Sunteți pe pagina 1din 12

BAB II

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk
Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus.
Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti yang berubah bentuk atau
bungkuk, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat
Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut
yang berlangsung 3-10 hari.
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung
beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian,
masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan
keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam,
dilakukan review terhadap penyakit ini.

B. Etiologi
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae.
Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya
disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga
Togaviridae, genus alphavirus.
Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang
manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan
diameter 70 m. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus
protein membentuk heterodimer).
Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 m. Nyamuk Aedes aegypti berukuran
kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-
titik putih dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup
berbulan-bulan.
Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang
menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya
menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk
bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu.
Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang
diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang
sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1
tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang
chlorinated.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus).
Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata
Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti,
Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus.

C. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk
pembawa virus hingga menimbulkan gejala sekitar 2 hingga 4 hari. Pada saat virus masuk ke
dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulumendoplasma. Di
dalam sitoplasma terjadi proses sisntesis DNA dan sisntsesis RNA virus, sedangkan di dalam
reticulum endoplasma terjadi proses sintesis protein virus. Setetah masa inkubasi tersebut
virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang, limfa dan sel kuffer, lalu virus
tersebut di keluarkan melewati sel membrane maka virus beredar dalam darah. Demam
chikungunya salah satunya dapat menginfekasi sel hati sehingga sel hati mengalami
degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati tersebut yang akan mempengaruhi
metabolisme pada sel hati yang mempengaruhi peningkatan bilirubin sehingga seseorang
yang mengalami demam ini biasanya terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada
kasus ini adalah nyeri pada setiap persendian (poliarthralgia) terutama pada sendi lutut,
pergelangan kaki dan tangan, serta sendi-sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi
menyebabkan sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah
sebabnya postur tubuh penderita menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan
kaki menjadi tertekuk. Gejala lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian
kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut. Muka
penderita bisa menjadi kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata.
Meskipun gejala penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan
sendirinya), tetapi tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu
bahkan berbulan- bulan.

D. Manifestasi klinis
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan
dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi
penyakit berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan
sendirinya.
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau
Chikungunya akan membuat semua persendian terasa ngilu.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.
Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
2. Sakit persendian :
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan
dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita merasa lumpuh sebelum berobat.
Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta
tulang belakang.

3. Nyeri otot :
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang
terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.

4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit


Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari
ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan
lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.

5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan
sedikit fotophobia.

6. Kejang dan penurunan kesadaran


Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara
langsung oleh penyakitnya.

Gejala lain Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu
nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak
kecil timbul:
1. Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel
(maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
2. Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
3. Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik
merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
4. Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
5. Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan
hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang
menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab
chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang tulang

E. Epidemiologi
Sejarah Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun
1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968)
Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia
pada tahun 1973.
Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia
Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di
Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta,
selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001
sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik
termasuk Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat
terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004.
Penularanya Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit
digigit oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis
(berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia,
primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi
inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus
Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu
kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa.
Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya
berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai
sepuluh hari.

F. Pemeriksaan diagnostic
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji
hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan
serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian,
tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari.
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala
mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah.
Artralgia, pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya
berlangsung 2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya
antibodi terhadap virus Chikungunya.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. 2-5 ml darah dalam minggu I perjalanan penyakit
b. Virus CHIK (efek sitopatik) dikonfirmasi dengan antiserum CHIK spesifik
c. Hasil didapat dalam 1-2 minggu

2. Pemeriksaan serologi
a. 10-15 ml darah pada fase akut (segera setelah onset klinik terjadi) dan padafase
penyembuhan (10-14 hari) setelah sampel I diambil.
b. Pemeriksaan IgM dilanjutkan MAC-ELISA, hasil dalam 2-3 hari
c. Reaksi silang sering terjadi, konversi dengan uji neutralisasi dan HIA
d. Diagnosa (+):
e. Peningkatan antibody 4x pada fase akut dan fase penyembuhan
f. Antibody IgM spesifik CHIKV (+)

3. Polymerase Chain Reaction (PCR)


a. Melalui enzim reserve transcriptase = tes RT-PCR
b. Specimen sama dengan untuk isolasi virus
c. Hasil didapat dalam 1-2 hari I

G. Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap
penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini
umumnya cukup baik, karena bersifat self limited disease, yaitu akan sembuh sendiri dalam
waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam
berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera
dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Demam Chikungunya termasuk ?Self Limiting Disease? atau penyakit yang sembuh
dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang
diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat
penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan
penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan
karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat
cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk
mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT CHIKUNGUNYAH
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat keluhan saat ini
4. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Riwayat sosial
6. Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
b. Nutrisi
c. Cairan
d. Aktivitas
e. Tidur dan istirahat

B. Diagnose keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan imflamasi penyakit
2. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permeabilitas kapiler
3. Nyeri akut b/d reaksi implamasi

C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan
Definisi : peningkatan suhu tubuh berkisaran di atas normal.
Batasan karakteristik :
kulit kemerahan
peningkatan suhu tubuh berkisaran diatas normal
kejang
kulit terasa hangat
factor yang berhubungan :
penurunan respirasi
dehidrasi
penyakit
No Dx. Noc Nic
1 Hipertermi Setelah
dilakukan Monitor suhu
tindakan sesering mungkin
keperawatan Monitor IWL
Monitor dan suhu
selama .. x 24jam
Hipertermi klien kulit
Monitor tekanan
dapat teratasi dengan
darah, nadi dan
criteria hasil : respirasi

suhu tubuh dalam Monitor penurunan
rentang normal tingkat kesadaran

nadi dan RR dlm Monitor intake dan
rentang normal output
tdk ada perubahan Berikan antiseptic
Berikan pengobatan
warna kulit dan tdak
untuk mengatasi
pusing.
penyebab demam
Selimuti pasien
Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil.
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan
kemungkinan efek
negative dari
kedinginan.

2. Kekurangan volume cairan


Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saat tanpa perubahan pada natrium.
Batasan karakteristik :
Perubahan status mental
Peningkatan suhu tubuh
Factor yang berhubungan :
Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme regulasi
No Dx. Noc Nic
2 Kekurangan Setelah
dilakukan Kaji keadaan umum
volume cairan tindakan pasien (lemah, pucat,
keperawatan takikardi) serta tanda-
selama .. x 24jam tanda vital.
Kekurangan volume Observasi tanda-
cairan klien dapat tanda syock.

terasi dengan criteria Berikan cairan

hasil : intravena sesuai


Mempertahankan program dokter
TTV dalam
bats Anjurkan pasien
normal untuk banyak minum

Tidak ada tanda Catat intake dan
dehidrasi. output.

3. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakn jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian awitan yang tiba-tiba atau lambat dari instensitas ringan hingga berat dgn akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan belangsung
Batasan karakteristik :
Perubahan prekuensi jantung
Perubahan frekwensi pernafasan
Sikap melindungi area nyeri
Melaporkan nyeri secara verbal
Factor yang berhubungan :
Agen cedera ( mis : biologis, zat kimia, fisik, psikologis )
No Dx. Noc Nic
3 Nyeri akut Setelah
dilakukan Lakukan pengkajian
tindakan nyeri secara
keperawatan komprehensif
selama .. x 24jam termasuk lokasi
Nyeri klien dapat Berikan posisi yang
teratasi dengan nyaman, usahakan
criteria hasil : situasi ruangan yang
Mampu mengontrol
tenang.
nyeri Alihkan perhatian
Melaporkan bahwa
pasien dari rasa nyeri
nyeri berkurang dgn
Berikan obat-obat
menggunakan analgetik
manajemen nyeri Control lingkungan
Mampu mengenali yang dapat
nyeri ( skala, mempengaruhi nyeri
intensitas, frekuensi seperti suhu ruangan
dan tanada nyeri ) Kurangi factor
Menyatakan rasa presipitasi nyeri
nyaman setelah
nyeri berkurang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya.
Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau group A antropho borne
viruses. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Sejarah
Chikungunya di Indonesia Penyakit ini berasal dari daratan Afrika dan mulai ditemukan di
Indonesia tahun 1973.
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung,
merupakan salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae.
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh
nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang
semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di
suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada).
Gejalanya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit,
dan sakit kepala. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain
uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Pengobatan terhadap
penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini
umumnya cukup baik, karena bersifat self limited disease, yaitu akan sembuh sendiri dalam
waktu tertentu.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan.Dengan istirahat cukup,
obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh
sendiri dalam tujuh hari.

B. Saran
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat
dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak
mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar
(sebaiknya minum jus buah segar).
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarangpembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya.
Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Menutup tempat penyimpanan air
Mengubur sampah
Menaburkan larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik
Pengasapan
Pemakaian anti nyamuk
Pemasangan kawat kasa di rumah.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan
cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk
Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang
menggantung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. materi askep cikungunyah/Asuhan Keperawatan Chikungunya ompuheso.htm.
diakses maret 2015
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. 2013. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahren. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Zuyina Luklukaningsih, 2011. Anatomi Dan Fisiologi Manusia cetak 1. Yogyakarta : Nuha Media

S-ar putea să vă placă și