Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN UMUM
batubara dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 yang dikenal dengan nama
mengoperasikan lima lokasi tambang yaitu ; Senakin, Satui, Asam Asam, Kintap dan
Batulicin serta terminal ekspor batubara yang bertaraf Internasional. Lokasi tambang
Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan Bituminous bertaraf dunia dan Mulia dan
Asam Asam memiliki kandungan Sub-Bituminous yang sangat memadai. Serta salah satu
pengeksop terbesar untuk PLTU di daerah Pulau Jawa , Pulau Bali, dan Pulau Madura.
PT. Arutmin Indonesia Asam Asam secara administratif termasuk dalam wilayah
kecamatan Jorong, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Untuk mencapai lokasi kegiatan
a. Jakarta Banjarbaru
Dari Jakarta untuk menuju Banjarbaru dapat ditempuh melalui jalur udara. Untuk jalur
udara dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat dengan waktu tempuh 2 jam.
Dari Banjarbaru untuk menuju Asam Asam dapat ditempuh melalui jalur darat. Untuk
jalu darat dapat ditempuh menggunakan mobil dengan waktu tempuh 3 jam.
2.3.4 Formasi
Formasi Warukin
Pengendapan batuan Formasi Warukin terjadi pada awal susut laut (regresi) Tersier.
Formasi Warukin terdiri atas perselingan batupasir kuarsa, batulempung, serpih, dan
batugamping. Pada batupasir dan batulempung karbonatan sering dijumpai konkresi besi.
Batupasir berbutir sedang, terpilah baik, dan bersifat karbonat yang terdapat pada
Formasi Warukin menunjukkan lingkungan pengendapan berenergi sedang tinggi.
Kondisi lingkungan sedimentasi tersebut kemungkinan besar cocok di daerah laut
dangkal, litoral (Friedman, 1967). Batupasir berselang-seling dengan batulempung
membentuk struktur sedimen sejajar menandakan adanya energi pengangkutan partikel
sedimen yang berbeda. Keadaan ini umum dijumpai pada dataran banjir di sekitar muara
sungai dan dataran banjir pantai modern. Hal ini dapat diperkirakan bahwa lingkungan
pengendapan batuan dari Formasi Warukin adalah sebagian dataran limbah banjir.
Adanya lapisan batulempung dengan konkresi besinya, maka lingkungan pengendapan
Formasi Warukin berkaitan dengan daerah rawa, paralis.
Batubara yang terdapat dalam Formasi Warukin secara fisik berwarna hitam, hitam
kecoklatan kusam, agak rapuh, kadang masih terdapat struktur kayu. Batubara Formasi
1. Land Clearing
Adalah kegiatan awal dari kegiatan penambangan. Pembersihan lahan dilakukan agar
dapat memudahkan pengupasan tanah penutup dan pengambilan batubara dan
pembersihan tempat kerja atau daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-
pohon besar dan kecil. Pembersihan tempat kerja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat - alat mekanis yaitu bulldozer. Kemudian pembersihan dari akar - akar
pohon yang sudah ditebang dan batu batu yang menghalangi yang disebut dengan
Grabbing.
TEORI DASAR
Batubara merupakan bahan bakar fosil yang terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan,suhu dan selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara yang
tersedimentasi secara organik. Pada umumnya batubara terbentuk dari tumbuh-
tumbuhan yang kemudian membusuk atau mengurai secara tidak sempurna dan terdiri
dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat komplek dan memerlukan waktu yang lama
(puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi. Adapun kondisi umum diperlukan dalam proses terbentuknya batubara :
Ada tumbuh-tumbuhan
Kecepatan tumbuh lebih besar dari kecepatan degradasi
Pembusukan lebih kecil dari penumpukan tumbuhan mati
Ada pengawetan atau peyimpanan sisa-sisa tumbuhan yang mati di tempat atau
sudah berpindah tempat, lalu ditimbun oleh sedimen
Terhindar dari intervensi sedimentasi klastik
Terhindar dari gangguan air laut
Terhindar dari proses pembusukan total
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu dan teori drift.
Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat
terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan tersebut
berkembang. Jenis batubara yang tebentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara
digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite,
bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).
a. Antrasit
b. Bituminus
Bituminus (C80OH5O15) mengandung 68% - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8% -
10% dari beratnya. Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh
(brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk
kepentingan transportasi dan jenis industri kecil. Nilai kalori antara 6300 7300 kal/gram.
c. Sub-bituminus
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan
sudah mengandung lilin. Ciri lain dari Sub-Bituminous (C75OH5O20) adalah sisa bagian
tumbuh-tumbuhan tinggal sedikit dan berlapis. Endapan ini dapat digunakan untuk
pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur rendah. Nilai kalori 3000- 6300
d. Lignit
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala
pelapisan. Apabila dikeringkan maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa
dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas
yang dikeluarkan sangat rendah. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat
lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit/ brown coal, (C70OH5O25 )
memiliki sifat :
Warna kecoklatan
Material terkornpaksi namun sangat rapuh
Mempunyai kandungan air yang tinggi
Mempunyai kandungan karbon padat rendah
Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
Mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan rendah.
e. Gambut
Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar.
Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan
batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat asal dari bahan dasarnya (tumbuh-
tumbuhan). Gambut berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah. Peat/gambut, (C60H6O34) memiliki sifat :
Warna coklat
Material belum terkompaksi
Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
Pada dasarnya terdapat 2 analisa yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan kualitas
batubara,yaitu analisa Proksimat dan analisa ultimat. Analisa proksimat yang merupakan
analisa yang dilakukan untuk menentukan;
Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan
galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja
berhubungan langsung dengan udara luar dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining)
juga disebut dengan open cut mining adalah metoda penambangan yang dipakai untuk
menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan
permukaan. Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang
memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun stripping dan
quarrying termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai
untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi
Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan apakah
suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka
atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup
(overburden) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat
ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah stripping ratio. Apabila nilai
perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka metoda
tambang terbuka dianggap masih ekonomis. Sebaliknya apabila nilainya di luar batas
keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih.
ANALISA DATA
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penentuan tema dan judul penelitian, studi literatur daerah
penelitian dan studi pustaka mengenai tema penelitian yang akan diambil.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahapan ini terdiri dari:
Pengamatan kegiatan survey
Pengamatan area penambangan, meliputi:
o Keadaan geologi
o Aktivitas Penambangan Batubara
Pengamatan produktivitas alat yang digunakan, meliputi:
o Produktivitas alat pemindahan overburden
o Produktivitas alat coal getting
Pengamatan kegiatan coal processing plant.
Pengamatan kegiatan support pertambangan, meliputi :
o Admin & Land
o CD & Extenal Affairs
o Safety, Health & Enviromental
Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode analisis aktual di
lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharuskan
1. Studi Literature
Studi literature adalah kegiatan mempelajari, mengumpulkan dan membaca berbagai
sumber pustaka untuk memperkuat landasan teori. Tahap ini dilakukan dengan
pengumpulan sumber informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang
berasal dari referensi yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data data secara aktual dilokasi
penelitian agar dapat dianalisa.
3. Wawancara
Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang orang yang berkompeten guna
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan deskriptif yang berupa
analisis terhadap observasi langsung di lapangan dengan mengamati sistem
penambangan batubara dari hulu ke hilir.
PEMBAHASAN
SURVEY
GEOLOGI
MINE PLAN
PENGKAJIAN
GEOTEK
PRODUKSI
OPERATION
1. Pengukuran
Alat yang di gunakan yaitu Total Station, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
5.1.2 GEOLOGI
a. Pemetaan geologi
d. Database kualiti
e. Database geologi
Pada bidang mine plan dilakukannya pembuatan desain pit dan disposal, serta ke
efektifan dan efisiensi umur tambang (life of mine). Yang terbagi menjadi dua model , yaitu :
a. Long Term
Pada Long Term ini mengahsilkan Pit optimization, Pitshel generation Coal reserve
estimation dan Long term sequences dengan desain dari mulai LOM ,per 5 tahun, dan per
1 tahun. Long Term dibuat oleh GM MRCP dimana hasil nya akan menjadi acuan untuk
pembuatan short term.
b. Short Term
Pada Short Term ini menghasilkan Pit update based on actual dan Short term mining
sequences dengan desain dari per 6 bulan, per 3 bulan, per bulan, per minggu, serta per
hari. Agar di dapatkan hasil yang maksimal dan pencapain target yang telah direncanakan.
Short Term di buat oleh engineering di site Asam Asam.
5.1.4 GEOTEK
b. Assessment
c. Rekomendasi
d. Monitoring lereng :
b) Pegs Monitoring
c) Crackmeter
SSR 2
5000
4000
3000
2000
Progresif
1000
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement SSR 2 yaitu cenderung
progresif (19 agustus 2015 3 september 2015) .
Dilihat dari anilisa grafik invers velocity SSR 2 pada tanggal 1 september 2015 harus hati-hati (7
hari). Kemungkinan akan terjadi longsor pada tanggal 13 september 2015.
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement SSR 2 yaitu cenderung
progresif (19 agustus 2015 3 september 2015) .
Dilihat dari anilisa grafik invers velocity SSR 2 pada tanggal 2 september 2015 harus hati-hati (7
hari). Kemungkinan pada tanggal 13 september akan terjadinya longsor.
NO CODE KETERANGAN
Untuk patok berwarna merah tidak bias di tembak karena patok telah hilang
1
atau terlindung sesuatu
Untuk patok berwarna kuning bias ditembak atau tidak tergantung dari
2
kondisi menuju tempat berdiri
4 Untuk patok warna biru di tembak perminggu satu kali sesuai kebutuhan
A. PL70
progresif
konstan
0
-5
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL70 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor menggunakan cara invers
velocity.
INVERS VELOCITY PL 70
1.5
1.0
0.5
0.0
15-Feb-15
25-Feb-15
07-Mar-15
17-Mar-15
27-Mar-15
06-Apr-15
16-Apr-15
26-Apr-15
06-May-15
-0.5
-1.0
-1.5
B. PL71
PL 71
Total Displacement (m)
2
I II
Konstan Regresif
Progresif
0
-2
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL71 yaitu regresif
(dilhat dari hasil akhir pengamatan) maka dilakukannya kontinyu monitoring.
C. PL75
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL75 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
05-Jun-15
10-Jun-15
15-Jun-15
20-Jun-15
25-Jun-15
30-Jun-15
05-Jul-15
10-Jul-15
15-Jul-15
-1.0
Dilihat dari anilisa grafik invers velocity PL75 pada tanggal 8 juli 2015 harus waspada (2-7 hari).
D. PL74
12
10
8
Konstan
6
4
2
0
-2
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL74 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL73 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.
INVERS VELOCITY PL 73
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
05-JUL-15
11-MAY-15
16-MAY-15
21-MAY-15
26-MAY-15
31-MAY-15
05-JUN-15
10-JUN-15
15-JUN-15
20-JUN-15
25-JUN-15
30-JUN-15
-2.0
-4.0
-6.0
Di lihat dari grafik invers velocity PL73, estimasi waktu longsor pada saat pengukuran tanggal 28
juni 2015 dapat dikategorikan waspada (2-7 hari).
1.4
Total Displacement (m) PL72
1.2
1
0.8
Progresif
0.6
0.4
0.2
0
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL72 yaitu progresif
maka harus dilakukannya analisis lanjutan estimasi waktu longsor.
0
06-APR-15
16-APR-15
26-APR-15
05-JUL-15
15-JUL-15
25-JUL-15
06-MAY-15
16-MAY-15
26-MAY-15
03-SEP-15
27-MAR-15
05-JUN-15
15-JUN-15
25-JUN-15
04-AUG-15
14-AUG-15
24-AUG-15
-5
-10
-15
-20
-25
-30
-35
Dilihat dari grafik invers velocity PL72, sudah terjadi longsor hanya di himbau untuk lebih berhati-
hati (7 hari)
-0.5
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL77 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.
H. PL76
-0.5
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL76 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL74 yaitu konstan
maka perlu dilakukannya kontinyu monitoring.
J. PL62
15
10
Regresif
5
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL62 yaitu regresif
maka dilakukannya kegiatan kontinyu monitoring.
15
10
Regresif
5
Progresif
0
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL35 yaitu regresif
maka harus dilakukannya kontinyu monitoring.
L. PL67
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement PL67 yaitu regresif
maka harus dilakukannya kontinyu monitoring.
c) Crack meter
Pada teknik pemantauan ini alat yang bekerja 2 patok yang di pasangkan di tempat
yang berbeda yang di hubungkan dengan tali supaya diketahui pergerakannya.
1. Crack meter 1
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement crack meter 1 yaitu
cenderung progresif (26 september 2015 1 oktober 2015) .
2. Crack meter 2
TOTAL DISPLACEMENT
CRACK METER 2
46
44
42
40
38
36
34 Progresif
32
30
Penilaian kriteria bahaya pergerakan lereng di lihat dari total displacement crack meter 1 yaitu
progresif (26 september 2015 2oktober 2015).
Tanah pucuk merupakan lapisan tanah yang masih asli dan mengandung unsur hara (ketebalan
1-1,5m dari permukaan). Menggunakan alat Excavator.
Luas disposal (Out Pit Dump) sekitar 564 ha. Sedangkan untuk produksi overburden di pit 1&2
pada tanggal 13 Oktober 2015 di bagi menjadi tiga shif pada saat shif day menghasilkan 3.560
BCM, after noon menghasilkan 2.960 BCM, dan pada saati shif malam menghasilkan 3.360 BCM.
Jadi total produksi overburden di pit 1&2 yaitu 9.880 BCM.
Kegiatan pengambilan batubara oleh excavator (PC400) yang siap untuk di loading. Pada tanggal
13 Oktober 2015 di pit 3 menghasilkan produksi sebanyak 6906 ton, dengan fore cast sebesar
2774 ton, dan variance sebesar 4132 ton. Produksi pada tanggal 13 Oktober 2015 telah melebihi
target bulan per hari.
Pada tahap ini, di bagi menjadi tiga bagian yang pertama CPP (Coal Preparation
Plant), OLC (Overland Conveyor), dan Coal Terminal.
Untuk dari surgebin sampai port, menggunakan conveyor (Overland Conveyor). Pada saat
di port, dilakukannya Dust Suppresion System yaitu campuran antara air dan bahan kimia
(surfaktan dan heomektan) yang berfungsi agar batubara tidak mudah teroksidasi yang
memicu terjadinya spontaneous combation. Serta adanya otomatis sampel, yang bekerja
setiap dua menit sekali dimana hasil yang dikeluarkan oleh pihak laboratorium berfungsi
sebagai sertifikat nilai kalori batubara yang masuk ke dalam tongkang tersebut agar sah.
Hasil pengolahan di bagi menjadi 3 yaitu, pada saat di CPP batubara yang sudah berukuran
5 cm di angkut menggunakan truk untuk PLTU Asam Asam, untuk di port tongkang
langsung di jual ke PLTU yang berada di Pulau Jawa, Madura, Bali dan Sumatera, atau di
kirim ke NPLCT (North Pulau Laut Coal Terminal).
Pada kegiatan Land bertujuan untuk mendata dan administrasi (pengamanan dokumen)
serta perencanaan dan proses pembebasan lahan. Di bawah ini adalah perencanaan dan
proses pembebasan lahan, yaitu :
1. Permintaan engineering
2. Identifikasi dan inventerisasi, memiliki syarat diantaranya :
Letak dan ukuran lahan
Pemilik lahan
Status lahan
Benda dan tanaman di atasnya
Kelengkapan administrasi
Koordinasi dengan aparat desa, kecamatan, atau kabupaten
2.1 Sengketa
Ada dua cara untuk menyelesaikan yaitu dengan cara hukum dan
musyawarah.
2.2 Tidak Sengketa
3. Pemilik lahan
4. Penentuan Harga
4.1 Panitia
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada bidang safety and health diantaranya
melakukan pelatihan dan simulasi tanggap darurat ketika terjadinya kecelakaan atau
kebakaran,melakukan kegiatan induksi untuk visitor dan karyawan baru, adanya kegiatan
safety induction setiap bidang yang dilakukan mengkoordinasi K3 di lapangan apakah
sudah sesuai dengan SIAP (Safety Indicator for Arutmin Performance), ada 3 indikator
yaitu:
Pada kegiatan enviromental ada hal yang harus di perhatikan atau monitoring diantaranya
udara, air, kebisingan yang dihasilkan dari alat-alat berat, erosi, flora, fauna, dan reklamasi.
Tahapan Preparasi :
1. Ekonomi
Untuk ekonomi, pihak perusahaan memberikan pinjaman sekitar 500 ribu rupiah
sampai dengan tiga juta rupiah untuk perkelompok.
2. Pendidikan
Memberikan beasiswa untuk siswa atau siswi yang berprestasi dan kurang
mampu.
3. Sosial Budaya
4. Kesehatan
Mengadakan operasi katarak masal dan sunat masal serta kesehatan gratis
5. Infrastruktur
Merenovasi bangunan sekolah seperti TK,SD, dan SMP serta memberikan meja
serta kursi yang layak di gunakan
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kerja praktek dan mengamati kegiatan pertambangan umum di PT.
Arutmin Indonesia Site Asam Asam maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk di site Asam Asam rencana produksi batubara tahun 2015 sebesar 4.000.000 Ton,
yang akan dilakukan pada 2 daerah aktif, yaitu Asam Asam Barat sebanyak 3 pit yaitu pit
1,2 dan 4.
2. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam melakukan seluruh proses perencanaan tambang
dengan bantuan software minescape. Perencanaan tambang PT. AI terbagi dalam
perencanaan tahunan, quartal, bulanan, dan mingguan.
3. Total Coal Getting pada bulan Oktober 2015 sebesar 352.000 ton dengan Low Sulfur
267.222 ton dan High Sulfur 84.778 ton, batubara dari CPP ke PLTU Asam Asam sebanyak
120.000 ton.
4. Stripping ratio penambangan PT. Arutmin Indonesia Site Asam Asam pada bulan Oktober
adalah 5.8
5. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam sangat memperhatikan K3 tambang dengan
melaksanakan program-program khusus K3 secara berkala. Dengan kegiatan setiap
minggu dan kegiatan perbulan antara karyawan perusahaan dan karyawan kontraktor.
6. Upaya pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun PT. Arutmin Indonesia adalah
dengan menampung seluruh limbah bahan berbahaya dan beracun kedalam tempat
khusus penampungan, yang selanjutnya akan diolah kembali oleh pihak ketiga yang
ditunjuk oleh perusahaan.
7. Pengolahan terhadap kualitas air limbah dengan dilakukan penawasan pada settling pond
untuk menurunkan kandungan TSS pada air.
8. PT. AI site Asam Asam memiliki settling pond sebanyak 6 lokasi dan masih aktif beroperai
yaitu SP 13, SP 8, SP 10, SP CPP, SP 16,SPMP yang terletak di pelabuhan.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada PT. Arutmin Indonesia Site Asam Asam adalah :
1. PT Arutmin Indonesia Site Asam Asam sebaiknya lebih tegas kepada kontraktor agar
meningkatkan produktifitas guna mencapai target yang telah ditentukan.
2. Perlunya peningkatan safety di lingkungan penambangan agar mengurangi tingkat resiko
kecelakaan yang tinggi.
3. Perlunya pembatasan waktu terhadap maintenance alat, guna menghindari lamanya alat
yang tidak bekerja.