Sunteți pe pagina 1din 4

ANALISIS KORELASI WAKTU PEMBERIAN RESUSITASI

CAIRAN TERHADAP MORTALITAS PASIEN


LUKA BAKAR BERAT FASE EMERGENCY

Ida Ayu Agung Laksmi


Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bina Usada Bali
agunglaksmi41@gmail.com

ABSTRACT
The emergency phase on severe burns is a critical period when patients had
hemodynamic disturbances, which can lead to various complications such as shock. The purpose
of this study was to analyze correlation between times of fluid resuscitation with mortality of
severe burns patients on emergency phase at Sanglah Hospital. This study was an observational
study with retrospective analytic on 78 medical records from the period March 2014 until to
March 2016. The mortality of burn patients in the emergency phase at Sanglah Hospital amounted
to 12.82 %. Spearman test showed that between times of fluid resuscitation with mortality of
severe burns patients on emergency phase has p value 0.013 and r (0.281). It could be concluded
that times of fluid resuscitation is correlated with mortality, the greater the time of resuscitation
greater probability of patients mortality. Nurses need to improve the management of severe burns
on emergency phase to start the fluid resuscitation earlier and maintain the adequacy circulation.

Keywords: fluid resuscitation, severe burn, mortality, emergency phase of burn

LATAR BELAKANG outcome pasien (Grober, 2012). Oleh karena


Luka bakar merupakan suatu jenis cedera semua tindakan dalam fase emergency
traumatik yang paling berat dibandingkan berpotensi untuk dapat meningkatkan angka
dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat survival pasien khusunya tindakan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pemberian resusitasi cairan. Dalam
(Dunne & Rawlins, 2014). Menurut data resusitasi cairan, hal-hal yang harus
dari World Health Organization (2016), luka diperhatikan adalah jenis cairan yang
bakar merupakan masalah kesehatan diberikan, jumlah cairan, dan waktu
masyarakat yang sangat serius di seluruh pemberian resusitasi cairan pada fase
dunia yang diiperkirakan setiap tahunnya emergency. Jumlah dan jenis cairan
mencapai 265.000 kematian. Di RSUP resusitasi yang diberikan tergantung dari
Sanglah, didapatkan bahwa angka mortalitas formula yang digunakan oleh suatu rumah
pasien luka bakar yang dirawat di Burn Unit sakit yang biasanya berdasarkan pada luas
selama periode tahun 2013 sampai tahun luka bakar pasien (Marx, Hockberger, &
2014 sebesar 10,07 %. Walls, 2009). Sedangkan waktu pemberian
resusitasi cairan dipengaruhi oleh beberapa
Fase emergency dalam kasus luka bakar faktor, salah satunya adalah waktu
merupakan fase yang sangat penting dan kedatangan pasien pasca terpaparnya luka
layak untuk mendapatkan perhatian khusus, bakar. Keterlambatan kedatangan pasien ke
karena merupakan masa kritis bagi pasien IGD yang menjadi salah satu penyebab
yang mengalami luka bakar berat (Dunne & keterlambatan pemberian resusitasi cairan
Rawlins, 2014). Pada fase emergency sering sekali dikaitkan dengan mortalitas
tersebut dapat menyebabkan beberapa pasien (Williams, et al. 2009; Rice & Orgill,
komplikasi seperti syok kardiogenik, 2016).
hipovelemik, dan syok distributive yang
dapat mengancam nyawa pasien (Snell, et KAJIAN TEORITIS
al., 2013). Menurut Marx, Hockberger & Walls, (2009)
luka bakar berat adalah luka dengan luas
Dalam fase emergency segala manajemen permukaan luka >10% dari total luas
perawatan yang diberikan akan menentukan permukaan tubuh pada anak-anak dan usia
lanjut, sedangkan pada orang dewasa luka

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 11


bakar berat adalah luka dengan luas Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian
permukaan luka >20% dari total luas yang bertujuan untuk mengetahui korelasi
permukaan tubuh dan luas luka >5% pada antara waktu pemberian resusitasi cairan
luka bakar full thicknes (derajat 3) di segala terhadap mortalitas pasien luka bakar berat
usia. pada fase emergency.

Resusitasi cairan didefiniskan sebagai terapi HASIL DAN PEMBAHASAN


cairan yang dilakukan untuk mengganti
volume cairan intravaskular (perfusi) atau Kaarakteristik Responden
volume cairan interstitial (dehidrasi), atau
untuk memperbaiki abnormalitas elektrolit Tabel 1 Deskriptif Karakteristik pasien
dengan pemberian cairan pengganti dapat Meliputi Luas Luka dan Waktu Pemberian
bersifat kristaloid ataupun koloid secara Resusitasi
agresif (Stewart, 2003). Variabel Mean SD
Luas luka bakar 38.67 18.368
KAJIAN EMPIRIS Waktu pemberian 60.13 26.786
Berdasarkan beberapa penelitian, survival resusitasi
rate untuk pasien luka bakar telah
meningkat secara substansial dalam Berdasarkan tabel 1 di atas maka dapat
beberapa dekade terakhir yang dikaitkan dilihat bahwa rata-rata luas luka bakar
dengan beberapa faktor diantaranya adalah responden dalam penelitian ini adalah 38.67
kemajuan dalam bidang perawatan pada dengan standar deviasi 18.368 dan dan rata-
burn unit dan perawatan yang adekuat rata waktu pemberian resusitasi adalah 60.13
selama fase resusitasi (Church, et al., 2006; menit dengan standar deviasi 26.786.
Wang, et al., 2010; Chen, et al., 2012).
Menurut Zaletel (2009), survival outcome Nilai rata-rata luas luka bakar yang
pasien dapat ditingkatkan sejak awal dengan ditunjukkan pada tabel 1 tersebut,
penanganan yang tepat, cepat, dan menunjukkan bahwa rata-rata responden
ketanggapan dari perawat di ruang gawat dalam penelitian ini mengalami perubahan
darurat. Hasil penelitian Zaletel (2009) respon fisiologi pada sistem kardiovaskuler
tersebut juga menjelaskan bahwa survival yang menyebabkan adanya peningkatan
pasien luka bakar berkaitan dengan peran kebutuhan cairan tubuh selama fase
Advance Practice Nurse (APN) dalam emergency berlangsung. Dalam Landry, et
memberikan resusitasi cairan dengan al. (2013) disebutkan bahwa pada luka bakar
optimal sehingga tidak terjadi under atau dengan luas lebih dari 15-20% dari TLPT
overresuscitation yang dapat memperburuk akan mengakibatkan perubahan sistem
kondisi dan meningkatkan komorbiditas kardiovaskuler dalam merespon cedera yang
pasien. terjadi dengan menurunkan kontraktilitas
miokard, perifer dan vasokonstriksi
splanknik yang dikombinasikan dengan
METODE PENELITIAN perpindahan cairan dari intravaskular
Penelitian ini merupakan penelitian analitik sehingga dapat menyebabkan hipoperfusi
observasional dengan rancangan kohort jaringan dan ketidakstabilan hemodinamik.
retrospektif terhadap 78 sampel rekam medis Hasil rata-rata luas luka bakar tersebut juga
di RSUP Sanglah selama periode 2 tahun menunjukkan bahwa responden dalam
terakhir (2014-2016). Pengumpulan data penelitian ini memiliki prognosis yang
menggunakan teknik purposive sampling cukup baik karena memliki nilai yang
dengan kriteria inklusi pasien luka bakar kurang dari 50 % dari TLPT. Atify, et al.
berat dengan luas > 20% dari total luas (2012) dalam penelitiannya pada 5 tahun
permukaan tubuh yang disebabkan karena terakhir menemukan data bahwa 83% kasus
cedera termal. Instrumen menggunakan kematian pada luka bakar merupakan luka
lembar pengumpulan data dengan meneliti bakar dengan luas luka lebih dari 50% dari
waktu pemberian resusitasi cairan sebagai TLPT dimana sekitar 69.8% kasus kematian
variabel independen dan mortalitas sebagai tersebut terjadi selama fase emergency.
variabel dependen. Analisis data yang Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
digunakan adalah uji korelasi Spearman walaupun rata-rata responden dalam
dengan tingkat kepercayaan 95%. penelitian ini mengalami peningkatan

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 12


kebutuhan cairan, tetapi memiliki prognosis Tabel 2 Hasil Uji Spearman
yang cukup baik selama fase emergency. Korelasi Waktu Resusitasi Terhadap
Mortalitas
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa rata-rata Mortalitas
waktu pemberian resusitasi cairan yang Variabel Independen p r
merupakan rentang waktu diberikannya Waktu Resusitasi 0.013 0.281
resusitasi cairan pasca terpaparnya luka
bakar adalah 60.13 menit. Hal ini berarti Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
bahwa waktu pemberian resusitasi cairan terdapat korelasi yang signifikan antara
dalam penelitian ini sedikit lebih terlambat waktu pemberian resusitasi cairan dengan
dari waktu yang direkomendasikan. Waktu mortalitaspasien luka bakar berat pada fase
yang tepat untuk memulai pemberian emergency di RSUP Sanglah dengan nilai p
resusitasi cairan pada luka bakar berat (0.013) dan memiliki kekuatan korelasi yang
adalah sesegera mungkin sesuai dengan lemah. Hasil tersebut berbeda dengan hasil
kondisi klinis pasien (Latanser, 2009; penelitian dari Wang, et al. (2010) yang
Endorf & Dries, 2011). Resusitasi cairan dilakukan di Cina secara retrospektif bahwa
yang efektif merupakan salah satu pilar dari waktu pemberian resusitasi tidak berkorelasi
perawatan luka bakar modern yang telah secara signifikan terhadap mortalitas pasien
terbukti meningkatkan kelangsungan hidup dalam periode follow-up pasca-hospitalisasi
pasien (Latenser, 2009). Pemberian selama 2 bulan. Perbedaan hasil tersebut
resusitasi cairan secara dini bertujuan untuk dapat memberikan gambaran bahwa
mencegah terjadinya burn shock (Endorf & resusitasi cairan lebih berpengaruh terhadap
Dries, 2011). mortalitas pasien luka bakar pada fase
emergency daripada fase rehabilitasi.
Gambaran Mortalitas Pasien Luka Bakar
Berat Menurut Snell, et al. (2013) mortalitas
pasien akan meningkat apabila resusitasi
dilakukan lebih dari 2 jam setelah kejadian
cedera. Akan tetapi dalam penelitian ini
menghasilkan angka survival pasien luka
bakar berat yang cukup tinggi yaitu 87,18%.
Hal ini disebabkan rata-rata rentang waktu
pemberian resusitasi cairan dari
terapaparnya luka bakar pada penelitian
60.13 menit, yang berarti belum berisiko
meningkatkan mortalitas pasien.
Gambar 1 Gambaran Mortalitas Pasien Luka
Bakar Berat pada Fase Emergency di RSUP Dalam Landry, et al. (2013) disebutkan
Sanglah bahwa pada luka bakar 15-20% dari total
LPT, terjadi pergeseran cairan dalam jumlah
Pada penelitian ini ditemukan angka yang besar sehingga dapat menyebabkan
mortalitas pasien luka bakar berat pada fase pasien mengalami syok dalam 6-12 jam
emergency secara retrospektif dari periode pertama setelah cedera. Oleh karena itu
Maret 2014 sampai dengan Maret 2016 resusitasi cairan menjadi salah satu faktor
mencapai 12.82% yang berarti bahwa yang dapat mempengaruhi hasil klinis
tingkat survival pasien luka bakar berat pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
selama fase emergency di RSUP Sanglah Danilla, et al. (2007), yang mengidentifikasi
cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan bahwa resusitasi cairan yang merupakan
penelitian Chen, et al. (2012) mortalitas langkah awal dalam penatalaksanaan luka
pasien luka bakar selama fase akut yaitu bakar dalam fase emergency menjadi faktor
hingga 72 jam pertama menunjukkan hasil yang sangat mempengaruhi hasil klinis
yang lebih kecil yaitu 2.08%. Perbedaan pasien.
tingkat mortalitas tersebut dapat dikarenakan
oleh jumlah sampel yang digunakan. SIMPULAN DAN SARAN
Waktu pemberian resusitasi cairan
berkorelasi terhadap mortalitas pasien luka
bakar berat pada fase emergency. Oleh
karena itu sebagai upaya dalam menurunkan

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 13


angka mortalitas pasien luka bakar berat Stewart, J. V. (2003). Vital Sign and
selama fase emergency, sebagai tenaga Resuscitation. USA: Landes
kesehatan sebaiknya memberikan resusitasi Bioscience
cairan sedini mungkin berdasarkan pada Wang, Y., Tang, H., Xia, Z., et al. (2010).
formula resusitasi yang telah terstandar di Factors affecting survival in adult
masing-masing rumah sakit. Selain itu, perlu patients with massive burns. Burns,
juga disosialisasikan tentang pentingnya 36: 5764.
perawatan luka bakar ke IGD sedini World Health Organisation. (2016).
mungkin pada masyarakat luas, sehingga Violence and Injury Prevention of
meminimalkan adanya delayed resuscitation Burn.
yang dapat memperburuk kondisi pasien. http://www.who.int/violence_injury_
prevention/other_injury/burns/en/ on
DAFTAR PUSTAKA January, 28, 2016.
Chen, C., Chen, L., Wen, B., Liu, S., & Ma, Zaletel, C.L. (2009). Factors Affecting Fluid
H. (2012). Objective estimates of the Resuscitation in the Burn Patient:
probability of death in acute burn The Collaborative Role of the APN.
injury: A proposed Taiwan burn Advanced Emergency Nursing
score. Trauma Acute Care Surg, Journal, 31 (4).
73:1583-1589. Williams, F.N., Herndon, D.N., et al.
Church, D., Elsayed, S., Reid, O., Winston, (2009). The leading causes of death
B., & Lindsay, R. (2006). Burn after burn injury in a single pediatric
Wound Infections. Clinical burn center. Critical Care, 13 (183).
Microbiology Reviews, 19 (2). DOI:10.1186/cc8170
Danilla S, Calderon W, Roco H, Liang X, Rice, P. L & Orgill, D.P. (2016). Emergency
Chen B, Tang J, et al. (2007). care of moderate and severe thermal
Evaluation of prognostic factors in burns in adults. Uptodate.
severely burned patients: A cohort
study. Burns, 33: 62-64.
Grober, et al. (2012). Emergency
management of the patient with
severe burns in the emergency unit.
Prof Nurs Today.
Dunne, J. A. & Rawlins, J. M. (2014).
Management of burns. Surgery, 32
(9).
Endorf. D. J. & Dries, F.W. (2011). Burn
Resuscitation. Scandinavian Journal
of Trauma, Resuscitation and
Emergency Medicine, 19 (69).
Landry, A., Gedul, H., Koyfman, A., &
Foran, M. (2013). An overview of
acute burn management in the
emergency centre. African Journal of
Emergency Medicine, 3, 2229.
Latenser, B. A. (2009). Critical Care of the
Burn Patient: The First 48 Hours.
Critical Care Med, 37 (10), 2819-
2826.
Marx, J. A., Hockberger, R. S., & Walls, R.
M. (2009). Rosens Emergency
Medicine: Concepts and Clinical
Practice. 7th Edition. Philadelphia:
Mosby Elsevier.
Snell, J. A., Loh, W. N., TMahambrey, T., &
Shokrollahi, K. (2013). Clinical
review: The critical care management
of the burn patient. Critical Care, 17
(241).

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 14

S-ar putea să vă placă și