Sunteți pe pagina 1din 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan

pembangunan di suatu Negara. Bayi berusia 0-24 bulan merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai

periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat berubah menjadi

periode kritis yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi,

baik pada masa ini maupun masa selanjutnya (Almatsier, 2010).

Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ serta menghasilkan energi. Pemberian nutrisi pada anak harus

sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang

cukup memadai kepada ibu hamil. Bayi menerima makanan dari ibu melalui

plasenta selama ibu hamil, setelah lahir makanan bayi hanya didapat dari ibu

yaitu Air Susu Ibu.

Status gizi anak balita merupakan indikator dalam mengukur status

gizi masyarakat, kekurangan gizi dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit

seperti KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), GAKY

(Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) dan Anemia Gizi Besi. Untuk

mencegah status gizi buruk yang mungkin timbul, maka kelompok anak usia

1
2

balita perlu mendapat perhatian utama dalam penanganan masalah gizi. Balita

perlu mendapatkan prioritas khusus dalam hal konsumsi energy dan protein

yang cukup serta pola asuh gizi yang baik dari orangtuanya (Supariasa, Bakri

dan fajar, 2011).

Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF

tahun 2011 merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan untuk

mencapai tumbuh kembang optimal yaitu :

1. Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi

lahir

2. Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak

lahir sampai bayi berusia 6 bulan

3. Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi

berusia 6 bulan sampai 24 bulan

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih

(Depkes 2010).

Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada

balita disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah.

Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam

menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (Depkes RI, 2010).

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat

waktu dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan, apabila terlalu dini


3

(kurang dari 6 bulan) dapat menimbulkan resiko diare, dehidrasi, produksi

ASI menurun dan alergi, sedangkan pemberian makanan pendamping ASI

(MP-ASI) yang terlambat (sesudah usia 7 bulan) dapat berpotensi untuk

terjadinya gagal tumbuh, defisiensi zat besi serta gangguan tumbuh-kembang

(WHO, 2010). Di negara Indonesia pun telah membuat kesepakatan mengenai

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan diteruskan selama 2

tahun. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang

benar, aman dan tepat. Pemberian makanan pendamping yang terlalu dini akan

meningkatkan angka kematian pada bayi (Kodrat, 2010). Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan

selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya (Yuliarti, 2010).

Pemberian MP-ASI secara dini dipengaruhi banyak faktor, tetapi ibu

yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif cenderung tidak

memberikan MP-ASI dini pada bayi mereka. Ibu yang memiliki pengetahuan

baik terhadap ASI eksklusif hanya memiliki peluang sedikit untuk

memberikan MP-ASI dini dibandingkan dengan ibu yang kurang pengetahuan

tentang ASI eksklusif (Sodikin, 2012).

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap

baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi

(Proverawati dan Kusumawati, 2011). Umumnya kebutuhan nutrisi bayi tidak

lagi terpenuhi oleh ASI setelah berumur 6 bulan dan bayi mulai

memperlihatkan minat pada makanan lain selain ASI. ASI akan memenuhi

60% kebutuhan bayi, sedangkan sisanya didapat melalui makanan

pendamping yang disesuaikan secara bertahap. Terlalu dini memberikan


4

makanan pendamping ASI (MP-ASI) akan menyebabkan pemenuhan

kebutuhan ASI bayi berkurang. Sebaliknya, bila terlambat akan sulit

mengembangkan keterampilan makan, seperti menggigit, mengunyah, tidak

menyukai makanan padat, dan kekurangan gizi penting (Arief, 2010).

UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia

dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah

melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama 6 bulan sejak

tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman

tambahan kepada bayi (Prasetyo, 2010). Secara nasional cakupan pemberian

ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecendrungan

menurun selama 3 tahun terakhir. Hal ini menggambarkan meningkatnya

pemberian MP-ASI dini dari 71,4% pada tahun 2007 menjadi 75,7% pada

tahun 2008 (Depkes, 2010).

Data Dinas Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2010 jumlah bayi yang

diberi ASI eksklusif hanya 19,98% hingga 6 bulan. Sebab kegagalan ASI

eksklusif ini diantaranya akibat pemberian MP-ASI yang terlalu dini dan

pemberian susu formula. Program untuk menekan kematian bayi yakni dengan

memberikan penyuluhan pentingnya air susu ibu, pemberian nutrisi,

lingkungan yang bersih dan pemberian imunisasi.

Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi

kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0% dan dianggap prevalensi sangat

tinggi bila 30% (WHO, 2010). Menurut Riskesdas, pada tahun 2013 terdapat

19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk

dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika
5

dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun

2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat

meningkat. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka

prevalensi gizi buruk kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1%

dalam periode 2013 sampai 2015 (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012

didapatkan data status gizi balita di kota Surabaya antara lain balita dengan

gizi lebih sebanyak 6.882 (4,25 %), balita dengan gizi baik sebanyak 144.403

(89,14 %), balita dengan gizi kurang sebanyak 8.356 (5,16 %) dan balita

dengan gizi buruk sebanyak 2.357 (1,64 %).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status

Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan

Manyar Sabrangan Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat

berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan status gizi anak. Ibu yang

cukup pengetahuan tentang gizi akan memperbaiki dan memperhatikan

kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik (Nahak, 2013).

Presentase dari 10 responden ibu balita yang berpengetahuan

baik mengenai MP-ASI pada balita sebanyak 60% dan pengetahuan

sedang mencapai 40%. Tingkat pendidikan ibu tertinggi yaitu SMA


6

sebanyak 30%, terendah yaitu SD sebanyak 20%, dan SMP sebanyak

50%. Berdasarkan tingkat pendidikan, ibu dengan tingkat pendidikan

SD dan SMP pemberian MP-ASI Dini sebanyak 90%, dan pemberian

MP-ASI tepat sebanyak 10%, sedangkan SMA pemberian MP-ASI

Dini sebanyak 33,33% dan pemberian MP-ASI tepat sebanyak

66,67%.

Berdasarkan hasil kegiatan pengambilan data awal di Posyandu

Dahlia 1-5 Puskesmas Mulyorejo diperoleh 10 responden yaitu ibu

yang mempunyai balita usia dibawah lima tahun yang datang ke

Puskesmas. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa dari 10

responden, sebanyak 70% balita memiliki MP-ASI Dini dan 30%

balita memiliki MP-ASI yang tepat.

Dari uraian dan data di atas menunjukan jika pemberian MP-ASI

dini tidak tepat dalam kualitas dan kuantitas dapat menyebabkan bayi

menderita kurang gizi, pemberian yang terlalu dini juga dapat

menyebabakan gangguan pencernaan seperti diare. Berdasarkan hal

tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan

Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja Ibu

dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar

Sabrangan Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

Berdasarkan pengamatan peneliti di Posyandu Dahlia 1-5

Puskesmas Mulyorejo masih banyak ditemukan ibu yang memberikan

makanan pendamping ASI di usia dini, faktor yang berpengaruh antara

lain pendidikan ibu yang rendah, ketidakhadiran ibu di rumah karena


7

bekerja, sosial budaya serta iklan susu formula yang gencar. Banyak

dari ibu memberikan MP-ASI dini dikarenakan turunan dari orang

tuanya terdahulu, baik dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang

ASI Eksklusif maupun kepercayaan di masyarakat. Banyak ibu yang

merasa bayi mereka tidak ada masalah bila diberikan makanan

pendamping dari umur 2 bulan.

1.2.2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya faktor faktor penyebab MP-ASI seperti

pendidikan ibu yang rendah, ketidakhadiran ibu di rumah karena

bekerja, sosial budaya serta iklan susu formula yang gencar, serta

masalah lingkungan, maka dalam penelitian ini penulis hanya meneliti

tentang Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu

dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang merupakan fokus penelitian ini, yaitu :

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja

Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar

Sabrangan Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Pemberian MP-ASI

Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi
8

Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas

Mulyorejo Surabaya

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik balita meliputi Usia dan jenis kelamin di

Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas

Mulyorejo Surabaya.

2. Mengetahui karakteristik ibu balita meliputi umur dan pendidikan

ibu, di Posyandu Dahlia 1-5, kelurahan Manyar Sabrangan

Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

3. Mengidentifikasi pemberian MP-ASI Dini pada balita di Posyandu

Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas Mulyorejo

Surabaya.

4. Mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu di Posyandu Dahlia 1-5

Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas Mulyorejo Surabaya

5. Mengidentifikasi status bekerja ibu di Posyandu Dahlia 1-5

Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

6. Mengidentifikasi status gizi balita di Posyandu Dahlia 1-5,

Puskesmas Mulyorejo Surabaya.

7. Menganalisis Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi

Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu

Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar Sabrangan Puskesmas Mulyorejo

Surabaya.
9

1.5 Manfaat Penilitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu

pengetahuan pada bidang kesehatan khususnya ilmu gizi tentang

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status

Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah referensi bacaan serta meningkatkan

pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa, pembaca pada

umumnya, dan bagi peneliti selanjutnya.

1.5.2.2 Manfaat Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi

Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita, sehingga

petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

pada ibu dan bayi.

1.5.2.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang

penerapan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)

secara benar, khususnya kepada ibu agar lebih memperhatikan

bayinya dalam memberikan ASI dan makanan pendamping ASI

(MP-ASI).
10

1.5.2.4 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara tepat.

S-ar putea să vă placă și