Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH
MARTADILA GAUTAMA
THIA FARDARINA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang " Konsep bermain anak dari usia balita 3 5
tahun" ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas pendidikan keperawatan anak dengan judul " Konsep bermain anak dari
usia balita 3 5 tahun ". Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
bisa diperbaiki.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakekat bermain bagi anak?
2. Bagaimana perkembangan fase bermain pada anak?
3. Bagaimana karakteristik bermain pada anak?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui:
1. Hakikat bermain bagi anak.
2. Perkembangan fase bermain pada anak.
3. Karakteristik bermain pada anak.
BAB II
KONSEP BERMAIN
a. Anak usia 3-5 tahun lebih menyukai permainan yang dimainkan bersama-
sama teman sebaya. Itulah mengapa, anak usia 4-5 tahun mulai
suka nenangga.
c. Anak 3-5 tahun mulai melakukan kegiatan bermain yang dianggap sesuai
dengan kelompok seksnya. Misal, anak lelaki bermain balap mobil, kejar-
kejaran, perang-perangan, dan lainnya serupa itu, sementara anak perempuan
lebih senang bermain boneka, masak-masakan, rumah-rumahan, dan lainnya
sejenis itu.
b. Ajak anak 4-5 tahun bermain dan melakukan permainan yang aturannya
jelas, semisal bermain kartu domino bisa memudahkan orangtua mengenalkan
konsep berbagi dan menunggu giliran.
e. Libatkan anak 4-5 tahun pada aktivitas kelompok seperti ikut kelompok
bernyanyi, teater, olahraga, melukis, dan sebagainya.
B. Pengawasan
C. Pemeliharaan
1. Inspeksi mainan yang lama dan baru secara teratur untuk melihat adanya
kerusakan, bagian yang kendor, dan bahaya potensial lain
2. Cari adanya tepi yang tajam atau bergerigi atau bagian yang patah yang
dapat menimbulkan bahaya tersedak
3. Periksa bagian yang dapat digerakkan untuk memastikan alat ini dilekatkan
dengan aman pada mainan menjadi berbaahaya bila dilepaskan
4. Periksa semua mainan diluar rumah secara teratur untuk adanya karat dan
bagian-bagian yang sudah lemah atau tajaam yang dapat membahayakan
anak
5. Periksa kabel listrik dan stop kontak untuk melihat adanya bagian yang
terputus atau menjuntai
6. Pertahankan mainan dalam kondisi baik, tanpa tanda bahaya yang mungkin
seperti tepi tajam, serpihan, tampak lemah atau berkarat
7. Lakukan perbaikan dengan segera atau buang jauh dari jangkauan anak
8. Kikir mainan kayu yang tajam atau haluskan permukaannya
9. Gunakn hanya cat berlabel non toksik untuk mencat ulang mainan, kotak
mainan, atau perabot anak.
D. Penyimpanan
Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 (Edisi 6). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Iva Noorlaila, 2010. Panduan Lengkap Mengajar Paud. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Mayke S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mianan dan Permaianan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasrana indobesia.
Munandar. S.C.U., 1995 Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta kejasama dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Santrock, Jhon W, 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumintarsih, 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Penerbit Kepel
Press.
Yuliani Nurani Sujiono, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Indeks.