Sunteți pe pagina 1din 18

asesmen pembelajaran

ASESMEN PEMBELAJARAN
Pengertian Asesmen
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :
Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan
anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
Memilih dan mendesain program treatmen
Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan
intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang
dibutuhkan anak.

Tujuan Asesmen Berbasis Kelas


Secara rinci tujuan dari penilaian kelas adalah sebagai berikut :
a. Dengan melakukan asesmen berbasi kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat
mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, baiik selama mengikuti pembelajaran atau
setelahnya.
b. Saat melaksanakan asesmen , pendidik juga dapat langsung memberikan umpan balik kepada
peserta didik.
c. Pendidik dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik.
d. Hasil pantaua kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga
akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegaiatan, dan
sumber belajar yang digunakan, seuai dengan kebutuhan materi dan kebutuhan siswa.
e. Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan Komite Sekolah tentang
efektivitas pendidikan.
Fungsi Asesmen Berbasis Kelas
Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut ( Diknas, 2006) :
a. Tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetesi maupun kompetensi dasar.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, dan membuat keputusan
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun
untuk penjurusan.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukan diatas maka salah satu fungsi asesmen
berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantupendidik menentukan
apakah seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Asesmen juga berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan
kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan atau sedang berlangsung.
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai control bagi guru sebagai pendidik dan semua stake holder
pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil
belajar peserta didik.
f. Sebagai alat/bahan untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,
g. Sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajaran siswa.
h. Asesmen digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi
serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak.
i. Guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif Sesuai
dengan kesulitan yang dihadapi.

Prinsip-prinsip Asesmen
Prinsip dalam menerapkan asesmen ada 7 macam, prinsip-prinsip memberikan visi tentang cara-cara
mentransformasikan asesmen sebagai bagian dari reformasi sekolah dengan focus utama pada
perbaikan asesmen kelas untuk mendukung belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik
2. Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik
3. Objektif bagi semua peserta didik
4. Kolaborasi profesional
5. Parisipasi komite sekolah dalam pengembangan asesmen
6. Keteraturan dan kejelasan komunikasi mengenai asesmen
7. Peninjauan kembali dan perbaikan asesmen
Strategi Asesmen
1. Asemen Statis
Asesmen statis adalah asesmen yang yang dilakukan berdasarkan pola wakt yang telah ditentukan.
Misalnya dilakukan pada awal masuk sekolah atau tahun pelajaran baru, tengah semester dan akhir
semester.
2. Asesmen Dinamis
Asesmen dinamis adalah asesmen yang dilakukan tanpa terikat oleh pola waktu. Asesor terus melakukan
penilaian, pengukuran dan evaluasi sepanjang perkembangan anak dalam proses belajar atau
kehidupannya. Setiap hasil asesmen menjadi baseline bagi asesmen berikutnya.
3. Teknik
Tekniknya meliputi tes, evaluasi, wawancara, observasi, dan analisis pekerjaan anak. Dalam satu proses
asesmen, biasanya semua teknik itu digunakan, tidak hanya satu teknik saja.

Langkah-langkah Pokok Asesmen


1. Menyusun rencana asesmen
2. Mengumpulkan data
3. Melakukan Verifikasi
4. Mengolah dan menganalisa data
5. Melakukan penafsiran / interprestasi dan menarik kesimpulan
6. Menyimpan instrumen dan hasil asesmen
7. Menindak lanjuti hasil asesmen

Pengertian Pengukuran
Pengertian pengukuran menurut para ahli:
1. Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan
merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
2. Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu.
3. Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang
objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
4. Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
5. Menurut Pflanzagls pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu
untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

Tujuan Pengukuran
Tujuan pengukuran adalah pengulangan dari jumlah unit yang mempertahankan ukuran, dalam rentang
yang diijinkan kesalahan, tidak peduli yang instrumen, dimaksudkan untuk mengukur variabel bunga,
yang akan digunakan dan tidak peduli siapa atau apa yang orang terkait atau hal yang diukur.
Perkiraan jumlah pengukuran yang objektif tetap konstan dan tidak berubah (dalam kesalahan diijinkan)
di orang diukur, di berbagai merek instrumen, dan seluruh pengguna instrumen. Tujuan dari pengukuran
yang objektif adalah untuk menghasilkan referensi mata uang bersama standar untuk pertukaran nilai
kuantitatif, sehingga semua penelitian dan praktek yang relevan terhadap suatu variabel tertentu dapat
dilakukan dalam hal seragam. Tujuan penelitian pengukuran tes sejauh mana nomor yang diberikan
dapat diartikan sebagai menunjukkan jumlah yang sama dari hal yang diukur, seluruh orang diukur, dan
merek instrumen.
Intuisi kita tentang pengukuran sudah dikonfirmasi dengan perjalanan sehari-hari ke toko kelontong.
salah satu pasti akan melihat bahwa tiga apel besar mungkin berisi dua kali buah dimakan sebanyak tiga
yang kecil. Untuk menjelaskan perbedaan ini, biaya tidak sebanding dengan jumlah, sebenarnya konkrit
dari apel, tetapi dengan berat abstrak mereka.
Upaya pengukuran Sebagian besar hasil penghitungan tes ilmu manusia berbeda ukuran atau jawaban
survey dan berhenti di situ, keliru memperlakukan hitungan ini beton sebagai ukuran abstrak jumlah.
Lebih dari 70 tahun penelitian pengukuran yang objektif dan praktek telah mendirikan meyakinkan 1)
kelangsungan hidup skala instrumen yang berbeda dimaksudkan untuk mengukur variabel umum ke
penguasa tunggal referensi standar, dan 2) nilai tujuan membangun mengembangkan teori pengukuran
berbasis.
Sejauh mana jumlah unit tetap konstan dalam jarak tertentu kesalahan tidak dapat diasumsikan.
Penelitian di pengukuran yang objektif sebagian besar masalah menyatakan dan pengujian hipotesis
mengenai status kuantitatif variabel psikososial. penelitian seperti ini mungkin mulai dari instrumen,
data, teori, atau kombinasi dari beberapa, tapi hasil dengan cara yang menggunakan masing-masing
untuk memeriksa dan memperbaiki dua lainnya.
Tujuan pengukuran dapat dicapai dan dipertahankan menggunakan berbagai pendekatan dan metode.
Ini termasuk pengujian untuk penggabungan, aditif conjoint, Guttman pemesanan, dibagi-tak terbatas,
parameter pemisahan atau kecukupan. Tujuan pengukuran beroperasi dalam tradisi penelitian teori
dasar pengukuran, teori respon butir, dan teori sifat laten.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitanya dengan tes, hal ini dikarenakan salah satu cara yang
sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes
terkadang jugadipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif,
psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentangkarakteristik afektif obyek.
Pengertian Evaluasi
1. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa
evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
2. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan
bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik.
3. Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit mengemukakan bahwa antara evaluasi
dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan.
Evaluasi adalah pengumpulan yang sistematis dan analisis data yang diperlukan untuk membuat
keputusan, sebuah proses di mana sebagian besar program yang dijalankan dengan baik terlibat dari
awal. Berikut adalah beberapa kegiatan evaluasi yang sudah cenderung dimasukkan ke dalam program
banyak atau yang dapat ditambahkan dengan mudah:
Pinpointing layanan yang diperlukan misalnya, mencari tahu apa pengetahuan, keterampilan,
sikap, atau perilaku program harus alamat
Menetapkan tujuan program dan memutuskan bukti-bukti tertentu (seperti pengetahuan
khusus, sikap, atau perilaku) yang akan menunjukkan bahwa tujuan telah dipenuhi. Kunci untuk
evaluasi yang sukses adalah seperangkat tujuan program yang jelas, terukur, dan realistis. Jika
tujuan tersebut tidak realistis optimis atau tidak terukur, program mungkin tidak mampu
menunjukkan bahwa ia telah berhasil meskipun telah melakukan pekerjaan yang baik
Mengembangkan atau memilih dari antara pendekatan program alternatif misalnya, mencoba
berbagai kurikulum atau kebijakan dan menentukan mana yang terbaik untuk mencapai tujuan
Pelacakan tujuan program misalnya, membentuk sistem yang menunjukkan siapa yang
mendapatkan pelayanan, bagaimana pelayanan banyak disampaikan, bagaimana peserta
menilai layanan yang mereka terima, dan yang pendekatan yang paling mudah diadopsi oleh
staf
Mencoba dan menilai program baru desain menentukan sejauh mana pendekatan tertentu
sedang dilaksanakan dengan setia oleh personil sekolah atau agen atau sejauh mana itu menarik
atau mempertahankan peserta.
Melalui jenis kegiatan, orang-orang yang menyediakan atau mengelola layanan menentukan apa yang
akan ditawarkan dan seberapa baik mereka menawarkan layanan tersebut. Selain itu, evaluasi dalam
pendidikan dapat mengidentifikasi dampak program, membantu staf dan orang lain untuk mengetahui
apakah program mereka memiliki dampak pada pengetahuan peserta 'atau sikap. Dimensi yang berbeda
evaluasi memiliki nama resmi: proses, hasil, dan evaluasi dampak.
Rossi dan Freeman (1993) mendefinisikan evaluasi sebagai "aplikasi sistematis prosedur penelitian
sosial untuk menilai konseptualisasi, perancangan, implementasi, dan utilitas dari ... program." Ada
banyak definisi lain yang serupa dan penjelasan dari "apa evaluasi adalah" dalam literatur. Pandangan
kami adalah bahwa, meskipun definisi masing-masing, dan pada kenyataannya, setiap evaluasi sedikit
berbeda, ada beberapa langkah yang berbeda yang biasanya diikuti dalam evaluasi apapun. Ini adalah
langkah-langkah yang membimbing pertanyaan pengorganisasian buku ini.
Fungsi utama evaluasi adalah
Menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan
dibedakan atas lima jenis evaluasi :
1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa
beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan
kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program
pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar
dan mengajar.
5. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :


1. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul
dalam perencanaan
2. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan
atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :


1. Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang
ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi


Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2. Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain
materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Berdasarkan subjek :
1. Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2. Evaluasi eksternal
3. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi
1. Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan
evaluasi adalah untuk :
(a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan,
(b) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, dan
(c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang
menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.
2. Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk (a) melihat
produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan
kegiatan guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar, (d)
mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan
jalan keluarnya, dan
(e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuannya.
3. Fungsi evaluasi adalah (a) secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya,
sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat
berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, (c)
secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai
dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik
diantara mteman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, (e) untuk
mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya, (f) untuk
membantu guru dalam memberikan
bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan
tingkat/kelas, (g) secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan
peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu
sendiri.
4. Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu
memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan
mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang
dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan
keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi
belajar, (c) diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar,
(d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan
menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
C. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi
Prinsip-prinsip umum evaluasi adalah : kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif, mendidik,
akuntabilitas, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran
hendaknya (a) dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang
akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi, (b) menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran, (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat (instrumen) dan
sifatnya komprehensif, (d) diikuti dengan
tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip
berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan
prinsip diskriminalitas.
Langkah-langkah evaluasi
Sebuah gambaran dari langkah-langkah evaluasi "khas" berikut.

Proses Evaluasi
Proses Evaluasi menggambarkan dan menilai materi program dan kegiatan. Pemeriksaan bahan yang
mungkin terjadi pada saat program sedang dikembangkan, sebagai memeriksa kesesuaian pendekatan
dan prosedur yang akan digunakan dalam program. Sebagai contoh, staf program sistematis mungkin
meninjau unit dalam kurikulum untuk menentukan apakah mereka cukup menjawab semua perilaku
program ini berusaha untuk mempengaruhi. Seorang administrator program bisa mengamati guru
menggunakan program dan menulis account deskriptif tentang bagaimana siswa merespon, kemudian
memberikan umpan balik kepada instruktur. Meneliti pelaksanaan kegiatan program adalah bentuk
penting dari proses evaluasi. Pelaksanaan analisis dokumen apa yang sebenarnya transpires dalam
sebuah program dan seberapa dekat menyerupai tujuan program. Menetapkan tingkat dan sifat
pelaksanaan program juga merupakan langkah pertama yang penting dalam mempelajari hasil program,
yaitu menggambarkan intervensi yang setiap temuan tentang hasil mungkin akan diberikan. Hasil
evaluasi menilai pencapaian program dan efek.

Pengertian Tes

a. Menurut Riduwan ( 2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.
b. Menurut Allen Philips (1979: 1-2) A test is commonly difined as a tool or instrument of measurement
that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an individual or group.( Test biasanya
diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data tentang
suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau kelompok.)
c. Menurut Rusli Lutan (2000:21) tes adalah sebuah instrument yang dipakai untuk memperoleh
informasi tentang seseorang atau obyek.
Tujuan tes
1. Tes dilakukan untuk mengevaluasi produk / proyek / proses untuk memeriksa memenuhi spesifikasi
yang ditentukan
2. Mengetahui hasil belajar siswa, apakah sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran khusus (TKP) yang tertera dalam kurikulum atau belum.
3. Untuk menentukan angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa.
4. untuk mengetahui apakah peserta didik telah memilki keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai mana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam RPP.
Jadi, pencapaian pembelajaran itu harus diukur dengan tes tentang penguasaan materi dalam satu
pokok bahasan yang telah disampaikan guru pada siswanya sesuai dengan tujuan instruksional khusus.

Jenis jenis Tes


a. Tes Formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung,
untuk memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program belajar mengajar serta untuk
mengetahui kelemahan kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar mengajar
menjadi lebih baik.
b. Tes Sumatif
Tes sumatif di berikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan
dengan maksud untuk menetapkan bahwa seorang siswa telah berhasilmencapai tujuan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan atau tidak.
c. Tes Penempatan
Pada umumnya tes penempatan dibuat sebagai pretes.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik berdasarkan
hasil tes formatif sebelumnya.
Tes yang digunakan di Sekolah Dasar
a. Tes Membaca
Di Sekolah Dasar, tes membaca memperoleh tempat yang paling utama karena kecakapan membaca
(reading skill) mempunyai peran kunci untuk memperoleh segala macam pengetahuan. Meskipun alat
dan sumber belajar yang dapat digunakan peserta didik semakin beraneka ragam (seperti televisi, radio,
situs bersejarah, dan sebagainya), namun buku dan berbagai macam sumber bacaan lainnya tetap
menempati prioritas tertinggi di dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan. Kenyataan
menunjukkan bahwa kecakapan membaca yang semakin baik untuk memahami berbagai sumber
bacaan semakin diperlukan ketika seseorang menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.Hal
inilah yang mendasari pentingnya sedini mungkin mengidentifikasi kemampuan membaca peserta didik.

b. Tes Bakat Akademik Kelompok


Tes jenis ini digunakan untuk membantu menafsirkan hasil tes membaca dan aspek prestasi akademik
lainnya. Sesuai dengan namanya tes ini dipersiapkan secara kelompok.

c. Batrai Tes Keterampilan Dasar


Agar memberikan hasil yang optimal, tes jenis ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan tes bakat
akademik. Sebaiknya tes ini dilakukan setiap tahun. Namun demikian, jika dengan pertimbangan
tertentu hanya dapat dilakukan sekali dalam setahun, maka sebaiknya diberikan kepada peserta didik
yang duduk di kelas tiga atau kelas empat, sehingga hasil dari tes tersebut bisa dijadikan dasar untuk
merencanakan program pengajaran individual yang memerlukan pengajaran remedial.

d. Tes Kesiapan Membaca


Anda yang sedang mengajar di Sekolah Dasar kelas satu biasanya memerlukan panduan terutama ketika
hendak membentuk kelompok belajar membaca dan menilai kemajuan siswa. Nah, tes kesiapan
membaca ini merupakan bagian dari panduan tersebut.

e. Tes Intelegensi Individual


Upaya untuk mengetahui kecakapan intelektual secara umum seringkali dilakukan dengan melakukan
tes kelompok. Namun demikian, tidak jarang hasil tes kecakapan intelektual yang dilakukan secara
individual juga diperlukan, terutama jika ada peserta didik yang mengalami permasalahan terkait
dengan kesulitan belajar atau hal-hal psikologis. Karena kesulitan dan permasalahan yang dihadapi
peserta didik sifatnya sangat pribadi, maka tes intelegensi individual menjadi sebuah pilihan yang tepat.

f. Tes Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran


Kebanyakan dari tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum sekolah, sehingga tes ini
mendapat tempat yang pertama di antara berbagai jenis tes yang ada dan digunakan di sekolahsekolah.
Namun demikian, tes prestasi ini masih memiliki sejumlah keterbatasan khususnya terkait dengan
kegunaannya untuk membantu guru membuat keputusan instruksional dalam menilai kurikulum
sekolah. Oleh karena itulah penggunaan tes-tes lainnya sangat dianjurkan untuk melengkapi
penggunaan tes hasil belajar ini.

g. Jenis Pengukuran lainnya


Tes diagnostik dan tes klistis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang digunakan sebagai pelengkap.
Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk mempelajari peserta didik secara individual. Sebenarnya
masih ada jenis tes lain yang kadang-kadang juga digunakan di sekolah, yakni tes kepribadian. Namun
demikian, tes ini kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang diperolehnya bersifat
semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan inventori.

2. Teknik Non Tes


a. Pengamatan atau Observasi
Ciri-ciri:
- Dilakukan untuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat
diamati (observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social skills).
- Hasilnya biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas, yang sering disajikan dalam
bentuk grafik.
Observasi bisa dilakukan secara formal ataupun informal, terstruktur (structured) maupun tidak
terstruktur (unstructured).

b. Interviews (interviu)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain. Melakukan
asesmen dengan cara melakukan interviu tidak bisa lepas dari proses mengobservasi siswa yang sedang
melakukan proses pembelajaran (in action). Bahkan keduanya terkait erat. Seperti halnya
mengobservasi, dengan menginterviu siswa Anda dapat mengungkap apa yang tidak tampak. Oleh
karena itu pertanyaan yang diajukan sebaiknya semakin lama semakin mendetil terkait dengan proses
dan strategi penalaran yang digunakan.
Memang kelebihan interviu adalah sifatnya yang personal dan fleksibel sehingga sangat memungkinkan
Anda sebagai guru membangun hubungan yang positif, saling percaya, dan saling
mendukung dengan setiap siswa tanpa terikat dengan waktu. Artinya, Anda dapat mengajukan sejumlah
pertanyaan baik kepada seorang siswa ataupun sejumlah siswa sebelum, selama, dan setelah pelajaran
baik untuk tujuan asesmen maupun untuk tujuan pembelajaran.
Beberapa pedoman dan langkah ketika Anda ingin melakukan interview kepada siswa adalah sebagai
berikut.
- Rencanakan pertanyaan, baik dari sisi kata-kata yang dipilih maupun cara bertanya, sehingga
hubungan Anda sebagai guru dengan peserta didik menjadi lebih baik.
- Atur pertanyaan Anda sedemikian rupa sehingga tidak membuat siswa bersikap defensif dan
Andapun bisa memperoleh banyak informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan dilakukannya
interviu.
- Mulailah interviu dengan pertanyaan yang sederhana dan santai.Simpan pertanyaan yang lebih
kompleks dan bersifat menyerang di akhir interviu.
- Mulailah dari pertanyaan yang umum menuju pertanyaan yang khusus.
- Buatlah isyarat non verbal yang sangat berguna untuk memancing siswa agar bersedia memberikan
jawaban lengkap/tuntas.
- Bersikaplah tenang. Siswa membutuhkan pendengar yang baik.
- Berilah cukup waktu kepada siswa untuk merumuskan apa yang dipikirkannya dan apa yang akan
dikatakannya.
c. Angket
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain.
- Hasilnya berupa data deskriptif.
- Biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).
Seluruh proses pembelajaran memiliki komponen afektif yang sangat penting perannya bagi anak.
Mendapat nilai 100 untuk pelajaran tertentu bagi anak misalnya, tidak begitu bermakna bila dia
membenci pelajaran tersebut atau bahkan tidak ingin lagi mempelajarinya. Oleh karena itu berbagai
sikap anak perlu diketahui karena keberadaannya sangat menentukan di dalam proses pembelajaran.
Beberapa langkah yang perlu Anda lakukan ketika melakukan asesmen terhadap sikap siswa adalah:
- memutuskan sikap-sikap yang hendak diukur atau dinilai.
- menyusun angket atau kuesioner.
- memilih ukuran standar (standardized measure) yang sesuai.
- memberikan angket kepada siswa untuk diisi mendekati awal atau akhir dari tiap-tiap unit
pembelajaran, atau bisa juga di sekitar awal atau akhir semester/tahun.
- menganalisis dan mengelola data untuk umpan balik bagi para stakeholderyang berkepentingan.
- memberikan umpan balik tepat waktu.
- menggunakan hasil untuk membuat keputusan terkait dengan upaya memperbaiki program
pembelajaran.
Dalam menyusun angket Anda bisa menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban terbuka
(seperti mengisi bagian yang kosong atau jawaban bebas) atau jawaban tertutup (pilihan berganda,
skala, dichotomous, ranking, dsb).

d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)


Ciri-ciri:
- Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya.
- Hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa
berdasarkan jumlah, tipe, pola, dsb.
e. Task Analysis (Analisis Tugas)
Ciri-ciri:
- Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan
urutan yang sesuai.
- Hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
f. Checklists dan Rating Scales
Ciri-ciri:
- Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan
teknik lain.
- Data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.
Checklists
Setidaknya ada dua manfaat yang bisa Anda peroleh dengan adanya checklists.Pertama checklist dapat
membantu Anda untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati. Kedua, Anda juga dapat
menggunakan checklist untuk memberi informasi kepada para stakeholder lainnya mengenai jenisjenis
perilaku yang diamati. Oleh karena itulah, membuat atau merumuskan sebuah checklistsebenarnya
membantu Anda menentukan secara tepat perilaku apa saja yang menunjukkan pembelajaran yang
berhasil untuk konteks tertentu.Namun demikian, yang harus diwaspadai adalah kemungkinan perilaku
penting justru belum tercakup di dalam checklist yang Anda buat, sehingga Anda tidak boleh terbatasi
oleh apa yang sudah tertulis pada checklist tersebut.
Rating Scales
Rating scales memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan seperti yang ada pada checklists. Metode ini
dapat membuat guru semakin mudah dalam mencatat frekuensi atau kualitas perilaku tertentu. Namun
sisi lain yang harus diwaspadai adalah bahwa rating dengan menggunakan angka mau tidak mau
mengharuskan Anda melakukan penjumlahan antar perilaku, yang menghasilkan skor observasi. Hal
semacam itu bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bijak karena hal tersebut mensyaratkan bahwa
daftar butir-butir pada skala itu bersifat menyeluruh dan masing-masing perilaku itu mempunyai nilai
yang setara.
Namun yang perlu dicatat bahwa checklists dan rating scales sangat baik digunakan untuk membuat
penilaian kualitatif. Kedua cara pengumpulan tersebut bisa dikembangkan bersama dengan anakanak
yang akan kita nilai.
g. Portofolio
Ciri-ciri:
- Siswa menjabarkan tugas atau karyanya.
- Memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa.
Siswa akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman
jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya mereka ke dalam sebuah portofolio yang
merepresentasikan kualitas belajar mereka. Melalui portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran
yang komprehensif mengenai prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telah diraih, karena dari
portofolio akan tampak pekerjaan terbaik siswa atau proses yang diterapkan di dalam belajar. Salah
satu tugas penting Anda sebagai guru adalah membantu mereka membuat atau menyusun portofolio.
Pentingnya bantuan pihak lain ketika menyusun portofolio membuat portofolio lebih tepat digunakan di
dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan cooperative learning.
h. Komposisi dan Presentasi
Ciri-ciri:
- siswa menulis dan menyajikan karyanya.
- sering dipakai dengan cooperative learning.
Setiap orang yang terdidik harus mampu mempresentasikan apa yang mereka tahu baik secara tertulis
maupun secara lisan. Kedua hal tersebut merupakan kompetensi yang sulit, dan para siswa perlu
menulis dan melakukan presentasi setiap hari agar menjadi penulis dan penyaji yang cakap. Hal ini tentu
saja menimbulkan permasalahan tersendiri di dalam proses asesmen terutama di sisi guru, karena Anda
harus membaca komposisi satu per satu, selain juga mendengarkan semua presentasi satu demi satu
disertai dengan memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat bagi mereka.
Untuk itulah penggunaan kelompok cooperative learning untuk melakukan asesmen performa anggota
kelompok tersebut dapat mencapai empat tujuan sekaligus pada kesempatan yang sama.
Kelompok cooperative learning memungkinkan para siswa sering terlibat di dalam unjuk kerja,
menerima umpan balik secara langsung dan mendetil atas segala upaya yang dilakukan, mengamati dari
dekat penampilan teman-temannya untuk mengetahui apa yang baik dan apa yang masih kurang.

Langkah-langkah ketika menerapkan komposisi adalah:


- Siswa diminta berpasangan atau mencari partner.
- Mendiskusikan dan membuat kerangka komposisi yang dibuat di dalam kelompoknya.
- Mencari topik.
- Menulis paragraf pertama bersama-samak
- Menulis paragraf-paragraf berikutnya sendiri.
- Saling menyunting komposisi yang ditulis pasangannya.
- Menulis kembali komposisi sendiri.
- Saling menyunting kembali.
- Melanjutkan sendiri.
- Saling membubuhkan tanda tangan di lembar komposisi partn r untuk menandai bahwa tugas
komposisi telah siap untuk diserahkan. Langkah-langkah untuk presentasi sama seperti langkah-langkah
yang dilakukan untuk model komposisi.
i. Proyek Individu dan Kelompok
Ciri-ciri:
- mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan (skill).
- sering digunakan dengan cooperative learning.
- bisa untuk individu maupun kelompok.
Salah satu aspek standar pada setiap bidang studi adalah membuat para siswa kreatif dan memiliki daya
cipta dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills). Hal ini menjadi
sangat penting manakala Anda sebagai guru ingin menilai multiple intelligences siswa dan kemampuan
mereka melakukan berbagai prosedur yang kompleks di dalam proses pembelajaran.
Proyek memang memungkinkan siswa untuk menggunakan beraneka macam cara belajar. Dengan
diterapkannya cooperative learning melalui kelompok-kelompok menjadikan proyek benar-benar lebih
kompleks dibandingkan jika siswa melakukan kegiatan belajar sendiri.
Secara umum proyek mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan berbagai jenis proyek untuk periode satu tahun. Buat struktur untuk proyek-proyek itu
sehingga peserta didik:
mempunyai beberapa pilihan fokus atau topik.
dapat menggunakan berbagai macam intelejensi (linguistik, interpersonal, intrapersonal, dsb.) di
dalam menyelesaikannya.
harus menggunakan keterampilan melakukan penalaran tingkat tinggi seperti induksi dan
pemecahan masalah.
bisa kreatif dan divergen di dalam menghadapi tugas.
2. Untuk masing-masing proyek, buat jadwal kapan proyek dimulai, kapan masing-masing bagian dari
proyek harus diselesaikan, kapan draft awal dikumpulkan agar bisa disunting oleh temantemannya,
bagaimana reaksi awal dari guru, dan kapan produk akhir diharapkan selesai.
3. Tunjukkan kepada para peserta didik beberapa sampel atau model proyek yang sudah selesai, mulai
dari yang tergolong sangat bagus, kurang bagus agar mereka mempunyai bayangan terhadap tugas yang
akan dilakukannya.
4. Upayakan siswa dapat mengembangkan kriteria untuk menilai kualitas sejumlah proyek yang sudah
selesai, bisa dari sisi penampilan, temuan atau informasi.
5. Upayakan siswa belajar bagaimana menggunakan rubrik yang telah Anda berikan sebelumnya.
6. Upayakan siswa dapat menyelesaikan proyek dengan bantuan pihak sekolah (guru, tenaga
administrasi, dll).
7. Upayakan siswa agar menyajikan proyek yang telah selesai.
8. Siswa menyerahkan proyek mereka masing-masing untuk dinilai.
Sejumlah langkah di atas diperuntukkan untuk proyek individu. Sedangkan untuk proyek kelompok ada
sedikit penambahan langkah. Disamping melakukan langkah-langkah di atas, prosedur proyek kelompok
juga mencakup:
1. Para siswa diberi tugas sebuah proyek awal dan ditempatkan dalam kelompok-kelompok cooperative
learning untuk menyelesaikannya.
2. Kelompok mengerjakan dan menyelesaikan proyek. Pastikan seluruh anggota kelompok memberikan
kontribusinya, membuat kesepakatan, dan dapat menjelaskan hasilnya. Anda sebagai guru secara
sistematis mengamati masing-masing kelompok dan memberikan umpan balik serta arahan.
3. Kelompok menyerahkan laporan kepada guru; masing-masing menyajikan hasilnya kepada
temanteman di luar kelompoknya. Dalam kesempatan ini, masing-masing anggota bisa dites terkait
dengan content proyek.
4. Tugas yang telah diberikan itu bisa Anda kembangkan lagi dengan menyajikan prosedur, konsep,
atau teori yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Siswa bisa diminta untuk menerapkan
apa yang baru saja dipelajarinya ke dalam sebuah proyek yang lebih kompleks.
Langkah-langkah di atas tentunya bersifat umum, bisa dimodifikasi, yaitu disederhanakan atau
sebaliknya dibuat lebih kompleks tergantung berbagai faktor seperti karakteristik bidang studi,
kemampuan siswa, waktu yang tersedia, karakteristik siswa, dan sebagainya.

Daftar Pustaka:
1. Evaluasi Buku Pegangan , WK Kellogg Foundation (PDF)
2. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.evaluationwiki.org/in
dex.php/Evaluation_Definition
3. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://web.mit.edu/tll/assessmen
t-evaluation/methods-of-measuring-learning-outcomes-grid.doc
4. http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/
5. http://www.adprima.com/measurement.htm
6. http://unsilster.com/2009/12/pengertian-asesmen/
7. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.evaluationwiki.org/in
dex.php/Evaluation_Definition
8. http://www.scribd.com/doc/23290252/inisiasi-asesmen-pembelajaran-sd-1

S-ar putea să vă placă și