Sunteți pe pagina 1din 8

A.

Pengertian Asuransi Syariah

Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance,


mempunyai pengertian: (a) asuransi dan (b) jaminan. Kata asuransi
dalam bahasa indonesia telah di adopsi ke dalam kamus besar bahasa
indonsia dengan padanan kata pertanggungan. Asuransi dimaksud,
menurut wirjono prodjodikoro adalh suatu persetujuan pihak yang
menjamin dan berjanji kepada pihak yang di jamin.untuk menerima
sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan
di derita oleh yang di jamin karena akibat dari suatu peristiwa yang
belum jelas.
pengertian asuransi di atas, akan lebih jelas bila di hubungkan
dengan pasal 246 kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) yang
menjelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di
harapkan, yang mungkin akan di deritanya karna suatu peristiwa yag
tak tertentu.
Kata asuransi awalnya di kenal di eropa Barat pada abad
pertengahan berupa asuransi kebakaran. Lalu pada abad ke-13 14,
seiring dengan meningkatnya lalu lintas perhubngan antar pulau, maa
perkembangan menjadi asuransi pengangkutan laut, asuransi jiwa itu
sendiri baru di kenal pada awal abad ke-19.
Tujuan asuransi pada dasarnya adalah mengalihkan resiko yang
di timbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak di harapkan orang lain
yang bersedia mengambil resiko itu dengan mengganti kerugian yang
di deritanya, pihak yang mengambil resiko itu disebut penanggung
(insurer).
Dalam kitab undang-undang hukum dagang juga dapat di lihat
dalam pasal 1 undang-undang no2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian yang menguraikan bahwa asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dari tertanggung dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian kerusakan, kehilangan keuntungan yang di harapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
di derita tertanggung, yang akan timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang di dasarkan atas
meninggal atau hidup seseorang yang di pertanggung jawabkan.
Lain halnya asuransi syariah yang mempunyai beberapa padana
dalam bahasa arab, di antaranya, yatitu (1) takaful, (2) tamin (3)
tadhamun. At-tamin dalam ensiklopedia hukum islam disebutkan
bahwa transaksi perjnjian antara dua belah pihak, pihak yang satu
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran
jika terjadi sesuatu yang menerima pihak pertama sesuai dengan
perjanjian yang di buat.

1. Takaful
Secara bahasa, takaful berarti menolong, mengasuh,
memelihara, memberi nafkah, dan mengambil alih perkara
seseorang. Dalam alquran tidak di jumpai kata takaaful, namun ada
sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam surat
QS. Thaha (20) ayat 40 dan surat an-nisa (4) ayat 85 sebagai
berikut yang artinya.
(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, au
ia berkata kepada keluarga firaun; bolehkah saya menunjukan
kepada mu orang yang akan memeliharanya.(QS. Thaha ayat 40)
Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk,
niscaya ia akan memikul bagian (dosa) dari padanya. (QS. An-nisa
ayat 85)
Takaful dalam ilmu fiqih muamallah adalah saling
memikul resiko di antaranya sesama muslim sehingga antara satu
dengan yang lainya menjadi penanngung atas resiko yang lainnya.
2. At-tamin.
Berasal dari kata amana yang mempunyai makna
pemberi perlindungan, ketenangan, dan rasa aman , dan bebas dari
kata takut. Firman alloh dalam surat al quraisy(106)ayat 4 berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasr manusia dan kendala-kendala
yang di hadapi untuk memenuhi kebutuhan dasar dimaksud.
Seseorang yang men-tamin kan sesuatu berarti orang itu
membayar atau menyerahkan sejumlah uang secara mencicil
dengan maksud, ia atau ahli warisnya akan mendapat sejumlah
uang sebagaimana perjanjian yang telah di sepakati dan/ atau orang
yang mendapat ganti rugi atas hartanya yang hilang.
3. At-tadhamun
Beraa dari kata dhamana yang berarti saling
menanggung.hal dimaksud, bertujuan untuk menutupi kerugian atas
suatu peristiwa dan musibah yang dialami oleh seseorang. Hal ini
di lakukan oleh seseorang yang menanggung untuk memberikan
sesuatu kepada orang yang di tanggung berupa pengganti (sejumlah
uang atau barang) karena adanya musibah yang menimpa
tertanggung.
Apabila penulis memaknai pengertian asuransi syariah yang
diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah di
laksanakan oles seorang atau lebih untuk memperkuat ikatan
solidaritas dan tanggung jawab sosial bagi kaum muslimin melalui
mekanisme saling menolong untuk menciptakan keharmonisan dan
stabilitas dalam hidup bersosial masyarakat. Mekanisme itu di
benarkan, bahkan dianjurkan oleh ahli hukum islam berdasarkan
teori maslahat mursalahnya yang besar bagi kesejahteraan umat
manusia.
Apabila orang islam ber-muamalah dengan at-takaful, at-
thadamun atau at-tamin dalam pengertian diatas, para
perkumpulan ulama besar peringkat internasional abad ini seperti
majma fiqhul islamy, mekah, saudi arabia, abu zahra, yusuf al-
qhardawi condong berpendapat bahwa hukumnya adalah mubah,
selama tidak mengandung (a) unsur gharar, yaitu ketidak jelasan,
baik ketidakjelasan itu ada pada presentase maupun kepastian
waktu mendapatkannya, (b) unsur maysir, yaitu untung untungan
untuk mendapatkannya, hal ini berarti kalau nasibya baik, ia akan
mendapatkan bagian, kalau nasibnya sedang tidak baik, maka
premi-premi yang sudah di lunasi itu akan melayang semuanya, (c)
unsur riba, yaitu mendapat tambahan jumlah dengan tanpa imbalan
yang sah, ataupun keikhlasan sejati dari si pemilik. Apabila ada
salah satu dari ke 3 (tiga) unsur dimaksud, terdapat pada suatu
perjanjian untuk jamin-menjamin. Pada hukum perjanjian itu
adalah haram walaupun namanya baik, halal, dan sebagai nya.
Sebaliknya, apabila kesemua unsur tersebut tidak ada di dalamnya,
maka hukumnya adalah sah, atau mubah, meskipun namanya
asuransi, tamin atau takaful.
A. Asal usul, pertumbuhan dan perkembangan serta dalil hukum
asuransi syariah.
1. Asal usul asuransi syariah
Asal usul asuransi syariah berbeda dengan asuransi
konvensional, praktik asuransi syariah di indonesia saat ini berasal
dari budaya suku arab sebelum zaman rasululloh yang disebut
dengan aqilah, menurut thomas patrick dalam bukunya dictionary
of islam seperti yang di kutip oleh agus haryadi, menerangkan
bahwa jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota
suku lain, keluarga korban akan di bayar sejumlah uang darah
(diyat) sebagai konvensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh.
Saudara terdekat dari pembunuh biasa di sebut aqilah, aqilah yang
membayar uang darah atas nama pembunuh.
Al-aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk
keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota
suku yang lain, maka ahli waris korban akan di bayar dengan uang
darah (diyat) sebagai konvensasi saudara terdekat dari pembunuh,
lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang di peruntukan
membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.
Praktik aqilah di zaman rosululloh tetap di terima oleh
masyarakat islam dan menjadi bagian dari hukum islam. Hal
dimaksud, dapat di lihat dari hadis nabi muhammad saw
diriwayatkan oleh abu hurairoh Ra. Dia berkata :berselisih dua
orang wanita dari suku huzail, kemudian seorang wanita tersebut
melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan
kematian wanita tersebut beserta janin yang di kandungnya, ahli
waris dari wanita tersebut mengajukan peristiwa tersebut kepada
rosululloh saw, maka rosulullah saw. mututuskan ganti rugi dari
pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang
budak laki laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi atas
wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang di bayarkan oleh
aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki).(HR. Al-bukhari)
Berdasarkan uraian di atas, kemudian di informasikan
berdasarkan prinsip syariah sehingga menjadi asuransi syariah.
Karena itu, yang tampak dalam asuransi syariah adalah prinsip
tolong-menolong melalui dana tabarru juga memasukkan unsur
investasi (khisusnya pada asuransi jiwa) baik dengan akad bagi
hasil (mudharabbah) maupun fee (wakalah)

2. Pertumbuhan dan perkembangan asuransi syariah


Pertumbuhan asuransi syariah beberapa tahun lalu sudah ada 3
(tiga) perusahaan asuransi murni syariah dan sekitar 10 (sepuluh)
perusahaan asuransi konvensional yang mempunyain cabang
khusus syariah. Pada asuransi konvensional, nasabah memberi
perlindungan atau jaminan dari perusahaan asuransi. Sedangkan
pada asuransi syariah, perjanjiannya adalah para nasabah mengikat
diri dalam suatu komunitas dan saling menanggung jika terjadi
musibah.
Permasalahan asuransi tidak berhenti hanya pada transaksinya,
melainkan juga pada investasinya. Sebagian besar asuransi yang di
beli oleh warga masyarakat justru asuransi yang mengandung
investasi (asuransi dwiguna)
Investasi pada asuransi syariah di lindungi oleh dewan
pengawas syariah yang memastikan bahwa semua mekanisme
asuransi dan alokasi investasinya tidak bertentangan dengan hukum
syariah.
Perusahaan asuransi syariah di indonesia tampak semakin
berkembang, hal ini di dukung oleh data dari dewan syariah
nasional (DSN) yang menunjukkan jumlah perusahaan yang telah
mengajukan rekomendasi asuransi syariah mencapai 28
perusahaan. Jumlai itu terdiri dari 11(sebelas) industri asuransi
syariah di bidang keluarga dan sisanya di bidang kerugian
(general).
3. Dasar hukum asuransi syariah
a. Firman allah SWT di dalam al-quran
Perintah allah untuk mempersiapkan hari depan, di antaranya
allah SWT berfirman dalam QS.An-nisa(4) ayat 9.
Yang artinya, dan hendaklah takut kepada allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada allah dan hendak;lah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Ayat ini menggambarkan kepada manusia yang berpikir
tentang pentingnya planning atau perencanaan yang matang
dan mempersiapkan hari depan.
b. Hadist nabi muhammad saw.
Di riwayatkan dari anas bin malik ra. Katanya : nabi
saw, telah bersabsda :tidak sempurna iman seseorang itu,
sebelum dia mencintai saudaranya atau baginda bersabda :
sebelum dia mencintai tetangganya, sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri.
c. Pendapat para ulama
Para ahli hukum islam (fuqaha) menyadari sepenuhnya
bahwa status hukum asuransi syariah belum pernah di
tetapkan oleh para pemikir hukum islam di zaman dahulu.
Pemikiran mengenai asuransi syariah tersebut dimaksud,
muncul ketika terjadi akulturasi budaya antara islam dengan
budaya eropa, namun, bila di cermati menurut kajian yang
mendalam maka di temukan bahwa asuransi itu tedapat di
dalamnya maslahat sehingga para ahli hukum islam
mengadopsi menejemen asuransi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
Apabila penulis mencermati dasar hukum, baik yang
bersumber dari al-quran maupun hadis nabi, yang telah di
ungkapkan di atas, serta hasil pertemuan para ahli hukum
islam mengenai asutransi berdasarkan konsep taawun, maka
penulis merumuskan prinsip-prinsip asuransi syariah yang
harus di jadikan pedoman dalam mewujudkan kesejahteraan
sesama peserta asuransi yang di ungkapkan sebagai berikut :
(a). Para peserta asuransi dan praktisi perusahaan harus saling
bertanggung jawab.
Para peserta asuransi dan praktisi perusahaan yang
menjalankan asuransi syariah harus saling bertanggung jawab
antara satu sama lain, memikul tanggung jawab berdasarkan
niat yang ikhlas dalam bribadah.
(b). saling bekerjasama satu sama lain
(c). Saling melindungi dari berbagai kesusahan
Prinsip mengenai asuransi syariah, yaitu orang yang
kuat harus menjadi pelindung orang yang lemah; orang yang
kaya melindungi orang miskin; pemerintah harus menjadi
pelindung kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
(d) mewujudkan keselamatan
Salah satu ajaran yang di bawa nabi muhammad saw.
adalah setiap warga masyarakat islam wajib mewujudkan
keselamatan dalam menjalani kehidupannya, baik di dunia
maupun di akhirat.

Aqad-aqad dalam asuransi syariah

Aqad dalam asuransi syariah takaful menurut ahmad salim


terbagi kepada 3(tiga) bagian yang telah di kutip oleh japril khalil,
yaitu :
1. Asuransi konvensional (tamin taqlidi atau tijari), hal seperti ini
mempunyai aqad muawadah yang mengandung unsur gharar:
gharar fil ajl; gharar fil husul, dan gharar fil wujud, gharar
tersebut dimaksud termasusuk fasihy, tamin tijari ini
mempunyai unsur riba nasyiah dan fadhl, iya juga mengandung
maysir dan memakan harta sesama manusia dengan cara yang
bathil.
2. Tamin taawuni al-basit. Tamin dimaksud, dihalalkan oleh
ketentuan syariah islam. Sebab, ia bersifat tolong-menolong.
Yaitu peserta ,emberikan sebagian hartanya tanpa di tentukan
jumlahnya untuk keuntungan orang yang mengikuti peserta
atau bukan peserta dan sifatnya bukan dlam jumlah yang besar,
hal ini di atur dalam menejemen yang rapi dan boleh juga di
laksanakan tanpa menejemen yang baik. Prinsip yang di
jalankan adalah taawun atau tabarru dengan aqad hibbah atau
sedekah.
3. Tamin taawuni murakkab, secara prinsip hampir sama dengan
tamin jenis kedua, tetapi dalam jumlah yang banyak dan di
kendalikan oleh perusahaandengan memejemen yang rapi dan
berbadan hukum, ketiga aqad di maksud, penulis akan
menguraikan jenis asuransi aqad ketiga.

S-ar putea să vă placă și