Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1. Takaful
Secara bahasa, takaful berarti menolong, mengasuh,
memelihara, memberi nafkah, dan mengambil alih perkara
seseorang. Dalam alquran tidak di jumpai kata takaaful, namun ada
sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam surat
QS. Thaha (20) ayat 40 dan surat an-nisa (4) ayat 85 sebagai
berikut yang artinya.
(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, au
ia berkata kepada keluarga firaun; bolehkah saya menunjukan
kepada mu orang yang akan memeliharanya.(QS. Thaha ayat 40)
Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk,
niscaya ia akan memikul bagian (dosa) dari padanya. (QS. An-nisa
ayat 85)
Takaful dalam ilmu fiqih muamallah adalah saling
memikul resiko di antaranya sesama muslim sehingga antara satu
dengan yang lainya menjadi penanngung atas resiko yang lainnya.
2. At-tamin.
Berasal dari kata amana yang mempunyai makna
pemberi perlindungan, ketenangan, dan rasa aman , dan bebas dari
kata takut. Firman alloh dalam surat al quraisy(106)ayat 4 berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasr manusia dan kendala-kendala
yang di hadapi untuk memenuhi kebutuhan dasar dimaksud.
Seseorang yang men-tamin kan sesuatu berarti orang itu
membayar atau menyerahkan sejumlah uang secara mencicil
dengan maksud, ia atau ahli warisnya akan mendapat sejumlah
uang sebagaimana perjanjian yang telah di sepakati dan/ atau orang
yang mendapat ganti rugi atas hartanya yang hilang.
3. At-tadhamun
Beraa dari kata dhamana yang berarti saling
menanggung.hal dimaksud, bertujuan untuk menutupi kerugian atas
suatu peristiwa dan musibah yang dialami oleh seseorang. Hal ini
di lakukan oleh seseorang yang menanggung untuk memberikan
sesuatu kepada orang yang di tanggung berupa pengganti (sejumlah
uang atau barang) karena adanya musibah yang menimpa
tertanggung.
Apabila penulis memaknai pengertian asuransi syariah yang
diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah di
laksanakan oles seorang atau lebih untuk memperkuat ikatan
solidaritas dan tanggung jawab sosial bagi kaum muslimin melalui
mekanisme saling menolong untuk menciptakan keharmonisan dan
stabilitas dalam hidup bersosial masyarakat. Mekanisme itu di
benarkan, bahkan dianjurkan oleh ahli hukum islam berdasarkan
teori maslahat mursalahnya yang besar bagi kesejahteraan umat
manusia.
Apabila orang islam ber-muamalah dengan at-takaful, at-
thadamun atau at-tamin dalam pengertian diatas, para
perkumpulan ulama besar peringkat internasional abad ini seperti
majma fiqhul islamy, mekah, saudi arabia, abu zahra, yusuf al-
qhardawi condong berpendapat bahwa hukumnya adalah mubah,
selama tidak mengandung (a) unsur gharar, yaitu ketidak jelasan,
baik ketidakjelasan itu ada pada presentase maupun kepastian
waktu mendapatkannya, (b) unsur maysir, yaitu untung untungan
untuk mendapatkannya, hal ini berarti kalau nasibya baik, ia akan
mendapatkan bagian, kalau nasibnya sedang tidak baik, maka
premi-premi yang sudah di lunasi itu akan melayang semuanya, (c)
unsur riba, yaitu mendapat tambahan jumlah dengan tanpa imbalan
yang sah, ataupun keikhlasan sejati dari si pemilik. Apabila ada
salah satu dari ke 3 (tiga) unsur dimaksud, terdapat pada suatu
perjanjian untuk jamin-menjamin. Pada hukum perjanjian itu
adalah haram walaupun namanya baik, halal, dan sebagai nya.
Sebaliknya, apabila kesemua unsur tersebut tidak ada di dalamnya,
maka hukumnya adalah sah, atau mubah, meskipun namanya
asuransi, tamin atau takaful.
A. Asal usul, pertumbuhan dan perkembangan serta dalil hukum
asuransi syariah.
1. Asal usul asuransi syariah
Asal usul asuransi syariah berbeda dengan asuransi
konvensional, praktik asuransi syariah di indonesia saat ini berasal
dari budaya suku arab sebelum zaman rasululloh yang disebut
dengan aqilah, menurut thomas patrick dalam bukunya dictionary
of islam seperti yang di kutip oleh agus haryadi, menerangkan
bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota
suku lain, keluarga korban akan di bayar sejumlah uang darah
(diyat) sebagai konvensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh.
Saudara terdekat dari pembunuh biasa di sebut aqilah, aqilah yang
membayar uang darah atas nama pembunuh.
Al-aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk
keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota
suku yang lain, maka ahli waris korban akan di bayar dengan uang
darah (diyat) sebagai konvensasi saudara terdekat dari pembunuh,
lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang di peruntukan
membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.
Praktik aqilah di zaman rosululloh tetap di terima oleh
masyarakat islam dan menjadi bagian dari hukum islam. Hal
dimaksud, dapat di lihat dari hadis nabi muhammad saw
diriwayatkan oleh abu hurairoh Ra. Dia berkata :berselisih dua
orang wanita dari suku huzail, kemudian seorang wanita tersebut
melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan
kematian wanita tersebut beserta janin yang di kandungnya, ahli
waris dari wanita tersebut mengajukan peristiwa tersebut kepada
rosululloh saw, maka rosulullah saw. mututuskan ganti rugi dari
pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang
budak laki laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi atas
wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang di bayarkan oleh
aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki).(HR. Al-bukhari)
Berdasarkan uraian di atas, kemudian di informasikan
berdasarkan prinsip syariah sehingga menjadi asuransi syariah.
Karena itu, yang tampak dalam asuransi syariah adalah prinsip
tolong-menolong melalui dana tabarru juga memasukkan unsur
investasi (khisusnya pada asuransi jiwa) baik dengan akad bagi
hasil (mudharabbah) maupun fee (wakalah)