis
tuberkulosis tidak perlu dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis dan memulai pengobatan.
4.Histopatologis
Infeksi tuberkulosis pada jaringan akan menginduksi reaksi radang granulomatosis dan
nekrosis yang cukup karakteristik sehingga dapat membantu penegakan diagnosis. Ditemukannya
tuberkel yang dibentuk oleh sel epiteloid, giant cell dan limfosit disertai nekrosis pengkejuan di
sentral memberikan nilai diagnostik paling tinggi dibandingkan temuan histopatologis lainnnya.
Gambaran histopatologis berupa tuberkel saja harus dihubungkan dengan penemuan klinis dan
radiologis.
Referensi:
Fie Fie, Novita. 2016. Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik