Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat berubah menjadi
sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang
cukup memadai kepada ibu hamil. Bayi menerima makanan dari ibu melalui
plasenta selama ibu hamil, setelah lahir makanan bayi hanya didapat dari ibu
seperti KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), GAKY
mencegah status gizi buruk yang mungkin timbul, maka kelompok anak usia
1
2
balita perlu mendapat perhatian utama dalam penanganan masalah gizi. Balita
perlu mendapatkan prioritas khusus dalam hal konsumsi energy dan protein
yang cukup serta pola asuh gizi yang baik dari orangtuanya (Supariasa, Bakri
1. Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
lahir
2. Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak
(Depkes 2010).
Ibu (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah.
Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (Depkes RI, 2010).
tahun. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang
benar, aman dan tepat. Pemberian makanan pendamping yang terlalu dini akan
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif cenderung tidak
memberikan MP-ASI dini pada bayi mereka. Ibu yang memiliki pengetahuan
lagi terpenuhi oleh ASI setelah berumur 6 bulan dan bayi mulai
memperlihatkan minat pada makanan lain selain ASI. ASI akan memenuhi
dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama 6 bulan sejak
pemberian MP-ASI dini dari 71,4% pada tahun 2007 menjadi 75,7% pada
Data Dinas Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2010 jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif hanya 19,98% hingga 6 bulan. Sebab kegagalan ASI
eksklusif ini diantaranya akibat pemberian MP-ASI yang terlalu dini dan
pemberian susu formula. Program untuk menekan kematian bayi yakni dengan
kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0% dan dianggap prevalensi sangat
tinggi bila 30% (WHO, 2010). Menurut Riskesdas, pada tahun 2013 terdapat
19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk
dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika
5
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun
2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat
meningkat. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka
prevalensi gizi buruk kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1%
didapatkan data status gizi balita di kota Surabaya antara lain balita dengan
gizi lebih sebanyak 6.882 (4,25 %), balita dengan gizi baik sebanyak 144.403
(89,14 %), balita dengan gizi kurang sebanyak 8.356 (5,16 %) dan balita
Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan
berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan status gizi anak. Ibu yang
66,67%.
dini tidak tepat dalam kualitas dan kuantitas dapat menyebabkan bayi
Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja Ibu
bekerja, sosial budaya serta iklan susu formula yang gencar. Banyak
bekerja, sosial budaya serta iklan susu formula yang gencar, serta
Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja
Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia 1-5 Kelurahan Manyar
Dini Pengetahuan Gizi Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi
8
Mulyorejo Surabaya
Mulyorejo Surabaya.
Surabaya.
Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu
Surabaya.
9
Ibu dan Status Bekerja Ibu dengan Status Gizi Balita, sehingga
(MP-ASI).
10