Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MAKAN PADA ANAK

ILMU KEPERAWATAN KLINIK VIII

oleh
kelompok 25

Anis Fitri Nurul Anggraeni NIM 132310101023


Insiyah Noryza Ayu Sativa NIM 132310101037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MAKAN PADA ANAK

MAKALAH
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VIII dengan dosen
pengampu Ns. M. Zulfatul Ala., M.Kep

oleh
kelompok 25

Anis Fitri Nurul Anggraeni NIM 132310101023


Insiyah Noryza Ayu Sativa NIM 132310101037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allat swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan
Makan Pada Anak tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk melengkapi serta
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Klinik VIII yang telah diberikan
oleh dosen mata kuliah.
Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan berbagai pihak tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan dan materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua.

Jember, Maret 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3


2.1 Contoh Kasus .............................................................................................. 3
2.2 Pengertian ................................................................................................... 3
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika ..................................................................... 4
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan ............................................. 9
2.4.1 Diagnosa Medis ................................................................................ 9
2.4.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 9
2.5 Penatalaksanaan .......................................................................................... 9
2.5.1 Penatalaksanaan Medis..................................................................... 9
2.5.2 Penatalaksanaan Keperawatan.......................................................... 10
2.5.3 Perencanaan ...................................................................................... 11
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan makan merupakan kondisi psikologis dimana seseorang memiliki


bebiasaan makan abnormal. Kebiasaan makan abnormal yang dapat terjadi antara lain
mengurangi kadar makan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak. Saat ini sudah
banyak orang yang menganggap gangguan makan merupakan masalah yang penting
karena beberapa kejadian orang meninggal akibat gangguan makan yang dialaminya.
Gangguan makan yang sering terjadi pada masa anak-anak adalah kebiasaan makan
yang terlalu banyak. Masalah ini terjadi karena banyak orang tua yang membiarkan
anak makan tanpa terkontrol. Sehingga banyak muncul masalah kelebihan berat badan
(obesitas) pada anak-anak. Sedangkan saat remaja gangguan makan yang sering terjadi
adalh kebiasaan mengurangi kadar makan yang ekstrem. Masalah ini biasanya terjadi
pada remaja perempuan, karena remaja perempuan sangat memperhatikan
penampilannya. Banyak remaja perempuan yang beranggapan bahwa cantik adalah
memiliki tubuh yang langsing. Akibatnya banyak remaja yang takut apabila berat
badannya bertambah dan akhirnya memilih mengurangi porsi makannya secara ekstrem.
Gangguan makan lebih cenderung terjadi diusia muda daripada dewasa.
Terdapat dua tipe gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
Anoreksia nervosa adalah sindrom klinis yang ditandai dengan seseorang mengalami
rasa takut tidak wajar terhadap obesitas. Ketakutan ini ditandai dengan individu yang
sangat memerhatikan makan dan menolak untuk makan. Walaupun berat badan individu
tersebut kurang, dia merasa ketakutan yang hebat terhadap pertambahan berat badan.
Sedangkan bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan makan
sangat berlebihan, diikuti dengan muntah yang dipicu sendiri dan penyalahgunaan
laksatif dan diuretic. Individu yang mengalami bulimia umumnya memiliki berat badan
yang normal, beberapa yang memiliki berat badan kurang, dan beberapa yang
mengalami kelebihan berat badan.

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Memahami asuhan keperawatan pada klien anak dengan gangguan makan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan makan pada anak;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan psikopatologi/psikodinamika pada klien anak
dengan gangguan makan;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis
pada klien anak dengan gangguan makan;
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada
klien anak dengan gangguan makan;
5. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien anak dengan
gangguan makan.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus

Ny. X memiliki seorang anak perempuan bernama An. A yang berusia 13 tahun.
An. A memiliki berat badan yang melebihi teman-temannya (BB = 60 Kg, TB= 140
cm). Semenjak An. A masuk SMP, An. A banyak berubah. Biasanya An.a sepulang
sekolah sering bermain bersama teman-temannya, tetapi saat ini An. A lebih sering
mengurung diri di kamar. An. A juga sering melewatkan jam makannya tapi An. A
sering diam-diam makan. Ny. X mengatakan pernah melihat anaknya makan diam-diam
dikamarnya, setelah makan anaknya memuntahkan makanan yang telah dimakan.
Karena bingung dengan perubahan anakknya Ny. X bertanya pada salah seorang teman
An. A. teman An. A mengatakan ada siswa dari kelas lain yang selalu mengejek An. A.
Siswa-siswa tersebut sering mampir kekelas hanya untuk mengejek An. A, mereka juga
mengejek An. A saat bertemu di jam istirahat. Hal-hal tersebut menyebabkan An. A
selalu menolak ajakan temannya untuk bermain saat istirahat, An. A lebih sering
berdiam diri dikelas. Teman An. A juga mengatakan, An. A sering kekamar mandi
setelah memakan bekalnya.

2.2 Pengertian
Gangguan makan yaitu kesulitan makan atau makan yang berlebihan, menolak
memasukkan makanan kedalam mulut, memuntahkan makanan dan tidak mau mengigit
makanan. Hal ini terjadi pada anak karena kurang suka terhadap makanan yang
diberikan (Ibung, 2008).
Menurut American Psychiatric Association (2005), Gangguan makan hadir ketika
seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi
kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang
dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih
sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk
makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan. Gangguan
makan ada dua tipe yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.

3
a. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan penolakan atau ketidakmampuan klien untuk mempertahankan berat badan
normal yang minimal, sangat takut berat badan akan bertambah atu menjadi gemuk,
gangguan persepsi yang tentang bentuk atau ukuran tubuh dan menolak mengakui
ada masalah (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videbeck, 2008). Kebanyakan orang
dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat badan,
walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan,
makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan
sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan
berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada
sebagian makanan.
b. Bulimia nervosa
Bulimia nervosa atau bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan
frekuensi makan yang berlebihan secara berulang (minimal dua kali dalam
seminggu selama tiga bulan) yang diikuti dengan kompensasi yang tidak tepat
untuk menghindari penambahan berat badan, seperti muntah yang disengaja,
penggunaan laksatif, diuretic, emetic, puasa, atau olahraga yang berlebihan. Jumlah
makanan yang dikonsumsi berlebihan dan lebih banyak dari makanan yang
seharusnya di konsumsi. Makan yang berlebihan dan faktor pengurasan (muntah
secara sengaja) biasanya terjadi akibat emosi yang kuat dan perasaan bersalah,
menyesal, malu, atau menghina diri (Videbeck. 2008).

2.3 Psikopatologi/Psikodinamika

Etiologi anoreksia nervosa dan bulimia nervosa sama yaitu akibat:


a. depresi
penderita nervosa dan bulimia nervosa memiliki perasaan ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh yang tidak sesuai pengharapannya maka menimbulkan
depresi sehingga timbul perilaku berusaha bagaimana caranya untuk mengurangi
berat badan sesuai yang mereka inginkan;
b. ansietas
rasa cemas yang berlebih terhadap bentuk tubuh yang ideal menurut

4
pandangannya membuat seseorang melakukan segala cara untuk mengurangi
berat badannya; dan
c. perilaku terasuk (obsessive)
perilaku seseorang yang obsesif yaitu ingin segala sesuatu yang diinginkan
tercapai membuat seseorang melakukan segala cara untuk mendapatkan apa
yang diinginkannya.
Etiologi gangguan makan merupakan satu factor tunggal tidak mungkin menjadi
penyebab gangguan makan. Beberapa bidang penelitian dewasa ini mengarah ke
genetic, peran otak, tekanan sosiokultural untuk menjadi kepribadian, peran keluarga,
dan peran srtes lingkungan menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi bila beberapa
faktor yang berpengaruh terjadi dalam kehidupan seseorang.
2.3.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya stres yang
mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang
biologis, psikososial, dan sosial kultural. Faktor predisposisi terjadinya gangguan
makan antara lain :
1. Faktor Biologis
Faktor predisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu keadaan
yang dapat mempengaruhi peran manusia dalam menghadapi stressor. Adapun
yang termasuk dalam faktor biologis antara lain :
a. Genetik
Anoreksia nervosa dapat terjadi dalam satu keluarga. Kerabat tingkat
pertama dari perempuan muda yang menderita anoreksia nervosa memiliki
kemungkinan sepuluh kali lebih besar disbanding rata-rata untuk menderita
gangguan tersebut. Penelitian juga menunjukkan bahwa cirri-ciri penting
gangguan makan, seperti ketidak puasan atasbentuk tubuh, keinginan yang
kuat untuk menjadi langsing, makan berlebihan, dan preokupasi dengan berat
badan dapat diturunkan dalam keluarga (Klump,dkk., 2000).
b. Gangguan makan dan otak
Hipotalamus adalah pusat otak yang penting dalam pengaturan rasa lapar dan
makan.Kadar beberapa hormon yang diatur oleh hipotalamus,seperti
kortisol,memang tidak normal pada penderita anoreksia; namun bukan

5
merupakan penyebab anoreksia, melainkan merupakan akibat kondisi
melaparkan diri sendiri, dan kadarnya kembali normal seiring dengan
bertambahnya berat badan. Opioid edogenus dan serontonim yang keduanya
berperan dlam timbulnya rasa lapar dan rasa kenyang, telah teruji terkait
gangguan makan. Rendahnya kadar kedua cairan kimia otak tersebut
ditemukan pada pasien gangguan makan, namun terdapat keterbatasan bukti-
bukti yang menunjukkan bahwa factor-faktor tersebut menyebabkan gangguan
makan.

2. Faktor Psikologis
beberapa factor memiliki peran penting. Seiring dengan berubahnya standart
kultural yang menilai bentuk tubuh langsing sebagai sesuatu yang ideal bagi
perempuan,frekuensi gangguan makan meningkat. Objektivikasi tubuh perempuan
juga menimbulkan tekanan bagi perempuan untuk melihat diri mereka melalui
kacamata sosiokultural. Prevalensi gangguan makan lebih tinggi di Negara-negara
industri, di mana tekanan cultural untuk bertubuh langsing sangat kuat.
a. Teori Kognitif Behavioral, mengenai anoreksia nervosa menyatakan bahwa rasa
takut menjadi gemuk dan distrosi citra tubuh menjadikan penurunan berat badan
sebagai penguat yang sangat berdaya.

3. Faktor Sosiokultural
Faktor predisposisi yang berasal dari psikologis dapat dilihat sebagai suatu keadaan
yang dapat mempengaruhi peran manusia dalam menghadapi stressor secara
sosiokultural. Adapun beberapa faktor sosiokultural antara lain :
a. Gender, kaum perempuan memiliki keinginan berlebih untuk makan banyak
dibandingkan dengan laki-laki.
b. Pengalaman social, kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal maupun eksternal yang mengancam
individu. Komponen faktor presipitasi terdiri atas sifat (nature), asal, waktu, dan
jumlah stressor. Adapun beberapa faktor presipitasi antara lain :

6
a. Sifat (Nature)
1. Biologi: kelemahan fisik.

2. Psikologis: keputusasaan, kecemasan, frustasi, kurang percaya diri, dan


riwayat menerima kritikan yang lebih mengarah pada penghinaan.
3. Sosial budaya: lingkungan yang buruk, interaksi social terganggu.
b. Asal (Origin)
1. Internal (persepsi individu): individu merasa tidak mendapatkan
pencapaian diri yang optimal.

2. Eksternal (keluarga dan masyararakat): keluarga dan masyarakat


menganggap klien tidak dapat memenuhi pencapaian diri yang optimal
dan tidak sesuai dengan ideal diri klien.
c. Waktu (Timing)
Berdasarkan faktor pencetus yang telah didapatkan dari nature dan origin
dapat dilakukan pengkajian, mulai kapan waktu terjadinya stressor dan
seberapa lama stressor tersebut datang dan terjadi, sehingga menimbulkan
gangguan makan.
d. Jumlah (Number)
Berdasarkan hasil pengkajian mulai dari nature, origin, dan timing dapat
dilakukan pengkajian selanjutnya yaitu berapa jumlah stressor yang terjadi
dalam satu waktu yang dapat menimbulkan gangguan makan pada anak.

2.3.3 Respon Terhadap Stressor


Respon terhadap stressor dapat dikatakan dengan penilaian stressor. Penilaian
stressor adalah proses dari situasi stress yang komprehensif yang berada pada
beberapa tingkatan. Secara spesifik proses ini melibatkan respon kognitif, respon
afektif, respon fisiologis, respon perilaku, dan respon sosial (Stuart & Laraia,
2009).

a. Respon Kognitif
Pada individu yang mengalamai gangguan makan akan melawan perubahan
yang menjadi cirri khas dari proses fikir. Sebagian besar akan menghindar
dari masalah yang dihadapi.

7
b. Respon Afektif
Biasanya individu yang mengalami gangguan makan akan merasa sedih dan
tidak berdaya akibat lingkungan social yang kurang menerimya. Hal ini
mengakibatkan individu mengalami gangguan makan.
c. Respon Fisiologis
Pada gangguan makan ini dapat dilihat dari tingkat kecemasan saat makan
sehingga terjadi perubahan tekanan darah yang tidak valid.
d. Respon Perilaku
Perilaku yang ditunjukkan pada gangguan makan yaitu dengan cara
memuntahkan makanan yang telah dimakan dan menggunakan laksatif dan
diuretik.. Hal ini terjadi untuk menjaga berat badan tidak bertambah.
e. Respon Sosial
Individu akan mengurung diri dan mengurangi komunikasi atau interkasi
social baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat.
2.3.4 Kemampuan Mengatasi Masalah
a. Personal Ability
Ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan gangguan kesehatan
b. Social Support
Hubungan antar individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
c. Material Asset
Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang kurang terkait
permasalahan yang dialami
d. Positive Believe
Klien dalam kondisi mengurung diri kurang termotivasi untuk mendekatkan
diri dan beribadah.
2.3.5 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah beberapa usaha atau upaya yang secara langsung
dilakukan individu untuk memanajemen stress yang dihadapi. Perawat perlu
mengidentifikasi mekanisme koping klien gangguan makan, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan masalahnya. Berdasarkan faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas, pada rentang respon sosial dapat disimpulkan bahwa klien

8
mengalami respon yang maladaptif yakni perilaku menarik diri. Perilaku
menarik diri ini ditunjukkan klien tidak bersosialisasi dengan keluarga dan
teman di sekolahnya.

2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


2.4.1 Diagnosa medis
Bulimia nervosa, merupakan gangguan makan yang ditandai dengan makan
berlebihan dan diikuti dengan muntah. Muntah dapat dipicu diri sendiri atau
menggunakan laksatif dan diuretik.
2.4.2 Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan abnormal
akibat muntah yang dipicu diri sendiri ditandai dengan ibu klien mengatakan
anaknya memuntahkan makanan yang telah dimakan.
2. Obesitas berhubungan dengan kebiasaan makan yang berantakan ditandai
dengan IMT 30 kg/m2.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kurangnya umpan balik positif
ditandai dengan sengaja memicu muntah.

2.5 Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan)


2.5.1 Terapi medis
a. Psikofarmakologi
Psikofarmakologi dengan menggunakan obat obatan seperti desipramin
(norpramin), imipramin (tofranil), amitriptilin (elavil), nortriptilin (pamelor),
fenelzin (nardil), dan fluoksetin (prozac) yang diresepkan untuk obat depresi.
Antidepresan ini lebih efektif daripada plasebo dalam mengurangi makan yang
berlebihan dan memperbaiki mood serta mengurangi preokupasi dengan
bentuk dan berat badan (Videbeck. 2008).
b. Terapi kognitif perilaku ini dilakukan dengan cara merancang strategi untuk
mengubah pemikiran klien (kognisi) dan tindakan (perilaku) tentang makanan
yang berfokus pada tindakan penghentian diet, makan yang berlebihan,
pengurasan (muntah secara sengaja, atau penggunaan obat laksatif, emetic,
dan diuretic) dengan mengubah pemikiran klien dan keyakinan disfungsional

9
klien tentang makanan, berat badan, citra tubuh, dan konsep diri klien (Halmi
dalam Videbeck, 2008 ). Terapi ini bisa dilakukan secara individu maupun
kelompok dan memperoleh hasil yang efektif, biaya yang sesuai, dan
memperhatikan kepuasan klien jika terapi ini dikombinasaikan dengan
psikoedukasi (Videbeck. 2008).

2.5.2 Terapi keperawatan


Sebagian besar klien bumilia diterapi rawat jalan. Masuk rumah sakit jika
diindikasikan perilaku makan berlebihan dan pengurasan tidak terkontrol serta
status medis klien memburuk.
a. Psikoterapi:
Pada klien bulimia nervosa psikoterapi yang umum diberikan yakni terapi
Kognitif-Perilaku, ditemukan sebagai terapi paling efektif. Strategi yang
digunakan yaitu untuk mengubah pemikiran klien (kognisi) dan tindakan
(perilaku) tentang makanan berfokus pada tindakan menghentikan siklus
diet, makan berlebihan dan pengurasan serta mengubah pemikiran dan
keyakinan disfungsional klien tentang makanan, berat badan, citra tubuh dan
seluruh konsep diri. Terapi ini bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian
psikoedukasi. Ageras et al (2000) dalam Videbeck (2008) menyatakan
bahwa terapi kognitif-perilaku ini menghasilkan perbaikan yang lebih cepat
pada klien bumilia daripada psikoterapi interpersonal.
b. Psikofarmakologi:
Pada tahun 1980-an beberapa studi yang terkontrol dilakukan untuk
mengevaluasi keefektifan anti-depresan untuk mengobati bulimia. Obat-
obatan tersebut seperti despiramin, imipramin, amitriptilin, notriptilin,
fenelzin dan fluoksetin. Pada semua studi antidepresan lebih efektif daripada
plasebo dalam mengurangi makan yang berlebihan. Obat juga dapat
memperbaiki mood dan mengurangi preokupasi dengan bentuk dan berat
badan.

10
2.5.3 Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Kekurangan Setalah dilakukan 3 1. Anjurkan klien untuk memenuhi
volume cairan kali kunjungan dalam asupan cairan sebanyak 2000 ml
berhubungan satu minggu, 2. Kaji kondisi turgor kulit
dengan kehilangan diharapkan masalah 3. Kaji kelembapan membrane
cairan abnormal kekurangan volume mukosa oral
akibat muntah yang cairan dapat teratasi 4. Anjurkan melakukan perawatan
dipicu diri sendiri. dengan kriteria hasil: mulut
1. TTV klien dalam 5. Bantu klien mengidentifikasi
bats normal ketakutan dan perasaan yang
2. Turgor kulit baik sebenarnya mengakibatkan
3. Membran mukosa perilaku makan maladaptif
merah muda
2 Obesitas Setelah dilakukan 3 1. Dorong klien membuat catatn
berhubungan kali kunjungan dalam harian asupan makan
dengan kebiasaan satu bulan masalah 2. Susun menu harian yang rendah
makan yang obesitas dapat teratasi lemak
berantakan dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan klien untuk melakukan
1. Klien latihan fisik yang ringan sampai
menunjukkan sedang (progresif)
perubahan pola 4. Beri tahu klien penurunan berat
makan badan yang rasional (0,5-1 kg/
2. Berat badan turun minggu)
dengan stabil
3 Gangguan citra Setalah dilakukan 3 1. Kaji perasaan dan sikap klien
tubuh berhubungan kali kunjungan dalam terhadap kondisi obesitasnya
dengan kurangnya satu minggu, 2. Motivasi klien untuk menurnkan
umpan balik positif diharapkan masalah berat badan
gangguan citra tubuh 3. Bantu klien mengidentifikasi
dapat teratasi dengan sifat diri yang positif

11
kriteria hasil:
1. Klien menjalani
pola makan sehat
untuk mengontrol
berat badan
2. Klien dapat
menyebutkan
rencana untuk
mengontrol berat
badannya

12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan makan yaitu kesulitan makan atau makan yang berlebihan, menolak
memasukkan makanan kedalam mulut, memuntahkan makanan dan tidak mau mengigit
makanan. Hal ini terjadi pada anak karena kurang suka terhadap makanan yang
diberikan. Gangguan makan ada dua tipe yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan penolakan atau ketidakmampuan klien untuk mempertahankan berat badan
normal yang minimal, sangat takut berat badan akan bertambah atu menjadi gemuk,
gangguan persepsi yang tentang bentuk atau ukuran tubuh dan menolak mengakui ada
masalah. Bulimia nervosa atau bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan
frekuensi makan yang berlebihan secara berulang (minimal dua kali dalam seminggu
selama tiga bulan) yang diikuti dengan kompensasi yang tidak tepat untuk menghindari
penambahan berat badan, seperti muntah yang disengaja, penggunaan laksatif, diuretic,
emetic, puasa, atau olahraga yang berlebihan.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat atau tenaga kesehatan seharusnya kita memberikan edukasi
dan motivasi kepada klien dengan melakukan pendekatan kepada keluarga atau orang
yang dipercaya oleh klien agar tujuan yang diharapkan tercapai. Mengembangkan
metode terbaru dalam menangani masalah gangguan makan pada anak dengan obesitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association (2005) Diagnostic and Manual of Mental Disorder.


Fourth Editon. Washington D. C. : APA
Ibung, Dian. 2008. Stress pada Anak (usia 6 12 Tahun) Panduan bagi Orang Tua
dalam Memahami dan Membimbing anak. Jakarta : Gramedia
Klump, dkk., 2000. Physical similarity and twin resemblance for eating attitudes and
behaviors: A test of the Equal Environments Assumption. Behavior
Genetics. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10934799 [diakses pada
tanggal 8 Maret 2016 pukul 20.00 WIB]
Rutherford dkk.,1993). Statistical Model For Causal Analysis. New York:John Wiley &
Sons.Inc.
Stuart, G.W., Laraia, M.T. 2009. Principles and practice of Psychiatric Nursing. (7th
ed). Philadelphia. Mosby.
Townsend, Mary C. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri: Rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Jakarta: EGC
Videbeck, Sheila L., 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa Renata & Alfrina
Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

14

S-ar putea să vă placă și