Sunteți pe pagina 1din 13

Japanese encephalitis

Novie H. Rampengan

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novierampengan@yahoo.com

Abstract: Japanese encephalitis (JE) is an acute infective disease in the central nervous
system. Pigs and birds are the main reservoirs of JE viruses, albeit, there is no transmission
from human to human with mosquito bites. Clinical manifestations of JE in human vary from
mild symptoms like rhinitis until severe symptoms, and even death. Incubation period of JE
varies from 4 until 14 days. Development of JE symptoms are divided into 4 stadiums, as
follows: prodormal, acute, sub-acute, and convalescent. Diagnosis is based on anamnesis
about fever and the presence of pig farm around the house, and physical examination
consisted of increased intra-cranial pressure and decreased consciousness, meanwhile, the
definite diagnosis is confirmed with virus isolation either IgM capture ELISA test from serum
or cerebrospinal fluid; both have sensitivity almost 100%. Treatment of JE is only
symptomatic and supportive. Prevention and erradication of JE virus are aimed to human,
mosquito Culex as vector and its larvae, and pig as the reservoir. Japanese encephalitis can be
prevented with immunization. In severe cases, sequelae are found around 40%-75%.
Keywords: Japanese encephalitis, culex mosquito, pig farm, vaccination

Abstrak: Japanese encephalitis (JE) merupakan penyakit infeksi akut pada SSP. Babi dan
unggas merupakan reservoir virus ini, namun tidak terjadi penularan dari manusia ke manusia
lain melalui gigitan nyamuk. Manifestasi klinis penyakit JE pada manusia bervariasi, mulai
dari gejala ringan seperti demam flu biasa sampai berat bahkan kematian. Masa inkubasi JE
bervariasi antara 4 sampai 14 hari. Perkembangan gejala JE terbagi atas 4 stadium yaitu
stadium prodormal, akut, sub-akut, dan konvalesen. Diagnosis pasti dengan anamnesis adanya
perternakan babi disekitar rumah dan demam, pemeriksaan fisik terdapat peningkatan tekanan
intra kranial serta penurunan kesadaran, dan diagnosis pasti dengan isolasi virus maupun
pemeriksaan IgM capture ELISA dari serum atau CSS dengan sensitivitas hampir 100%.
Terapi JE hanya bersifat simtomatis dan suportif. Pencegahan dan pemberantasan JE virus
ditujukan pada manusia, vektor nyamuk Culex beserta larvanya, dan reservoir babi. Penyakit
JE dapat dicegah dengan imunisasi. Pada kasus berat, ditemukan gejala sisa sekitar 40%-75%.
Kata kunci: Japanese encephalitis, nyamuk Culex, peternakan babi, imunisasi

Japanese encephalitis (JE) merupakan meninggal. Pertama kali terjadi kejadian


penyakit infeksi akut pada susunan saraf luar biasa (KLB) pada tahun 1935 dan
pusat (SSP) yang ditularkan melalui hampir setiap tahun terjadi KLB, dari tahun
nyamuk yang terinfeksi virus JE. Virus JE 1946 hingga tahun 1950.1,2
termasuk dalam famili flavivirus. Penyakit Japanese encephalitis adalah infeksi
ini pertama kali dikenal pada tahun 1871 di neurologik yang berkaitan erat dengan St.
Jepang dan diketahui menginfeksi sekitar Louis encephalitis dan West Nile
6.000 orang pada tahun 1924. Virus JE encephalitis. Virus JE menyebar terutama
pertama kali diisolasi tahun 1934 dari di daerah pedesaan (rural) di Asia. Virus
jaringan otak penderita ensefalitis yang tersebut disebarkan oleh nyamuk culicine:

S10
Rampengan: Japanese encephalitis S11

nyamuk yang paling sering ditemukan meluas dari Pakistan hingga Siberia dan
sebagai vektor ialah Culex Jepang.5
tritaeniorhynchus yang dapat menularkan Virus JE termasuk salah satu dari 66
virus JE baik ke manusia maupun ke hewan jenis flavivirus. Virus ini termasuk dalam
peliharaan lainnya.3,4 Penyebaran penyakit serokompleks JE, yang terdiri dari
ini tergantung musim, terutama pada beberapa flavivirus termasuk Alfuy,
musim hujan saat populasi nyamuk Culex Koutango, Kokobera, Kunjin, Murray
meningkat, kecuali di Malaysia, Singapura, Valley encephalitis, JE, Stratford, Usutu,
dan Indonesia (sporadik terutama di daerah West Nile dan St. Louis encephalitis.9
pertanian).5 Penyakit ini endemik di daerah Japanese encephalitis merupakan penyakit
Asia, mulai dari Jepang, Filipina, Taiwan, musiman; kebanyakan kasus terjadi pada
Korea, China, Indo China, Thailand, bulan Juni hingga September. Pada daerah
Malaysia, Indonesia, dan India. Diper- subtropis, transmisi virus JE terjadi pada
kirakan terdapat 35.000 kasus JE di Asia bulan Maret hingga Oktober. Transmisi
setiap tahun. Penyakit ini paling sering dapat terjadi sepanjang tahun pada daerah
menginfeksi anak berusia 1 tahun hingga tropis seperti Indonesia. Negara yang
15 tahun.5,6 termasuk daerah endemis penyakit JE ialah
Di Indonesia, terdapat sekitar 19 jenis Malaysia, Burma, Filipina, Indonesia,
nyamuk yang dapat menularkan penyakit China, Taiwan, Rusia (Siberia maritim),
ini; paling sering ialah Culex Bangladesh, Laos, Kamboja, Thailand,
tritaeniorhynchus, yang banyak dijumpai di Vietnam, India, Nepal (terutama daerah
daerah persawahan, rawa-rawa dan Terai), Srilanka, Korea, Jepang, Australia
genangan air.7 Babi dan unggas yang hidup (pulau-pulau di Semenanjung Torres),
di air seperti bangau, merupakan hewan Brunei, Pakistan, Papua Nugini dan
utama reservoir virus ini.2,7 Selain itu sapi, Kepulauan Pasifik.5 Sebagaimana patogen
kuda, kerbau, kambing, tikus, kera, ayam penyakit zoonotic lainnya, beberapa faktor
dan kucing juga dapat berperan sebagai seperti ekologi, iklim, lingkungan dan
reservoir virus JE.2 Di Indonesia, penelitian
perilaku manusia berperan dalam
penyakit JE sudah dilakukan sejak tahun
penyebaran distribusi virus JE. Bahkan
1975 dengan seroprevalensi bervariasi
beberapa nyamuk yang terbawa arus angin
antara 10%-75%.5,6
telah dipertimbangkan berkontribusi
Manifestasi neurologik penyakit JE
terhadap penyebaran virus, contohnya dari
yang disebabkan oleh flavivirus bervariasi,
Papua Nugini ke pulau-pulau Semenanjung
mulai dari adanya sedikit perubahan dalam
Torres dan Australia.5
tingkah laku hingga masalah yang serius
Secara global, lebih dari 45.000 kasus
termasuk kebutaan, ataksia, kelemahan, dan
dilaporkan setiap tahun, walaupun
gangguan gerakan tubuh.3,4 Angka
kemungkinan telah terjadi penurunan
kematian berkisar antara 20% hingga 30%.
perkiraan insiden penyakit yang
Penyakit ini dapat dicegah dengan
sesungguhnya.6,7 Laju insidens lokal
vaksinasi; beberapa negara seperti
bervariasi mulai dari 1-10 kasus per
Thailand, China, Nepal, India dan Jepang
100.000 orang, tetapi bisa mencapai lebih
sudah memasukkan imunisasi JE ke dalam
dari 100 kasus per 100.000 orang pada saat
program imunisasi rutin sehingga kasus
outbreak.5 Nyamuk Culex bersifat zoofilik
ensefalitis turun bermakna dari 14,7 per
yaitu lebih menyukai binatang, hanya
100.000 penduduk menjadi 1 per 100.000
secara kebetulan saja dapat menyerang
penduduk.8
manusia terutama bila dalam keadaan
densitas Culex yang sangat padat.2
Epidemiologi
Keparahan infeksi yang terjadi secara
Dewasa ini terdapat 3 milyar orang alamiah dan kemungkinan komplikasi yang
tinggal di daerah endemis JE, daerah ini berat dapat terjadi menjadi faktor penting
S12 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

untuk mempromosikan vaksinasi sebagai meninggal, atau bahkan tanpa gejala.


pencegahan utama penyakit JE.5 Hewan yang dapat terinfeksi penyakit ini
Rasio infeksi virus JE asimtomatik ialah ternak lembu, sapi, ayam, bebek dan
dengan infeksi simtomatik bervariasi yaitu kambing, dan vertebrata lainnya, termasuk
25-1000 berbanding 1. Rasio kasus penya- ular, kodok, tikus, dan kelelawar. Burung
kit JE simtomatis pada pria dan wanita merupakan hewan yang penting dalam
1,5:1. Ditemukan bukti adanya infeksi virus penyebaran penyakit ini. Virus dapat
JE dari pemeriksaan serologik pada hampir bereplikasi di dalam darah hewan tanpa
seluruh penduduk usia dewasa muda di menimbulkan penyakit serius, yang
daerah pedesaan negara endemis. Japanese memungkinkan siklus penularan. Manusia
encephalitis menyerang semua umur, dan kuda merupakan dead-end host, artinya
namun infeksi simtomatis paling sering tidak terjadi penularan dari manusia atau
terjadi pada anak-anak berusia 2 tahun kuda ke manusia atau hewan lain melalui
hingga 10 tahun dan pada kelompok gigitan nyamuk.5
geriatri (usia lebih dari 60 tahun). Pada
daerah non endemis, infeksi virus JE tidak Etiologi
memiliki predileksi usia.5,7 Penyakit JE
Virus JE termasuk dalam genus
relatif jarang terjadi di antara para turis
flavivirus, single-stranded ribonucleid acid
yang berpergian ke daerah endemis dalam
(RNA) dan merupakan salah satu etiologi
jangka pendek dan ke daerah urban yaitu
ensefalitis arboviral yang paling
<1 per 1 juta turis. Individu yang berisiko 10
signifikan. Virus JE ditransmisikan ke
ialah turis yang menetap di negara endemis
manusia lewat gigitan nyamuk Culex yang
dalam jangka panjang di daerah pedesaan
di negara endemis.5 terinfeksi, paling sering ialah nyamuk
Di Indonesia, virus JE pertama kali Culex tritaeniorhynchus. Vektor Culex
diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972 di lainnya ialah Culex vishnui (India), Culex
daerah Bekasi. Endemisitas JE ditemukan gelidus dan Culex fuscocephala (Thailand,
di hampir seluruh provinsi di Indonesia, India, Malaysia). Nyamuk tersebut sangat
dimana umumnya masyarakat hidup aktif pada sore dan malam hari sehingga
berdekatan dengan hewan ternak mereka. risiko infeksi JE paling tinggi pada waktu
Data dari Kementrian Kesehatan Republik tersebut. Nyamuk berkembang biak di
Indonesia (Kemkes RI) tahun 1993-2000 tempat-tempat penampungan air terutama
menunjukkan spesimen positif JE daerah persawahan sehingga meningkatkan
ditemukan di 14 Provinsi (Bali, Riau, Jawa risiko infeksi pada daerah pedesaan.
Barat, Jawa Tengah, Lampung, Nusa Manusia dan mamalia lainnya seperti kuda
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, merupakan inang terakhir dimana terjadi
Sumatera Utara, Kalimantan Barat, low grade viremia dan jangka pendek. Babi
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan dan burung akuatik ialah inang perantara
Papua).2 Survei di Rumah Sakit (RS) dimana terjadi high grade viremia dan
Sanglah Bali pada tahun 1990 hingga tahun persisten serta menjadi reservoir utama
1992 pada 47 kasus ensefalitis ditemukan virus JE. Kuda dan babi muda dapat
19 kasus (40,4%) serologi positif terhadap mengalami gejala klinis dengan spektrum
penyakit JE. Survei di RS yang sama pada gejala menyerupai manusia seperti demam,
tahun 2001 hingga tahun 2002 pada 262 gangguan gerakan, dan konfusi.10
kasus ensefalitis, ditemukan 112 kasus Japanese encephalitis disebabkan oleh
(42,8%) positif dengan angka kematian virus JE, yang termasuk Arbovirus grup B,
(mortality rate) sebanyak 16% dan angka genus flavivirus, family flaviviridae. Virus
kecacatan (sequelae rate) sebanyak ini berbentuk sferis dengan diameter 40-60
53,1%.6 nm, inti virion terdiri dari RNA rantai
Pada hewan, penyakit ini dapat tunggal yang sering bergabung dengan
menyebabkan terjadinya abortus, protein disebut nukleoprotein. Sebagai
Rampengan: Japanese encephalitis S13

pelindung inti virion terdapat kapsid yang menempel dengan sel inang, terjadi
terdiri dari polipeptida tersusun simetri kerusakan membran lokal sehingga
ikosahedral yaitu bentuk tata ruang yang menyebabkan masuknya virus JE ke dalam
dibatasi oleh 20 segi sama sisi, mempunyai sel, kemudian terjadi viremia pertama yang
aksis rotasi berganda. Di luar kapsid umumnya berlangsung sebentar dan sangat
tersebut terdapat selubung. Virus relatif ringan. Bila viremia pertama tetap
labil terhadap demam, rentan terhadap berlangsung maka akan terjadi penyebaran
berbagai pengaruh desinfektan, deterjen, melalui aliran darah dan menimbulkan
pelarut lemak dan enzim proteolitik. perubahan inflamatorik pada jantung, paru,
Infektivitasnya paling stabil pada pH 7-9, hati, sistem retikuloendotelial dan SSP
namun dapat diinaktifkan oleh radiasi yang dapat menimbulkan penyakit
elektromagnetik, eter, dan natrium subklinis. Di dalam organ-organ tersebut
deoksikolat.2 virus JE akan berkembang biak kemudian
Terdapat 4 varian genotipe utama virus akan dilepaskan, masuk kedalam peredaran
JE yaitu isolat virus JE tipe I (diidentifikasi darah, dan menimbulkan gejala penyakit
di China, India, Jepang, Nepal, Srilanka, sistemik.2,11
Taiwan dan Vietnam); isolat virus JE tipe II Bentuk subklinis atau ringan dari
(diidentifikasi di Kamboja dan Thailand penyakit JE menghilang dalam beberapa
utara); isolat virus JE tipe III (diidentifikasi hari, jika tidak melibatkan SSP. Pada kasus
di Indonesia, Malaysia dan Thailand tersebut, infeksi bisa tidak menimbulkan
selatan, penyebaran genotipe ini yang gejala dan tetap tidak terdeteksi. Pada kasus
paling luas dibanding genotipe lain); dan lainnya, dimana terjadi invasi virus JE ke
isolat virus JE tipe IV (diidentifikasi di SSP yang disebabkan oleh pertumbuhan
Indonesia dan Malaysia).10 virus sepanjang sel endotelial vaskular,
menyebabkan keterlibatan sejumlah besar
Patogenesis area di otak termasuk talamus, ganglia
basal, batang otak, serebelum khususnya
Virus JE awalnya memperbanyak diri destruksi sel Purkinje serebelum,
di daerah gigitan dan nodus limf regional. hipokampus, dan korteks serebri. Infeksi
Dua karakteristik seluler yang penting persisten dan transmisi kongenital dapat
dalam patogenesis yaitu protein M yang terjadi. Semakin tinggi level sitokin
mengandung domain hidrofobik yang tertentu seperti interferon (IFN) alfa,
membantu untuk penempelan virus ke interleukin (IL) 6 dan IL 8, maka semakin
dalam sel inang dan protein E yang tinggi tingkat mortalitasnya.10,11
memiliki fitur imunogenik utama dan Virus JE dapat meningkatkan
diekspresikan ke dalam membran sel yang terjadinya patologi sistem saraf pusat
terinfeksi. Protein E memediasi fusi karena efek neurotoksik langsung ke sel-sel
membran antara envelope virus dengan otak dan kemampuannya untuk mencegah
membran sel sehingga virus dapat masuk perkembangan sel-sel baru dari sel neuron
ke dalam sel inang.11 (neural stem/progenitor cells) sehingga
Siklus replikasi virus JE dimulai dari meningkatkan morbiditas dan mortalitas.11
interaksi virus JE dengan reseptor sel Bagaimana cara virus dapat menembus
inang, kemudian endositosis yang sawar darah otak tidak diketahui dengan
diperantarai oleh reseptor, fusi dari pasti, namun diduga setelah terjadinya
membran virus dan sel inang, pelepasan viremia, maka virus akan menembus sawar
genom virus sitoplasmik dan dilanjutkan darah otak dan berkembang biak pada sel
oleh proses transkripsi dan pre-translasi. endotel dengan cara endositosis Setelah
Maturasi partikel virus terjadi di dalam mencapai jaringan SSP, virus berkembang
kompleks Golgi, diikuti oleh pelepasan biak di dalam sel dengan cepat pada
virus JE.11 retikulum endoplasma yang kasar serta
Pada tingkat sel, setelah virus JE badan Golgi dan setelah itu meng-
S14 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

hancurkannya. Akibat infeksi virus tersebut Stadium prodormal


maka permeabilitas sel neuron, glia dan
Stadium ini berlangsung selama 2-3
endotel meningkat, mengakibatkan cairan
hari, mulai dari timbulnya keluhan sampai
di luar sel mudah masuk ke dalam sel dan
timbulnya gejala SSP. Gejala yang sangat
timbullah edema sitotoksik. Adanya edema dominan ialah demam, nyeri kepala dengan
dan kerusakan SSP ini memberikan atau tanpa menggigil. Gejala lain berupa
manifestasi klinis berupa ensefalitis. Area malaise, anoreksia, keluhan dari traktus
otak yang terkena dapat pada talamus, respiratorius seperti batuk, pilek dan
ganglia basal, batang otak, serebelum, keluhan gastrointestinal seperti mual,
hipokampus dan korteks serebral. Bisa juga muntah dan nyeri di daerah epigastrium.
dengan cara seperti virus neurotropik Nyeri kepala dirasakan di dahi atau seluruh
umumnya yaitu setelah masuknya virus JE kepala, biasanya hebat dan tidak bisa
ke tubuh manusia terutama setelah viremia dihilangkan dengan pemberian analgesik.
yang kedua, tubuh manusia membentuk Demam selalu ada dan tidak mudah
antibodi antivirus yang beredar dalam diturunkan dengan obat antipiretik, namun
darah dan masuk ke SSP menimbulkan mungkin saja seorang pasien JE hanya
proses inflamasi dengan akibat timbulnya mengalami demam ringan atau gangguan
edema dan selanjutnya terjadi anoksia, pernapasan ringan.1-4
yang pada akhirnya terjadi kematian sel-sel
SSP yang luas.2,12
Stadium akut
Terdapat satu studi yang menyimpul-
kan bahwa sel-sel sistem saraf pusat selain Stadium ini berlangsung selama 3-4
neuron seperti astrosit dan sel mikroglia hari, ditandai dengan demam tinggi yang
juga bisa terkena infeksi viral replikatif tidak turun dengan pemberian antipiretik.
karena virus JE, sehingga menyebabkan Bila selaput otak telah terinfeksi dan
terjadinya kerusakan pada sawar darah otak membengkak, maka pasien akan merasakan
(blood-brain barrier).11 nyeri serta kekakuan pada leher hingga
peningkatan tekanan intra kranial berupa
gangguan keseimbangan dan koordinasi,
Gejala klinis
kelemahan otot-otot, tremor, kekakuan
Manifestasi klinis penyakit JE pada pada wajah, nyeri kepala, mual, muntah,
manusia bervariasi, mulai dari gejala ringan kejang, penurunan kesadaran dari apatis
seperti demam flu biasa sampai berat hingga koma. Berat badan menurun disertai
bahkan kematian. Pada kasus yang berat, dehidrasi.1-4 Pada kasus ringan mulai
ditemukan gejala sisa pada sekitar 40%- penyakitnya perlahan-lahan, demam tidak
75% kasus berupa kelumpuhan, tinggi, nyeri kepala ringan, demam akan
keterbelakangan mental dan penurunan menghilang pada hari ke-6 atau ke-7 dan
inteligensia.3 Tidak semua manusia yang di gejala ekstrapiramidal muncul setelah
gigit oleh Culex yang infektif menunjukkan gejala neurologik lainnya menghilang.
gejala klinis ensefalitis. Penelitian di Gejala ekstrapiramidal seperti Parkinson
Jepang memperkirakan 1 kasus menunjuk- berupa wajah menyerupai topeng (masklike
kan gejala klinis ensefalitis dari tiap 500- facies), tremor, rigiditas dan gerakan
1000 anak yang menderita infeksi JE yang choreoathetoid sering terjadi.3,4 Kelainan
asimtomatik, dengan angka kematian 20%- neurologik menyembuh pada akhir minggu
40%.2 Japanese encephalitis termasuk ke-2 setelah mulainya penyakit. Pada kasus
famili flavivirus yang sama dengan virus berat, awitan penyakit sangat akut, kejang
dengue, maka perlu dilakukan juga menyerupai epilepsi, hiperpireksia,
pemeriksaan terhadap virus dengue.3 Masa kelainan neurologik yang progresif,
inkubasi penyakit JE bervariasi antara 4 penyulit kardiorespirasi dan koma, diakhiri
sampai 14 hari. Perkembangan gejala dengan kematian pada hari ke-7 dan ke-10
terbagi atas 4 stadium:1-4 atau pasien hidup dan membaik dalam
Rampengan: Japanese encephalitis S15

jangka waktu yang lama, kadang-kadang kelumpuhan (44%), gerakan abnormal


terkena penyulit infeksi bakteri dan (8%).
meninggalkan gejala sisa permanen. 2. Perilaku: agresif (72%), gangguan
Kejang dialami oleh sekitar 10%-24% perhatian (55%), depresi (38%).
penderita anak, sedangkan orang dewasa 3. Intelektual: abnormal (72%), retardasi
lebih jarang mengalami kejang. Pada (22%).
stadium ini pemeriksaan cairan 4. Fungsi neurologik lain berupa
serebrospinal (CSS) menunjukkan gangguan ingatan (46%), afasia (38%),
leukositosis yang pada awalnya didominasi epilepsi (20%), paralisis saraf kranial
sel polimorfonuklear (PMN) tetapi setelah (16%) dan kebutaan (2%).
beberapa hari menjadi limfositosis.
Albuminuria sering ditemukan.1-4 Diagnosis

Stadium sub akut Diagnosis JE baru dapat ditegakkan


tahun 1981 berdasarkan kriteria World
Stadium ini berlangsung selama 7-10 Health Organization (WHO) dan
hari. Gejala gangguan SSP berkurang, pemeriksaan immune adherence
namun seringkali pasien menghadapi hemaglutinin (IAHA). Secara klinis tidak
masalah pneumonia ortostatik, infeksi ada gejala khas untuk JE, maka seringkali
saluran kemih (ISK), dan dekubitus. diagnosis ditegakkan sebagai ensefalitis
Gangguan fungsi saraf dapat menetap tanpa dicari penyebabnya.2
seperti paralisis spastik, hipotrofi otot
sebagai akibat perawatan lama dan Anamnesis
pemasangan kateter urin, fasikulasi,
Pasien dengan infeksi virus JE
gangguan saraf cranial. dan gangguan
memiliki riwayat paparan nyamuk di
ekstrapiramidal.1-4
daerah endemis serta daerah sekitar tempat
tinggal memiliki kepadatan Culex yang
Stadium konvalesens tinggi, banyak babi piaraan, daerah musim
Stadium ini berlangsung lama, bisa 4-7 tanam padi, atau memasuki musim
minggu dan ditandai dengan kelemahan, penghujan. Periode inkubasi 4-15 hari
letargi, gangguan koordinasi, tremor dan dengan rata-rata 6-8 hari. Periode
neurosis. Berat badan dapat sangat prodromal ditandai oleh adanya demam
menurun. Stadium ini dimulai saat tinggi, sakit kepala hebat yang tidak bisa
menghilangnya inflamasi yaitu pada saat dihilangkan dengan antipiretik, mual, diare,
suhu kembali normal. Gejala neurologik muntah dan mialgia yang dapat berlang-
bisa menetap dan cenderung membaik. Bila sung selama beberapa hari. Setelah itu,
penyakit JE berat dan berlangsung lama terjadi perubahan status mental yang dapat
maka penyembuhan lebih lambat, tidak bervariasi mulai dari konfusi ringan hingga
jarang sisa gangguan neurologik agitasi bahkan koma. Kejang terjadi pada
berlangsung lama. Gejala sisa yang sering 66% pasien yang terinfeksi, paling sering
dijumpai ialah gangguan mental berupa dialami anak-anak. Sakit kepala dan
emosi tidak stabil, paralisis upper atau meningismus lebih sering dialami dewasa.2-4
lower motor neuron.1-4 Tremor dan gerakan involunter lainnya
Gejala sisa atau sekuele ditemukan umum terjadi dan mutisme juga telah
pada 5%-70% kasus, umumnya pada anak dilaporkan sebagai salah satu gejala
usia di bawah 10 tahun, dan pada bayi akan penyakit JE yang dapat menyertai. Sindrom
lebih berat. Kekerapan terjadinya sekuele paralisis flaccid akut juga dapat terjadi,
berhubungan langsung dengan beratnya melibatkan sel-sel spinal anterior sehingga
penyakit. Sekuele tersebut dapat berupa menyebabkan gejala klinis menyerupai
gangguan pada:2 penyakit poliomielitis. Demam menghilang
1. Sistem motorik: motorik halus (72%), pada minggu kedua dan choreoathetosis
S16 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

atau gejala ekstrapiramidal berkembang Magnetic resonance imaging (MRI)


bersamaan dengan hilangnya gejala dan Computed Tomography (CT) scan
neurologik lainnya.1,3,4 MRI dan CT scan sering menunjukkan
adanya lesi talamus bilateral dengan
Pemeriksaan fisik perdarahan. Kadangkala ditemukan
adanya abnormalitas pada ganglia
Gejala neurologik penyakit JE
basal, putamen, pons, medula spinalis
bervariasi. Kelemahan tubuh menyeluruh
dan serebelum. Lesi hiperintens dapat
(generalized weakness), hipertonia dan
diperhatikan pada area thalamus,
hiperrefleksia termasuk adanya refleks-
serebrum dan serebelum pada T2-
refleks patologik sering terjadi. Papiledema
weighted MRI.3,4
dialami pada kurang dari 10% pasien dan
Electroencephalography (EEG)
33% pasien mengalami gejala-gejala saraf
EEG sering menunjukkan adanya
kranial seperti disconjugate gaze dan
perlambatan gelombang delta yang
cranial nerve palsies. Gejala-gejala
kontinu dan difus serta pola gelombang
ekstrapiramidal menyerupai Parkinson juga
delta difus dengan spikes, sedangkan
umum terjadi, termasuk wajah seperti
gelombang theta dengan burst
topeng (mask-like facies), tremor, rigiditas
suppression. Perubahan EEG tidak
dan gerakan choreoathetoid.1,4
berhubungan dengan derajat beratnya
penyakit JE maupun luaran penyakit.4
Pemeriksaan penunjang
Gambaran histologik
Pemeriksaan darah lengkap (complete Perubahan gambaran histologik
blood count) ditemukan di talamus, substansia nigra,
Pemeriksaan darah lengkap sering batang otak, hipokampus, serebelum,
menunjukkan adanya leukositosis dan medula spinalis berupa degenerasi
sedang dan non spesifik pada minggu fokal neuronal dengan proliferasi
pertama penyakit, kemudian diikuti mikroglia difus dan fokal serta
oleh leukopenia relatif. Anemia ringan lymphocytic perivascular cuffing.4
juga dapat terjadi. Pada satu studi, Pungsi lumbal
sebanyak 15% anak dengan JE Pungsi lumbal dilakukan untuk
mengalami trombositopenia.4 mendapatkan sampel CSS sehingga
Level natrium serum dapat menyingkirkan diagnosis banding
Level natrium serum menurun akibat penyebab lain dari ensefalitis. Tekanan
sekresi hormon antidiuretik yang tidak pembukaan (opening pressure)
sesuai.4 biasanya normal tetapi dapat juga
Tes fungsi hati meningkat. Level protein CSS sedikit
Dalam satu studi yang dilakukan pada meningkat pada kebanyakan kasus,
anak-anak suku Indian selama outbreak namun seringnya kurang dari 900
JE di Uttar Pradesh pada tahun 2005, mg/dL. Kadar glukosa CSS seringkali
ditemukan hasil tes fungsi hati yaitu normal. Antara 10 dan beberapa ratus
semua pasien (100%) mengalami sel leukosit mononuklear dapat
peningkatan kadar aspartate ditemukan pada pemeriksaan hitung
aminotransferase (AST) dan 47,2% jenis (differential count). Virus JE
pasien mengalami peningkatan kadar dapat diisolasi dari darah selama
alanine aminotransferase (ALT).13 minggu pertama penyakit. Di dalam
Isolasi virus CSS jarang ditemukan virus, kecuali
Isolasi virus JE dari spesimen klinis pada kasus parah atau fatal.3,4
atau identifikasi sekuens viral genetik Pemeriksaan serologik
positif di dalam jaringan, darah atau Uji diagnostik baku yaitu IgM capture
CSS. Merupakan pemeriksaan baku dengan cara ELISA dari serum atau
emas untuk diagnostik JE.4 CSS. Sensitivitasnya mendekati 100%
Rampengan: Japanese encephalitis S17

bila kedua bahan (serum dan CSS) di sampel serum dan CSS diperiksa. Hasil
periksa. Beberapa reaksi silang dapat negatif palsu dapat terjadi kalau
timbul dari flavivirus lain seperti virus sampel-sampel yang diperiksa diambil
dengue, West Nile virus serta sesudah terlalu dini yaitu dalam minggu pertama
vaksinasi JE dan demam kuning. onset penyakit.3,4
Pemeriksaan serologis lain yang dapat Beberapa reaksi silang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan IAHA, timbul akibat infeksi flavivirus lainnya
Hemagglutination Inhibition (HI), seperti dengue dan virus West Nile dan
immunofluorecent antibody (IFA) dan juga pada orang yang telah divaksinasi
complement fixation (CF), namun JE dan yellow fever. Fenomena ini
semuanya membutuhkan sampel serum dapat berkontribusi terhadap kejadian
pada fase akut dan konvalesen supaya misdiagnosis sehingga tes paralel untuk
dapat melihat kenaikan titer antibodi virus JE dan flavivirus lainnya seperti
sebesar 4 kali atau lebih terhadap virus dengue dibutuhkan.1,3
JE. Uji HI dikatakan positif bila titer Pemeriksaan IgM dot enzyme
antibodi serum akut 1/20 atau lebih, immunoassays dari sampel CSS dan
sedangkan pada spesimen konvalesens serum merupakan tes yang sederhana
meningkat 4 kali atau lebih. dan portable serta dapat dibandingkan
Keunggulan uji HI yaitu hanya dengan IgM capture ELISA untuk
memerlukan laboratorium sederhana, diagnosis pasti (sensitivitas 98,3% dan
reagen mudah didapat serta biayanya spesifisitas 99,2% ketika dibandingkan
relatif murah. Kelemahan uji HI yaitu dengan IgM capture ELISA sebagai
tidak dapat membedakan JE dari standar).14
flavivirus lain seperti infeksi dengue
dan virus West Nile.2-4
Pemeriksaan konfirmasi
Untuk membuat diagnosis JE di
daerah endemis infeksi dengue, Isolasi virus
spesimen serum dan CSS baik yang Isolasi virus JE dari spesimen klinis
akut maupun konvalesens diperiksa atau identifikasi sequence virus genetik
IgM anti dengue, IgG anti dengue, IgM positif sering dari jaringan otak dan jarang
anti JE dan IgG anti JE. Hasil didapat dari darah dan CSS. Dari darah JE
dinyatakan positif bila lebih besar dari virus dapat diisolasi selama stadium akut,
40 unit. Hanya spesimen dengan anti JE sedangkan dari CSS virus dapat diisolasi
IgM yang lebih besar atau sama dengan pada permulaan ensefalitis. Dari jaringan
40 unit dapat diklasifikasikan berasal otak segar pasien yang meninggal pada
dari pasien JE. Hasil dari semua 4 uji minggu pertama sakit dapat terdeteksi
serologik dibandingkan, hasil rata-rata cukup banyak JE virus.2 Isolasi virus
anti dengue IgM dengan anti JE IgM merupakan pemeriksaan baku emas untuk
1 ialah khas infeksi dengue, sedangkan mendeteksi JE, namun sangat sulit pada
bila hasilnya <1 ialah khas untuk manusia karena masa viremia yang pendek
infeksi JE.2 sekali, sehingga saat pasien mengalami
Immunoassays gejala klinis, masa viremianya telah
Diagnosis penyakit JE dapat didukung berlalu.1,3
dengan pemeriksaan immunoassay yang
menunjukkan adanya antibodi IgM di Pemeriksaan RT-PCR
dalam CSS. Level antibodi serum dapat
meningkat hingga 4 kali lipat. Pemeriksaan reserve transcription PCR
Pemeriksaan IgM ELISA dari sampel amplification (RT-PCR) dapat mendeteksi
serum atau CSS ialah tes diagnostik RNA virus JE. Pada metode ini terlebih
standar untuk penyakit JE. Sensitivitas- dahulu dilakukan transkripsi terbalik RNA
nya mendekati 100% ketika baik sasaran menjadi DNA, kemudian
S18 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

komplemen DNA dilakukan amplifikasi. banding dapat disingkirkan dengan adanya


Dengan menggunakan oligonukleotida tanda atau gejala yang khas atau
yang spesifik JE, cara ini dapat mendeteksi pemeriksaan khusus, misalnya:2
RNA virus JE dalam jumlah yang sangat - Meningitis tuberkulosis: uji Mantoux
sedikit. Kelemahan metode ini sangat positif, biakan basil tahan asam (BTA)
mahal serta memerlukan teknik dan dari CSS positif
- Meningitis bakterialis: CSS purulen
peralatan yang rumit. Deteksi RNA virus
- Herpes zoster: kelumpuhan saraf
hanya bermanfaat bila dilakukan pada fase
kranial satu sisi
viremia; bila di luar viremia RT-PCR akan
- Leptospirosis: ikterus, hepatospleno-
memberikan hasil negatif. Spesimen untuk megali
pemeriksaan ini bisa dari darah atau CSS
dan dilakukan pada minggu pertama sakit.2
Terapi

Pencitraan Sejauh ini belum ada agen antivirus


yang jelas efektif untuk penyakit JE,
Pencitraan SSP dapat mendukung sehingga fokus terapi penyakit ini terutama
diagnosis. Pemeriksaan MRI dan CT-Scan simtomatis dan suportif meliputi
sering memperlihatkan adanya lesi bilateral pemeliharaan jalan napas, pemberian
pada talamus yang disertai perdarahan. oksigen walaupun tidak ada tanda sianosis,
Gangia basalis, putamen, pons, medulla pemantauan sirkulasi darah, pencegahan
spinalis dan serebelum juga terlihat kelebihan cairan, dan pemantauan gula
abnormal.2 darah karena sering terjadi hiperglikemia.2-4
Prinsip tatalaksana penyakit JE ialah
Pemeriksaan histologik pemberian makan (feeding), penanganan
airway, dan antikonvulsan untuk kontrol
Pada pemeriksaan histologik terdapat
kejang.2,4 Bila terjadi edema otak dapat
perubahan pada talamus, substansia nigra,
diberikan deksametasone intravena dosis
batang otak, hipokampus, serebelum dan
tinggi 1 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis selama
medula spinalis, termasuk degenerasi fokal
beberapa hari lalu di tapering off.
saraf dengan proliferasi difus dan fokal
Deksametasone berfungsi memperbaiki
mikroglia dan perivascular lymphocytic
integritas membran sel. Jika ditemukan
cuffing.2
tanda-tanda peningkatan tekanan intra-
kranial diberikan manitol; jika memung-
Pemeriksaan immunocytochemistry kinkan, periksa cairan otak. Untuk
Dilakukan dengan pewarnaan jaringan menurunkan tekanan intrakranial dapat
untuk melihat adanya protein spesifik, diberikan manitol hipertonik 20% dosis
dalam hal ini adalah JE. Cara ini dapat 0,25-1 g/kgbb melalui infus intravena
mendiagnosis kasus JE yang fatal bila uji selama 10-30 menit dan dapat diulangi tiap
serologi dan isolasi virus tidak dapat 4-6 jam. Selain itu anak ditidurkan
dilakukan.2 setengah duduk dalam posisi netral dengan
kepala lebih tinggi 20o-30o untuk
meningkatkan aliran darah pada pembuluh
Diagnosis banding darah balik dan pemberian cairan yang
Manifestasi klinis JE dapat ditemukan mengandung glukosa 10% untuk memper-
pada penyakit lain terutama yang berkaitan tahankan fungsi metabolisme otak.2 Dalam
dengan kelainan SSP seperti malaria seting ruang perawatan intensif (RPI),
serebral, meningitis bakteri, meningitis tekanan perfusi serebral (tekanan arterial
aseptik, ensefalitis oleh Flavivirus lain, rata-rata dikurangi tekanan intrakranial)
kejang demam, rabies, sindrom Reye dan harus dipertahankan lewat modulasi
ensefalopati toksik.2 Beberapa diagnosis tekanan darah sistemik yang sesuai.4
Rampengan: Japanese encephalitis S19

Bila demam dapat diberikan antipiretik terhadap ko-infeksi dengan penyakit tropis
seperti parasetamol dan asetosal. Selain itu lainnya seperti penyakit tuberkulosis dan
dapat diberikan tindakan suportif yaitu malaria. Selain itu, perlu dilakukan
istirahat dan kompres. Istirahat diperlukan pencegahan terjadinya dekubitus,
karena bila beraktivitas maka aktivitas otot pencegahan kerusakan kornea, mengurangi
akan meningkatkan metabolisme yang rangsangan eksternal, pemberian cairan dan
selanjutnya akan menambah tinggi suhu suplemen berupa vitamin dan mikronutrien,
tubuh. Kompres hangat juga akan pemberian antibiotik untuk infeksi
membantu pengeluaran panas terutama sekunder, fisioterapi, dan rehabilitasi untuk
melalui paru dan kulit melalui cara pasien yang dirawat dalam jangka panjang
konduksi, konveksi, dan penguapan air maupun pada pasien yang sembuh dengan
melalui kelenjar keringat. Tidak dibenarkan defisit neurologis.3,4
melakukan kompres dengan alkohol karena
bisa menyebabkan depresi SSP diakibatkan
Prognosis
anak menghirup uap alkohol.2
Bila pasien kejang, dilakukan Hanya 1 per 250 infeksi virus JE
penanganan kejang pada umumnya berupa menyebabkan penyakit simtomatis.
diazepam intravena, dosis 0,3-0,5 Prognosis infeksi virus JE simtomatis
mg/kgbb/kali dengan dosis maksimal pada bervariasi. Terdapat dua faktor yang
anak berusia <5 tahun 5 mg; anak usia 5-10 menandakan prognosis baik yaitu
tahun 7,5 mg; dan >10 tahun 10 mg dengan konsentrasi antibodi penetralisir yang
kecepatan pemberian 1 mg/menit. Bila tinggi di dalam CSS dan level IgG virus JE
anak tetap kejang dosis di atas dapat yang tinggi di dalam CSS.3,4 Faktor risiko
diulangi sekali lagi setelah 15 menit.2 Bila kematian yang terbukti di antaranya ialah
diazepam intravena tidak tersedia dapat ditemukan virus di dalam CSS, kadar
diberikan diazepam rektal 5 mg pada anak protein yang tinggi pada CSS menyebabkan
dengan berat badan <10 kg dan diazepam prognosis kurang baik, level IgG dan/atau
rektal 10 mg pada anak dengan berat badan IgM rendah di dalam CSS atau serum dan
10 kg. Bila kejang sudah berhenti dapat penurunan sensorium.3,4
dilanjutkan dengan pemberian fenobarbital Beberapa prognosis buruk infeksi
oral 5 mg/kgbb/kali di bagi dalam 2 dosis. virus JE di antaranya ialah pasien berusia
Bila sebelumnya pasien menunjukkan kurang dari 10 tahun karena gejala sisa
kejang lama atau status konvulsi, setelah biasanya lebih sering, Glasgow Coma Scale
kejang berhenti diberikan bolus (GCS) rendah, hiponatremia, syok,
fenobarbital intramuskular dosis awal 50 ditemukannya kompleks imun di dalam
mg untuk anak berusia 1 bulan-1 tahun dan cairan serebrospinal, peningkatan jumlah
75 mg untuk anak berusia >1 tahun. Setelah antibodi antineurofilamen, peningkatan
lebih dari 4 jam disusul pemberian level tumor necrosis factor (TNF) dan
fenobarbital oral dengan dosis rumatan 8 adanya neurosistiserkosis.3,4 Selain itu
mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis selama demam tinggi yang berlangsung lama,
2 hari dan selanjutnya 4-5 mg/kgbb/hari.2 kejang hebat dan sering disertai depresi
Faktor yang paling penting untuk pernapasan yang timbul dini akan
penanganan peningkatan tekanan intra- mengakibatkan prognosis buruk.2 Riwayat
kranial ialah mengidentifikasi dan infeksi dengue sebelumnya berhubungan
menginisiasi intervensi terapeutik yang dengan penurunan laju morbiditas dan
sesuai. Pasien dengan penyakit JE harus mortalitas, yang mungkin disebabkan oleh
dimonitor secara ketat terhadap komplikasi proteksi parsial reaksi silang antibodi
yang dapat menyertai, termasuk infeksi antiflaviviral.4
bakterial seperti pneumonia, infeksi Infeksi virus JE pada kehamilan
salluran kencing (ISK), atau ulkus trimester pertama atau kedua dapat
dekubitus. Klinisi juga harus berhati-hati menyebabkan kematian fetus. Infeksi pada
S20 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

trimester ketiga, walaupun belum tinggi (94-100%). Selain vaksinasi terhadap


dievaluasi secara sistematis, namun manusia, terdapat juga vaksinasi untuk
nampaknya berhubungan dengan luaran hewan terutama kuda dan ternak lainnya.16
fetus normal.4 Kira-kira 33%-50% pasien Jadwal dan dosis vaksin JE saat ini
yang mengalami penyakit simptomatis ialah untuk pasien berusia 3 tahun ke atas 1
memiliki sekuele neurologik mayor dalam mL secara subkutan pada hari 0, 7 dan 30,
1 tahun, termasuk kejang, paresis saraf sedangkan untuk pasien berusia 1-2 tahun,
kranial atau saraf motorik, dan gangguan diberikan dosis 0,5 mL. Jadwal vaksinasi
gerak. Laju mortalitas pada daerah yang hari 0, 7 dan 14 dapat dipertimbangkan jika
kurang berkembang bisa melebihi 35%. waktu yang tersedia sebelum bepergian
Secara keseluruhan di seluruh dunia, lebih tidak dapat memenuhi interval dosis vaksin
dari 10.000 kematian akibat penyakit JE yang lebih lama. Pasien dengan jadwal
dilaporkan setiap tahun.5 vaksinasi yang lebih pendek cenderung
memiliki titer antibodi yang lebih rendah
pada bulan kedua dan bulan keenam setelah
Pencegahan
imunisasi dibandingkan dengan pasien
Pencegahan dan pemberantasan JE yang divaksinasi dengan jarak antar
ditujukan pada manusia, vektor nyamuk vaksinasi lebih lama, walaupun laju
Culex beserta larvanya dan reservoir babi. serokonversi hampir serupa.4,17
Penyakit ini dapat dicegah dengan Kebutuhan akan dosis booster masih
imunisasi. Tujuan dilakukan pengontrolan belum jelas tetapi dapat dipertimbangkan
yaitu untuk meminimalkan kemungkinan 36 bulan atau lebih lama setelah dosis
terjadinya infeksi JE.2,15 Beberapa negara ketiga. Pilihan kedua yang mungkin dapat
seperti Thailand, China, Nepal, India dan dilakukan ialah dengan mengikuti titer
Jepang sudah memasukkan imunisasi JE ke antibodi dan revaksinasi ketika titer
dalam salah satu program imunisasi rutin.8 antibodi turun sampai kurang dari 1:10.
Terdapat 3 jenis vaksin JE yang Dosis terakhir vaksin diberikan minimal 10
digunakan di seluruh dunia yaitu hari sebelum bepergian ke daerah endemis.
inactivated mouse brain vaccine (strain Wanita hamil perlu divaksinasi hanya bila
Nakayama dan Beijing 1), inactivated mereka termasuk dalam kelompok risiko
primary hamster kidney cell vaccine (strain tinggi terpapar virus JE karena sangat
P3), dan live attenuated primary hamster berisiko terjadi angioedema.17
kidney cell vaccine (strain SA14-14-2). Efek samping vaksinasi yang ringan
Ketiga-tiganya telah digunakan untuk virus dilaporkan sebanyak hampir 20% dari
JE genotipe III tetapi memiliki proteksi penerima vaksin, yaitu berupa nyeri dan
silang (cross-protective) melawan genotipe kemerahan lokal, demam, gejala gastro-
lainnya.5 intestinal, sakit kepala dan mialgia.
Imunisasi juga dianjurkan untuk orang Insidens reaksi-reaksi tersebut biasanya
yang bepergian ke daerah endemik JE. berkurang pada dosis selanjutnya.
Vaksin yang beredar saat ini ialah JE-Vax Hipersensitivitas, termasuk angioedema
dari Jepang (Biken), Korea (Green Cross), atau urtikaria terjadi pada 0,6% pasien dan
dan SA14-14-2 (China). Pemberian vaksin sebanyak 2,6% per 100.000 penerima
secara subkutan. Vaksin SA14-14-2 vaksin membutuhkan perawatan di RS.
memiliki keuntungan dibandingkan dengan Hipersensitivitas vaksin merupakan kontra-
vaksin lainnya karena cukup satu dosis saja indikasi utama penggunaan vaksin. Reaksi
dan mampu memberikan respon antibodi hipersensitivitas dapat terjadi paling lambat
83%-100% pada anak berusia 6-7 tahun. 10-14 hari setelah dosis terakhir. Untuk
Pada anak usia lebih tua dilakukan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan
vaksinasi sebanyak dua kali dengan selang terjadinya reaksi hipersensitivitas yang
waktu antara 1 sampai 3 bulan serta lambat, pasien harus memiliki akses
memberikan respon antibodi yang cukup terhadap pelayanan medis selama 10 hari
Rampengan: Japanese encephalitis S21

setelah dosis terakhir. Pasien-pasien dengan penduduk dan kandang babi tersebut sering
riwayat alergi atau urtikaria memiliki risiko dibersihkan dan diusahakan bebas dari
efek samping vaksinasi yang lebih tinggi.17 nyamuk Culex.2
Vaksin JE direkomendasikan untuk Standard surveilans WHO untuk uji
wisatawan yang berencana akan tinggal di berbasis lapangan (field-based testing)
daerah endemik dan epidemik penyakit JE untuk virus JE telah dipublikasikan.
dan untuk wisatawan yang berencana untuk Sampel-sampel CSS yang didapatkan pada
berwisata dalam jangka panjang yaitu saat infeksi akut telah terbukti lebih
sekitar 30 hari di area pedesaan. Wisatawan bermanfaat dibandingkan dengan sampel
yang mengunjungi daerah epidemik aktif serum yang didapatkan pada saat infeksi
untuk penyakit JE harus dipertimbangkan non akut (>70% pasien dengan penyakit JE
untuk mendapatkan vaksinasi walaupun didiagnosis dengan pemeriksaan CSS).20
lama tinggal di daerah tersebut kurang dari
30 hari. Vaksinasi untuk orang-orang yang
Simpulan
tinggal dalam jangka waktu kurang dari 30
hari perlu dipertimbangkan jika diperkira- Japanese encephalitis (JE) merupakan
kan mereka sering berada di luar ruangan penyakit infeksi akut pada SSP yang
dan saat malam hari tanpa perlindungan. ditularkan melalui nyamuk Culex
Kelompok berisiko lainnya yang perlu tritaeniorhynchus yang terinfeksi virus JE
mendapatkan vaksinasi ialah pekerja dan sering menginfeksi anak berusia 1
laboratorium yang memiliki paparan tahun hingga 15 tahun. Endemisitas JE
potensial terhadap virus JE.4,17 CDC baru- ditemukan di 14 provinsi di Indonesia,
baru ini merekomendasikan bagi para termasuk Sulawesi Utara. Babi dan unggas
wisatawan muda berusia 2 bulan hingga 16 merupakan reservoir virus ini. Tidak terjadi
tahun untuk divaksin melawan JE jika penularan dari manusia ke manusia melalui
hendak berkunjung ke daerah endemis gigitan nyamuk. Manifestasi klinis penyakit
penyakit tersebut. Rekomendasi ini diikuti JE pada manusia bervariasi, mulai dari
persetujuan oleh FDA pada Mei 2013 gejala ringan seperti demam flu biasa
untuk memperluas pemakaian vaksin JE sampai berat bahkan kematian. Pada kasus
strain SA14-14-2 (Ixiaro) sebagai satu- yang berat, ditemukan gejala sisa pada
satunya vaksin JE yang tersedia di Amerika sekitar 40%-75%. Diagnosis pasti dengan
Serikat (AS) untuk anak berusia 2 bulan isolasi virus, sedangkan pemeriksaan IgM
hingga 16 tahun.18 capture dengan cara ELISA dari serum
Pencegahan paling penting pada atau CSS mempunyai sensitivitas hampir
wisatawan yang akan mengunjungi daerah 100%. Terapi JE hanya bersifat simtomatis
endemis ialah menghindari paparan dan suportif. Pencegahan dan pemberan-
nyamuk, khususnya pada malam hari. tasan virus JE ditujukan pada manusia,
Sangat dianjurkan penggunaan kelambu vektor nyamuk Culex beserta larvanya dan
nyamuk ketika tidur dan mosquito repellent reservoir babi. Penyakit JE dapat dicegah
dengan diethyltoluamide (DEET) pada saat dengan imunisasi.
tertentu, dimana risiko kontak dengan
nyamuk-nyamuk terinfeksi berada.19 Selain DAFTAR PUSTAKA
itu perlu dilakukan pemberantasan larva
nyamuk Culex dengan cara melakukan 1. Bromm AK, Smith DW. Arbovirus
pengaturan pengaliran air sehingga larva infections. In: Cook GC, Zumla AI,
editors.. Mansons Tropical Diseases
terbunuh. Juga penggunaan larvasida
(21st ed). Philadelphia: Saunders, 2003;
seperti fenitrotion 1% dengan dosis 30 p. 725-95.
kg/ha dan fention 0,01-0,04 kg/ha masih 2. Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR,
sangat efektif untuk membunuh larva. Satara IH. Japanese Encephalitis. In:
Diperlukan juga pengaturan pembangunan Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro
kandang babi yang jauh dari perumahan SR, Satara IH, editors. Buku Ajar
S22 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S10-S22

Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed). permissive infection of microglial cells
Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2008; p. by Japanese encephalitis virus: a
259-75. possible role as a viral reser-
3. Halstead SB, Jacobson J. Japanese voir. Microbes Infect. 2010;12(1):37-
Encephalitis. Adv Virus Res 45.
2003;61:103-38. 13. Kumar R, Tripathi P, Singh S, Bannerji
4. Halstead SB. Arbovirus of the Pacific and G. Clinical features in children
Southeast Asia. In: Feigin RD, Cherry hospitalized during the 2005 epidemic
JD, editors. Textbook of Pediatric of Japanese encephalitis in Uttar
Infectious Diseases (2nd ed). Pradesh, India. Clin Infect Dis. 2006;
Philadelphia: WB Saunders, 1987; p. 43(2):123-31.
1502-8. 14. Solomon T, Thao LT, Dung NM, Kneen
5. Endy TP, Nisalak A. Japanese encephalitis R, Hung NT, Nisalak A, et al. Rapid
virus: ecology and epidemiology. Curr diagnosis of Japanese encephalitis by
Top Microbiol Immunol. 2002;267:11- using an immunoglobulin M dot
47. enzyme immunoassay. J Clin
6. Indonesia. Direktorat Jendral P2MPL Subdit Microbiol. 1998;36(7):2030-4.
Zoonosis. Laporan serosurvey Japanese 15. Morita K, Nabeshima T, Buerano CC.
Encephalitis. Jakarta: Departemen Japanese encephalitis. Rev Sci Tech
Kesehatan; 1993/1994-2003. 2015;34(2):441-52.
7. Yoshida M, Igarashi A, Suwendra P, 16. Yang SE, Pan MJ, Tseng HF, Liau MY.
Inada K, Maha MS, Kari K, et al. The efficacy of mouse-brain inactivated
The first report on human cases Nakayama strain Japanese encephalitis
serologically diagnosed as Japanese vaccine-results from 30 years
encephalitis in Indonesia. The experience in Taiwan. Vaccine.
Southeast Asian J Trop Med Publ 2006;24(14):2669-73.
Health 1999;30(4):698-706. 17. Schiler KL, Samuel M, Wai KL.
8. WHO [Internet]. Immunization, Vaccines Vaccines for preventing Japanese
and Biologicals: Japanese Encephalitis, encephalitis. Cochrane Database Syst
2004 [cited 2016 7 Jan]. Available Rev. 2007;3:CD004263.
from: http://www.who.int/vaccines- 18. Lowry F. Traveling children should get
diseases/diseases/je.shtml. Japanese Encephalitis vaccine.
9. Vazquez A, Jimenez-Clavero M, Franco Medscape Medical News. Jun 19 2013.
L, Danoso-Mantke O, Sambri V, [cited 2016 Jan 5]. Available
Niedrig M, et al. Usutu virus: potential from: http://www.medscape.
risk of human disease in Europe. Euro com/viewarticle/806601.
Surveill. 2011:1-5. 19. Saxena SK, Mathur A, Srivastava RC.
10. Richman DD, Whitley RJ, Hayden Inhibition of Japanese encephalitis
FG. Clinical Virology. New York, NY: virus infection by diethyldithio-
Churchill Livingstone, 1997. carbamate is independent of its
11. Unni SK, Ruek D, Chhatbar C, Mishra antioxidant potential. Antivir Chem
R, Johri MK, Singh SK. Japanese Chemother. 2003;14(2):91-8.
encephalitis virus: from genome to 20. Solomon T, Thao TT, Lewthwaite P, Ooi
infectome. Microbes Infect. 2011;13(4): MH, Kneen R, Dung NM, et al. A
312-21. cohort study to assess the new WHO
12. Thongtan T, Cheepsunthorn P, Japanese encephalitis surveillance
Chaiworakul V, Rattanarungsan C, standards. Bull World Health Organ.
Wikan N, Smith DR. Highly 2008;86(3):178-86.

S-ar putea să vă placă și