Sunteți pe pagina 1din 12

biologi

KAMIS, 08 MEI 2014

makalah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Betapa menakjubkan bahwa dalam satu keluarga kita tidak ada yang persis
sama meskipun kita berasal dari ayah dan ibu yang sama. Marilah kita perhatikan
mulai dari warna kulit, bentuk rambut, bentuk telinga, hidung, dan lidah. Ternyata
masing-masing kita mempunyai ciri khas tersendiri, itulah yang membuat kita
menjadi makhluk yang unik. Perbedaan ini sangatlah penting, cobalah kita
bayangkan bagaimana seandainya kita semua sama, pasti kita akan sering
kerepotan dan bahkan dapat menimbulkan permasalahan.
Setiap organisme mempunyai genom yang unik, yang dicerminkan dalam
variasi individu dari penampilan dan perangainya. Tidak semua keaneragaman
yang kita amati dalam suatu populasi dapat diturunkan. Fenotip yang bisa kita
amati adalah produk komulatif dari suatu genotip yang diwariskan dengan
berbagai pengaruh lingkungan. Sebagai contoh, para binaragawan mengubah
fenotipnya secara drastis lewat latihan. Penting untuk diingat bahwa hanya
komponen genetik variasilah yang dapat mengakibatkan evolusi sebagai hasil dari
seleksi alam, karena hanya inilah komponen yang diwariskan antar generasi.
Variasi sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Sebagai
contoh jika organisme dalam suatu populasi sama atau seragam dan semuanya
tidak mempunyai gen yang resisten terhadap suatu penyakit tertentu, kemudian
terjadi serangan penyakit tersebut maka semua organisme dalam satu populasi
tersebut akan mati. Dengan demikian kelangsungan hidup spesies tersebut tidak
akan lestari.
Variasi yang muncul pada suatu anggota spesies tertentu sebagai anggota
dari populasi merupakan suatu cara adaptasi spesies itu terhadap lingkungannya.
Pada organisme tertentu seringkali adanya variasi atau keaneragaman itu tidak
terlihat oleh kita, akan tetapi perbedaan kecil pada individu dalam satu populasi
inilah keanekaragaman yang paling sering ditulis oleh Darwin sebagai bahan baku
untuk seleksi alam. Oleh karena itu pada makalah ini secara spesifik akan dibahas
tentang pengertian variasi dalam populasi, teknik molekuler dalam penentuan
variasi genetik, penyebab timbulnya variasi, pentingnya variasi bagi kelangsungan
hidup suatu spesies, dan refleksi terhadap variasi dan evolusi.

B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas beberapa permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan variasi gen?
2. Bagaimanakah teknik molekuler dalam penentuan variasi genetik?
3. Apakah penyebab dari variasi genetik?
4. Bagaimanakah pentingnya variasi bagi kelangsungan hidup suatu organisme?
5. Bagaimanakah refleksi kita terhadap adanya variasi dan evolusi?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai setelah membaca tulisan ini
adalah:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan variasi genetik.
2. Mengetahui teknik molekuler dalam penentuan variasi genetik.
3. Memahami penyebab terjadinya variasi genetik.
4. Memahami pentingnya variasi bagi kelangsungan hidup suatu organisme
5. Melakukan refleksi terhadap adanya variasi dan evolusi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Variasi Genetik


Variasi adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
perbedaan karakteristik spesies dalam satu populasi. Perbedaan ini
disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan atau kombinasi antara
keduanya, sedangkan Varian adalah organismenya (Lee Ching, 2008)
Variasi dalam populasi sangat penting bagi suatu spesies untuk
menghadapi perubahan lingkungannya. Jika semua spesies secara fenotip
sama mereka mungkin bisa survive pada kondisi lingkungan yang optimal,
tetapi mereka mungkin tidak toleran terhadap perubahan lingkungan, hal ini
dapat mengancam kelestarian suatu populasi, dan tentu saja bagi suatu
spesies.
Suatu populasi bakteri yang menempati sebuah kolam selama puluhan
tahun. Suhu air kolam tersebut tidak pernah berubah dari 10 0C. Pada suhu
tersebut hampir semua anggota dari populasi bakteri tersebut proses
fisiologinya berjalan secara optimal. Meskipun hanya beberapa individu
dalam populasi tersebut - yang disebut variant yang berbeda dengan
anggota populasi lainnya. Bakteri-bakteri ini dapat bertahan pada suhu 10 0C
tetapi dapat hidup secara optimal pada suhu 150C. Anggota variant tersebut
hanya sekitar 2 % saja dari populasi bakteri. Ketika terjadi pemanasan global
suhu kolam mencapai 140 C. Hampir semua bakteri musnah karena tidak
dapat melakukan proses fisiologi pada suhu tinggi. Tetapi variant dalam
populasi itu dapat bertahan dan berkembang biak. Pada akhirnya variant
menjadi spesies predominan dalam kolam tersebut.
Dari kenyataan diatas dapatlah kita ketahui betapa pentingnya variasi
dan variant dalam suatu populasi. Jika tidak terdapat variasi dan variant maka
niscaya populasi bakteri dalam kolam tersebut akan musnah. Pada kejadian
diatas variant-variant tersebut akan mewariskan gen pada keturunannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sangatlah penting peran variasi gen dan
variant untuk kelestarian jenis suatu organisme dalam populasinya.
Leeching dan Arunasalam (2008) menjelaskan bahwa ada dua tipe
utama variasi di alam, yaitu variasi kontinyu dan variasi diskontinyu.
Variasi kontinyu menunjukkan ciri-ciri yang bertingkat, dan distribusi
frekuensi variasi kontinyu menunjukkan kurva normal. Jumlah anggota
populasi banyak pada kelompok intermediet diantara anggota kelompok yang
ekstrim.
Ciri fenotip yang menunjukkan variasi kontinyu antara lain adalah
tinggi badan, warna kulit, berat badan, dan intelegensi. Ciri ciri ini
disebabkan oleh pengaruh kombinasi beberapa macam gen yang yang terletak
pada lokus yang berbeda yang disebut dengan polygenic. Meskipun pengaruh
setiap gen pada sistem polygenic hanya sedikit, tetapi efek penambahan gen
akan menghasilkan variasi fenotip.
Variasi diskontinyu atau diskret variasi adalah suatu variasi yang
menunjukkan perbedaan ciri yang jelas antara satu dengan yang lain. Pada
variasi ini tidak ada kelompok intermediet yang jumlahnya mendominasi.
Ciri-ciri ini dipengaruhi oleh satu atau dua gen (alela) dan fenotip yang
muncul tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Distribusi frekuensi untuk
variasi diskontinyu. Contoh cirri-ciri yang menunjukkan variasi diskontinyu
adalah golongan darah (ABO), bentuk daun telinga, kemampuan menggulung
lidah, warna iris mata, hiperekstensi ibu jari, sidik jari, dan warna rambut.
Sedangkan menurut Campbell (1999) terdapat tiga macam variasi yaitu
variasi di dalam populasi, variasi antar populasi, dan variasi netral. Variasi di
dalam populasi ditentukan oleh sifat kuantitatif dan sifat diskret (sangat berbeda)
dan polimorfisme. Sifat kuantitatif misalnya tinggi badan, berat badan dan warna
kulit. Variasi ini disebabkan oleh adanya polygenic yaitu satu sifat fenotip yang
ditentukan oleh banyak gen. Sifat diskret misalnya warna bunga merah atau putih.
Suatu populasi disebut polimorfik jika satu sifat atau lebih terlihat sangat berbeda
karena mempunyai frekuensi gen yang cukup tinggi. Contoh polimorfisme adalah
system golongan darah (ABO) .
Variasi antar populasi disebut juga dengan variasi geografis, yaitu
perbedaan struktur genetik antar populasi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Satu
jenis khusus variasi geografis adalah yang disebut dengan cline, adalah suatu
perubahan bertahap pada beberapa sifat disepanjang sumbu geografis. Contoh
peristiwa ini adalah ukuran tubuh rata-rata species burung dan mamalia Amerika
Utara meningkat secara bertahap seiring dengan meningkatnya garis lintang. Rata-
rata ukuran tumbuhan yarrow (Archillea) yang tumbuh pada lereng pegunungan
sierra Nevada berkurang secara bertahap seiring dengan peningkatan ketinggian
(Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Rata-rata ukuran tumbuhan yarrow yang tumbuh pada lereng pegunungan
Sierra Nevada berkurang secara bertahap seiring dengan peningkatan ketinggian

Keanekaragaman sidik jari merupakan salah satu contoh variasi netral,


yang tampaknya tidak memberikan keuntungan selektif bagi individu diatas
individu lain. Sebagian besar variasi protein yang dapat dideteksi melalui
elektroforesis dapat mewakili sidik jari kimia yang bersifat netral dalam
kualitas adaptasinya. Frekuensi relative variasi netral tidak akan dipengaruhi oleh
seleksi alam, tetapi bisa juga alel netral akan meningkat dalam suatu kumpulan
gen, dan yang lain akan menurun melalui pengaruh acak hanyutan genetik.

B. Teknik Molekuler dalam Penentuan Variasi Genetik


Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh dalam melakukan estimasi
tingkat variasi genetik pada populasi alami adalah aplikasi teknik Biokimia berupa
analisis isozim, sehingga pendekatan ini sering diebut sebagai studi variasi
biokimia genetik. Menurut Adams dalam Mansyah et al (1999) studi variasi
genetik berdasarkan atas polimorfisme sejumlah lokus isozim dapat dengan cepat
memberikan gambaran variasi genetik populasi yang dipelajari.
Sejak tahun 1980, tehnik-tehnik molekuler yang lebih diperbaharui telah
menghasilkan pengukuran variabilitas genetik pada resolusi yang lebih tinggi.
Satu pendekatannya adalah mengisolasi DNA dan memotongnya dengan enzim-
enzim yang mengenali rangkaian-rangkaian pendek tertentu. Pecahan-pecahan
DNA yang dihasilkan dapat dipisahkan dengan elektrophoresis gel sesuai dengan
bobot molekuler dan divisualisaskan sebagai band-band yang ditandai. Perbedaan-
perbedaan antara kromosom-kromosom homolog dalam lokasi tempat-tempat
pembatasan (rangkaian-rangkaian nukleotida pendek dikenali oleh enzim-enzim
pembatasan) selanjutnya dapat diukur. Pendekatan lainnya adalah merangkaikan
DNA untuk mendapatkan rangkaian nukleutida itu sendiri (misalnya, AAT-
GCTTCGA). Hal ini menjadi praktis dengan pengembangan reaksi rantai
polimerisasi (PCR) yang menguatkan jumlah-jumlah DNA yang kecil, bahkan
DNA dari sel tunggal.
Sebagai contoh akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai
penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia di Bogor dan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit di Medan, yaitu tentang Keragaman sekuen DNA
fragmen gen penyandi ACCase subunit BCCP dari tiga tipe kelapa sawit. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesokarp buah sawit yang sedang
aktif mensintesis minyak dari tiga tipe kelapa sawit, yaitu Simalungun, Hibrida
dan Backcross. Tipe pertama adalah hasil persilangan Dura x Pisifera (D x P)
yang termasuk dalam spesies E. guineensis yang tinggi rendemen minyaknya.
Tipe kedua merupakan hasil silangan antara Simalungun dengan E. oleifera yang
tinggi kandungan oleatnya, tetapi rendemen minyaknya rendah. Sedangkan tipe
ketiga adalah hasil silang balik Hibrida dengan Simalungun. Untuk mengetahui
susunan nukleotida dari fragmen DNA terklon dilakukan sekuensing
menggunakan primer universal. Sekuensing DNA dilakukan di Lembaga Biologi
Molekuler Eijkmann, Jakarta. Sekuen DNA yang dihasilkan selanjutnya dianalisis
homologinya menggunakan BlastN (http://www.ncbi.nlm.nih. gov) dan dianalisis
keragaman nukleotidanya melalui penjajaran dengan Clustal-W program
BioEdit. Hasil sekuensi tertera pada gambar 2. 5 di bawah ini.

Keragaman sekuen DNA fragmen gen penyandi ACCase

Gambar 2.5. Hasil penjajaran sekuen fragmen BCCP(a) ketiga tipe. 1A : Simalungun;
2A: Hibrida; 3A: Backcross.

Hasil penjajaran sekuen fragmen BCCP(a) menunjukkan adanya


variabilitas pada sekuen DNA dari ketiga sampel. Variabilitas yang tinggi (less
conserved region) terdapat pada nukleotida ke 1 - 110 dan nukleotida diatas 187.
Sebaliknya nukleotida ke 111 187 menunjukkan tingkat keragaman yang lebih
rendah (conserved region). Perbedaan pada susunan nuleotida ini sangat menarik
terutama mengingat bahwa ketiga tipe kelapa sawit yang dianalisis mempunyai
karakteristik yang berbeda. Simalungun (E. guineensis) adalah tipe komersial
yang rendemen minyaknya tinggi (sekitar 58- 60 %) tetapi kandungan oleatnya
rendah, sedangkan Hibrida (Simalungun x E. oleifera) mempunyai karakter
antara E. guineensis dan E. oleifera. Rendemen minyak pada Hibrida lebih tinggi
dibandingkan dengan E. oleifera yaitu sekitar 33%, demikian juga kandungan
oleatnya lebih tinggi dibandingkan dengan Simalungun.
Karakter lain yang berbeda adalah kecepatan tumbuh batang. Pada umur
yang sama, tinggi batang dari tipe Hibrida lebih kurang setengah dari tinggi
batang dari tipeSimalungun. Pada Backcross, karakter rendemen minyak yang
dimiliki hampir sama dengan Simalungun, kandungan oleatnya lebih tinggi
sedangkan pertumbuhan batangnya lebih lambat dibandingkan dengan
Simalungun.
Perbedaan sekuen DNA ketiga fragmen BCCP yang berasal dari tipe
kelapa sawit yang berbeda memberikan harapan kemungkinan dapat
dikembangkannya suatu pelacak yang dapat menjadi pembeda antar varietas
dengan karakter tertentu seperti rendemen minyak tinggi, kecepatan pertumbuhan
batang, ataupun kandungan oleat. Namun karena sekuen DNA yang dianalisis
pada penelitian ini hanya sebagian dari sekuen gen lengkapnya, maka belum dapat
ditarik suatu korelasi antara keragaman sekuen yang ada dengan karakter tertentu
terutama rendemen minyak.
Berdasarkan informasi sekuen yang telah diperoleh pada penelitian ini
dapat dilakukan analisis lebih lanjut terhadap keragaman sekuen DNA BCCP yang
lebih panjang, dan apabila memungkinkan dari gen lengkapnya, maupun dari
daerah 5- flanking gennya. Selanjutnya dapat dikaji hubungan sekuen DNA yang
dihasilkan dengan karakter tertentu, seperti rendemen minyak, menggunakan
teknik-teknik yang telah berkembang seperti RFLP maupun PCR genomik., serta
memanfaatkan peta pautan (high density linkage map) yang telah disusun oleh
Billotte et al. (2005) dan data kuantitatif rendemen minyak.

C. Penyebab Variasi
Lee Ching dan Arunasalam (2008), Waluyo (2005), Anonim (2008)
menjelaskan bahwa secara umum variasi genetik dapat disebabkan oleh lima
faktor antara lain: rekombinasi, mutasi, genetic drift, gen flow, dan seleksi alam
1. Rekombinasi
Komposisi gen ini diwariskan pada keturunannya melalui proses
reproduksi seksual. Pada reproduksi aseksual komposisi genetik keturunannya
sama dengan induknya. Pada reproduksi seksual perubahan susunan gen terjadi
melalui proses pindah silang dan pemisahan bebas pada saat meiosis.
Penggabungan gamet selama fertilisasi merupakan sumber terjadinya variasi.
Gambar 2.6 Variasi genetik akibat rekombinasi gen

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapatlah disimpulkan beberapa hal antara lain:
1. Variasi adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan
karakteristik spesies dalam satu populasi.
2. Dengan kemajuan ilmu penegetahuan dan teknologi variasi genetik dapat
ditentukan sampai pada tingkat molekuler.
3. Variasi genetik dapat disebabkan oleh lima faktor antara lain: rekombinasi,
mutasi, genetic drift, gen flow, dan seleksi alam.
4. Variasi genetik sangat penting bagi kelestarian jenis suatu spesies.
5. Kita harus menyadari bahwa variasi genetik dan evolusi adalah karunia Tuhan
yang wajib kita pelajari. Kita harus memberikan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada para ilmuwan terdahulu sebagai peneliti variasi dan pencetus
evolusi sebagai cikal bakal berkembangnya ilmu pengetahuan sekarang ini.
B. Saran
Variasi genetik sangat penting artinya dalam upaya mempelajari
keaneragaman makhluk hidup. Dengan teknik molekuler dapat diketahui variasi
gen dan ekspresi yang dihasilkannya, hal ini sangat penting untuk kepentingan
pemuliaan dan bank data genetik suatu organisme terutama organisme langka,
oleh karena itu penelitian molekuler tentang variasi genet ik sangat penting untuk
dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2008, Understanding Evolution, http://evolution.berkeley.edu/evolibrary/,


Diakses tanggal 17 Maret 2009

Anonim, 2008, Evolution, http://www.bookrags.com/, Diakses tanggal 17 Maret 2009

Bar-Yam, S., 2008, Evolution, NECSI, http://necsi.org/projects/evolution/, Diakses


tanggal 17 Maret 2009.

Budiani A. (2005). Keragaman Sekuen DNA Fragmen Gen Penyandi ACCase


Subunit BCCP dari Tiga Tipe Kelapa Sawit, Menara Perkebunan, 2007, 75(1),
1- 11.

Campbell, Neil A., Reece, Mitchell, 2003, Biologi, Erlangga Jakarta.

Ching Lee, Arunasalam Jeya. 2008. Complete Biology. Kum Printers. Selangor Darul
Ehsan
Henriyani, Yeni. 2008. Modul Evolusi. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA Bandung. Tidak diterbitkan
Mansyah, E., M.J. Anwarudinsyah, L. Sadwiyanti, dan A. Susiloadi. 1999. Variabilitas
Genetik Tanaman Manggis melalui Analisis Isozim dan Kaitannya dengan
Variabilitas Fenotipik. Zuriat 10 (1) : 1 10.

Stearns, S. C., Hoekstra, R. F. 2003. Evolution: An Introduction. New York. Oxford


University Press

Waluyo, L. 2005. Evolusi Organik. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang Press.


Diposkan oleh nurul azizah di 22.47
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

MENGENAI SAYA

nurul azizah
Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG

2014 (1)

o Mei (1)

makalah

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

S-ar putea să vă placă și