Sunteți pe pagina 1din 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang
melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk
Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan
yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya
obesitas.
Sebagian besar kegemukan dan obesitas adalah karena makan berlebihan. Hal
ini tergolong dalam obesitas primer. Sisanya, disebabkan karena penyakit atau
gangguan hormonal atau kelainan genetis yang tergolong dalam obesitas sekunder.
Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan
diantaranya dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan
pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.
Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh dan juga tidak berlebihan sehingga menyebabkan obesitas.Juga, karena
makanan yang berbeda mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang
berbeda-beda, maka keseimbangan yang wajar juga harus dipertahankan diantara
semua jenis makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat
dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.
Atas dasar inilah, penulis mengangkat judul OBESITAS dalam makalah ini.
Penulis berharap keberadaan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca,
khususnya mahasiswa Poltekkes Kemkes Jakarta III.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah menambah wawasan mahasiswa mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan obesitas.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam pembuatan makalah ini adalah:
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teori membahas tentang :
1. Gambaran umum mengenai definisi, etiologi, insiden, patofisiologi, tanda dan
gejala, komplikasi serta penatalaksanaan kolaboratif dari penyakit obesitas.
2. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Obesitas, yang membahas tentang:
a. Pengkajian, yang terdiri atas : Riwayat, pemeriksaan fisik,
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan dan implementasi
d. Discharge Planing
e. Evaluasi
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Kesimpulan
BAB V : Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1. Defenisi keluarga
a. Menurut Depkes. RI. 1988
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan.
b. Menurut S .G . Bailon dan Aracelis Maglaya 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka
hidup bersama dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan ( Nasrul Effendi,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a) Unit terkecil dari masyarakat.
b) Terdiri atas dua orang atau lebih.
c) Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
d) Hidup dalam satu rumah tangga.
e) Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
f) Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g) Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing.
h) Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2. Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
3. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya
berpoligami dan hidup secara bersamasama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga .
4. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu.Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga
melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh
keluarga mengikuti pola yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
I. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa
berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih
tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur,
bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan
1. Membina hubungan intim danmemuaskan.
2. membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. mendiskusikan rencana memiliki anak.
4. Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga
suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
II. Keluarga child bearing kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaiaman orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat
perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua
dapat tercapai.
III. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangn
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak
lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.
Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan
anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
V. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang
dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang
tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul
konflik orang tua dan remaja.
VI. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini
tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
VII. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
4. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet
seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.
VIII. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas
utama keluarga pada tahap ini.
7. Keluarga sebagai unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 )
adalah sebagai berikut :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat .
b. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah masalah dalam
kelompoknya
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
dan apabila salah satu angota keluarganya mempunyai
masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu ( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya
yang menderita Obesitas
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam
upaya kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita
Obesitas
B. Obesitas
1. Definisi
Kegemukan ( obesitas ) didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak
Tubuh sedikitnya 25% dari berat rata-rata untuk usia., jenis kelamin, dan tinggi
badan. Prognosis umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat
badan buruk. Namun, keinginan pola hidup lebih sehat Dn penurunan factor risiko
sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang
untuk mengikuti diet dan program penurunan berat badan.
Obesitas juga merupakan suatu keadaan patologis dengan terdapatnya
penimbuan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Masalah gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai kelebihan lemak dan
protein hewani, kelebihan serat dan mikro nutrien. Nutrien yang kelak dapat
merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif
seperti ; DM, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis
penyakit keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain yang akan memerlukan
biaya pengobatan yang sangat besar.
2. Etiologi, Insiden
Faktor yang menentukan antara lain :
a. Faktor Genetik
Obesitas secara pasti terjadi secara familial. Lebih lanjut, kembar
identik biasanya mampu mempertahankan selisih berat badan sekitar 2 pon
antara keduanya sepanjang hidup mereka., jika mereka hidup dalam
lingkungan yang sama, atau sekitar 5 pon jika lingkungan hidup mereka
berbeda dengan nyata. Hal ini sebagian terjadi karena kebiasaan makan yang
berasal dari masa kanak-kanak, tetapi biasanya diyakini bahwa ada kemiripan
yang dekat antara kedua anak kembar yang dikendalikan secara genetik.
Gen dapat mengatur tingkat makan dengan berbagai cara , termasuk
(1) kelainan genetik pusat makan untuk mengatur tingkat penyimpanan energi
tinggi atau rendah, dan (2) kelainan faktor psikis secara herediter, baik yang
meningkatkan nafsu makan, atau menyebabkan orang tersebut makan sebagai
mekanisme pelepasan.
Kelainan genetik pasda sifat kimiai penyimpanan lemak juga diketahui
menyebabkan obesitas pada beberapa turunan tikus dan mencit. Pada suatu
turunan tikus, lemak mudah disimpan dalam jaringan asdiposa, tetapi jumlah
lipase peka hormon dalam jaringan asdiposa sangat berkurang, sehingga hanya
sedikit lemak yang dapat dikeluarkan. Keadaan ini jelas menyebabkan jalur
satu arah, lemak secaran terus menerus disimpan walaupun tidak pernah
dilepaskan . Pada satu turunan muncit yang gemuk. Terdapat kelebihan
sintetase asam lemak. Oleh sebab itu, mekanisme genetik yang serupa
merupakan penyebab obesitas yang mungkin pada manusia.
b. Faktor Psikologis (gangguan emosi)
Penelitian penderita obesitas menunjukkkan bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh faktor psikogenik. Barangkali faktor psikogenik yang
paling sering berperan pada obesitas adalah gagasan yang berbahaya bahwa
kebiasaan makan yang sehat memerlukan tiga kali sehari, dan setiap kali
makan harus penuh. Banyak anak dipaksa mengikuti kebiasaaan ini oleh para
orang tua yang terlalu bersemangat, dan anak-anak terus melanjutkan
kebiasaan tersebut sepanjang hidupnya. disamping itu, biasanya seseorang
diketahui mengalami kenaikan berat badan yang besar selama atau setelah
keadaan yang menekan, seperti kematian orang tua, penyakit yang berat, atau
karena depresi kejiwaan. Tampaknya bahwa makan seseringkali merupakan
alat pelepas ketegangan.
c. Faktor Neurogenik ( gangguan hormon)
Lesi pada nukleus ventromesdialis hipotalamus menyebabkan binatang
makan secara berlebihan dan menjadi gemuk. Lesi yang sedemikian juga
menyebabkan kelebihan produksi insulin, yang selanjutnya meningkatkan
penyimpanan lemak.Juga, kebanyakan penderita tumor hipofisis yang
menekan hipotalamus wenjadi gemuk secara bertahap, sehigga
menggambarkan bahwa obesitas pada manusia, juga dapat dengan pasti
dihasilkan karena kerusakan hipotalamus.
Namun pada orang gemuk normal, hampir tidak ditemukan adanya
kerusakan hipotalamus.Walaupun demikian, mungkin bahwa pengaturan
fungsional hipotalamus atau pusat makan neurogenik lain berbeda dengan
orang gemuk, dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.
d. Faktor Nutrisi
Laju pembentukan sel baru terutama cepat ada beberapa tahun pertama
kehidupan, dan semakin besar laju penyimpanan lemak. Pada anak yang
gemuk, jumlah sel seringkai sampai 3 kali lipat jumlah selemak pada anak
normal. Walaupun demikian, setelah akil balik, jumlah sel lemak tetap hampir
sama sepanjang sisa kehidupan.Oleh karena itu telah disarankan bahwa
kelebihan nutrisi pada anak terutama pada masa bayi dan sebagian kecil
selama masa kanak-kanak yang lebih lanjut, dapat menyebabkan obesitas
sepanjang hidup. Orang yang mempunyai kelebihan sel lemak dianggap
memiliki pengaturan lemak lebih tinggi oleh mekanisme otoregulasi umpan
balik neurogenik untuk pengendalian jaringan adsiposa.
Pada orang yang ,menjadi gemuk pasda usia pertengahan atau pada
usia tua, sebagian besar obesitas disebabkan oleh hipertrofi dari sel lemak
yang sudah ada, tanpa disertai perkembangan sel tambahan. Jenis pengobatan
ini lebih peka terhadap pengobatan daripada jenis obesitas sepanjang hidup.
e. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak
dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
3. Patofisiologi
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh
faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor
endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek
genetik (meliputi 10%)
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui
3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi
laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan
penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,
usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan
rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi
makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan
peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-
derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic
center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
4. Tanda dan Gejala
Anak terlihat sangat gemuk dan umunya lebih tinggi daripada anak
normal seumur. Sering terlihat dagu yang berganda (double chin). Buah dada
seolah-olah berkembang. Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat. Kedua
tungkai umumnya berbentuk huruf x dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempelmenyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau
yang kurang sedap. Pada anak laki-laki, penisnya terlihat kecil karena sebagian
organ tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan
sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.
Gangguan Spernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya
pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari
penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah
pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan
kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di
daerah tungkai dan pergelangan kaki.
5. Komplikasi
Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
Hipotiroidisme
Sindroma Cushing
Sindroma Prader-Willi
Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak
(atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan
dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa
kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak
tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel
Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Stroke
Serangan jantung (infark miokardium)
Gagal jantung
Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar)
Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
Gout dan artritis gout
Osteoartritis
Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur,
menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi
dan ngantuk).
6. Penatalaksanaan Kolaboratif
Umumnya pengobatan pada obesitas ditunjukkan pada program
perbaikan gizi. Namun demikian perlu diperhatikan pula tentang faktor
psikososial yang mengizinkan atau memperkuat sikap anak untuk makan banyak
dan kurang bergerak. Untuk itu penanganan obesitas melibatkan dokter anak,
psikologi perkembangan psikiater anak, pekerja sosial, ahli gizi, dan perawat.
Keterlibatan keluarga adalah mutlak unutk keberhasilan terapi.
Dalam pengaturan makanan anak obesitas perlu diperhatikan beberapa di
bawah ini :
a. Kalori : Harus sesuai dengan kebutuhan normal, dihitung berdasarkan BB
ideal yang sesuai untuk TB saat itu.
b. Diet seimbang : karbohidrat 50% kalori, lemak 35% kalori, protein cukup
untuk tumbuh kembang normal.
c. Pembagian kalori harus sedemikian rupa, sehingga salah satu porsi tidak
boleh melebihi 1000 kalori.
d. Entuk dan jenis makanan harus yang dapat diterima oleh anak serta tidak
dipaksa makan makanan yang tidak disukai
e. Tidak ada petunjuk khusus tentang jenis makanan yang dilarang atau diretriksi
tanpa alasan.
Untuk meningkatkan penggunaan energi, latihan jasmani yang lbih
intensif menjadi pilihan pertama. Pilihlah kegiatan yang disukai anak tersebut
sesuai dengan umurnya.
Menurunkan berat badan dengan obesitas berat sebaiknya tidak
melebihi 500 g tiap minggunya. Untuk menurunkan BB sebanyak 500g tiap
minggu. Jumlah energi yang harus dikurangi setiap minggunya kira-kira 3250
kkal atau tiap harinya 450-500 kka. Perhatikan faktor lingkungan bilamana
terdapat gangguan emosional, maka psikoterpi diperlukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Proses Asuhan Keperawatan


Kasus :
Keluarga Tn M.T (55 Thn) mempunyai istri Ny N.D Anak M.Z (16 Thn).
Hasil wawancara, keluarga mengatakan bahwa di keluarganya ada keturunan
obesitas.Hasil observasi di dapatkan 1 keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anaknya obesitas.
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. M.T
2. Umur : 55 tahun
3. Alamat : Kelurahan Ternate Tanjung Lingk. III
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu, 2 orang anak dan ibu (mertua)
7. Tipe : keluarga Inti
8. Suku :Manado Indonesia
9. Agam : Islam
10. Status Sosial ekonomi keluarga :Suami Isteri bekerja
11. Aktivitas rekrereasi keluarga : Nonton televise

b. Komposisi keluarga
Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Umur Pekerjaan Ket
kelamin keluarga

1. Tn.M L Suami 42 thn Swasta Sehat

2. Ny.N.D P Istri 42 thn Ibu RT Sehat

3. Ny.R.K P Mertua 69 thn - Sehat

4. A.n M.Z L Anak 16 thn Pelajar Obesitas

5 A.n Z.T L Anak 13 thn Pelajar Sehat


a. Genogram

keterangan:

: Laki-laki X : Meniggal : Garis keturunan

: Perempuan : klien : tinggal serumah

b. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe: Extended Family : adalah keluarga ditambah dengan sanak saudara
misalnya nenek, kakak, keponakan saudara sepupu .
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut: tidak ada masalah yang terjadi
dengan tipe keluarga
c. Suku/Bangsa :
Tn. M berasal dari suku Minahasa dan Ny N.D berasal dari suku Manado. Mereka
bisa menerima kebiaasaan mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang
hampir sama jadi tidak ada kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap
perbedaan.
d. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. M adalah agama Islam. Keluarga Tn. M biasa
melakukan shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.
e. Status Sosial Ekonomi
a. Anggota yang mencari nafkah:
1 orang: Tn M Wiraswasta Penghasilan di Keluarga:
Penghasilan keluarga Rp.1.000.000,- perbulan yang didapat dari hasil berdagang
oleh Tn.M
b. Pemanfaatan Dana Keluarga:
Penghasilan keluarga selain untuk membiayai hidup sehari-hari.
c. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Televisi
d. Sosial keluarga:
Dengan penghasilan yang didapat, kebutuhan keluarga terpenuhi.
e. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn M termasuk keluarga sejahtera tipe II karena keluarga sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi, namun belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi.

f. Aktifitas rekreasi keluarga


Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk berlibur Tn.
M tidak melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya . Sedangkan rekreasi di
dalam rumah seperti mengobrol dengan tetangga sebelah di beranda rumah.

g. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Keluarga dengan anak sekolah dengan tugas perkembangan keluarga :
menanamkan norma dan nilai agama, mengatur waktu bermain.
Ibu.T mengatakan jarak kelahiran anaknya cukup/sesuai sehingga mereka jarang
berantem dan bisa bermain bersama.
Komunikasi antara suami dan istri tidak ada masalah dan hubungan dalam
keluarga baik.

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah Keluarga dengan
anak sekolah, Keluarga dengan anak remaja, Keluarga usia lanjut karena keluarga
belum melewati tahapan-tahapan tersebut.
3. Riwayat Keluarga inti
a. Tahap perkembangan saat ini. : Keluarga berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak Remaja
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tugas keluarga
yang belum terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan keluarga
c. Riwayat kesehatan keluarga : An M.Z mengalami obesitas, Pasien tidak
mengalami keluhan apa-apa selain merasakan berat badannya semakin
bertambah.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Keluarga mengatakan mempunyai penyakit keturunan obesitas . Saat dikaji
An.M.Z dalam keadaan sehat,
5. Kebiasaan diet
Pola makan keluarga Tn. M.T sehari-harinya 3 kali sehari dengan komposisi
makanan nasi, tahu/ tempe, kadangkadang dengan sayur. An M.Z makan 3 kali
sehari dengan porsi yang berbeda dengan keluarga lainnya karena mengingat
penyakit yang dideritanya
6. Kebiasaan istirahat tidur
Waktu Tidur
Anggota Keluarga Siang Malam
Tn M.T - 22.00-05.00
Ny. N.D 11.00-13.00 22.00-05.00
Ny R.K - 20.00-06.30
An M.Z - 22.00-05.30
An Z.T 22.00-05.30

1. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri dari ruang tamu (6
m), ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), dapur dan kamar mandi (7 m dan
3 m). Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari Keramik ,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari SUMUR. WC-nya memiliki septik tank
(WC Jongkok ). Status rumah adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap
rumah terbuat dari seng. Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara
memasak makanan dan air minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan
sampah dipekarangan rumah kemudian dijemput oleh petugas .
b. Karakteristik tetangga dan komunitas lingkungan
Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Hubungan keluarga Tn. M.T dengan
tetangga sangat baik. Sebagian besar komunitas lingkungan adalah warga
pendatang yang umumnya berprofesi sebagai pegawai negeri atau swasta.
Sedangkan sarana transportasi yang digunakan oleh warga adalah angkot, ojek,
motor dan mobil pribadi.
c. Mobilitas geografis Keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah.Tn.M.T bekerja
dari pagi sampai jam 17.00 wib sebagai wiraswasta. Perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini sering melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian.
d. Sistem pendukung keluarga
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan
keluarga dan dalam pemecahan masalah.
a. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk menyelesaikan
masalah anaknya.Namun terkadang Ny.N.D menegur dengan keras apabila
anaknya tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai
bahasa Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.M.T bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus
bertanggung jawab terhadap keluarga.Ny. N.D berperan sebagai ibu rumah
3. Struktur Peran ( formal/informal)
a. Tn. M
Formal
Menjadi kepala keluarga, suami, ayah
Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan menjadi
wiraswasta
b. Ny.N.D
Formal
Sebagai ibu rumah tangga, istri.
Informal
Masih aktif menjadi anggota masyarakat, sering mengikuti acara pengajian
ibu ibu di lingkungan tempat tinggal
c. Ny.R.K (anak)
Formal
Sebagai mertua
d. An M.Z
Formal
Sebagai anak
Informal
Sebagai seorang pelajar yang masih aktif sekolah
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang
di anut dan norma yang berlaku di lingkungannya.
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Tn.M.T dan Ny.N.D selalu memberikan teguran apabila anaknya melakukan
kesalahan.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang yang lebih tua
dari dia,seperti cara memanggil kakak, paman, bibi.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, untuk
mengontrol keadaan kesehatan keluarga .
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah memiliki 2 orang anak. Anak pertama 16 tahun, anak kedua
umur 13 tahun. Ny.N.D mengatakan tidak menggunakan KB,karena tidak
cocok diganti dengan KB jenis implant sampai saat ini.
5. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan saat ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.Tetapi keluarga juga belajar menghemat keuangan untuk
kebutuhan keluarga.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Keluarga tidak sedang stress karena karena Alhamdulillah sekarang
dalam keluarga belum ada yang sakit
b. Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor.
Keluarga hanya bisa membeli obat di apotik sesuai dengan resep
dokter.
c. Strategi koping yang digunakan.
b. Keadaan Gizi Keluarga
a. Pemenuhan gizi
Keluarga kurang memahami pentingnya gizi untuk keluarganya.

6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan An.M.T An.Z.T Ibu.N.D Tn M.T Ny R.K
Fisik
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
Lurus hitam,bersih hitam dan hitam dan putih dan
Bersih, , tidak berketombe bersih berketombe
tidak ada mudah
banjolan dicabut
TTV N= N= N= N= N: 85x/menit
100x/mnt 80x/menit 88x/menit 80x/menit RR:
RR= 18 RR= RR= RR= 20x/menit
x/mnt 24x/menit 20x/menit 37x/menit TTV: 150/80
S= 370C S= 36 0C S= 360C S= 36,80C mmHg
TD= TD=
120/80mm 110/70mm
Hg Hg
BB/TB BB= 85 kg BB= - kg BB= 60 kg BB= 60 kg BB= 82 kg
TB= 1,55 TB= - cm TB= 156cm TB= TB= 145cm
cm ( Kondisi ( Kondisi 160cm ( Kondisi
( Kondisi Obesitas ) Obesitas ) ( Kondisi Obesitas)
Obesitas ) Obesitas)
Mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak anemis
anemis,secr anemis,secr anemis anemis
et tidak ada et tidak ada
Hidung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bersekret bersekret, bersekret bersekret bersekret
tidak ada
kelainan
penciuman
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab lembab, lembab, tidak
tidak tidak tidak tidak kesulitan
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan menelan
menelan menelan menelan menelan

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan dan
dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak tidak ada
ada ada ada ada pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran pembesara kelenjar
kelenjar kelenjar kelenjar n kelenjar limfe
limfe limfe limfe limfe
Dada Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
jantung dan jantung dan jantung dan jantung dan jantung dan
paru normal paru normal paru normal paru paru normal
normal
Abdomen Kembung Kembung Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tidak ada tidak ada keluhan keluhan keluhan
Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengka pembengka keluhan keluhan keluhan
kan, turgor kan, turgor
kulit baik, kulit baik,
Kaki Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada luka
pembengka pembengka keluhan keluhan alergi di kaki
kan, turgor kan, turgor
baik baik
Keadaan - - - - -
umum

7. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya:
Keluarga berharap BB anaknya bisa menurun
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu keluarga
untuk memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang tidak memiliki
kemampuan untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan dalam
lingkungannya.
B. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: Ketidakseimbang
Masukan energi yang melebihi
- An M.Z mengatakan an nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

porsi makannya 2 dari kebutuhan


piring tubuh Pembesaran dan penambahan
- Keluarga mengatakan jumlah sel lemak
anaknya sering makan
yang manis-manis
Obesitas
DO :
- An M.Z memiliki
kelebihan BB

8. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh di tandai dengan kelebihan
berat badan
C. Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

N Tujuan NOC NIC


O
1. setelah dilakukan Nutritiona I status: Weight Management
tindakan food and fluid Diskusikan bersama
keperawatan intake pasien mengenal
diharapkan status Nutritiona I status: hubungan antara
nutrisi seimbang nutrient intake makanan,
dan BB ideal. - Weight latihan peningkatan
Control BB dan penurunan BB
Setelah dilakukan Diskusikan bersama
tindakan pasien mengenai
keperawatan kondisi medis yang
ketidaksimbngan dapat mempengaruhi
nutrisi lebih teratasi BB
dengan criteria Diskusikan bersama
hasil pasien menganai
- Mengerti faktor kebiasaan, gaya hidup
yang meningkatkan dan faktor herediter
berat badan yang dapat
- Mengidentifikasi mempengahuhi BB
tingkah laku
dibawah control
klien
D. Implementasi dan Evaluasi
Tgl/Jam No. Tindakan Evaluasi Ttd
Dx
12-10-17 1 a. Memberikan a. Pasien menerima
(13.00) penyuluhan dan tentang anjuran
nasehat kepada pasien untuk menurunkan
agar melaksanakan berat badannya dan
diet teratur dan berkeinginan diet
optimal secara teratur
b. Menganjurkan b. Pasien masih
kepada pasien untuk tampak ragu untuk
berkonsultasi kepada berkonsultasi
ahli diet dengan ahli diet
karena belum
yakin apakah
BBnya bisa
kembali normal

c.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pengkajian pada Tn M.Z diperoleh data yang mana Tn M.Z memiliki TB 155
cm dan BB 55 kg dalam keterangan tersebut sudah jelas bahwa Tn M.Z mengalami kegemukan /
obesitas karena TB yang dimiliki tidak sesuai dengan BB yang dimilikinya.

Dalam melakukan Asuhan Keperawatan penulis juga memberikan penyuluhan


mengenai diet untuk mengurangi BB pada Tn M.T, penulis juga menyarankan agar berkolaborasi
/ berkonsultasi kepada ahli diet untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas mengenai pola
makan yang benar dan sesuai.

obesitas pola fungsi kesehatan pasien khususnya dalam beraktivitas tidak ada hambatan
dan pasien selalu aktif, akan tetapi setelah BB naik pasien cenderung malas dan cepat capek
dalam beraktivitas, begitu juga dengan pola istirahat ; pasien lebih sering mengantuk dan tidur
berlebihan. Dalam hal ini penulis menyarankan agar berolahraga teratur dan banyak latihan baik
dalam segi makanan ataupun gerak (aktivitas).

Dalam diagnosa yang diperoleh pasien tidak mengalami kesusahan dan hambatan
dalam beraktivitas karena BB yang dimiliki, disamping itu pasien juga kurang percaya diri
dengan penampilannya jika bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itu dari diagnosa
tersebut penulis memberikan support agar pasien menjaga pola makan dalam mengatasi BB,
penulis juga memberikan penyadaran bahwa postur tubuh yang dimiliki adalah anugerah dari
Tuhan yang patut disyukuri.

Setelah dilakukan perawatan dan beberapa penyuluhan pasien mengalami sedikit


perubahan diantaranya : mampu mengurangi porsi makanan dan menghindari makanan yang
banyak mengandung lemak ex : gorengan. Pasien juga mul;ai menyadari bahwa dia memiliki
tanggungjawab pada dirinya sendiri. Pasien juga mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain
dengan baik, akan tetapi pasien masih kurang yakin apakah BB kita diturunkan, penulis
menekankan agar pasien mengupayakan diet dan latihan dengan optimal dan teratur.
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan dan penyuluhan kepada pasien yang
bersangkutan penulis tidak menemui hambatan karena pasien bisa menerima dan memahami
informasi yang diberikan, akan tetapi menumbuhkan dan memberikan rasa percaya diri itu tidak
mudah kalau bukan individunya yang menyadari.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan.Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

Etiologinya yaitu masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh, penggunaan
kalori yang kurang, faktor lingkungan, faktor kesehatan, factor perkembangan,
aktivitas fisik.
Gejala obesitas antara lain : tubuh terlihat sangat gemuk, pertumbuhan tulangnya
lebih cepat matang, bentuk muka anak tidak proporsional, Terdapat timbunan lemak
pada daerah payudara, penis terlihat kecil, paha dan lengan atas besar dan lain lain.

Penatalaksanaannya dengan memperbaiki factor penyebab, memotivasi penderita,


memberikan diit rendah kalori yang seimbang, menganjurkan penderita untuk olah
raga yang teratur dan obat obatan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda J, Diagnosa Keperawatan EGC Jakarta, 1999

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan

NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

S-ar putea să vă placă și