Sunteți pe pagina 1din 55

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan meningkatnya kebutuhan akan energi,menjadikan batubara sebagai salah salah
satu sumber energi alternatif yang dipilih sebagai sumber energi. Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil batubara yang telah diakui di dunia. Batubara sendiri
merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat
sampai hitam,yang sejak pengendapannya terkena proses kimia dan fisika yang
mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya. Penggunaan batubara di dalam
negeri adalah sebagai sumber energi panas dan bahan bakar, terutama dalam
pembangkit tenaga listrik dan industri semen serta dalam jumlah yang terbatas pada
industri kecil. PT. Arutmin Indonesia merupakan bagian dari Bumi Resources Tbk. yang
memproduksi batubara yang terletak di Kalimantan Selatan. Kedua perusahaan ini
didirikan dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan pertambangan baru untuk
memperluas pasar, menawarkan layanan dalam bidang pertambangan batubara, mulai
dari jasa kontraktor hingga penjualan, serta memfasilitasi industri pertambangan
batubara berskala kecil dan menengah yang berkembang di Kalimantan Selatan.
PT Arutmin Indonesia menerapkan metode penambangan open pit dan memiliki 5 site,
yaitu Senakin, Batulicin, Kintap, Satui, dan Asam Asam. Untuk operasi penambangan yang
dilakukan pada masing-masing pit ini dilimpahkan kepada kontraktor. Kontraktor yang
beraktivitas pada Asam Asam Barat adalah PT. Darma Henwa (DH) dan untuk Asam Asam
Timur adalah PT.Rian Pratama Mandiri (RPM). Memiliki target produksi total untuk tahun
2015 ini adalah sebesar 4.000.000 ton. Untuk mencapai target produksi tersebut
perusahaan ini menerapkan good mining praktis dengan mempertimbangkan masalah
lingkungan dan sosial setempat yang sesuai dengan visi perusahaan.

ROSYANDA NUR WAFA 1


1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diamati pada kerja praktek ini adalah siklus kegiatan
pertambangan dari hulu sampai ke hilir yang dilakukan pada PT.Arutmin Indonesia Asam
Asam.

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan dilaksanakan kerja praktek ini adalah :
1. Untuk mendapatkan pengalaman kerja dan penerapan ilmu yang diajarkan
dengan kenyataan di dunia kerja.
2. Memberikan latihan dan kesiapan pada mahasiswa untuk menemukan suatu
permasalahan dalam kondisi aktual dan solusinya di lapangan.
3. Merancang pola pikir mahasiswa tentang kondisi aktual dunia pertambangan yang
semestinya dan masalah - masalah yang terjadi di lapangan.
4. Mengetahui secara menyeluruh proses penambangan batubara PT. Arutmin
Indonesia khususnya dalam proses produksinya yang mana bisa diketahui dari
perencanaan jangka pendek dan jangka panjang.
5. Untuk mempererat hubungan yang harmonis dan baik antara Teknik
Pertambangan Universitas Trisakti dengan Perusahaan Tambang PT. Arutmin
Indonesia.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Arutmin Indonesia Asam Asam dilaksanakan
terhitung mulai dari 16 September 2015 sampai dengan 15 Oktober 2015.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan kerja praktek ini adalah :
Bab I Pendahuluan

ROSYANDA NUR WAFA 2


Mencakup latar belakang, perumusan masalah, tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan,
dan sistematika penulisan
Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, morfologi, iklim dan cuaca.
Bab III Teori Dasar
Tinjauan teoritis membahas teori yang mendasar dan yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan
Bab IV Analisa Data
Menyajikan deskripsi data yang telah diolah.
Bab V Pembahasan
Bagian ini memuat hasil-hasil yang diperoleh dari hasil deskripsi data dan cara
pencapaiannya/analisisnya serta pembahasannya
Bab VI Penutup
Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

ROSYANDA NUR WAFA 3


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Arutmin Indonesia adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor

batubara terbesar di Indonesia. Arutmin menandatangani kontrak penambangan

batubara dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 yang dikenal dengan nama

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Perusahaan

mengoperasikan lima lokasi tambang yaitu ; Senakin, Satui, Asam Asam, Kintap dan

Batulicin serta terminal ekspor batubara yang bertaraf Internasional. Lokasi tambang

Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan Bituminous bertaraf dunia dan Mulia dan

Asam Asam memiliki kandungan Sub-Bituminous yang sangat memadai. Serta salah satu

pengeksop terbesar untuk PLTU di daerah Pulau Jawa , Pulau Bali, dan Pulau Madura.

ROSYANDA NUR WAFA 4


Gambar 2.1 Peta Seluruh Wilayah Kontrak Karya PT Arutmin Indonesia di Kalimantan Selatan

Gambar 2.1 Peta Wilayah PT Arutmin di Site Asam Asam

ROSYANDA NUR WAFA 5


2.2 Keadaan Daerah

2.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. Arutmin Indonesia Asam Asam secara administratif termasuk dalam wilayah

kecamatan Jorong, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Untuk mencapai lokasi kegiatan

usaha dapat menempuh jalur :

a. Jakarta Banjarbaru

Dari Jakarta untuk menuju Banjarbaru dapat ditempuh melalui jalur udara. Untuk jalur

udara dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat dengan waktu tempuh 2 jam.

b. Banjarbaru Asam Asam (Camp PT.Arutmin Indonesia Asam Asam)

Dari Banjarbaru untuk menuju Asam Asam dapat ditempuh melalui jalur darat. Untuk

jalu darat dapat ditempuh menggunakan mobil dengan waktu tempuh 3 jam.

2.2.2 Kondisi Iklim dan Cuaca

Tabel.1 Rain Delay


Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Jan 77.35 167.92 81.68 62.05 274.22 251.87 133.08 221.34
Feb 42.00 99.00 124.34 55.69 76.33 149.76 216.81 115.08 161.59
Mar 12.56 88.00 94.58 256.80 70.27 166.10 179.83 106.83 150.20
Apr 69.08 125.50 100.83 96.68 91.78 180.13 207.68 109.53 221.80
May 77.27 134.00 66.95 149.96 85.28 192.24 178.25 144.59 204.70
Jun 536.90 193.00 28.36 195.95 61.08 170.19 175.30 169.02 270.60
Jul 158.90 254.00 46.60 349.42 55.39 368.16 361.83 154.80 14.40
Aug 30.25 256.50 17.92 176.04 8.30 89.87 224.76 135.22 -
Sep 26.88 152.00 2.42 70.55 42.60 57.18 158.70 0.85 -
Oct 45.00 145.50 29.55 94.96 78.02 133.68 6.71 40.90
Nov 46.00 148.85 51.16 100.64 74.43 172.85 147.27 74.80
Dec 124.00 256.25 54.36 51.39 147.61 272.66 250.83 258.60

ROSYANDA NUR WAFA 6


Tabel. 2 Rainfall

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Jan
138.7 211.7 283.0 121.5 172.3 246.5 151.30 200.50
Feb
64.0 177.5 301.4 160.0 149.6 433.5 238.00 187.90
Mar
241.8 174.0 347.8 157.0 242.0 210.2 362.50 160.00
Apr
144.3 252.0 131.0 212.0 155.8 363.1 351.0 120.00 296.40
May
211.2 881.0 283.0 355.0 214.5 468.3 347.5 184.80 400.90
Jun
193.6 347.0 102.7 343.0 152.5 246.2 282.6 284.50 296.60
Jul
1,012.0 593.1 207.5 656.5 116.2 577.8 521.8 99.15 8.50
Aug
215.3 602.0 43.0 305.5 7.0 1,003.5 624.0 221.00 -
Sep
93.8 435.3 19.0 236.0 89.0 87.0 182.1 0.50 -
Oct
222.5 290.9 82.5 335.5 219.5 207.4 27.7 129.00
Nov
97.7 231.8 261.2 242.0 243.5 293.8 224.1 58.50
Dec
143.0 325.5 175.8 44.0 283.5 485.3 435.6 346.80

2.3 Keadaan Geologi

2.3.1 Struktur Geologi


Indikasi struktur geologi didaerah pesisir Tanah Laut dan Kotabaru sedikit sekali
tersingkap kepermukaan. Hal ini disebabkan daerah studi ditutupi oleh endapan aluvial
yang cukup tebal. Dari bentang alam dan sebaran lapisan batuan struktur geologi regional
memberikan indikasi pada daerah kajian.
Indikasi struktur perlipatan yang secara umum mempunyai pola arah sumbu lipatan
baratdaya-timurlaut dapat dijumpai dengan tersingkapnya endapan tua seperti Formasi
Tanjung di lokasi Batulicin, dan batuan Pra-Tersier di P. Laut. Selain itu kemiringan lapisan

ROSYANDA NUR WAFA 7


batuan juga menunjukkan adanya struktur lipatan dan sesar. Struktur geologi lainnya
yang tersingkap di sekitar Batulicin berupa lipatan seret (drag-fold). Struktur ini adalah
sebagai indikasi adanya struktur lipatan dan sesar naik.

2.3.2 Geologi daerah selidikan


Daerah selidikan telah dipetakan oleh penyelidik sebelumnya yang termasuk pada Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, sekala 1:250.000 (Sikumbang, drr., 1994) dan Peta Geologi
Lembar Kotabaru, sekala 1:250.000 ( Rustandi, drr., 1995). Secara regional daerah
selidikan termasuk bagian dari Cekungan Kutai dan Cekungan Barito. Cekungan-cekungan
tersebut telah diketahui sebagai tempat terdapat endapan-endapan batubara yang
ekonomis. Lapisan batuan dari Formasi Tanjung, Warukin dan Formasi Dahor adalah
batuan pembawa batubara tersebut.

2.3.3 Sedimentologi dan lingkungan pengendapan


Pengendapan batuan sedimen dimulai pada Kala Eosen secara tidak selaras menindih alas
batuan Cekungan Kutai dan Cekungan Barito berumur Pra-Tersier. Batuan sedimen yang
tertua pada cekungan ini adalah batuan dari Formasi Tanjung yang teridiri atas sedimen
klastik kontinen dan endapan laut berupa endapan organik dan napal. Formasi
Berai/Pemaluan berumur Oligosen yang terdiri atas batugamping koral bersisipan napal.
Formasi Warukin berumur Miosen terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung
pasiran. Formasi Dahor terdiri atas batupasir kuarsa, konglomerat dan batulempung (Tabel
20-1). Batuan dari Formasi Tanjung, Warukin dan Formasi Dahor adalah batuan sedimen
pembawa batuabara yang lebih ditekankan pada studi ini.

2.3.4 Formasi

Formasi Warukin

Pengendapan batuan Formasi Warukin terjadi pada awal susut laut (regresi) Tersier.
Formasi Warukin terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung, serpih, dan
batugamping. Pada batupasir dan batulempung karbonatan sering dijumpai konkresi besi.

ROSYANDA NUR WAFA 8


Lapisan batubara tebal > 25 meter, hitam-abuabu, getas, kurang padu terdapat pada
Formasi Warukin. Tebal batuan Formasi Warukin antara 250 meter dan 750 meter. Fosil
yang ditemukan pada adalah Miogypsina sp., Cycloclypeus sp., dan lepidocyclina cf.
Sumatrensis, diperkirakan berumur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Lingkungan
pengendapan laut dangkal (litoral) hingga paralis. Singkapan batubara Warukin terdapat
di lokasi Penambangan Jorong disekitar jalanraya Pelaihari-Batulicin (Gambar 20-2),
Kecamatan Jorong terdiri atas lapisan-lapisan batubara berselingan dengan batulempung
berwarna abu-abu, tebal 0.5 m 1.0 m, dan batupasir berbutir sedang, terpilah baik,
tebal 0.5 m 2.0 m. Tebala lapisan batubara dari 0.5 m hingga >20m. Lapisan penutup
berupa soil dan endapan alufial tebal > 5m. Arah kemiringan lapisan kearah pantai,
tenggara S 100 E/350. Singkapan batubara di daerah KP PT. Arutmin, Satui terdiri atas
lapisan soil penutup, batupasir batulempung dan batubara. Soil penutup berwarna
kecoklatan, mengadung butiran pasir, tebal 3m. Batupasir berwarna abu-abu, abu-abu
kotor, masif, tebal 3.5 m. Batulempung berwarna abu-abu, masif, tebal 6m, terdapat
sisipan batubara hitam kecoklatan, tebal 0.30 m. Batubara berwarna hitam kecoklatan,
masif, tebal >4m.

Batupasir berbutir sedang, terpilah baik, dan bersifat karbonat yang terdapat pada
Formasi Warukin menunjukkan lingkungan pengendapan berenergi sedang tinggi.
Kondisi lingkungan sedimentasi tersebut kemungkinan besar cocok di daerah laut
dangkal, litoral (Friedman, 1967). Batupasir berselang-seling dengan batulempung
membentuk struktur sedimen sejajar menandakan adanya energi pengangkutan partikel
sedimen yang berbeda. Keadaan ini umum dijumpai pada dataran banjir di sekitar muara
sungai dan dataran banjir pantai modern. Hal ini dapat diperkirakan bahwa lingkungan
pengendapan batuan dari Formasi Warukin adalah sebagian dataran limbah banjir.
Adanya lapisan batulempung dengan konkresi besinya, maka lingkungan pengendapan
Formasi Warukin berkaitan dengan daerah rawa, paralis.

Batubara yang terdapat dalam Formasi Warukin secara fisik berwarna hitam, hitam
kecoklatan kusam, agak rapuh, kadang masih terdapat struktur kayu. Batubara Formasi

ROSYANDA NUR WAFA 9


Warukin tersingkap di daerah-daerah tambang terbuka. Singkapan yang cukup baik yaitu
di lokasi Jorong, KP JBG tebal lapisan >20 meter, berselingan dengan batupasir berbutir
halus tebal 0.5 2.0 meter. Batubara dari Formasi Warukin yang tersingkap di sekitar
wilayah pesisir Tanah laut berupa lapisan tebal diatas 10 meter. Batubara Formasi
Warukin ini sebagian besar tersebar di wilayah pesisir Pelaihari Batulicin. Di utara
Batulicin terdapat batubara Formasi Pamaluan yang secara fisik hampir sama dengan
batubara Formasi Warukin. Berdasarkan hasil anailis kimia kadar kalori dari Formasi
Warukin < 5000 kal/g. Formasi Warukin: nilai kalori antara 5.000,00 kal/g dan 6.000,00
kal/g, kadar abu= 4,00% dan 20,00 %, zat terbang = 35.00 % dan 50,00 %, karbon padat=
20,00% dan 40,00%, belerang total= 0,40 dan 4,00 %, dan kadar air= 3,00% dan 14,00 %.

Tahapan Penambangannya sebagai berikut :

1. Land Clearing

Adalah kegiatan awal dari kegiatan penambangan. Pembersihan lahan dilakukan agar
dapat memudahkan pengupasan tanah penutup dan pengambilan batubara dan
pembersihan tempat kerja atau daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-
pohon besar dan kecil. Pembersihan tempat kerja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat - alat mekanis yaitu bulldozer. Kemudian pembersihan dari akar - akar
pohon yang sudah ditebang dan batu batu yang menghalangi yang disebut dengan
Grabbing.

2. Pengupasan dan Pemindahan Top Soil


Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan
tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut
menjadi tersingkap. Adapun karakteristik penanganan terhadap tanah pucuk yang
dilakukan oleh PT.Arutmin Indonesia Asam Asam :
Tanah pucuk (top soil) sangat diperlukan pada saat bekas lokasi tambang aktif
sudah selesai ditimbun dan akan direklamasi. Agar tanah pucuk tidak banyak yang
hilang, penanganan tanah pucuk harus dilakukan dengan cara-cara yang benar.

ROSYANDA NUR WAFA 10


Tanah pucuk ini nantinya akan disebarkan pada lapisan teratas dari lokasi disposal
yang sesuai dengan elevasi yang sudah direncanakan, baik di lokasi penimbunan
di luar tambang maupun di lokasi penimbunan back fill.
Pengambalian tanah pucuk dimulai setelah kegiatan pembersihan lahan (land
clearing) selesai. Metode pengambilan tanah pucuk adalah dikupas setebal 0,2-
0,6 m (tergantung ketebalan top soil di lokasi yang sedang dikerjakan) dengan
diambil langsung oleh excavator atau dikupas oleh bulldozer dan ditumpuk di
suatu tempat untuk selanjutnya dimuat ke dump truck.
3. Pemindahan overburden
Pembongkaran overburden merupakan kegiatan utama karena mencakup penanganan
sejumlah besar volume lapisan overburden (tergantung pada Stripping Ratio).
Pengupasan dilakukan menggunakan excavator backhoe dan dimuat menggunakan dump
truck ke disposal area atau backfilling area. Pemuatan overburden dilakukan
menggunakan alat muat jenis excavator. Penimbunan overburden di disposal ini
dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan membuat lapisan overburden dasar
seluas disposal area (luas maksimal) yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan
kegiatan penimbunan overburden secara bertahap atau berjenjang dengan luasan
semakin mengecil dan diatur secara baik, hingga membentuk sebuah bukit atau gunung
yang berjenjang. Jika disposal ini telah dinyatakan selesai, maka permukaan disposal akan
diberi lapisan top soil (diambil dari dumping area).
4. Penggalian dan pengangkutan batubara (Coal Getting)
Setelah penggalian overburden selesai dan lapisan batubara mulai terlihat, maka
kegiatan penambangan dapat dilakukan. Proses pertama yaitu pengambilan batubara
(Coal Getting) dengan menggunakan alat berat jenis excavator backhoe dikarenaka
batubara yang bersifat lunak sehingga mudah untuk dibongkar. Tahap kedua, batubara
hasil pembongkaran dimuat kemudian diangkut menuju Coal Processing Plant atau ROM
menggunakan alat berat dump truck. Kemudian batubara akan di proses melalui Coal
Processing Plant dimana batubara yang masih berukuran besar akan di Crushing sampai
dengan ukuran yang diinginkan, setelah di crusher batubara akan ditempatkan di

ROSYANDA NUR WAFA 11


stockpile dan dibedakan menurut kualitasnya yang kemudian dari stockpile tersebut akan
dipindahkan menuju stockpile pelabuhan atau langsung di masukkan ke tongkang, dan
dapat di angkut oleh dump truck untuk menuju PLTU Asam Asam.
Manajemen penimbunan batubara di stockpile berfungsi sebagai penyangga
antara pengiriman dan proses persediaan yang baik, proses penyimpanan batubara di
stockpile pelabuhan disesuaikan dengan target penjualan batubara guna menghindari
terjadinya penumpukan batubara terlalu lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam manajemen stockpile :
Monitoring quality (inventory) dan pemindahan batubara distockpile, meliputi
pencatatan batubara yang masuk dan pencatatan batubara yang keluar di
stockpile, termasuk pencatatan batubara yang tersisa.
Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dengan cara batubara yang lebih
dulu masuk harus dikeluarkan (loading) terlebih dahulu, cara ini dimaksud untuk
mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara (FIFO)
Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin distockpile dan monitoring
efektifitas di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara.
Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi pelaksanaan housekeeping, tidak
diperkenankan membuang sampah sembarangan di area stockpile.
Menanggulangi batubara terbakar di stockpile, dalam hal penanganan yang
dianjurkan adalah melakukan spreading (penyebaran) untuk mendinginkan
batubara dan membuang yang terbakar.
Untuk penyimpanan yang relatif lama bagian atas stockpile harus dipadatkan,
guna mengurangi resapan udara dan air kedalam stockpile

ROSYANDA NUR WAFA 12


BAB III

TEORI DASAR

3.1 Definisi Batubara

Batubara merupakan bahan bakar fosil yang terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan,suhu dan selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara yang
tersedimentasi secara organik. Pada umumnya batubara terbentuk dari tumbuh-
tumbuhan yang kemudian membusuk atau mengurai secara tidak sempurna dan terdiri
dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

3.2 Proses Terbentuknya Batubara

Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan waktu yang lama
(puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi. Adapun kondisi umum diperlukan dalam proses terbentuknya batubara :

Ada tumbuh-tumbuhan
Kecepatan tumbuh lebih besar dari kecepatan degradasi
Pembusukan lebih kecil dari penumpukan tumbuhan mati
Ada pengawetan atau peyimpanan sisa-sisa tumbuhan yang mati di tempat atau
sudah berpindah tempat, lalu ditimbun oleh sedimen
Terhindar dari intervensi sedimentasi klastik
Terhindar dari gangguan air laut
Terhindar dari proses pembusukan total

Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu dan teori drift.
Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat
terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut
berkembang. Jenis batubara yang tebentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas

ROSYANDA NUR WAFA 13


dan merata,serta memiliki kualitas yang lebih baik karena kadar abunya relatif kecil.
Sedangkan Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada
cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara mengalami
proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas dan dengan
kualitas yang kurang baik, karena mengandung material pengotor yang terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.

3.3 Klasifikasi Batubara

Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara
digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite,
bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).

a. Antrasit

Antrasite (C94OH3O3) merupakan kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam


berkilauan (luster), keras, kompak dan mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%. Nilai kalori lebih dari 7300 kal/gram.

b. Bituminus

Bituminus (C80OH5O15) mengandung 68% - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8% -
10% dari beratnya. Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh
(brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk
kepentingan transportasi dan jenis industri kecil. Nilai kalori antara 6300 7300 kal/gram.

c. Sub-bituminus

Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan
sudah mengandung lilin. Ciri lain dari Sub-Bituminous (C75OH5O20) adalah sisa bagian
tumbuh-tumbuhan tinggal sedikit dan berlapis. Endapan ini dapat digunakan untuk
pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur rendah. Nilai kalori 3000- 6300

ROSYANDA NUR WAFA 14


kal/gram. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

d. Lignit

Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala
pelapisan. Apabila dikeringkan maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa
dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas
yang dikeluarkan sangat rendah. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat
lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit/ brown coal, (C70OH5O25 )
memiliki sifat :

Warna kecoklatan
Material terkornpaksi namun sangat rapuh
Mempunyai kandungan air yang tinggi
Mempunyai kandungan karbon padat rendah
Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
Mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan rendah.

e. Gambut

Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar.
Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan
batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat asal dari bahan dasarnya (tumbuh-
tumbuhan). Gambut berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah. Peat/gambut, (C60H6O34) memiliki sifat :

Warna coklat
Material belum terkompaksi
Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah

ROSYANDA NUR WAFA 15


Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
Sangat mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.

3.4 Parameter Kualitas Batubara

Pada dasarnya terdapat 2 analisa yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan kualitas
batubara,yaitu analisa Proksimat dan analisa ultimat. Analisa proksimat yang merupakan
analisa yang dilakukan untuk menentukan;

Nilai kalori (CV)


Nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila sejumlah batubara dibakar. Nilai
kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat batubara tersebut dibakar Semakin tinggi
nilai kalor dari suatu batubara, maka semakin baik kualitas dari batubara. Nilai kalori
dinyatakan dengan satuan Kkal/kg. Terdapat 2 macam nilai kalori yaitu:
- Nilai kalor net (net calorific value atau low heating value). Yaitu nilai kalor pembakaran
dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud gas.
- Nilai kalor gross (grosses calorific value atau high heating value). Yaitu nilai kalor
pembakaran dimana semua air (H2O) dihitung dalam keadaan wujud cair.
kandungan abu (Ash)
kandungan abu dalam batubara merupakan residu yang tersisa setelah proses
pembakaran batubara yang berasal dari bahan-bahan inorganik yang terkandung di
dalam batubara tersebut. Bahan-bahan Inorganik yang juga sering disebut Mineral Matter
(MM) terdapat di dalam batubara berupa Inherent, Diskrit, dan Desiminated (tersebar).
Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini
merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbakar
atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain
senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur
lain.
Total sulfur (TS)

ROSYANDA NUR WAFA 16


Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam
bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit
sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik
terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam
bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan,
mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan
biota lainnya.
Zat terbang (VM)
Volatile Matter adalah bagian organik batubara yang terbang ketika batubara dipanaskan
pada temperatur tertentu dalam kondisi tanpa oksigen. Volatile matter biasanya berasal
dari gugus hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai lurus yang mudah putus dengan
pemanasan tanpa oksigen (thermo cracking) menjadi gas hidrokarbon yang lebih
sederhana seperti gas methana.
Kandungan air (TM)
Moisture di dalam batubara dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu inherent moisture dan
extraneous moisture.. Inherent moisture adalah moisture yang terkandung dalam
batubara dan tidak dapat menguap atau hilang dengan pengeringan udara atau air drying
pada ambien temperatur. Inherent moisture ini hampir menyatu dengan struktur molekul
batubara karena berada pada kapiler yang sangat kecil dalam partikel batubara. Nilai
Inherent moisture ini tidak fluktuatif dengan berubah-ubahnya humiditas ruangan. Dan
moisture ini baru bisa di hilangkan dari batubara pada pemanasan lebih dari 100 derajat
Celsius. Extaraneous moisture adalah moisture yang berasal dari luar dan menempel atau
teradsorpsi di permukaan batubara atau masuk dan tergabung dalam retakan-retakan
atau lubang-lubang kecil batubara. Sumber extraneous moisture ini misalnya ; air dari
genangan, air hujan, dan lain-lain. Moisture ini dapat dihilangkan atau diuapkan dengan
cara air drying atau pemanasan di oven pada ambien temperature.

ROSYANDA NUR WAFA 17


Fixed Carbon
Nilai Fixed carbon tidak bisa diketahui dengan pengujian laboratorium namun dapat
diketahui setelah pengerjaan seluruh analisa proximate di atas dilakukan. Cara
mendapatkan nilai fixed carbon dalam sampel, yaitu dengan melalui perhitungan hasil
dari beberapa analisa proximate. Adapun perhitungan dari fixed carbon ini adalah sebagai
berikut :
FC = 100% - (%AIR + %ABU + %VM)
Sedangkan analisa ultimat merupakan analisa yang dilakukan untuk menentukan unsur
kimia pada batubara seperti :
- karbon
- hidrogen
- oksigen
- nitrogen
- sulfur
Besarnya kandungan Karbon dan Hidrogen adalah fungsi dari rank batubara,
sementara Sulfur dan Nitrogen terikat bersamanya sebagai pengotor di dalam bahan
organik tersebut. Dari analisis ultimat, biaasanya dinyatakan dalam basis dry ash free
(daf) dimana air dan bahan anorganik dikeluarkan.

3.5 Metode Tambang Terbuka (Open Pit Mining)

Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan
galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja
berhubungan langsung dengan udara luar dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining)
juga disebut dengan open cut mining adalah metoda penambangan yang dipakai untuk
menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan
permukaan. Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang
memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun stripping dan
quarrying termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai
untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi

ROSYANDA NUR WAFA 18


non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregate. Kebanyakan tambang
batubara di Indonesia menggunakan metoda tambang terbuka, oleh karena sebagian
besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada daerah pegunungan
dengan topografi yang landai dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil (<30).
Untuk cebakan yang berada di bawah permukaan tetapi relatif masih dangkal, maka
metoda penambangan terbuka umumnya akan lebih ekonomis dibandingkan dengan
tambang dalam.

Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan apakah
suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka
atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup
(overburden) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat
ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah stripping ratio. Apabila nilai
perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka metoda
tambang terbuka dianggap masih ekonomis. Sebaliknya apabila nilainya di luar batas
keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih.

3.6 TAHAPAN PENAMBANGAN

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

2. Pemindahan Tanah Pucuk (Top Soil/Common Soil Removal)

3. Pengupasan Tanah Penutup ( Overburden Removal)

4. Pemuatan dan Pengangkutan Tanah Penutup (Loading and Hauling Overburden)

5. Pengambilan Batubara (Coal Getting)

6. Pemuatan dan Pengangkutan Batubara (Loading and Hauling)

ROSYANDA NUR WAFA 19


BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penentuan tema dan judul penelitian, studi literatur daerah
penelitian dan studi pustaka mengenai tema penelitian yang akan diambil.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapan ini terdiri dari:
Pengamatan kegiatan survey
Pengamatan area penambangan, meliputi:
o Keadaan geologi
o Aktivitas Penambangan Batubara
Pengamatan produktivitas alat yang digunakan, meliputi:
o Produktivitas alat pemindahan overburden
o Produktivitas alat coal getting
Pengamatan kegiatan coal processing plant.
Pengamatan kegiatan support pertambangan, meliputi :
o Admin & Land
o CD & Extenal Affairs
o Safety, Health & Enviromental

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode analisis aktual di
lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharuskan

ROSYANDA NUR WAFA 20


dalam pengelolaan lingkungan. Teknik pengumpulan data ditempuh dengan prosedur
penelitian yang mencakup:

1. Studi Literature
Studi literature adalah kegiatan mempelajari, mengumpulkan dan membaca berbagai
sumber pustaka untuk memperkuat landasan teori. Tahap ini dilakukan dengan
pengumpulan sumber informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang
berasal dari referensi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data data secara aktual dilokasi
penelitian agar dapat dianalisa.
3. Wawancara
Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang orang yang berkompeten guna
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

4.3 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan deskriptif yang berupa
analisis terhadap observasi langsung di lapangan dengan mengamati sistem
penambangan batubara dari hulu ke hilir.

ROSYANDA NUR WAFA 21


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 KEGIATAN SEBELUM DILAKUKANNYA PENAMBANGAN

SURVEY

GEOLOGI

MINE PLAN

PENGKAJIAN

GEOTEK

PRODUKSI

OPERATION

TIM SURVEY & KONTRAKTOR

Skema 5.1 Kegiatan sebelum penambangan

5.1.1 PENGAMATAN KEGIATAN SURVEY

Dalam bidang ini adanya beberapa kegiatan ,yaitu sebagai berikut :

1. Pengukuran

ROSYANDA NUR WAFA 22


2. Mengetahui update overburden, interburden, dan batubara
3. Dan perubahan permukaan bumi

Alat yang di gunakan yaitu Total Station, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.1.1 Alat Total Station

5.1.2 GEOLOGI

Pada bidang geologi dilakukannya kegiatan , yaitu :

a. Pemetaan geologi

b. Update model geologi

c. Kualiti kontrol insitu

d. Database kualiti

e. Database geologi

ROSYANDA NUR WAFA 23


Dari hasil di atas akan menghasilkan model batubara serta penamaan seam batubara
dimana data tersebut diperlukan untuk bidang mine plan.

5.1.3 MINE PLAN

Pada bidang mine plan dilakukannya pembuatan desain pit dan disposal, serta ke
efektifan dan efisiensi umur tambang (life of mine). Yang terbagi menjadi dua model , yaitu :

a. Long Term
Pada Long Term ini mengahsilkan Pit optimization, Pitshel generation Coal reserve
estimation dan Long term sequences dengan desain dari mulai LOM ,per 5 tahun, dan per
1 tahun. Long Term dibuat oleh GM MRCP dimana hasil nya akan menjadi acuan untuk
pembuatan short term.
b. Short Term
Pada Short Term ini menghasilkan Pit update based on actual dan Short term mining
sequences dengan desain dari per 6 bulan, per 3 bulan, per bulan, per minggu, serta per
hari. Agar di dapatkan hasil yang maksimal dan pencapain target yang telah direncanakan.
Short Term di buat oleh engineering di site Asam Asam.

5.1.4 GEOTEK

Pada bidang ini di lakukannya kegiatan sebagai berikut :

a. Pengumpulan data geotek

b. Assessment

c. Rekomendasi

d. Monitoring lereng :

a) SSR (Slope Stability Radar)

b) Pegs Monitoring

c) Crackmeter

ROSYANDA NUR WAFA 24


d) Inclinometer

Semua kegiatan monitoring lereng berfungsi untuk mengetahui pergerakan lereng,


dimana hasilnya dapat di rekomendasikan untuk mine plan dan tim operation agar
kegiatan penambangan berjalan dengan efektif dan produktif. Adapun prinsip kerja alat,
dan contoh hasil dari monitoring,sebagai berikut :

a) SSR (Slope Stability Radar)

Gambar 5.1.4 Alat SSR (Slope Stability Radar)

Prinsip kerja SSR


Salah satu cara umum untuk memantau kestabilan suatu lereng adalah dengan cara
melakukan pemantauan terhadap suatu area tertentu yang menunjukkan pergerakan
kecil, yang biasanya terjadi sebelum lereng tersebut jatuh atau longsor. Pada low wall
Slope Stability Radar (SSR) digunakan untuk monitoring area tersebut untuk
mendapatkan pola pergerakan lereng yang lebih jelas dan akurat. Pada tulisan ini juga
dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan SSR dalam melakukan monitoring
area yang luas dengan akurasi sub-milimeter, dan dalam hal interpretasi data.

ROSYANDA NUR WAFA 25


Selanjutnya untuk memberi peringatan dini terhadap resiko longsor lebih lanjut,
prediksi waktu longsor dilakukan menggunakan metode yang dikemukakan oleh
Voight, berdasarkan teori accelerating creep dalam persamaan nonlinear time-
displacement. Velocity threshold kemudian di hitung berdasarkan nilai kecepatan
yang di dapatkan pada saat longsor. Slope Stability Radar (SSR) telah dikembangkan
untuk melakukan pemantaun secara kontiniu terhadap suatu lereng untuk memantau
deformasi spatial yang terjadi pada suatu permukaan. Pergerakan kecil yang terjadi
pada lereng dapat di deteksi dengan akurasi sub-milimeter dengan teknik
interferometry. Pengaruh variasi kondisi atmospheric dan sinyal semu dapat direduksi
dengan melakukan processing rata-rata sinyal yang diterima. Keuntungan utama
menggunakan Slope Stability Radar (SSR) dalam melakukan pemantauan kestabilan
lereng adalah dapat melakukan pemantauan suatu area yang cukup luas tanpa
memerlukan target (reflector) atau peralatan lainnya yang ditempatkan pada lereng.
Serta gelombang radar mampu melakukan penetrasi pada kondisi hujan, berdebu,
ataupun berkabut, sehingga pemantauan kestabilan lereng dapat dilakukan secara
kontinu 24 jam perhari nonstop.

ROSYANDA NUR WAFA 26


Gambar 5.1.4.a Hasil visual pemantauan LW 1-3

Hasil data yang di peroleh berupa grafik, seperti di bawah ini :


SSR 1

TOTAL DISPLACEMENT SSR 1


7500
6000
4500
3000
Regresif
1500
0

ROSYANDA NUR WAFA 27


Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement SSR 1 yaitu regresif(4
agustus 2015 3 september 2015) .

SSR 2

TOTAL DISPLACEMENT SSR 2


6000

5000

4000

3000

2000
Progresif
1000

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement SSR 2 yaitu cenderung
progresif (19 agustus 2015 3 september 2015) .

INVERS VELOCITY SSR 2


0.01
0.009
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0

Dilihat dari anilisa grafik invers velocity SSR 2 pada tanggal 1 september 2015 harus hati-hati (7
hari). Kemungkinan akan terjadi longsor pada tanggal 13 september 2015.

ROSYANDA NUR WAFA 28


SSR 3

TOTAL DISPLACEMENT SSR 3


4000
3500
3000
2500
2000
1500 Progresif I
1000
500
Progresif II
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement SSR 2 yaitu cenderung
progresif (19 agustus 2015 3 september 2015) .

INVERS VELOCITY SSR 3


0.02
0.018
0.016
0.014
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0

Dilihat dari anilisa grafik invers velocity SSR 2 pada tanggal 2 september 2015 harus hati-hati (7
hari). Kemungkinan pada tanggal 13 september akan terjadinya longsor.

ROSYANDA NUR WAFA 29


b) Pegs Monitoring
Teknik pemantauan pegs monitoring menggunakan alat Total Station, dengan prinsip
kerja total station di tembak ke titik acuan yang berfungsi untuk mengetahui
koordinat titik total station berubah atau tidak. Setelah di tembak ke titik acuan, lalu
total station menembak ke back smart, dimana back smart ini lah yang menjadi acuan
apakah lereng tersebut bergerak atau tidak dan mengetahui berapa besar
pergerakannya. Teknik ini di pantau setiap hari. Di bawah ini adalah beberapa contoh
hasil dari pegs monitoring :

Gambar 5.1.4b Lokasi Pegs Monitoring

NO CODE KETERANGAN
Untuk patok berwarna merah tidak bias di tembak karena patok telah hilang
1
atau terlindung sesuatu
Untuk patok berwarna kuning bias ditembak atau tidak tergantung dari
2
kondisi menuju tempat berdiri

3 Untuk patok berwarna hijau bisa di tembak

4 Untuk patok warna biru di tembak perminggu satu kali sesuai kebutuhan

ROSYANDA NUR WAFA 30


Ketidakstabilan lereng pada tabel 1 tidak semua dapat diamati dengan patok monitoring. Hanya
ketidakstabilan di office DH lama dan LW pit 1-2 yang dapat diamati. Grafik monitoring pada
kedua area tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

A. PL70

Total Displacement (m) PL 70

progresif
konstan
0

-5

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL70 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor menggunakan cara invers
velocity.

INVERS VELOCITY PL 70
1.5

1.0

0.5

0.0
15-Feb-15

25-Feb-15

07-Mar-15

17-Mar-15

27-Mar-15

06-Apr-15

16-Apr-15

26-Apr-15

06-May-15

-0.5

-1.0

-1.5

ROSYANDA NUR WAFA 31


Dilihat dari analisa grafik invers velocity PL70, estimasi waktu longsoran lebih dari 7 hari termasuk
kriteria hati-hati.

B. PL71

PL 71
Total Displacement (m)

2
I II
Konstan Regresif
Progresif
0

-2

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL71 yaitu regresif
(dilhat dari hasil akhir pengamatan) maka dilakukannya kontinyu monitoring.

C. PL75

Total Displacement (m) PL75


1.4
1.2
1
0.8 Progresif II
Progresif I Progresif III
0.6
0.4
0.2
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL75 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.

ROSYANDA NUR WAFA 32


INVERS VELOCITY PL 75
6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
05-Jun-15

10-Jun-15

15-Jun-15

20-Jun-15

25-Jun-15

30-Jun-15

05-Jul-15

10-Jul-15

15-Jul-15
-1.0

Dilihat dari anilisa grafik invers velocity PL75 pada tanggal 8 juli 2015 harus waspada (2-7 hari).

D. PL74

Total Displacement (m) PL74

12
10
8
Konstan
6
4
2
0
-2

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL74 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.

ROSYANDA NUR WAFA 33


E. PL73

Total Displacement (m) PL73


1
0.8
Progresif
0.6
Regresif
0.4
0.2
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL73 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.

INVERS VELOCITY PL 73
8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
05-JUL-15
11-MAY-15

16-MAY-15

21-MAY-15

26-MAY-15

31-MAY-15

05-JUN-15

10-JUN-15

15-JUN-15

20-JUN-15

25-JUN-15

30-JUN-15

-2.0

-4.0

-6.0

Di lihat dari grafik invers velocity PL73, estimasi waktu longsor pada saat pengukuran tanggal 28
juni 2015 dapat dikategorikan waspada (2-7 hari).

ROSYANDA NUR WAFA 34


F. PL72

1.4
Total Displacement (m) PL72
1.2
1
0.8
Progresif
0.6
0.4
0.2
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL72 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.

INVERS VELOCITY PL72


10

0
06-APR-15

16-APR-15

26-APR-15

05-JUL-15

15-JUL-15

25-JUL-15
06-MAY-15

16-MAY-15

26-MAY-15

03-SEP-15
27-MAR-15

05-JUN-15

15-JUN-15

25-JUN-15

04-AUG-15

14-AUG-15

24-AUG-15
-5

-10

-15

-20

-25

-30

-35

Dilihat dari grafik invers velocity PL72, sudah terjadi longsor hanya di himbau untuk lebih berhati-
hati (7 hari)

ROSYANDA NUR WAFA 35


G. PL77

Total Displacement (m)


PL77
0.5
Konstan
0

-0.5

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL77 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.

H. PL76

Total Displacement (m)


PL76
0.5
Konstan
0

-0.5

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL76 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.

ROSYANDA NUR WAFA 36


I. PL61

Total Displacement (m) PL 61


14
12
10
8
6
4
Regresif
2
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL74 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.

J. PL62

Total Displacement (m) PL 62


20

15

10
Regresif
5

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL62 yaitu regresif
maka dilakukannya kegiatan kontinyu monitoring.

ROSYANDA NUR WAFA 37


K. PL35

Total Displacement (m) PL 35


20

15

10
Regresif
5
Progresif
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL35 yaitu regresif
maka harus dilakukannya kontinyu monitoring.

L. PL67

Total Displacement (m) PL 67


50
40
30
20
Progresif Regresif
10
0

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL67 yaitu regresif
maka harus dilakukannya kontinyu monitoring.

ROSYANDA NUR WAFA 38


M. PL37

Total Displacement (m) PL 37


35
30
25
20 Stick-Slip
15
10 Progresif
5
0

Tabel 3. Hasil Laju Kecepatan Pergerakan Tanah

PEGS JUMLAH KECEPATAN KECEPATAN



MONITORING HARI RATA-RATA RATA-RATA
KET.
() ()

PL 70 81 0.22 0.0737 0.33


SANGAT
PL 71 68 0.186 0.0211 0.113
LAMBAT
PL 75 45 0.123 0.0174 0.141
PL 74 35 0.096 0.2839 2.960 CEPAT
SANGAT
PL 73 36 0.098 0.0156 0.1577
LAMBAT
EKSTRIM
PL 72 58 0.159 0.0153 0.0964 SANGAT
LAMBAT
PL 77 8 0.022 0.0243 1.1105

ROSYANDA NUR WAFA 39


SANGAT
PL 76 8 0.022 0.0088 0.4010
LAMBAT
EKSTRIM
PL 61 163 0.447 0.0404 0.0904 SANGAT
LAMBAT
PL 62 164 O.449 0.0598 0.1331
SANGAT
PL 35 155 0.425 0.0599 0.1409
LAMBAT
PL 67 162 0.4438 0.1305 0.2941

c) Crack meter
Pada teknik pemantauan ini alat yang bekerja 2 patok yang di pasangkan di tempat
yang berbeda yang di hubungkan dengan tali supaya diketahui pergerakannya.

Gambar 5.1.4c Crack meter

Hasil data pergerakan dengan menggunakan crackmeter, seperti dibawah ini :

1. Crack meter 1

ROSYANDA NUR WAFA 40


TOTAL DISPLACEMENT
CRACK METER 1
50
45
40
35
Konstan
30
25
Regresif Progresif
20

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement crack meter 1 yaitu
cenderung progresif (26 september 2015 1 oktober 2015) .

2. Crack meter 2

TOTAL DISPLACEMENT
CRACK METER 2
46
44
42
40
38
36
34 Progresif
32
30

Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement crack meter 1 yaitu
progresif (26 september 2015 2oktober 2015).

ROSYANDA NUR WAFA 41


5.2 KEGIATAN TAHAPAN PENAMBANGAN

5.2.1 Land Clearing

Selama kerja praktek tidak adanya kegiatan land clearing.

5.2.2 Pengupasan Top Soil

Tanah pucuk merupakan lapisan tanah yang masih asli dan mengandung unsur hara (ketebalan
1-1,5m dari permukaan). Menggunakan alat Excavator.

Gambar 5.2.2 Pengupasan Top Soil

5.2.3 Pemindahan Overburden

Luas disposal (Out Pit Dump) sekitar 564 ha. Sedangkan untuk produksi overburden di pit 1&2
pada tanggal 13 Oktober 2015 di bagi menjadi tiga shif pada saat shif day menghasilkan 3.560
BCM, after noon menghasilkan 2.960 BCM, dan pada saati shif malam menghasilkan 3.360 BCM.
Jadi total produksi overburden di pit 1&2 yaitu 9.880 BCM.

ROSYANDA NUR WAFA 42


Gambar 5.2.3 IPD di pit 1&2

Gambar 5.2.3 Pemuatan overburden ke HD

5.2.4 Coal Getting

Kegiatan pengambilan batubara oleh excavator (PC400) yang siap untuk di loading. Pada tanggal
13 Oktober 2015 di pit 3 menghasilkan produksi sebanyak 6906 ton, dengan fore cast sebesar
2774 ton, dan variance sebesar 4132 ton. Produksi pada tanggal 13 Oktober 2015 telah melebihi
target bulan per hari.

ROSYANDA NUR WAFA 43


Gambar 5.2.4 Pemuatan Batubara

5.2.5 Coal Preparation Plant

Pada tahap ini, di bagi menjadi tiga bagian yang pertama CPP (Coal Preparation
Plant), OLC (Overland Conveyor), dan Coal Terminal.

Coal getting Hopper Fredear breaker


grizzly
(max.50 cm) (20 cm)

Magnetic Sizer (max. DSS (Dust Suppresion Coal scan


separator 5cm) System)

Tripper car Stockpile Material magnetic Surgebin


separator

Skema 5.2.5 Proses di pengolahan di CPP

ROSYANDA NUR WAFA 44


Gambar 5.2.5 hopper (kiri), surgebin (kanan)

Untuk dari surgebin sampai port, menggunakan conveyor (Overland Conveyor). Pada saat
di port, dilakukannya Dust Suppresion System yaitu campuran antara air dan bahan kimia
(surfaktan dan heomektan) yang berfungsi agar batubara tidak mudah teroksidasi yang
memicu terjadinya spontaneous combation. Serta adanya otomatis sampel, yang bekerja
setiap dua menit sekali dimana hasil yang dikeluarkan oleh pihak laboratorium berfungsi
sebagai sertifikat nilai kalori batubara yang masuk ke dalam tongkang tersebut agar sah.
Hasil pengolahan di bagi menjadi 3 yaitu, pada saat di CPP batubara yang sudah berukuran
5 cm di angkut menggunakan truk untuk PLTU Asam Asam, untuk di port tongkang
langsung di jual ke PLTU yang berada di Pulau Jawa, Madura, Bali dan Sumatera, atau di
kirim ke NPLCT (North Pulau Laut Coal Terminal).

ROSYANDA NUR WAFA 45


Gambar 5.2.5 Overland Conveyor

Gambar 5.2.5 Penampakan di area Coal Terminal Asam Asam

Gambar 5.2.5 Automatic Sampling (di dalam tanda kuning)

ROSYANDA NUR WAFA 46


5.3 KEGIATAN SUPPORT PENAMBANGAN
5.3.1 Admin dan Land
Ada beberapa tugas untuk Admin, diantaranya mengurus perijinan, dan cuti karyawan,
serta mengadministrasi ke perluan kantor dan perusahaan. Di bawah naungan Admin ada
beberapa kontraktor, yaitu :
PT. SARANA SEJAHTERA (70 orang)
PT. JASA SECURITY (62 orang)
ARCO (33 orang)
MULIA MEDICAL (7 orang)
ASTRA (mesin Fotocopy)

Pada kegiatan Land bertujuan untuk mendata dan administrasi (pengamanan dokumen)
serta perencanaan dan proses pembebasan lahan. Di bawah ini adalah perencanaan dan
proses pembebasan lahan, yaitu :

1. Permintaan engineering
2. Identifikasi dan inventerisasi, memiliki syarat diantaranya :
Letak dan ukuran lahan
Pemilik lahan
Status lahan
Benda dan tanaman di atasnya
Kelengkapan administrasi
Koordinasi dengan aparat desa, kecamatan, atau kabupaten
2.1 Sengketa
Ada dua cara untuk menyelesaikan yaitu dengan cara hukum dan
musyawarah.
2.2 Tidak Sengketa
3. Pemilik lahan
4. Penentuan Harga
4.1 Panitia

ROSYANDA NUR WAFA 47


4.2 Musyawarah
5. Persetujuan Manajemen
6. Pembuatan & pengajuan Rekapitulasi Pembayaran
7. Penentuan Waktu & Tempat Pembayaran
8. Pembayaran
Ada 7 syarat pada saat melakukan pembayaran,yaitu :
Penandatangan berkas-berkas
Penyerahan Surat Kepemilikan
Ada saksi
Dibayar Oleh Acounting
Pengambilan Photo
Pengarsipan
Pemberitahuan Kepada Bagian Survey bahwa lahan sudah dibayar

5.3.2 Safety, Health and Enviromental

Safety and Health

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada bidang safety and health diantaranya
melakukan pelatihan dan simulasi tanggap darurat ketika terjadinya kecelakaan atau
kebakaran,melakukan kegiatan induksi untuk visitor dan karyawan baru, adanya kegiatan
safety induction setiap bidang yang dilakukan mengkoordinasi K3 di lapangan apakah
sudah sesuai dengan SIAP (Safety Indicator for Arutmin Performance), ada 3 indikator
yaitu:

1. Leading indikator terhadap program unggulan K3 (safety day)

2. Proses indicator program dan cara yang bersifat rutin


3. Lagging indicator kerugian bagi perusahaan karena kecelakaan kerja dan kerusakan
alat

ROSYANDA NUR WAFA 48


Enviromental

Pada kegiatan enviromental ada hal yang harus di perhatikan atau monitoring diantaranya
udara, air, kebisingan yang dihasilkan dari alat-alat berat, erosi, flora, fauna, dan reklamasi.

a. Pemantauan Udara dan pengelolaan udara


Pengolahan Udara adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh PT. Arutmin Indonesia
site Asam Asam sebagai bentuk rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Upaya
pengelolaan udara diantaranya adalah dengan melakukan penyiraman air pada kondisi
cuaca sedang kemarau dengan menggunakan water truck.

Gambar 5.3.2a Water Truck


b. Pengelolan Air
Untuk menghindari pencemaran air sungai maka perlu dilakukannya kegiatan
pengolahan air. Pengolahan air di lingkungan PT. Arutmin Indonesia site Asam Asam
dilakukan dengan cara pembuatan kolam pengendap (settling pond). Setiap Settling
Pond , ada 4 kolam :
1. Sediment pond
2. Chemical pond
3. Mud pond

ROSYANDA NUR WAFA 49


4. Safety pond

Gambar 5.3.2b Sediment Pond (kiri), dan kolam pengendap (kanan)

Gambar 5.3.2b Aliran air dari Settling Pond


c. Untuk flora menjadi 3 kategori, dengan komposisi Fast Growing 60%, Lokal 20%, dan
buah 20%. Tanaman yang digunakan yaitu :
Fast Growing : sengon
Lokal : mahoni, sungkai, jabon , ulin, meranti
Buah : mente, nangka, rambutan, durian
d. Untuk fauna PT Arutmin sudah mempersiapkan beberapa kandang sapi

ROSYANDA NUR WAFA 50


Gambar 5.3.2d kandang sapi

5.3.3 Laboratorium Acid Mine Drainage

Tahapan Preparasi :

1. Penerimaan sampel pengeboran, channel sampling


2. Pengecekan sampel
3. Pemansan 105oC/sampel/ 24 jam atau lebih (sampai kering)
4. Crusher (0,8 cm)
5. Pemisahan
6. Pengeringan kembali (8 jam) 105oC
7. Di gerus (200 mesh)
8. Di analisa

Analisa di bagi 4 parameter :


1. Net Acid Generation Tingkat ke asaman (kg H2SO4/ton), dengan
cara sampel (2,5g) + H202 (15%)
2. Acid Naturalizing Capacity Kapasitas penetral asam (basa), dengan
cara sampel (2g) + HCl (0,5/1ml) + aquades
(4ml)
3. pH
4. Electroda Condagtifity Sampel + aquades (50ml)

ROSYANDA NUR WAFA 51


Gambar 5.3.3 Laboratorium AMD

5.3.4 Community Development & External Affairs

Community Development bertujuan untuk masyarakat di lingkungan area tambang


menjadi mandiri dan External Affairs bertujuan untuk menjalin komunikasi dengan pihak
luar perusahaan (masyarakat) agar hubungan antara masyarakat sekitar dengan
perusahaan berjalan dengan baik dan lancar. Perusahaan membagi beberapa zona area
dampak penambangan. Adapun 5 bidang program community development diantaranya,
yaitu :

1. Ekonomi

Untuk ekonomi, pihak perusahaan memberikan pinjaman sekitar 500 ribu rupiah
sampai dengan tiga juta rupiah untuk perkelompok.

2. Pendidikan

Memberikan beasiswa untuk siswa atau siswi yang berprestasi dan kurang
mampu.

3. Sosial Budaya

ROSYANDA NUR WAFA 52


Memberikan partisipasi dalam bentuk biaya dalam rangka memeriahkan acara
yang diselenggarakan oleh masyarakat.

4. Kesehatan

Mengadakan operasi katarak masal dan sunat masal serta kesehatan gratis

5. Infrastruktur

Merenovasi bangunan sekolah seperti TK,SD, dan SMP serta memberikan meja
serta kursi yang layak di gunakan

ROSYANDA NUR WAFA 53


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kerja praktek dan mengamati kegiatan pertambangan umum di PT.
Arutmin Indonesia Site Asam Asam maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Untuk di site Asam Asam rencana produksi batubara tahun 2015 sebesar 4.000.000 Ton,
yang akan dilakukan pada 2 daerah aktif, yaitu Asam Asam Barat sebanyak 3 pit yaitu pit
1,2 dan 4.
2. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam melakukan seluruh proses perencanaan tambang
dengan bantuan software minescape. Perencanaan tambang PT. AI terbagi dalam
perencanaan tahunan, quartal, bulanan, dan mingguan.
3. Total Coal Getting pada bulan Oktober 2015 sebesar 352.000 ton dengan Low Sulfur
267.222 ton dan High Sulfur 84.778 ton, batubara dari CPP ke PLTU Asam Asam sebanyak
120.000 ton.
4. Stripping ratio penambangan PT. Arutmin Indonesia Site Asam Asam pada bulan Oktober
adalah 5.8
5. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam sangat memperhatikan K3 tambang dengan
melaksanakan program-program khusus K3 secara berkala. Dengan kegiatan setiap
minggu dan kegiatan perbulan antara karyawan perusahaan dan karyawan kontraktor.
6. Upaya pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun PT. Arutmin Indonesia adalah
dengan menampung seluruh limbah bahan berbahaya dan beracun kedalam tempat
khusus penampungan, yang selanjutnya akan diolah kembali oleh pihak ketiga yang
ditunjuk oleh perusahaan.
7. Pengolahan terhadap kualitas air limbah dengan dilakukan penawasan pada settling pond
untuk menurunkan kandungan TSS pada air.
8. PT. AI site Asam Asam memiliki settling pond sebanyak 6 lokasi dan masih aktif beroperai
yaitu SP 13, SP 8, SP 10, SP CPP, SP 16,SPMP yang terletak di pelabuhan.

ROSYANDA NUR WAFA 54


9. Pengendalian terhadap kualitas udara dilakukan dengan cara penyiraman jalan tambang
dengan menggunakan Water Truck.
10. Untuk meningkatan kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan kegiatan Safety Talk
setiap minggunya pada hari jumat dan Talk Box setiap harinya.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada PT. Arutmin Indonesia Site Asam Asam adalah :

1. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam sebaiknya lebih tegas kepada kontraktor agar
meningkatkan produktifitas guna mencapai target yang telah ditentukan.
2. Perlunya peningkatan safety di lingkungan penambangan agar mengurangi tingkat resiko
kecelakaan yang tinggi.
3. Perlunya pembatasan waktu terhadap maintenance alat, guna menghindari lamanya alat
yang tidak bekerja.

ROSYANDA NUR WAFA 55

S-ar putea să vă placă și