Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh:
Shinta Ayu Phinnaka Purnama Dewi, S.K.H.
15/390767/KH/8704
Dosen Pembimbing:
drh. Heru Susetya, MP., Ph.D
Yogyakarta,
Dosen Pembimbing/Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang
dan Administrasi Dinas dengan baik. Laporan ini merupakan laporan kegiatan
Administrasi Dinas di Dinas Pertanian Kota Semarang periode 5-24 Oktober 2015
dan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang periode 26-30 Oktober 2015.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Dokter Hewan
3. Ir. Wahyu Permata Rusdiana, MP. selaku Kepala Dinas Pertanian Kota
Semarang.
Semarang.
iii
5. drh. Adithyani Tri Yuli Astuti selaku Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas
7. Segenap pegawai dan staf Dinas Pertanian Kota Semarang dan Balai
koasistensi berlangsung.
perbaikan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi dunia Medis Veteriner serta bagi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
v
Latar Belakang ................................................................................... 44
Dasar Hukum ...................................................................................... 45
Visi dan Misi ...................................................................................... 47
Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................... 47
Struktur Organisasi dan Tata Kerja .................................................... 48
Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina .................... 49
Tindakan Karantina ............................................................................ 50
Dokumen Karantina dan Sertifikat Karantina Hewan ........................ 51
Alur Karantina .................................................................................... 55
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Syarat mutu mikrobiologis daging sapi dan ayam ................................ 27
Tabel 2. Syarat mutu susu segar SNI 3141.1:2011 ............................................. 32
Tabel 3. Kriteria dan penilaian pengujian susu ................................................... 39
Tabel 4. Jadwal kegiatan koasistensi di Dinas Pertanian Kota Semarang .......... 58
Tabel 5. Hasil pemeriksaan bahan pangan asal hewan ....................................... 80
Tabel 6. Data pasien UPTD Klinik Hewan per Oktober 2015 ............................ 86
Tabel 7. Jadwal kegiatan koasistensi di Balai Karantina Pertanian Semarang . 101
Tabel 8. Hasil pengujian mikrobiologik sampel susu ....................................... 110
Tabel 9. Laporan lalu lintas MP HPHK di Bandara A. Yani ............................ 112
Tabel 10. Laporan lalu lintas MP HPHK di Pelabuhan Tanjung Emas ........... 113
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Kota Semarang ............................................................................ 5
Gambar 2. Struktur organisasi Dinas Pertanian Kota Semarang .......................... 8
Gambar 3. Pigmen daging ................................................................................... 25
Gambar 4. Penyakit hewan di Jawa Tengah tahun 2014 .................................... 42
Gambar 5. Struktur oganisasi Balai Karantina Pertanian Semarang................... 49
Gambar 6. Alur impor / pemasukan domestic .................................................... 56
Gambar 7. Alur ekspor / pengeluaran domestic .................................................. 57
Gambar 8. Kegiatan di RPH sapi Penggaron ...................................................... 68
Gambar 9. Kegiatan di RPH babi Penggaron ..................................................... 71
Gambar 10. RPU Dwisata ................................................................................... 74
Gambar 11. Pemeriksaan kadar air daging sapi dari Boyolali ............................ 75
Gambar 12. Kondisi kios penjualan daging di pasar tradisional dan modern ..... 77
Gambar 13. Hasil pengujian BPAH .................................................................... 80
Gambar 14. Pemeriksaan susu di Gunungpati .................................................... 84
Gambar 15. Pelayanan kesehatan hewan di UPTD Klinik Hewan ..................... 86
Gambar 16. Pelayanan kesehatan hewan di Unit Satwa Brimob ........................ 90
Gambar 17. Kondisi kandang satwa di Taman Margasatwa Semarang .............. 92
Gambar 18. Program pelayanan kesehatan ternak .............................................. 96
Gambar 19. Biosekuriti di pasar burung Karimata ............................................. 98
Gambar 20. Skema pemanfaatan sektor pertanian, peternakan dan pabrik ...... 100
Gambar 21. Sapi Black Wagyu hasil ET dan kambing Jawa Randu ................ 100
Gambar 22. Bongkar muat kontainer dan pengambilan sampel susu ............... 109
Gambar 23. Kegiatan pengujian sampel di laboratorium karantina hewan ...... 111
Gambar 24. Pengawasan lalu lintas MP HPHK ................................................ 113
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia mensyaratkan wawasan pengetahuan
veteriner sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter hewan
dan kesejahteraan hewan serta standar dan pedoman lain yang ditetapkan. Unsur
yang terlibat dalam Siskeswannas dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain
meliputi dokter hewan pemerintah, dokter hewan swasta, sektor swasta dan
konsumen.
bersifat public good (tidak dapat diserahkan kepada swasta, karena menyangkut
1
kehalalan produk hewan; (c) penjaminan hygiene dan sanitasi; (d) pengembangan
oleh PDHI meliputi: (a) penanganan penyakit pada hewan; (b) diagnosis klinik,
pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan; (g) pengukuran dan
2
memberikan gambaran lingkup kerja, peran serta tugas dan fungsi dokter hewan
Dinas ini disusun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan di Dinas Pertanian
Kota Semarang tanggal 5-24 Oktober 2015 dan di Balai Karantina Pertanian Kelas
B. Tujuan
kesejahteraan hewan yang menjadi tugas serta fungsi dokter hewan dalam
kegiatan kedinasan.
C. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kota Semarang
Lancar, Asri dan Sehat) terletak di garis 6 50 7 10 Lintang Selatan dan garis
menjadi ibukota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki luas 373.70 km2
yang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Kota Semarang berbatasan
Kabupaten Semarang di sebelah selatan, dan Laut Jawa di sebelah utara. Suhu
industry yang berkembang pesat karena didukung oleh letak geografis dan
diternakkan di daerah tersebut antara lain adalah sapi potong, sapi perah, kerbau,
4
KAB.
DEMAK
KAB.
KENDAL
Latar Belakang
Dinas Pertanian Kota Semarang yang beralamat di Jalan Kompak No. 2-3,
5
Visi dan Misi
kemandirian dan daya saing daerah, mewujudkan tata ruang wilayah dan
tugas dan fungsi Dinas Pertanian Kota Semarang memuat penjabaran tugas dan
fungsi Dinas Pertanian Kota Semarang. Kedudukan unit kerja Dinas Pertanian
Kota Semarang ialah: (a) Dinas Pertanian adalah instansi Pelaksana Pemerintah
Kota Semarang dalam bidang pertanian; dan (b) Teknis Operasional dan Teknis
pemantauan seperti yang tertulis di Bab III Pasal 3. Pasal 4 menjabarkan fungsi
meliputi:
6
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura,
pertanian;
bidang pertanian;
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.
7
Gambar 2. Struktur organisasi Dinas Pertanian Kota Semarang. Bingkai merah memuat organisasi Bidang Peternakan.
8
Peraturan Walikota Semarang No. 36 tahun 2008 dalam Pasal 5
menjelaskan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Kota Semarang:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri dari:
2.1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;
2.2. Sub Bagian Keuangan; dan
2.3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura,terdiri dari:
3.1. Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura;
3.2. Seksi Agroindustri Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan
3.3. Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.
4. Bidang Peternakan, terdiri dari:
4.1. Seksi Produksi Peternakan;
4.2. Seksi Agroindustri Peternakan; dan
4.3. Seksi Kesehatan Hewan.
5. Bidang Perkebunan dan Kehutanan, terdiri dari:
5.1. Seksi Produksi Perkebunan dan Kehutanan;
5.2. Seksi Agroindustri Perkebunan dan Kehutanan; dan
5.3. Seksi Pelestarian dan Konservasi.
6. Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya, terdiri dari:
6.1. Seksi Tata Penyuluhan;
6.2. Seksi Kelembagaan; dan
6.3. Seksi Pengembangan Sumber Daya.
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas, yang terdiri dari
7.1. UPTD Balai Benih Pertanian; dan
7.2. UPTD Klinik Hewan.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
9
C. Higiene Daging
Pengertian Daging
dan daging sapi 3932:2008 sebagai bagian dari tubuh sapi sehat yang telah
dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah,
organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Dalam SNI yang
sama, daging didefinisikan sebagai bagian otot skeletal dari karkas sapi yang
aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar,
daging segar dingin, atau daging beku. Daging segar merupakan daging yang
belum diolah dan atau tidak ditambahkan dengan bahan apapun. Daging segar
merupakan daging segar yang sudah mengalami proses pembekuan di dalam blast
Daging banyak dikonsumsi oleh manusia karena nilai gizinya yang tinggi.
Daging terdiri dari 75% air, 25% protein dan 5% lainnya merupakan gabungan
dari lemak dan mineral. Terlepas dari nilai gizinya, daging merupakan bahan yang
mudah rusak baik secara fisik, kimiawi, maupun biologik yang menjadi potensi
bahaya (potentially hazardous food). Salah satu peran dokter hewan adalah
10
Rumah Potong Hewan
Definisi Rumah Potong Hewan (RPH) menurut SNI Rumah Potong Hewan
yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai
- Jenis II: RPH dan atau UPD milik swasta yang dikelola sendiri atau
- Jenis III: RPH dan atau UPD milik pemerintah daerah yang dikelola
dan/ataubeku (frozen).
11
Rumah Potong Hewan Penggaron
tentang organisasi dan tata kerja perusahaan daerah rumah potong hewan dan
tentang persyaratan pemotongan hewan potong dan penanganan daging serta hasil
ikutannya.
Setiap hewan potong yang akan dipotong harus: (a) disertai surat
surat ijin potong; (d) dilakukan pemeriksaan antemortem oleh petugas pemeriksa
12
diistirahatkan paling sedikit 12 jam sebelum penyembelihan dilakukan; (f)
petunjuk petugas pemeriksa yang berwenang; (h) hewan potong tidak dalam
keadaan bunting; dan (i) penyembelihan dilakukan menurut tatacara agama Islam.
mengikuti Fatwa MUI tentang tata cara pemingsanan hewan yang diperbolehkan.
Apabila tidak dilakukan pemingsanan, maka tata cara menjatuhkan hewan harus
dapat meminimalkan rasa sakit dan stress (misal menggunakan restraining box).
Apabila hewan ternak telah rebah dan telah diikat (aman) segera dilakukan
penyembelihan sesuai dengan syariat Islam yaitu hewan dibujurkan dengan kepala
disebelah barat sesudah itu hewan disirami air. Pemotongan dilakukan oleh Modin
(kaum) dari sebelah timur hewan yang akan dipotong, memotong bagian ventral
leher dengan menggunakan pisau yang cukup panjang dan tajam sekali tekan
tanpa diangkat sehingga memutus saluran makan (esophagus), nafas (trachea) dan
pembuluh darah (v. jugularis, a. carotis) sekaligus. Trachea dan esophagus yang
terpotong dipegang sebelum mengalami retraksi. Esophagus diikat agar isi rumen
tidak keluar dan mencemari darah yang keluar serta bagian-bagian lain dari
hewan. Pada keadaan sekarat, hewan melakukan inspirasi yang kuat, sehingga bila
trachea tidak cepat dipotong dan disisihkan, akan menyebabkan darah tersedot ke
dalam pulmo. Proses selanjutnya dilakukan setelah hewan ternak benar-benar mati
13
dan pengeluaran darah sempurna. Setelah hewan ternak potong yang disembelih
penyembelihan yaitu: kepala dipisahkan dari badan (pada tulang atlas), kaki mulai
dari tarsus/karpus dipisahkan dari badan, hewan digantung, dikuliti, isi perut dan
dada dikeluarkan, lalu karkas dibelah memanjang dengan ujung leher terpaut.
Homeostatis
Exsanguinasi
menahan darah yang ada di dalam organ-organ vital. Umumnya hanya 50% dari
seluruh volume darah yang dapat dikeluarkan oleh tubuh dan sisanya tertinggal di
14
Penurunan pH pasca mati
proses metabolism anaerobik. Semakin banyak timbunan asam laktat dalam otot
akan turut mempengaruhi laju penurunan pH daging. Perubahan ini akan terjadi
secara bertahap namun tidak akan turun dibawah 5,3 karena enzim glikolisis tidak
Perubahan-perubahan lain
mati, rigor mortis, pemendekan dan timbulnya tensi otot, hilangnya homeostasis,
degradasi enzimatik.
Rigor mortis.
Proses awal yang terjadi pada daging setelah dipotong adalah pre rigor,
kemudian rigor mortis, dan diakhiri dengan post rigor. Pada tiap hewan lamanya
rigor mortis berbeda-beda pada sapi 6-12 jam pada babi 3-5 jam dan pada ayam 1-
1,5 jam. Setelah hewan mati, metabolisme yang terjadi tidak lagi sabagai
lagi sirkulasi darah ke jaringan otot. Proses ini merupakan proses yang dominan
pada otot dalam 36 jam postmortem. Asam yang dihasilkan pada glikolisis
Laju glikolisis ini dipengaruhi oleh jenis hewan, usia, jenis otot, lokasi otot,
15
Sementara itu jumlah ATP dalam jaringan daging masih relatif konstan sehingga
Tahap selanjutnya adalah tahap rigor mortis. Pada tahap ini, terjadi
perubahan tekstur pada daging. Jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak
mudah digerakkan. Pengolahan daging pada fase ini akan menghasilkan daging
olahan yang keras dan alot. Kekerasan daging selama rigor mortis disebabkan
protein aktin dan miosin mengalami crosslinking. Kekakuan yang terjadi juga
otot hewan, serta menurunnya jumlah adenosine triphosphat (ATP) dan keratin
phosphat sebagai penghasil energi. Apabila tingkat ATP dibawah 1 mol/g, energi
elektrostatik antara filamen aktin dan miosin. Proses ini ditandai dengan
terjadinya pengerutan atau kontraksi serabut otot yang tidak dapat balik
(irreversible) selama tidak ada ATP yang menempel di kepala myosin. Penurunan
kelenturan otot terus berlangsung seiring dengan semakin sedikitnya jumlah ATP.
Bila konsentrasi ATP lebih kecil dari 0,1 mikro mol/gram, terjadi proses rigor
mortis sempurna. Daging menjadi keras dan kaku. Keadaan rigor mortis yang
menyebabkan karakteristik daging alot dan keras memerlukan waktu yang cukup
16
Melunaknya kembali tekstur daging menandakan dimulainya fase post rigor.
Enzim tersebut terutama kalpain (bekerja pada pH > 6) dan Katepsin (bekerja
pada pH < 6). Proteolisis pada daging menyebabkan daging menjadi empuk, akan
tetapi juga menyebabkan daging mudah membusuk karena menjadi substrat yang
Pemeriksaan Daging
hasilnya yang bersih, sehat, dan aman untuk dikonsumsi serta mempertahankan
kondisi tersebut sejak dari sumbernya sampai kepada konsumen. Tujuan hygiene
daging adalah untuk menyediakan produk yang sehat, aman dan utuh untuk
dikonsumsi dan mencegah penularan penyakit zoonosis pada manusia, dari segi
mencegah penularan penyakit dari hewan yang satu ke hewan yang lain.
dengan tujuan untuk menjamin hewan yang akan disembelih sehat dan tidak
17
aman untuk dikonsumsi. Apabila pemotongan dilakukan lebih dari 24 jam pasca
antemortem meliputi: (a) pengamatan sikap hewan potong pada saat berdiri atau
bergerak yang dilihat dari segala arah; (b) pemeriksaan lubang-lubang alami,
selaput lendir, mata dan cermin hidung; (c) pemeriksaan kulit dan limfoglandula;
(d) tanda-tanda hewan telah disuntik hormon; (e) suhu badan; dan (f) pemeriksaan
18
gejala penyakit: Malleus, Anemia contagionis equorum, Rabies, Pleuro
Pemeriksaan Postmortem
untuk membuang dan mendeteksi bagian karkas dan/atau daging yang abnormal
serta pengawasan apabila ada pencemaran oleh agen yang berbahaya, untuk
luka di lidah, mulut, hidung (dari penyakit mulut dan kuku) bisul actinomycosis di
lidah dan tulang rahang, serta TBC terutama di lgl. retropharyngealis. Di dalam
masseter sapi dapat ditemukan Cysticercus bovis dan pada babi Cysticercus
cellulosae.
perubahan yang dapat dilihat antara lain TBC di lgl. bronchiastinum dan
19
mediastinalis serta paru-paru, kotoran dan darah dalam bronchus. Dalam bronchus
babi sering terdapat cacing strongiloid dan pada kuda dapat ditemukan malleus.
Hepar. Hepar diinspeksi dan dipalpasi, lgl. dipotong dan lobus di potong
Fasciola adalah penebalan dan lapisan kapur di ductus biliverus (di dalamnya
dibuka, lgl dipotong. Di dalam usus dan perut dapat ditemukan banyak jenis
Lien. Lien dipalpasi dan dibelah menurut panjangnya. Lien yang sehat
terasa agak keras dan tepinya tipis (tajam). Perubahan-perubahan yang dapat
dijumpai: bengkak karena berdarah, TBC, dan warna kuning akibat malleus.
Ren. Ren yang sehat tampak mengkilat, Pembungkus ren tipis dan mudah
dikupas. Ren dibuka dari bagian yang bulat, terus hingga ke hillus. Perubahan-
20
perubahan yang dapat ditemukan: radang, batu ginjal, cacing, TBC, degenerasi,
perubahan: radang akut/kronis. Radang akut ditandai lumen berisi exudat merah
dan berbau dan biasanya terdapat sisa-sisa plasenta. Dinding uterus tebal dan
edema, lgl juga bengkak dan merah. Harus hati-hati adanya septichaemi. Radang
kronis isinya seperti nanah, tetapi tidak berbau. Kelainan yang lain misalnya TBC.
mengkilat, sering terdapat fibrin. Pada pluritis dan peritoneum yang akut terdapat
Otak. Untuk memeriksa otak, kepala harus dibuka dan isinya jangan
sampai rusak. Pada otak kambing biasa terdapat cacing Coenurus cerebalis.
pendarahan, cysticercus, tulang-tulang yang patah, daging gemuk atau kurus. Lgl
Keputusan yang diambil sesudah hewan itu disembelih dan telah diperiksa
21
a. Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi, jika daging berasal dari
hewan yang tidak menderita suatu penyakit atau dari hewan yang
22
ovina, pestis bovina, blue tongue akut, tetanus, anthrax, blackleg,
Cap Daging
Daging yang dinyatakan baik diberi cap tanda pernyataan bahwa daging
tersebut baik, dimana bentuk dan ketentuan tanda baik ditetapkan oleh kepala
daerah. Syarat tinta cap daging tidak boleh beracun, tinggal lama dan mudah
dikenali. Formulasi tinta cap daging terdiri dari: (1) 50 ml alkohol 96%; (2) 500
ml glyserin 87%; (3) 250 ml spiritus; dan (4) 10 gr methyl violet. Bentuk cap
daging untuk sapi adalah bulat dengan jari-jari 5 cm, kerbau adalah segi empat
sama sisi, kuda adalah segitiga sama sisi, kambing/domba bulat berjari-jari 3 cm.
Alat Transportasi
harus dihindari dari kontaminasi dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain
tetap dalam keadaan tergantung dan terpisah dari isi rongga dada dan perut serta
bagian hewan potong lainnya. Ruang daging dalam pengangkutan daging harus
memenuhi syarat seperti: terbuat dari bahan anti karat dan mudah dibersihkan,
23
dilengkapi dengan alat penggantung dan lampu penerangan yang cukup, untuk
daging yang memerlukan waktu lebih dari 2 jam suhu ruangan maksimal 10oC
dan untuk daging beku -15 oC. Selama dalam perjalanan ruang daging harus
pengangkutan daging untuk tujuan keluar daerah harus dilengkapi dengan Surat
lain. Bangunan permanen dengan lantai kedap air, ventilasi cukup, langit-langit
tidak mudah lepas bagiannya, dinding tembok dengan permukaan licin dan
berwarna terang dan terbuat dari porselin putih. Pintu harus selalu tertutup
dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat atau serangga lain.
Pemeriksaan pH daging
ditempelkan pada daging. pH normal daging adalah 5,4 5,8. Faktor yang dapat
pemotongan.
24
Pemeriksaan warna, aroma dan konsistensi daging
atau sudah tidak segar secara fisik. Pigmen warna daging antara lain (Gambar 3):
25
Pemeriksaan permulaan pembusukan
a. Uji eber. Prinsip: NH3 yang terbentuk dalam sepotong daging pada
b. Uji postma. Prinsip: sebelum NH3 keluar dari daging sebagai gas bebas,
NH3 berikatan dengan beberapa zat dalam daging. Dalam reaksi ini MgO
ungu/biru muda.
Deteksi boraks
daging olahan dan makanan lainnya dilarang. Deteksi boraks dilakukan dengan
merupakan indikator natrium tetraboraks dan asam boraks yang memberi warna
merah oranye, kemudian akan berubah menjadi hijau gelap bila ditambah amonia,
26
Deteksi daging bangkai
Darah dalam hewan bangkai tidak dikeluarkan dari dalam tubuh sedangkan hewan
yang disembelih akan mengeluarkan darah. Prinsip dari deteksi bangkai ini adalah
Magnesium (Mg) dan hemoglobin (Hb) dalam darah akan bersaing mengikat
Mutu Mikrobiologis
dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Semarang guna pemeriksaan ulang daging
dari luar Kota Semarang sebelum masuk ke pasar-pasar daging di Kota Semarang.
27
Herkeuring dilakukan di pos pemeriksaan daging yang berlokasi di UPTD Klinik
Hewan Dinas Pertanian Kota Semarang. Pemeriksaan ini dilakukan pada pukul
00.00 sampai 05.00 WIB oleh petugas untuk pemeriksaan ulang terhadap daging-
D. Higiene Susu
Pengertian Susu
masyarakat Indonesia karena memiliki nilai gizi yang tinggi, memberikan efek
kesehatan serta merupakan bahan dasar banyak produk makanan dan minuman
olahan asal susu seperti keju, yoghurt, kue, dan sebagainya. Susu segar (raw milk)
didefinisikan dalam Standar Nasional Indonesia Susu Segar 3141.1 tahun 2011
sebagai cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi
atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan. Codex for Milk and Milk Products tahun 2011 mendefinisikan susu
segar (raw milk) sebagai sekresi normal mamae dari hewan yang laktasi yang
diperoleh dari sekali atau lebih dari sekali pemerahan, tanpa penambahan atau
tugas dokter hewan agar konsumen terlindung dari penyakit yang dapat ditularkan
28
melalui susu serta dari pemalsuan susu. Higiene susu merupakan usaha-usaha
untuk memperoleh susu dan hasil-hasil susu yang utuh, aman dan sehat serta
Nomor 95 tahun 2012 tentang kesmavet dan kesrawan serta Perda Nomor 10
tahun 1991 tentang Pemeriksaan dan Penjualan Air Susu terdiri dari pengawasan
terhadap pemberian pakan dan kesehatan sapi, kandang sapi, proses pemerahan
susu, pemeriksaan keadaan dan susunan susu, serta pengangkutan susu hingga ke
Kesehatan sapi perah diamati dan diuji oleh dokter hewan atau petugas
berwenang minimal sekali dalam setahun dan waktu tertentu yang dianggap perlu.
Setiap sapi perah harus mendapat vaksinasi terhadap penyakit yang ditetapkan
direktur jendral peternakan serta tes terhadap brucellosis dan tuberculosis. Sapi
29
cm/m); (b) ukuran 2 x 1,5 m2 per ekor sapi dewasa; (c) ventilasi cukup udara; (d)
limbah/air buangan dari kandang harus ditampung dalam tempat khusus, setiap
usaha berternak atau perusahaan sapi perah tidak boleh mengganggu lingkungan;
dan (e) sumber air adalah bersih dan layak sebagai air minum.
harus: (a) kedap air; (b) terbuat dari bahan yang tidak berkarat; (c) tidak
mengelupas bagiannya dan tidak bereaksi dengan susu; (d) tidak merubah warna,
Pengawasan pekerja
penanganan susu harus berbadan sehat dan bebas dari penyakit menular yang
dinyatakan dengan surat keterangan dokter. Surat keterangan dokter tersebut harus
bersih. Perlu juga menghindari cemaran asap yang bau dari lingkungan karena
dan pakaian pemerah bersih. Ekor sapi diikat sedang ambing dan puting
30
dibersihkan dan dikeringkan sebelum sapi diperah. Perahan pertama dibuang
Lantai kamar tahan air, dan dinding dilapisi tegel supaya mudah
dengan cara mencegat di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh loper-loper susu.
Sampel susu juga dapat diambil dari kandang (staal monster). Sampel susu yang
diambil sebanyak 500 ml. Pada waktu pengambilan harus diperhatikan: keadaan
tutup botol, segel lak atau Pb yang dijepit dengan merk perusahaan apakah masih
baik atau sudah rusak. Pengambilan sampel dari loper dan dari perternakan
Pemeriksaan Susu
menentukan kualitas dan keamanan atau kesehatan susu sebagai bahan makanan
yang sehat bagi konsumen. Tujuan pemeriksaan susu adalah: (a) melindungi
31
klasifikasi/penggolongan dan penentuan kualitas mutu susu (milk grading); (d)
melindungi konsumen dari kerugian sebagai akibat dari kerusakan susu karena
bakteri; dan (e) bagi pengusaha akan bermanfaat karena memberikan peningkatan
Persyaratan kualitas susu murni yang dapat beredar berdasarkan SNI 3141.1:2011
32
Pemeriksaan Keadaan Susu
susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dilihat dengan latar belakang
putih. Susu normal memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus cahaya.
Warna putih berasal dari refleksi cahaya oleh berjuta-juta butiran lemak dan
adanya kalsium caseinat dan kalsium fosfat. Warna kekuningan disebabkan oleh
adanya karoten yang berasal dari hijauan makanan ternak yang larut dalam lemak.
Warna susu menjadi kurang putih dan lebi tembus cahaya bila ditambah dengan
air atau dikurangi kadar lemaknya dan kemerahan bila mengandung darah dari
sapi yang menderita mastitis. Tabung yang berisi 5 ml contoh susu tadi
mengamati kecepatan penurunan susu dan butiran lendir. Susu yang berlendir
susu. Pemeriksaan bau dan rasa dilakukan dengan mencium dan mencicipi contoh
susu. Susu normal berbau khas seperti bau hewannya (susu sapi akan berbau sapi,
susu kambing berbau kambing, dan sebagainya). Lemak susu mudah menyerap
bau disekitarnya sehingga lingkungan yang tidak bersih dan berbau akan
mempengaruhi bau susu. Susu memiliki rasa yang gurih dan sedikit manis. Susu
dapat terasa pahit akibat bakteri yang menghasilkan pepton, terasa tengik, anyir
33
menggunakan kain saring atau kapas penyaring. Partikel-partikel yang berukuran
besar seperti bulu, rumput, feses, kerikil dan lain sebagainya akan tersaring.
jumlah mililiter NaOH 0,25 N yang dibutuhkan untuk menetralkan 100 ml susu
asam dapat dilakukan menggunakan metode Soxhlet Henkel. Derajat asam normal
Uji alcohol. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas susu. Susu
phosphate (MCP) yang terdapat dalam larutan koloidal. Semakin kuat ikatan
antara kasein dengan garam, semakin sulit alcohol 70% mendehidrasi MCP (uji
alcohol negatif). Ikatan kasein dan garam pada susu yang sudah tidak segar tidak
stabil sehingga MCP mudah didehidrasi oleh alcohol 70% (uji alcohol positif).
Uji katalase. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kandungan
susu dalam tabung katalase. Bakteri dalam susu yang memiliki enzim katalase
akan mengubah H2O2 yang ditambahkan ke dalam susu menjadi O2 dan H2O.
Semakin banyak bakteri penghasil katalase maka semakin banyak oksigen yang
dan kandungan bakteri dalam susu. Untuk melakukan uji reduktase, sebanyak 20
34
ditutup permukaannya dengan paraffin cair kemudian dipanaskan dalam
Semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengubah methylene blue menjadi
reduktase dalam susu tersebut. Apabila waktu reduksi sangat lama (> 5 jam) dapat
mengindikasikan susu yang diuji telah diberi perlakuan seperti pemanasan yang
Uji didih. Uji didih dilakukan apabila uji alcohol menunjukkan hasil
positif. Uji ini dapat mengetahui dengan cepat derajat keasaman susu. Kestabilan
kasein susu berkurang apabila suhu dalam keadaan asam sehingga akan
menggumpal atau pecah jika dididihkan. Uji didih akan memberikan hasil positif
Archimedes, bahwa gaya apung ke atas yang diberikan pada benda padat yang
dicelupkan ke dalam benda cair sama dengan berat benda cair yang digantikan
oleh benda padat yang dicelupkan tersebut. Pengukuran BJ susu dilakukan dengan
tabung tersebut dan tambahkan susu hingga tabung penuh. Usahakan agar
35
laktodensimeter berada di tengah dan tidak menyentuh dinding tabung. Setelah
BJ terukur suhu terukur 27,5) x 0,0002. Berat jenis minimum menurut standar
dan melarutkan kasein dan protein lainnya sehingga terjadi hilangnya bentuk
dispersi lemak yang akan menimbulkan batas pada butirometer Gerber dan
skalanya dapat terbaca. Cara kerjanya yaitu dengan cara memasukkan H2SO4 92%
kedalam penangas air 70C selama 10 menit dengan tutup karet dibawah.
Kemudian disentrifus selama lima menit dengan kecepatan putaran 1200 kali/5
selama 10 menit. Pembacaan kadar lemak dalam % berwarna kuning pada ujung
36
Keterangan : D : sisa kering
V : kadar lemak
S : berat jenis
Vd : sisa kering bebas lemak
Nilai keadaan susu diperoleh dengan menambahkan nilai derajat asam dan
nilai kebersihan. Nilai keseluruhan susu diperoleh dengan menambah nilai
susunan susu dan keadaan susu kemudian dibagi 2, sehingga di dapat kriteria:
14 16 = baik 4 6 = kurang dari cukup
11 13 = lebih dari cukup 3 = jelek
7 10 = cukup
37
E. Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Hewan Menular
ditularkan antara hewan dan hewan, hewan dan manusia, serta hewan dan media
pembawa penyakit hewan lain melalui kontak langsung atau tidak langsung
dengan media perantara mekanis seperti air, udara, tanah, pakan, peralatan, dan
manusia, atau melalui media perantara biologis seperti virus, bakteri, atau jamur.
Indonesia Nomor 41 tahun 2014 adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan
angka kematian dan/atau angka kesakitan yang tinggi pada hewan, dampak
Pathogenic Avian Influenza dan Low Pathogenic Avian Influenza; (6) Porcine
(13) Brucellosis akibat B. suis; (14) Jembrana; (15) Surra; (16) Paratuberculosis;
38
(17) Toxoplasmosis; (18) Classical Swine Fever; (19) Swine Influenza Novel
dan kuku, Bovine Spongiform Encephalopathy, dan Rift Valley Fever ditetapkan
sebagai PHMS yang penyakitnya belum ada di Indonesia yang berpotensi muncul
keresahan masyarakat.
prioritas untuk dikendalikan dan ditangggulangi adalah: (a) avian influenza; (b)
rabies; (c) anthrax; (d) japanesse encephalitis; (e) salmonellosis; (f) leptospirosis;
(g) bovine tuberculosis; (h) pes; (i) toxoplasmosis; (j) brucellosis; (k)
39
Pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan
kegiatan: (a) surveillans; (b) penyidikan; (c) pemeriksaan dan pengujian; (d)
dari wilayah Indonesia; (b) menyebarnya dari satu pulau ke pulau yang lain di
wilayah Indonesia; (c) menyebarnya dari wilayah ke wilayah lain dalam satu
pulau di dalam wilayah Indonesia; dan (d) muncul, berjangkit, dan menyebarnya
hewan baru dari hewan lama, hewan sakit dari hewan sehat, pembersihan dan
desinfeksi, pembatasan lalu lintas orang, hewan produk hewan dan media
biosafety dan biosekuriti; (d) pengebalan hewan; (e) pengawasan lalu lintas
hewan, produk hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya di luar
40
wilayah kerja karantina; (f) kesiagaan darurat veteriner; dan (g) penerapan
kewaspadaan dini.
Indonesia dari kasus dan/atau agen penyakit hewan menular yang dilakukan pada
cara: (a) penutupan wilayah; (b) pembatasan lalu lintas hewan rentan, produk
hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya yang beresiko tinggi; (c)
pengebalan hewan; (d) pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit; (e)
pada hewan yang sakit, terduga sakit, dan/atau hewan pembawa penyakit, dengan
Pengobatan hewan
41
Situasi Penyakit Hewan Menular di Semarang
dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2007. Hingga tahun
2014, penyakit hewan menular yang ada di kota Semarang antara lain adalah
42
F. Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang
Karantina
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Karantina hewan, ikan
dan tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau organisme pengganggu
tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Karantina hewan, ikan
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
tujuan menghendakinya.
43
Latar Belakang
Jalan Majapahit No. 134 Semarang. Mulai tahun 1981 menempati kantor di
Laut Tanjung Emas Semarang. Pada tahun 1984 karantina hewan diserahkan dari
Pelabuhan Laut Tanjung Emas, Bandara Ahmad Yani, Bandara Adi Sumarmo,
Bandara Adi Sucipto dan Pelabuhan Laut Tanjung Intan Cilacap. Mulai tahun
1994 status Stasiun Karantina Hewan Tanjung Emas menjadi unit Struktural
Stasiun Karantina Hewan Kelas I Tanjung Emas Semarang yang dipimpin oleh
membawahi Subseksi Pelayanan Teknis dan Urusan Tata Usaha serta kelompok
44
kerjanya meliputi Pelabuhan Laut Tanjung Emas, Bandara Ahmad Yani dan
struktur organisasinya berubah dari Eselon IV-A menjadi Eselon III-A dengan
nama Balai Karantina Hewan Kelas I Tanjung Emas, yang dipimpin oleh Kepala
Balai dan membawahi Subbag Tata Usaha, Seksi Pelayanan Teknis dan Seksi
Pelayanan Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
masing dipimpin oleh seorang kepala. Wilayah kerja Balai Karantina kelas I
Semarang sejak saat itu meliputi Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan laut
Juwana dan Tegal, Bandara Ahmad Yani, serta Kantor Pos Besar Semarang.
Dasar Hukum
Peraturan-peraturan Internasional
45
4. Food and Agriculture Organization
Peraturan-peraturan Nasional
tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada
departemen pertanian.
pembawa.
karantina.
46
Visi dan Misi
Visi
Alam Hayati, Hewani dan Nabati serta Keamanan Pangan Segar di Provinsi Jawa
Misi
melindungi kelestarian sumber daya alam hayati, hewani dan nabati serta
sekitarnya.
47
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan;
Karantina (OPTK);
tumbuhan;
I Semarang.
48
Kepala Balai
Ir. Heru Wahyupraja
Koorjabfung Koorjabfung
Medik Veteriner / Paramedik Veteriner POPT
drh. Anjar Maryati Heri Widarta, SP
1. Hewan
2. Bahan asal hewan yang dapat diolah lebih lanjut seperti: daging, telur, susu,
3. Hasil bahan asal hewan (BAH yang telah diolah) seperti: sosis, bakso,
4. Benda lain, yang merupakan media pembawa lain yang bukan tergolong
hewan, BAH dan HBAH yang mempunyai potensi penyebaran hama dan
penyakit berupa bahan biologik seperti: vaksin, sera, hormone, obat hewan,
49
Tindakan Karantina
yang dilarang.
dokumen tidak dapat dipenuhi, dan perlakuan di atas alat angkut tidak dapat
HPHK (sehat).
50
Dokumen Karantina dan Sertifikat Karantina Hewan
Inspection (KH-1)
alat angkut khusus (kapal laut atau pesawat udara yang muatannya khusus
hewan/produk hewan saja), dan ditujukan kepada Kepala UPT atau Dokter
51
4. Penolakan Bongkar / Refusal of Disembarkation (KH-4)
lanjut.
52
8. Berita Acara Penahanan / Declaration of Detention (KH- 8.a)
golongan I, busuk, rusak, tidak layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau
melalui tempat yang telah ditetapkan yang dilakukan dengan berita acara
golongan I, busuk, rusak, tidak layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau
melalui tempat yang telah ditetapkan dan/atau tidak segera dibawa keluar
dari wilayah RI atau dari area tujuan, yang dilakukan dengan berita acara
53
11. Sertifikat Kesehatan Hewan / Animal Health Certificate (KH- 9)
Products (KH-10)
HPHK gol I dan gol II. Sertifikat ini berlaku untuk sertifikasi produk hewan
susu, kulit, bulu, tanduk, telur tetas, telur SPF, semen, ova, tepung daging,
tepung tulang, tepung telur, tepung bulu dan produk hewan lainnya. Bagi
produk hewan untuk konsumsi manusia dinyatakan aman dan layak untuk
dikonsumsi serta dipisahkan antara yang halal dan yang tidak halal.
(KH-11)
dokumen dan sanitasi (kesehatan) benda lain tersebut. Surat Keterangan ini
berlaku untuk sertifikasi bahan biologik, bahan patogenik, pakan dan bahan
benda lain yang bukan tergolong hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan
54
14. Sertifikat Pelepasan Karantina/ Certificate of Release (KH-12)
media pembawa HPHK dan hanya boleh dibuka oleh petugas karantina.
Alur karantina
Media Pembawa HPHK Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang memuat alur
55
Gambar 6. Alur impor / pemasukan domestik
56
Gambar 7. Alur ekspor / pengeluaran domestik
57
BAB III
PEMBAHASAN
Yuli Astuti selaku Kepala Seksi Kesehatan Hewan. Jadwal koasistensi selama
58
Senin, 19-10-15 1. Upacara Senin Dinas Pertanian
2. Pemeriksaan BAH Swalayan Bpk. Sunardi
Selasa, 20-10-15 1. Pengobatan massal Kec. Gunungpati drh. Khoirunnisa
Rabu, 21-10-15 1. Pengobatan massal Kec. Gunungpati drh. Khorunnisa
2. Pelayanan klinik hewan Klinik Hewan drh. Hutamadi
Gayamsari
Kamis, 22-10-15 1. Pengobatan massal Kec. Mijen drh. Khoirunnisa
2. Evaluasi kegiatan Puskeswan Mijen drh. Khoirunnisa
KODIN
Jumat, 23-10-15 1. Senam
2. Administrasi dinas Dinas Pertanian drh. Yuli dan drh.
Khorunnisa
Sabtu, 24-10-15 1. Kunjungan ke PT. PT. Tossa drh. Dian
Tossa
pertanian;
bidang pertanian;
59
7. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalaian serta
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.
60
3. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura yang mempunyai tugas
Tanaman Pangan dan Hortikultura diatur dalam Pasal 12. Bidang ini
dalam Pasal 19. Bidang ini dipimpin oleh Sudjadi, SP, MM., terdiri dari:
61
konservasi. Fungsi Bidang Perkebunan dan Kehutanan diatur dalam Pasal
25. Bidang ini dipimpin oleh Yetty Novriyani, SP., terdiri dari:
Perkebunan dan Kehutanan diatur dalam Pasal 25. Bidang ini dipimpin oleh
7.1. UPTD Balai Benih Pertanian yang dipimpin oleh Ir. Sukahar; dan
7.2. UPTD Klinik Hewan yang dipimpin oleh Ir. Aji Sasongko.
undangan.
62
Secara umum, berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 36 Tahun
2008, Seksi Produksi Peternakan bertugas dalam (a) bantuan hewan ternak dari
(e) kebijakan alat dan mesin peternakan; (f) pemanfaatan air; (g) bimbingan dan
pengawasan ternak bibit; (h) kegiatan produksi semen beku dan inseminasi
perijinan hasil peternakan; (b) pengolahan hasil peternakan (e.g. telur asin,
usaha KKPI, dsb); (d) pengawasan produk asal hewan (kerjasama dengan seksi
Seksi Kesehatan Hewan miliki tugas dalam (a) kontrol bahan asal hewan;
penggunaan dan pengujian alat dan mesin kesehatan hewan dan kesmavet; (j)
63
C. Higiene Daging
untuk mengetahui, mengamati serta menilai hygiene dan sanitasi dalam proses
RPH babi dan RPU Unggas dan terpisah secara fisik dengan tembok. RPH ini
stardarisasi RPH. RPH ini memiliki kandang istirahat, kandang isolasi, gangway,
ruang utama, ruang pencucian jeroan, tempat pelayuan, ruang administrasi dan
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan serta penjaminan mutu daging di RPH ini
hari. Sapi diperiksa terhadap kondisi umum, pemeriksaan fisik, dan jenis kelamin.
Hasil pemeriksaan antemortem antara lain masih ditemukan sapi betina, pedet,
sapi yang cachexia, abses, dan sapi yang mengalami luka di bagian tubuhnya.
Sapi yang dipotong di RPH sapi Penggaron berasal dari Kudus, Ambarawa
dan Grabag. Rata-rata sapi yang dipotong setiap harinya sebanyak 25 ekor.
Pemotongan sapi mulai dilakukan sejak pukul 02.00 WIB setelah menyelesaikan
64
memenuhi kuota sapi yang biasanya didatangkan, tersedia tempat makan dan
minum, serta mampu menjaga sapi dari kondisi cuaca panas dan hujan. Sapi yang
harinya banyak sapi dadakan yang didatangkan menggunakan pickup dini hari dan
umumnya menggunaan pickup yang sering kali overload sehingga sapi berdesak-
menggunakan alas, sehingga sapi langsung loncat dari angkutan yang dapat
baik. Sapi digiring melalui pintu utama memasuki ruang utama. Ruang utama ini
ini juga dapat ditemui kios penjual daging sapi. Hal tersebut menjadikan kegiatan
produksi daging tidak satu arah. Produksi daging yang tidak satu arah
dengan tali (e.g. teknik barley). Perebahan secara kasar tidak memenuhi aspek
Penyembelihan dilakukan oleh mudin (juru sembelih) yang dibawa oleh jagal atau
65
esophagus, trachea dan pembuluh darah. Karena tidak menggunakan box
setelah hewan benar-benar mati dan proses eksanguinasi ditunggu hingga darah
Jeroan ditampung di trolley untuk diperiksa oleh tenaga medis, dicuci dan direbus.
carcassing dilakukan oleh orang yang sama, di satu ruang yang sama, terhadap
banyak sapi di satu waktu yang sama. Ditinjau dari aspek kesrawan, hal tersebut
membuat sapi yang hendak dipotong merasa terancam dan takut. Secara hygiene
dan sanitasi, hal tersebut memungkinkan adanya resiko kontaminasi silang (dari
dan ke daging, karkas, jeroan, maupun manusia). Pegawai RPH banyak yang
belum dilengkapi dengan pakaian pelindung diri seperti apron, boots, penutup
kepala, dan masih banyak yang ditemukan merokok atau meludah selagi bekerja.
66
Ruang pelayuan tidak difungsikan selayaknya, melainkan dijadikan tempat
transaksi jual beli daging dan karkas sapi. Rata-rata sapi yang dipotong memiliki
berat hidup 300 kg. Karkas yang dihasilkan dari berat tersebut rata-rata 100 kg.
Kebanyakan pembeli yang hadir adalah pembeli daging sapi untuk dijadikan
bakso, karena untuk menghasilkan bakso yang kenyal diperlukan daging sapi yang
segar. Sebagian produk RPH lainnya (daging/karkas, kepala, jeroan) dibawa oleh
sapi dihargai Rp 83.000 per kg. Pengangkutan produk RPH menggunakan pickup
diletakkan di alas bak pickup. Karkas, daging dan jeroan yang telah diperiksa dan
pengguna jasa sebagai tanda bahwa daging, karkas dan jeroan yang dibawa adalah
Perlu peningkatan usaha kesrawan serta hygiene dan sanitasi. Usaha-usaha yang
metode Barley, serta pelatihan rutin petugas medis dan pelaksana RPH. Selain itu
pemberian cap daging harus selalu dilakukan agar masyarakat mengetahui daging
yang beredar berasal dari RPH dan telah diperiksa oleh tenaga medis veteriner.
67
A B
C D
E F
68
Rumah Pemotongan Babi Penggaron
7 Oktober 2015, dibawah bimbingan bapak Sunardi. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui, mengamati serta menilai hygiene dan sanitasi dalam proses produksi
babi terletak bersebelahan dengan RPH sapi dan dibatasi tembok setinggi 2 m.
RPH babi merupakan RPH milik pemerintah kota semarang yang sudah memiliki
stardarisasi RPH. RPH ini memiliki kandang istirahat, kandang isolasi, gangway,
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan serta penjaminan mutu daging di RPH ini
Sapi yang dipotong di RPH babi Penggaron berasal dari Kudus dan Salatiga.
Rata-rata babi yang dipotong setiap harinya sebanyak 25-30 ekor. Babi yang
pemingsanan. Pemingsanan dilakukan dengan listrik 110 volt setelah tubuh babi
disiram dengan air dingin untuk memudahkan konduksi listrik. Babi yang pingsan
diseret ke tempat pemotongan (di atas lantai yang melandai) untuk disembelih
69
dengan cara menusuk jantung. Darah yang keluar ditampung sebagai saren.
Setelah pengeluaran darah maksimal, babi direbus dalam air panas 30 C selama
diruang yang terpisah dari ruang pemotongan dan perebusan. Setelah pengerokan,
dengan posisi kaki belakang di atas. Tahap selanjutnya adalah pengeluaran jeroan.
jeroan untuk dicuci dan diperiksa oleh tenaga medis. Tubuh babi dibelah
membujur menjadi dua bagian dan dipindahkan ke dalam ruang pelayuan untuk
seperti pekerja di RPH sapi, pekerja di RPH babi masih belum melengkapi diri
dengan alat pelindung seperti apron, boots dan penutup kepala. Selain itu masih
banyak petugas yang merokok dan meludah saat bekerja. Aspek kesrawan di RPH
babi lebih baik daripada di RPH sapi (Lampiran), terutama karena proses
kematian yang cepat dan hewan tidak menyaksikan hewan lainnya dipotong. Alur
daging, karkas, jeroan maupun manusia. Babi dengan bobot hidup 110 kg dapat
menghasilkan karkas 90 kg. Karkas babi dihargai Rp 65.000 per kg. Produk RPH
70
A B
C D
hygiene dan sanitasi dalam proses produksi karkas/daging ayam di RPU Dwisata,
Sunardi. Rumah Pemotongan Unggas Dwisata telah memiliki sertifikat halal MUI
71
yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar
jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan.
ayam per hari. Ayam yang dipotong merupakan ayam broiler yang didatangkan
dari Mijen dan Gunung Pati menggunakan mobil pengangkut dengan kotak-kotak
dimulai pukul 03.00 WIB dan dilakukan secara manual oleh dua orang
posisi kepala di bawah. Darah yang keluar ditampung di bak penampung darah di
sudah dipastikan benar-benar mati, yang dipindahkan dari corong ke dalam bak
berisi air panas bersuhu 60-70 C selama 3-5 menit untuk memudahkan proses
mesin feather plucking yang dilanjutkan secara manual dengan tangan untuk
membersihkan daerah yang masih terdapat bulu seperti di sayap dan kloaka.
Tahap selanjutnya adalah pemisahan kepala dan ceker dari karkas yang
kemudian dicuci hingga karkas bersih baik dari kotoran, bulu maupun darah.
Karkas ayam yang sudah bersih dikeluarkan isi perutnya (eviscerasi). Pengeluaran
sinister, kemudian dipisahkan hepar, jantung, ampela, usus, kloaka, pulmo dan
72
sebagai karkas dingin, karkas beku atau dilakukan parting. Dalam proses parting,
ayam di potong menjadi sembilan bagian, yaitu: 2 sayap, 2 dada tulang, 1 dada
tengah, 2 paha atas dan 2 paha bawah. Karkas yang sudah di-parting maupun
yang tidak di-parting dikemas lebih lanjut dan disimpan dalam refrigerator
bertemperatur -10 C.
Karkas dan daging ayam yang dihasilkan dari RPU Dwisata ini sebagian
besar dipasarkan untuk konsumsi hotel dan swalayan dalam wilayah kota
dengan desain gedung seperti rumah tinggal, sehingga tidak memenuhi Standar
mensyaratkan RPU harus berada jauh dari pemukiman dan memiliki area yang
cukup luas untuk pengembangan RPU. RPU sedang berada dalam renovasi,
dengan area carcassing dan pemrosesan jeroan. Menurut SNI 01-6160-1999 RPU
seharusnya memiliki batas yang jelas antara daerah kotor dan bersih. Proses
produksi yang tidak searah akan meningkatkan resiko pencemaran produk RPU
(karkas, daging, jeroan, dsb). Selama proses produksi tidak ditemukan pegawai
yang merokok ataupun yang melakukan kegiatan yang dapat mencemari produk.
73
D
A
B
Gambar 10. RPU Dwisata: (A) gerbang utama RPU; (B) kandang penampung; (C)
lokasi penyembelihan; (D) area pemrosesan jeroan;
hewan potong sebelum daging tersebut diedarkan agar terjamin kulitas dan
pemeriksaan daging yang berlokasi di Klinik Hewan milik Dinas Pertanian Kota
Semarang dan tidak dipungut biaya. Pemeriksaan ini dilakukan pada pukul 01.00
kadar air dan lampu penerangan. Kadar air normal dalam daging berkisar antara
60-85%. Daging basah atau daging dengan kadar air tinggi (indikasi glonggongan)
biasanya memiliki tampak lebih pucat, basah menetes-netes, dan baunya kurang
segar. Kerugian dari daging basah adalah daging akan sangat menyusut saat
pemasakan karena kandungan airnya keluar, lebih cepat busuk, dan kualitasnya
74
menerima surat keterangan kesehatan daging (SKKD) dari Kota Semarang, yang
ditukar dengan SKKD dari daerah asal. Daging diberi cap sebagai bukti daging
telah lolos pemeriksaan. Daging yang tidak memenuhi kriteria dilarang diedarkan
Oktober 2015 (Lampiran), dari sembilan truk daging yang diperiksa tidak ada
daging yang ditolak untuk diedarkan. Daging yang diperiksa berasal dari Ampel,
Boyolali yang mana nantinya akan diedarkan di berbagai pasar yang ada di
Semarang antara lain Pasar Johar, Pasar Peterongan dan Pasar Karang Ayu.
Herkeuring merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap hari agar
selalu menjamin hygiene daging yang beredar di dalam kota. Hanya saja,
herkeuring hanya dilakukan secara rutin di pos klinik hewan. Pemeriksaan yang
tanpa melalui pemeriksaan. Akan lebih baik apabila pemeriksaan daging juga
dilakukan di pasar-pasar. Hingga saat ini pemeriksaan ulang daging luar kota yang
dilakukan di titik pasar masih belum rutin, karena keterbatasan personil dan
75
Pemeriksaan Bahan Pangan Asal Hewan (BPAH)
hygiene daging sehingga BPAH tersebut aman, sehat, utuh dan halal untuk
dari pasar Pedurungan, Jatingaleh dan Peterongan; sampel daging ayam, daging
sapi, serta jerohannya dari pasar Johar, pasar Bulu, juga sejumlah kios daging dan
swalayan modern. Sampel daging dari pasar tradisional diambil pada tanggal 14
sampel antara lain adalah uji formalin, uji pencampuran daging sapi dengan
daging babi, uji boraks dan uji durante untuk daging ayam. Kegiatan ini
hygiene dan sanitasi tempat penjualan daging. Penjualan daging di pasar Johar
masih banyak dilakukan di pickup walaupun pasar ini telah memiliki kios daging.
Alas daging pada umumnya menggunakan karung di atas meja kayu, dan
adalah kayu. Sebagian besar penjual menggunakan apron dari kain (sebaiknya
apron dari bahan yang mudah dibersihkan). Kios penjualan daging di pasar johar
berada di tepi akses jalan kendaraan sehingga daging tercemar oleh asap.
Pasar Bulu memiliki lokasi penjualan daging yang lebih bersih bila
dibandingkan dengan pasar Johar. Kios daging bertempat di lantai 2 dan berada
76
ditempat tertutup sehingga tidak ada pencemaran oleh asap. Meja kios banyak
yang sudah terbuat dari keramik dan dilengkapi dengan kran untuk akses air
bersih. Masih dijumpai penjual yang menggunakan karung yang tidak terjamin
penjual yang merokok di dalam ruangan sehingga mencemari daging. Plastik yang
digunakan di pasar Johar maupun pasar Bulu masih sebagian besar merupakan
lokasi tersebut telah memiliki NKV dan sertifikat halal yang rutin diperbaharui.
Display daging berupa ruang display kaca berpendingin maupun freezer. Display
produk yang berasal dari babi dipisah dengan produk asal sapi. Kebersihan tempat
sangat baik, dilengkapi dengan SOP kerja dan juga tempat cuci tangan. Pekerja
mengenakan seragam pelindung seperti apron, boots dan sarung tangan. Produk
curahan yang telah ditimbang, dikemas dan siap jual diberi label yang berisi
keterangan jenis produk, berat, harga, asal produk, tanggal produksi dan tanggal
expired. Di beberapa tempat masih dijumpai produk curah tanpa tanggal expired.
A B
77
C D
E F
Gambar 12. Kondisi kios penjualan daging di pasar tradisional dan kios modern.
A. Penjualan daging sapi di pasar Johar di atas pickup
B. Penjualan daging sapi di pasar Johar di kios terbuka
C. Penjualan daging ayam di pasar Johar di kios terbuka
D. Penjualan daging ayam di pasar Bulu
E. Penjualan daging dan olahannya di kios daging Dallas Meat
F. Penjualan daging dan olahannya di swalayan Gelael
BPAH (bakso, daging ayam, daging sapi, jerohan, kikil). Pengujian dilakukan
dengan menggunakan rapid kit uji formalin, yang terdiri dari tiga botol dengan
dalam botol 3. Interpretasi uji langsung dibaca segera setelah larutan dalam botol
3 homogen. Larutan dalam botol 3 akan berubah warna menjadi pink hingga
78
merah keunguan apabila terdapat formalin dalam ekstrak daging yang diujikan.
Pencampuran daging sapi dengan daging babi dalam bakso dapat dideteksi
terhadap antigen babi. Pengujian dilakukan dengan cara mencelupkan test kit ke
dalam ekstrak daging. Ekstrak daging akan menyerap ke sepanjang test kit dan
akan membentuk dua garis apabila ekstrak tersebut terkandung antigen babi.
kunyit mengandung atsiri dan kurkumin yang bertindak sebagai indikator natrium
apabila kertas kunyit yang semula berwarna kuning berubah menjadi oranye
daging akan berubah warna menjadi hijau setelah penambahan reagen durante
79
Total jumlah sampel yang diperiksa adalah 114 sampel (Tabel 6). Dari 114
sampel, 2 sampel positif boraks dan 1 sampel positif formalin. Tiga sampel yang
positif tersebut berasal dari tiga swalayan modern. Tindakan yang dilakukan
terhadap sampel yang positif adalah pengeluaran surat pelaporan dan peringatan
dari Dinas Pertanian kepada Swalayan untuk menarik semua produk yang positif
uji dari penjualan (Lampiran). Tindakan selanjutnya adalah sidak ulang yang
diadakan 1-2 bulan berikutnya. Apabila dalam sidak tersebut masih dijumpai
sampel positif maka izin penjualan daging dapat dicabut oleh Dinas Pertanian.
A B
Gambar 13. Hasil pengujian BPAH. (A) babat positif boraks dan (B) daging ayam
positif formalin.
80
D. Higiene Susu
tugas dokter hewan agar konsumen terlindung dari penyakit yang dapat ditularkan
melalui susu serta dari pemalsuan susu. Higiene susu merupakan usaha-usaha
untuk memperoleh susu dan hasil-hasil susu yang utuh, aman dan sehat serta
di bawah bimbingan Ibu Mutmainah. Gunung Pati memiliki tiga penampung susu.
Pengambilan sampel secara aktif dilakukan mulai pukul 06.00 WIB di dua lokasi
Seorang peternak umumnya memiliki setidaknya dua ekor sapi perah. Peternak
membawa susu yang akan disetorkan ke penampung di dalam derijen atau ember
yang tidak memenuhi standar hygiene susu di mana bejana penampung susu
mengubah kualitas susu. Pengangkutan susu dilakukan dengan motor, mobil, atau
berjalan kaki. Jumlah susu yang dibawa oleh peternak bervariasi mulai dari 3 liter
hingga 20 liter untuk dua kali pemerahan (pagi dan sore) tiap harinya. Jumlah
susu yang lebih melimpah saat musim hujan. Perbedaan produksi tersebut
81
mendapat cukup gizi untuk memproduksi banyak susu. Selain pakan yang sulit di
dapat, banyak juga sapi-sapi peternak yang sudah memasuki masa kering atau
ke dalam milkcan besar dengan kain penyaring untuk ditampung. Susu dari
peternak dihargai Rp 3500 per liter susu yang dijual ke penampung susu. Susu
yang ditampung penampung dijual ke: (1) KUD dengan harga Rp 2900 per liter;
(2) konsumen dengan harga Rp 5000; dan (3) perusahaan dengan harga Rp 12000.
Harga tersebut merupakan harga yang telah ditetapkan oleh KUD. Kota Semarang
memiliki dua KUD yang bertempat di Gunungpati dan Banyumanik, hanya saja
kedua KUD tersebut sudah tidak aktif sejak lima tahun yang lalu. KUD yang
menampung susu dari kota Semarang adalah KUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Sebanyak 500 ml susu dari tiga peternak kelompok Ngudi Rahayu diambil
sebagai sampel untuk pengujian susunan susu. Selain tiga sampel yang diambil
secara aktif, terdapat 29 sampel dari kelompok ternak Lestari, 16 sampel dari
kelompok Rukun Makmur dan 14 sampel dari kelompok Pangudi Mulyo yang
sampel susu dimasukkan ke dalam gelas takar untuk di scan dengan lactoscan.
Lactoscan akan membaca susunan susu dalam waktu satu menit dan hasil scan
dapat di print-out. Menurut Ibu Mutmainah, hasil pengujian susu dengan metode
82
menggunakan lactosan. Banyaknya jumlah sampel dan sedikitnya tenaga penguji
yang memiliki kandungan air dalam susu lebih dari 10% dan 17 sampel (27,4%)
yang susunya memiliki kandungan air 0%. Sesuai dengan definisi susu segar SNI,
penambahan air dalam susu menjadikan susu tersebut menjadi hilang aspek ke-
umumnya untuk mendapat keuntungan yang lebih karena harga jual susu kualitas
buruk sama dengan harga jual susu kualitas baik. Susu yang berkualitas buruk
tetap diterima dikarenakan untuk mencukupi kebutuhan susu dalam kota yang
tinggi. Setelah membandingkan hasil pengujian susu dengan standar SNI susu
mendapatkan produk yang utuh menjadi tidak terlindungi. Rendahnya nilai gizi
dan tingginya kadar air dalam susu menjadikan susu yang dikonsumsi tidak
nutrisi untuk produksi optimal. Pengujian bakteriologi susu juga perlu dilakukan
secara rutin untuk melindungi konsumen dari penyakit yang dapat ditularkan
melalui bakteri dalam susu. Selain itu diharapkan KUD di Kota Semarang dapat
83
difungsikan kembali dan baik peternak, penampung, KUD maupun konsumen
mampu menemukan titik terang dalam meningkatkan kualitas dan harga jual susu.
A B C
D E
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Klinik Hewan Dinas Pertanian Kota
84
daging sebagai syarat mendapatkan SKKH dan SKKD, fungsi kesmavet meliputi
pengobatan hewan. Fasilitas yang terdapat di UPTD Klinik Hewan antara lain
penitipan sehat, lemari obat, ruang tunggu serta loket administrasi. Tenaga
pelayanan terdiri dari tiga orang dokter hewan, satu orang paramedis dan satu
Hewan yang paling banyak ditangani oleh klinik adalah burung dan unggas
medis yang kami dapatkan di UPTD Klinik Hewan Semarang pada hari Senin, 12
pada kucing mix Persia-angora betina dan urolith pada kucing mix Persia-angora
jantan. Terapi scabies dilakukan dengan pemberian Ivomec 0,5 cc s.c. dan
Vetadryl 0,5 cc i.m. Kucing mix Persia-angora jantan yang di diagnosa urolith
diberikan terapi suportif berupa infus RL 120 ml s.c., vit B-plex 1 cc i.m., dan Vit
B-12 0,5 cc i.m. serta beberapa saran manajemen pakan. Pada tanggal 14 Oktober
oleh fasilitas klinik yang kurang lengkap, sehingga untuk perlakuan yang
mendetail seperti diagnosa kasus dan operasi masih belum bisa dilaksanakan di
85
A B
Gambar 15. Pelayanan kesehatan hewan di UPTD Klinik Hewan. (A) pengobatan
kucing scabies dan (B) pengecekkan kesehatan ayam Bangkok.
penelusuran kasus maupun aktivitas militer lainnya dengan peran serta satwa
militer. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal manfaat hewan sebagai satwa
peran dan tugas dokter hewan dalam bidang satwa militer. Kegiatan ini
86
dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 Oktober 2015 di bawah bimbingan bapak
peledak, anjing SAR dan anjing huru-hara. Ras anjing yang terdapat di K9 ini
antara lain golden retriever, Labrador retriever, Rottweiler, mellanois, dan mix
antara ras-ras lainnya. Fasilitas yang tersedia di unit satwa brimob antara lain
potongan tubuh manusia, dan sebagainya. Seekor anjing dipegang oleh satu orang
pelatihan umum selama 3 bulan, kemudian dinilai dan ditetapkan fungsi utamanya
berdasarkan kemampuan dan kemampuan fisik. Misalnya, ada anjing yang sangat
peka terhadap bau narkotik namun tidak peka terhadap bau bahan peledak atau
mana anjing akan mendapat hadiah berupa dry food sebagai camilan apabila
berhasil melakukan perintah yang diberikan dengan baik. Unit satwa K9 sudah
87
Kegiatan demonstrasi pelacakan oleh anjing dilakukan di halaman parkir
unit satwa, demonstrasi ini diperagakan oleh Bapak Rendra dengan anjingnya
yang bernama Dante yang merupakan anjing senior pelacak bom. Dante mampu
pawang maupun mahasiswa koas. Setiap pawang memiliki isyarat yang berbeda-
beda untuk memerintahkan anjingnya, dan setiap anjing memiliki perilaku yang
untuk pindah oleh pawangnya. Perubahan sikap itu merupakan isyarat yang
diberikan Dante bahwa di dekat posisi duduknya terdapat bahan peledak. Setelah
maupun kandang isolasi untuk anjing yang sakit. Anjing baru yang masuk ke Unit
bahkan sering kali tidak dikandangkan karena jumlahnya terlalu banyak. Saat ini
tidak ada tenaga medis yang bertanggung jawab terhadap kesehatan satwa K9.
Anjing baru pun tidak mendapatkan pengecekan kesehatan ketika datang. Anjing
yang sakit tidak dijauhkan dari kandang hewan sehat (tetap menempati
anjing baru ditempatkan di kandang bekas anjing yang sebelumnya mati akibat
88
pawang antara lain adalah membersihkan kandang setiap hari dan desinfeksi
tidak optimal ketika kandang bekas anjing yang mati akibat penyakit tidak
Pakan anjing yang diberikan berupa dry dog food komersial yang cukup
berkualitas, yang dicampur dengan canned meat komersial untuk anjing serta
berbagai suplemen seperti vitamin dan madu. Pemberian pakan diberikan pagi
hari setelah latihan rutin dan sore hari. Volume pakan yang diberikan tidak
untuk semua anjing (sekitar 400 g per hari) sehingga terdapat anjing-anjing yang
kurang terpenuhi kebutuhan gizinya. Air minum juga tidak tersedia ad libitum
tidak ada tenaga medis veteriner. Anjing harus dilarikan ke klinik hewan swasta
yang jaraknya cukup jauh dari brimob apabila membutuhkan pelayanan kesehatan
dan pengobatan darurat. Menurut bapak Rendra dan bapak Debbi, gangguan
kesehatan yang sering ditemukan adalah penyakit kulit seperti jamuran dan
infestasi ektoparasit, ascites, batuk dan bersin, kematian akibat penyakit darah dan
vaksinasi rutin, hanya saja managemen kandang yang kurang baik serta suasana
89
Kegiatan koasistensi di Unit Satwa K9 Brimob memberikan pengetahuan
dan gambaran peran dokter hewan dalam bidang satwa militer. Setiap unit satwa
Oktober 2015 yang bertujuan untuk mengetahui peran dokter hewan di bidang
Kendal, berdekatan dengan terminal bis dan pabrik. Taman Margasatwa dibuka
untuk umum pukul 08.00 17.00 WIB dengan biaya retribusi sebesar Rp 5000
untuk hari biasa dan Rp 7000 untuk akhir pekan. Taman Margasatwa Semarang
Kebudayaan Kota Semarang. Koleksi satwa dalam Taman Margasatwa ini terdiri
dari 50 jenis satwa dengan populasi 200 ekor, antara lain: ular, kakatua jambul
90
kuning, kasuari, buaya, rusa, kanguru, gajah, orang utan, kuda, dan lain
keadaan hewan dan lingkungan. Kemudian dilakukan diskusi dengan drh. Hendrik
selaku dokter hewan penanggung jawab Taman Margasatwa Semarang. Dari hasil
kesehatan di Taman Margasatwa ini secara garis besar masih kurang baik.
Kandang dilengkapi dengan tempat berteduh dan papan yang memuat profil
satwa. Kepadatan populasi di tiap kandang tidak begitu padat, kecuali kandang
buaya muara yang ditempati oleh belasan ekor buaya dan mulai tidak cukup luas
untuk ditempati. Satwa mendapatkan akses terhadap air untuk minum atau
berendam, namun kebersihan bak atau ember penampung air tidak terawat baik
permukaan air. Akses air minum di kandang primata sulit, sehingga satwa
dokter hewan tenaga medis. Dokter hewan yang bekerja di dunia satwa liar
managemen perkandangan dan nutrisinya dapat sesuai seperti kondisi alami satwa
91
karena pada habitat aslinya orangutan makan dedaunan pohon dan buah-buah
yang ada di hutan. Burung kasuari merupakan burung yang hidup soliter sehingga
dalam satu kandang hanya ada satu burung kasuari, dan baru disatukan apabila
musim kawin. Pengetahuan perilaku alami maupun pengobatan medis satwa liar
tidak banyak didalami di kuliah sehingga dokter dituntut untuk kreatif dan berseni
Kesimpulan yang penulis ambil dari kegiatan ini adalah pengetahuan dan
92
yang tercantum di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
Pengobatan massal
Ngudi Rahayu, Lestari dan Tegalsari dengan jumlah populasi rata-rata 200 ekor
cacing bagi sapi perah, sapi pedaging, kerbau dan kambing. Tindakan medis
selama kegiatan dilakukan oleh dokter hewan dinas yaitu drh. Khoirunnisa dan
drh. Slamet, serta oleh mahasiswa koasistensi. Kegiatan ini dilakukan pada
untuk sapi dewasa dan 7 ml untuk pedet dan kambing dewasa. Obat cacing jenis
albendazol atau levamisol diberikan untuk sapi dewasa jantan, sapi betina yang
sedang tidak bunting, dan pedet yang telah berumur lebih dari satu bulan dengan
dosis peroral sebanyak 10 ml untuk sapi dewasa dan 5 ml untuk pedet dan
kambing dewasa. Selain vitamin dan obat cacing dilakukan pula terapi-terapi
sesuai diagnosa temuan saat di lapangan seperti injeksi ivermectin untuk kambing
93
gudikan, penyemprotan luka myasis dengan gusanex, serta pemeriksaan
ternak yang dimiliki kelompok dan tidak dipungut biaya. Dokter hewan juga
Sebanyak 182 sampel darah sapi betina diambil untuk dikirim serumnya ke
Berdasarkan informasi yang didapat dari drh. Khoirunnisa, sebelum April 2015
anamnesa pada peternak tentang status reproduksi sapi yang telah diterapi.
Ditanyakan apakah sapi yang telah diterapi sudah menunjukkan birahi, dan
apakah sudah mengawinkan sapi yang menunjukkan birahi. Dari 250 ekor ternak
94
yang dipantau di 5 kecamatan tersebut, 187 ekor ternak dinyatakan sembuh,
lainnya butuh terapi lanjut. Sapi yang membutuhkan terapi lanjut umumnya
disebabkan oleh hipofungsi ovari, sista, endometritis, silent heat dan lain-lain.
Terapi lanjut yang diberikan berupa pemberian obat cacing, vitamin ADE,
mineral, terapi hormon sesuai kasus dan terapi lain yang diperlukan. Tingginya
angka ternak yang harus diterapi lanjut juga disebabkan karena kurangnya nutrisi
yang didapat. Peternak sulit mendapat pakan hijauan akibat dari kemarau panjang.
dengan adanya bantuan ternak tersebut. Ternak yang dibagian sebagai bantuan
berasal dari luar Kota Semarang. Dropping merupakan kegiatan penurunan sapi
dari luar Kota Semarang yang merupakan bibit sapi bantuan, untuk diseleksi
Bibit sapi diseleksi berdasarkan besar lingkar dada dan tinggi. Sapi dengan
lingkar dada lebih dari 135 cm dan tinggi lebih dari 110 cm terseleksi sebagai sapi
bibit yang dapat diedarkan. Dari 33 bibit sapi yang diseleksi, sebanyak 18 ekor
terpilih untuk diedarkan. Sapi-sapi yang terpilih diberi obat cacing dan diinjeksi
95
ternak di kecamatan Mijen. Sapi yang sudah besar dan gemuk nantinya akan
dijual dan dibagi hasil antara peternak dan dinas sebanyak 70% hasil untuk
peternak dan 30% untuk dinas sebagai kas daerah. Perlu dilakukan penambahan
menampung 33 ekor sapi sehingga sapi saling berdesakan bahkan saling injak.
A B
C D
96
Oktober dilakukan biosekuriti di pasar burung Karimata, di bawah bimbingan drh.
gejala penyakit Newcastle Disease berupa tortikolis yang telah dipisahkan dari
populasi unggas sehat lainnya. Selain itu, didapati juga warung-warung yang
burung. Hal ini berpotensi dalam penyebaran penyakit melalui kontaminasi agen
penyakit dari unggas ke makanan yang dimakan manusia. Ukuran kios pasar yang
kurang luas dengan tingkat kepadatan yang tinggi membuat sirkulasi udara di
dalam pasar kurang lancer. Sirkulasi udara yang kurang baik dapat menjadi
pemicu munculnya wabah penyakit. Dijumpai pula genangan air di selokan yang
menandakan saluran pembuangan air tidak lancer. Saluran air yang tidak lancar
bisa menjadi salah satu tempat berkembangnya agen penyakit. Bak sampah
permanen permanen terletak di tengah pasar dan terlalu dekat dengan aktivitas
pasar karena sampah merupakan media pembawa agen penyakit. Selain itu akan
lebih baik apabila kegiatan ini dilakukan setelah membersihkan sampah dan
selokan serta area kios dan sekitarnya agar desinfeksi lebih optimal.
97
Gambar 19. Biosekuriti di Pasar Burung Karimata. Desinfeksi lingkungan pasar
(kiri) dan kios warung di pasar (kanan).
sepeda motor dan pabrik kaca yang beralamat di Kaliwungu, Kendal. Tossa Shakti
terdiri atas departemen peternakan, pertanian dan produksi pakan. Kunjungan ini
24 Oktober 2015 didampingi drh. Dian dari Dinas Pertanian Kota Semarang.
Departemen peternakan memiliki 300 ekor sapi yang terdiri dari Black
Wagyu, Red Wagyu, Limosin, Simmental dan PFH. Selain sapi, Tossa juga
berjumlah 212 sebagai kambing perah. Selain itu terdapat juga sejumlah ekor
98
embrio beku sapi wagyu dari Australia untuk dikembangkan dengan teknik
inseminasi buatan serta embrio transfer. Hingga saat ini terdapat dua ekor sapi
wagyu jantan hasil embrio transfer yang berhasil dibesarkan. Resipien embrio
yang digunakan adalah sapi PFH yang reproduksinya normal dan telah beranak
setidaknya satu kali. Ciri khas sapi wagyu adalah tumbuh tanduk di usia dua
bulan, os frontalis yang lebar, serta konformasi kaki yang ramping. Kedepannya
PT Tossa ingin mengembangkan wagyu asli peranakan Indonesia agar jenis sapi
lainnya. Harapan perusahaan kelak mampu memproduksi sapi dalam jumlah besar
sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Sapi PFH dan
kambing di perah susunya untuk dijual ke karyawan. Susu sapi dihargai Rp 5000
per liter. Susu kambing di hargai Rp 24000 per liter. Produksi susu sapi setiap
harinya untuk dua kali pemerahan adalah 10 20 liter per ekor. Produksi susu
kambing berkisar 200 300 ml per ekor per hari untuk satu kali pemerahan.
oleh PT Tossa dengan memanfaatkan limbah pertanian dan limbah panas pabrik
kaca. Complete feed dan pakan hijauan diberikan setiap harinya dengan
peternakan Tossa antara lain cek kesehatan rutin setiap hari, pemberian vitamin
satu bulan sekali, pemberian obat cacing dua bulan sekali serta vaksinasi brucella.
99
Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sapi antara lain mastitis,
yang sering terjadi pada kambing antara lain penyakit kulit, bloat dan inbreeding.
Gambar 20. Skema pemanfaatan sektor pertanian, peternakan dan pabrik kaca
Gambar 21. Sapi Black Wagyu hasil embryo transfer (kiri) dan kambing jawa
randu (kanan).
F. Karantina
Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
100
Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang yang beralamat di kompleks
pelabuhan Tanjung Emas terdiri dari karantina tumbuhan dan karantina hewan.
Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan laut Juwana dan Tegal, Bandara Ahmad
dan pengawasan drh. Anjar Maryati selaku koor jabatan dan fungsi medik
101
Negara asal, certificate of origin, fotokopi identitas pengguna jasa, dan
mengeluarkan KH-1.
3. Kepala UPT menerima KH-1 dan mengisi formulir KH-2 untuk menugaskan
102
6. Fungsional medic veteriner atau paramedic veteriner yang ditugaskan
teknis sesuai negara tujuan, fotokopi identitas pengguna jasa, dan dokumen
mengeluarkan KH-1.
103
3. Kepala UPT menerima KH-1 dan mengisi formulir KH-2 untuk menugaskan
penerimaan. Sertifikat karantina dapat berupa KH-9 untuk hewan hidup, KH-
104
biaya: pemeriksaan fisik Rp 25-5000/kg; dokumen tindakan karantina Rp
hewan dari daerah asal, hasil laboratorium, surat rekomendasi pemasukan dan
mengeluarkan KH-1.
3. Kepala UPT menerima KH-1 dan mengisi formulir KH-2 untuk menugaskan
105
4. Fungsional medic veteriner atau paramedic veteriner yang ditugaskan
penerimaan. Sertifikat karantina dapat berupa KH-9 untuk hewan hidup, KH-
500-225000/sampel/jenis uji.
106
8. Pengguna jasa menerima sertifikat karantina (KH-9 / KH-10 / KH-11) dengan
mengeluarkan KH-1.
3. Kepala UPT menerima KH-1 dan mengisi formulir KH-2 untuk menugaskan
107
penahanan (KH-8a) / penolakan (KH-8b) / pemusnahan (KH-8c). Fungsional
susu bubuk impor dari New Zealand di PT. Kievit. Kegiatan ini berlangsung di
bawah bimbingan Bapak Edi dan drh. Era. Sebanyak 16 ton susu bubuk dalam 1
kontainer diimpor oleh PT. Kievit dari New Zealand sebagai bahan baku
108
pemeriksaan dokumen dan pengambilan sampel susu bubuk. Sebanyak 100 gr
susu bubuk dari 1 lot di 1 kontainer diambil sebagai sampel untuk dilakukan uji
Gambar 22. Bongkar muat kontainer (kiri) dan pengambilan sampel susu (kanan)
dan kimiawi. Kegiatan laboratorik yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2015
enam sampel susu diuji Total Plate Count (TPC) dan cemaran E. coli.
109
Pengujian dilakukan dengan mencampur 1 gram sampel susu bubuk dengan
digunakan adalah petrifilm untuk TPC dan E. coli. Larutan susu yang telah
ml, dan diratakan menggunakan disc petrifilm. Petrifilm yang sudah ditanami
Hasil pengujian dibaca pada tanggal 28 Oktober 2015 (Tabel 9). Interpretasi
memperlihatkan cemaran mikroba dalam sampel susu yang diuji masih dalam
mikroskopik terhadap sampel meat bone meal (MBM). Sampel MBM diayak
110
A B
C D
3 4
2
1 5
tanggal 29 Oktober 2015 di bawah bimbingan bapak Sudarno dan drh. Era.
Tindakan dilakukan terhadap kargo pesawat dari Semarang untuk tujuan domestic
Yani antara lain adalah sarang burung wallet, daging, ayam, burung hias dan lain
111
sebagainya (Tabel 10). Dari hasil pengawasan terhadap kargo pesawat, tidak
Tabel 9. Laporan lalu lintas MP HPHK di Bandara A. Yani per September 2015
Impor Ekspor Domestik Keluar Domestik Masuk
Dogfood Timor Leste
11 kg
Madu Germany
1 kg
Mamalia kecil 21 ekor 4 ekor
Ayam 938 ekor 19 ekor
Burung 1558 ekor 2764 ekor
Daging 2584 kg
Ular 9 ekor
Sarang Burung Hongkong 223 kg 4176 kg
Walet 5000 kg
China
743 kg
Taiwan
576 kg
Singapore
420 kg
Canada
348 kg
USA
10 kg
dilalulintaskan melalui pelabuhan Tanjung Emas antara lain adalah hewan hand
carrier seperti ayam, burung hias, marmut, kelinci, sosis, bakso, susu, telur, dll
(Tabel 11). Hasil pengawasan terhadap barang bawaan penumpang kapal, tidak
112
Tabel 10. Laporan lalu lintas MP HPHK di Tanjung Emas per September 2015
Impor Ekspor Domestik Keluar Domestik Masuk
Blood meal New Zealand
108000 kg
Poultry by USA
product 1100000 kg
Skim milk Australia, NZ
powder 722000 kg
Meat bone meal Australia, USA
2500000 kg
Feather meal USA
600000 kg
Leather S. Korea, Thai, Hongkong 1112 lembar
Japan, Kenya 19500 kg
31000 kg
Whey powder / France, USA,
concentrate Argentina
3900000 kg
Snake meat Hongkong,
China
8000 kg
Dry gecko China
3800 kg
Olahan kotoran USA
burung 20000 kg
Honey China
2500 kg
Ayam 124 ekor
Burung 103 ekor 12 ekor
Mamalia kecil 28 ekor
Ternak 152 ekor
Jangkrik 645 kg
Ulat 571 kg
Telur 72000 kg
Daging & olahan 8545 kg
Susu & olahan 1160 kg
Gambar 24. Pengawasan lalulintas MP HPHK di bandara Ahmad Yani (kiri) dan
di pelabuhan laut Tanjung Emas (kanan)
113
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
Pertanian Kota Semarang Perlu ditingkatkan dan ditunjang oleh peralatan medis
berada dalam masa persiapan penilaian dari pusat sehingga bimbingan tidak dapat
114