Sunteți pe pagina 1din 5

Nama : Amaliyah

NIM : 4102.0214.A.003
PRODI : Kesehatan Masyarakat
Tugas Pengolahan Limbah

Carilah aturan tentang plastik berbayar, lalu apakah hal tersebut pengelolaan atau tidak.
Kemudian program tersebut efektif atau tidak untuk dapat mengurangi sampah ? sertakan
alasannya.

Jawab :

1. Aturan / hukum tentang plastik berbayar


Mulai 21 Februari 2016 konsumen tidak bisa lagi mendapatkan kantong plastik
secara gratis ketika berbelanja di retail modern. Berdasarkan kesepakatan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Asosiasi
Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia (APRINDO), maka program kantong plastik berbayar
pun diberlakukan, dimana konsumen diharuskan membayar harga minimal Rp200 untuk
memperoleh kantong plastik (atau kantong kresek) ketika berbelanja di gerai ritel
moderen. Program tersebut bertujuan untuk mengurangi sampah, khususnya sampah
plastik, sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. UU tersebut, pengelolaan sampah terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Program kantong plastik berbayar termasuk dalam kategori
pengurangan sampah. Program tersebut juga menandai kampanye gerakan Indonesia
Bebas Sampah 2020 oleh KLHK.
Kebijakan kantong plastik berbayar oleh pemerintah untuk perlindungan
lingkungan hidup sebagaimana amanat Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup. Senada dengan UU nomor 32 tahun
2009 tersebut, Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) pun menerapkan
kantong plastik berbayar untuk mengurangi pemakaiannya dikalangan masyarakat,
dengan mengeluarkan surat edaran bagi kepala daerah yaitu, SE Menteri lingkungan
hidup nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tertanggal 17 Februari 2016 tentang Harga dan
Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar.
Dengan surat edaran tersebut KLHK menetapkan harga minimal Rp200,- untuk
setiap kantong plastik. Namun, sejumlah kota memberikan harga yang lebih tinggi agar

1
masyarakat lebih terbebani dan berinisiatif untuk membawa tas belanja sendiri dari
rumah. Seperti halnya Pemprov DKI Jakarta yang memberlakukan harga Rp5.000,-.
Sementara itu, Balikpapan menerapkan harga Rp1.500,- dan Makassar Rp 4500,- per
kantong plastik.
Pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup akibat sampah kantong
plastik tersebut, sebagaimana dimaksud perundang-undangan dan surat edaran KLHK,
tersebut harus dilaksanakan pemerintah, penanggung jawab usaha atau kegiatan ekonomi
serta masyarakat luas sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-
masing.

2. Apakah program kantong plastik berbayar ini termasuk dalam kegiatan


pengelolaan sampah ?
Menurut saya, program kantong plastik berbayar tersebut termasuk ke dalam jenis
kegiatan pengelolaan limbah. Karena pengelolaan adalah suatu upaya atau usaha yang
dilakukan dalam menanggulangi sampah atau limbah agar derajat kesehatan masyarakat
tidak terganggu.
Tujuan dari adanya program kantong plastik berbayar ini adalah untuk menekan
penggunaan limbah plastik yang setiap harinya menyumbang jutaan ton sampah yang
menumpuk karena plastik adalah jenis sampah yang butuh waktu lama untuk terurai.
Selain itu, Program tersebut bertujuan untuk mengurangi sampah, khususnya sampah
plastik, sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. UU tersebut, pengelolaan sampah terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Program kantong plastik berbayar termasuk dalam kategori
pengurangan sampah.
Dengan adanya program kantong plastik berbayar masyarakat menjadi inisiatif
untuk membawa keranjang atau plastik sendiri dari rumah karena mereka tidak mau
menggunakan uangnya hanya untuk membeli plastik meskipun hanya seharga Rp. 200-,
sampai dengan Rp. 5000-,. Dengan begitu program tersebut dapat megurangi penggunaan
plastik perhari dengan jumlah yang lumayan signifikan untuk dapat mengurangi
tumpukan sampah plastik meskipun belum efektif dengan hasil yang sesuai tujuan dan
harapan pemerintah dalam pengelolaan sampah.
Seharusnya program tersebut juga harus diimbangi dengan kesadaran masyarakat
untuk dapat mengurangi penggunaan plastik dan tidak membiarkan sampah plastik
menumpuk apalagi sampai harus membuangnya ke sungai. Hal tersebut dapat menggangu

2
ekosistem sungai dan estetika sungai. Pengelolaan tidak harus dari program pemerintah
seharusnya masyarakat juga bisa mengelola sampah plastik diantaranya didaur ulang
menjadi kerajinan tangan sehingga apabila ada kerjasama antara program pemerintah
dengan kesadaran masyarakat maka harapan dari pengurangan sampah di Indonesia akan
tercapai.

3. Apakah program plastik berbayar ini efektif dapat mengurangi sampah ?


Menurut saya, program ini belum efektif dapat mengurngi sampah karena terdapat
beberapa adanya ketidak jelasan dai segi hukum dan aturan pembayaran plastik tersebut.
Pembayaran dari plastik tersebut belum jelas alurnya sehingga banyak perusahaan retail
yang menggunakan hasil dari pembayaran plastik untuk perusahaan mereka sendiri ini
jelas menimbulkan permasalahan baru bagi pemerintah.
Meskipun program kantong plastik berbayar tersebut bertujuan baik, setidaknya
terdapat dua masalah yang berpotensi menghambat pencapaian tujuannya. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, pengelolaan sampah diatur dalam UU Pengelolaan Sampah.
Meskipun demikian, UU tersebut tidak memberikan kewenangan pemungutan dana untuk
pengelolaan sampah. Pasal 21 UU No. 18/2008 menyatakan bahwa pemerintah
memberikan insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah dan
memberikan disinsentif kepada orang yang tidak melakukannya. Ketentuan mengenai
jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif atau disinsentif tersebut harus diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP). PP No. 81/2012 sebagai peraturan pelaksanaan dari UU No.
18/2008 juga tidak mengatur secara khusus mengenai pemungutan dana tersebut.
Berdasarkan UU Keuangan Negara (UU No. 17/2003), kewenangan untuk melaksanakan
pemungutan pendapatan negara berada pada Menteri Keuangan sebagai pengguna
anggaran dengan melaksanakan pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
dan harus menyetorkan pungutan tersebut ke kas negara. Di lain pihak, pejabat pengelola
keuangan daerah dapat memungut pendapatan daerah berdasarkan peraturan daerah. Oleh
karena program kantong plastik berbayar merupakan program yang bersifat sukarela dan
pemungutan dilakukan bukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, maka
ketentuan dalam UU Keuangan Negara tidak dapat diberlakukan.
Meskipun demikian, justru dengan pemungutan dan pengelolaan dana yang
dilakukan oleh pihak di luar pemerintah dalam desain yang sekarang berlaku, dapat
menimbulkan masalah ditinjau dari tata kelola kepemerintahan yang baik (good
governance). Ternyata dana hasil program plastik berbayar tidak dikelola oleh
pemerintah, tetapi dikelola langsung oleh masing-masing pengusaha ritel.

3
Manajemen dana seperti ini merupakan praktik yang kurang baik ditinjau dari segi
tata kelola kepemerintahan. Selain itu. penggunaan dana tersebut juga potensial dapat
menimbulkan masalah. Ternyata dana tersebut digunakan oleh pengusaha gerai ritel untuk
memberikan insentif kepada konsumen, pengelolaan sampah, dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility, CSR) dengan mekanisme yang akan diatur oleh masing-masing pengusaha
ritel.
Selain itu ada upaya penggantian plastik dengan tas kertas. Ketika peraturan ini
mulai diberlakukan, ada banyak cara yang dilakukan pelaku bisnis pasar modern untuk
tetap melayani pelanggannya. Salah satunya adalah mengganti plastik dengan kardus
bekas untuk pelanggan yang berbelanja dalam jumlah cukup besar. Ketika plastik
dikurangi penggunaannya, bahan lain seperti kertas atau kardus malah diperbanyak.
Padahal, bahan baku pembuat material tersebut adalah kayu atau pohon. Secara tidak
langsung kebijakan ini selain menekan penggunaan plastik, justru malah mematikan
banyak pohon.

Meskipun kebijakan kantong plastik berbayar ini belum efektif ada beberapa hal baik
terhadap segi ekonomi. Kebijakan kantong plastik berbayar ini pada akhirnya dapat menekan
penggunaan kantong plastik secara efektif. Hal ini kemudian dapat mendorong berbagai
alternatif penggunaan kantong plastik, salah satunya ialah kerajinan tas belanja dan tas go
green. Kerajinan tas belanja dan tas go green pada saat ini mulai dilirik oleh berbagai
kalangan untuk menggantikan peran kantong plastik. Permintaan kerajinan tas belanja dan
tas go green ini diprediksi akan meningkat seiring pemberlakuan kebijakan kantong plastik
berbayar.
Dalam mendorong konversi penggunaan kantong plastik menjadi kerajinan tas belanja dan
tas go green yang diproduksi oleh UMKM, maka perlu adanya campur tangan dari
pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam menggalakan penggunaan tas belanja sehingga
terciptanya permintaan baru yang signifikan di pasar.

Kesimpulan :
Indonesia adalah salah satu negara dengan penghasil sampah terbanyak di dunia. Oleh karena
itu pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk menangani permasalahan sampah
yang tidak kunjung usai. Beberapa kebijakan sudah pernah dilakukan diantaranya bank
ampah tetapi sampai saat ini program tersebut belum menunjukan hasil yang signifikan dalam

4
pengurangan sampah. Sampah yang paling banyak dihasilkan dari masyarakat indonesia
dikehidupa sehari-hari adalah plastik. Setiap harinya ada jutaan tn sampah plastik yang tidak
bisa dikelola dengan baik sehingga menimbulkan beberapa permasalahan. Pemerintah
menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar sebagai upaya penanggulangan sampah
plastik sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Setiap sau kantong
plastik masyarakat diharuskan membayar akan tetapi kebijakan ini dinilai belum efektif
karena timbulnya permasalahan baru diantaranya adalah ketidak jelasan aliran dana hasil
pembayaran kantong plastik dan pergantia kanton plastik ke tas dari kertas dapat mengurangi
jumlah pohon di Indonesia akibat penebangan hutan untuk pembuatan tas kertas tersebut.
Meskipun kebijakan tersebut belum efektif, ada dampak positif dari segi ekonomi yaitu
produksi tas go green meningkat sehingga dapat membangung usaha UMKM di Indonesia.

Memang, jika dilihat dalam kajian ilmu pengetahuan, plastik adalah material yang sulit untuk
diurai oleh tanah. Butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk melebur material ini secara
tuntas. Oleh karena itu, agar sampah plastik tidak terus menggunung, dibutuhkan peranan
seluruh lapisan masyarakat untuk ikut mengurangi penggunaan kantong plastik. Selain itu
pemerintah diharapkan dapat menciptakan alternatif baru dalam upaya penanggulangan
sampah plastik ini tanpa harus membebani ke masyarakat.

Terimakasih...

S-ar putea să vă placă și