Sunteți pe pagina 1din 13

JURNAL REVIEW

KLASIFIKASI ROBSON SEBAGAI PARAMETER


SEKSIO CAESARIA

Pembimbing :

Dr. Tigor Peniel Simanjuntak, Sp.OG

Oleh :
I Gusti Ayu Ratna Dewi

1361050238

KEPANITERAAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


PERIODE 24 JULI 30 SEPTEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017
ABSTRACT

Caesarean Section is defined as the birth of the fetus through an incision in the
abdominal wall (laparotomy) and uterus wall or hysterectomy. Rates of caesarean
section surgery is rising worldwide. Lack of a standardized internationally-
accepted classification system to monitor and compare CS rates is one of the
barriers to a better understanding of this trend. The Robsons 10-group
classification is based on simple obstectrical parameters (parity, previous CS,
gestational age, onset of labour, fetal presentation, and number of fetuses) and does
not involve the indication for CS. This classification has become very popular over
the last years in many countries. We conducted a systemic review to synthesize the
experience of users on the implementation of this classification and proposed
adaptations
Kata Kunci: Caesarean section, Robson classification

ABSTRAK

Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding


abdomen (laparotomy) dan dinding uterus atau histerektomi.
Kata Kunci: Sectio caesaria, Klasifikasi Robson
I. PENDAHULUAN

Sectio caesaria (SC) didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Dalam beberapa Commented [L1]: Obswil hal.568

tahun terakhir kecenderungan pilihan melahirkan dengan SC meningkat di berbagai


negara. Peningkatan tertinggi terjadi pada negara dengan penghasilan terendah. Commented [L2]: Recent way of evaluating caesarean birth
Commented [L3]: A review of caesarean sections using the ten-
Adanya peningkatan pilihan melahirkan dengan seksio sesaria di seluruh dunia group clasifiation system (Robson Classification) in the Korle-Bu
teaching hospital (KBTH), Accra, Ghana
telah menjadi sorotan dan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut World
Commented [L4]: (ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2010)
Health Organization (WHO), peningkatan persalinan dengan seksio sesaria di PERSENTASE OPEASI CAESARIA DI INDONESIA MELEBIHI STANDARD
MAKSIMAL, APAKAH SESUAI INDIKASI MEDIS?
seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di Commented [L5]:

seluruh Asia. Commented [L6]: bbons L, Belizn JM, Lauer JA,


Betrn AP, Merialdi M, Althabe F. The
global numbers and costs of additionally
Determinan tren peningkatan SC di seluruh dunia masih kontroversial. needed and unnecessary caesarean
sections performed per year: overuse as
a barrier to universal coverage
Beberapa penulis berargumentasi hal ini disebabkan karena peningkatan SC tanpa [Internet]. Vol. 30, World health report.
Geneva, Switzerland; 2010. 1-31 p.
disertai indikasi medis. Panduan nasional telah memperkuat hak ibu untuk Available from:
http://www.who.int/healthsystems/topics
menentukan cara persalinan asalkan mereka diberi konseling dengan tepat. Bagi /financing/healthreport/30Csectioncosts.
pdf
masyarakat awam, SC dianggap sebagai prosedur yang melindungi bayi dan ibu Commented [L7]: Use of The robson classification to assess
caesarean section trends in 21 countries: a secondary analysis of
dari kejadian yang tidak diinginkan. two WHO multicountry surveys
Commented [L8]: Methods of achieving and maintaining an
appropriate caesarean section rate
Di India, angka kejadian SC meningkat menjadi 28,1% dibandingkan tahun
1993-94 yaitu 21,8%. Pada tahun 2005 angka kejadian SC di US telah melebihi Commented [L9]:
Analysis of caesarean section rates using Robsons ten group
30%, dan Australia mencapai 29%. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan classification: the first step
Sowmya Koteshwara*, Sujatha M
Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan seksio sesaria
di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3 6,8 %. Seksio sesaria
di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa, yaitu 11% dibandingkan 3,9%. Hasil
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode seksio sesaria
sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%). Commented [L10]: Kementerian Kesehatan. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013
[Internet]. Jakarta: Badan Litbang
Kesehatan; 2013. Available from:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/do
wnload/rkd2013/LaporanRiskesdas2013.
PDF
WHO menetapkan standar rata-rata persalinan operasi sesar di sebuah negara
adalah sekitar 5 15% per 1000 kelahiran di dunia, dan tidak dibedakan antara Commented [L11]: Gibbons L, Belizn JM, Lauer JA,
Betrn AP, Merialdi M, Althabe F. The
negara maju atau berkembang, atau negara dengan angka kematian ibu/bayi rendah global numbers and costs of additionally
needed and unnecessary caesarean
sections performed per year: overuse as
atau tinggi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa angka kejadian SC lebih dari 15% a barrier to universal coverage
[Internet]. Vol. 30, World health report.
tidak ada kaitan dengan penurunan morbiditas dan mortalitas bagi ibu maupun Geneva, Switzerland; 2010. 1-31 p.
Available from:
bayi. http://www.who.int/healthsystems/topics
/financing/healthreport/30Csectioncosts.
Pdf
Heterogenitas dalam klasifikasi SC sebelumnya tidak memungkinkan untuk Caesarean section in peru: analysis of trendsusing the robson
classification system
dilakukan perbadingan yang valid. Terdapat berbagai kekurangan kejelasan
mengenai indikasi operasi dan riwayat obstetrik yang relevan. Oleh karena itu, pada Commented [L12]: A systematic review of the Robson
classification for caesarean section: what works, doesnt work, and
tahun 2001, Robson membentuk sistem klasifikasi baru yang disebut Sistem how to improve it
Commented [L13]:
Klasifikasi 10-Kelompok Robson yang berdasarkan karakteristik kehamilan. Di
Commented [L14]: Analysis of caesarean section rate
tahun 2015, WHO menetapkan klasifikasi Robson sebagai standar global untuk according to robsons 10 group classification
Commented [L15]: Classification of caesarean section in
menilai, memantau, dan membandingkan tingkat SC. Karakteristik yang digunakan Canada: the modified robson criteria

dalam klasifikasi ini yaitu: Commented [L16]:


Analysis of caesarean section rates using Robsons ten group
classification: the first step
Sowmya Koteshwara*, Sujatha M
(i) Kehamilan tunggal atau lebih
Commented [L17]: Caesarean Section in Peru: Analysis of
(ii) Nullipara, multipara, atau multipara dengan riwayat SC Trends Using the Robson Classification System.

(iii) Presentasi kepala, kaki, atau malpresentasi lainnya


(iv) Persalinan spontan atau dengan induksi
(v) Persalinan preterm atau aterm Commented [L18]: Analysis of caesarean section rate-
according to robsons group classification

Tulisan ini akan membahas secara khusus tentang seksio sesaria berdasarkan
Klasifikasi Robson.
II. DISKUSI

II.1 PRINSIP SISTEM KLASIFIKASI

Prinsip utama dari seluruh sistem klasifikasi bergantung kepada tujuan

daripada pengelompokannya. Tujuan tersebut harus menentukan bagaimana

klasifikasi tersebut terstruktur. Pada dunia kesehatan, pengklasifikasian secara

garis besar bertujuan untuk meningkatkan perhatian. Hal ini penting untuk

diingat, karena bagaimana pun bentuk klasifikasi didesain, pada sebagian besar

kasus, kategori atau kelompok klasifikasi perlu

II.2 INDIKASI SC

Seksio Caesaria (SC) pada dasarnya merupakan prosedur yang

menyelamatkan nyawa dalam rangka menurunkan mortalitas maternal dan fetal.

Namun, dalam 50 tahun terakhir, beberapa faktor, termasuk perkembangan

teknik pembedahan, teknik anestesi, demografi, dan faktor nutrisional, sistem

kesehatan, dan perhatian malpraktik telah meningkatkan frekuensinya. Commented [L19]: Medical audit using the Ten group
classification system and its impact on the caesarean section rate

Keputusan untuk melakukan SC terutama didasarkan kepada apa yang

terbaik atau dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, sehingga indikasi SC

dapat dibagi menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif. Pada SC elektif,

keinginan ibu tanpa disertai indikasi medis dikelompokkan sebagai indikasi

terpisah. Commented [L20]: Indications for and Risks of Elective


Cesarean Indication

II.2 INSIDENSI SC BERDASARKAN KLASIFIKASI ROBSON


Insidensi SC kerap meningkat di seluruh dunia, baik pada negara dengan

pendapatan tinggi maupun rendah. Penyebab utama peningkatan SC ini masih

belum dapat dijelaskan. Commented [L21]: Caesarean section in peru: analysis of


trends using the robson classification system

Rentang yang sesuai untuk SC di suatu negara tetap menjadi masalah

perdebatan. Batas minimum yang disarankan berkisar dari minimal 1% sampai

target optimum 5% untuk menghindari kematian dan morbiditas berat pada ibu.

Meskipun angka ini merupakan perkiraan bagus berdasarkan tingkat komplikasi

pada ibu dan pada data historis, apakah frekuensi intervensi cukup untuk

mencegah kematian perinatal yang dapat dihindari tidak diketahui. Batas atas

yang direkomendasikan paling terkenal adalah 15%, disarankan oleh WHO. Commented [L22]: Caesarean section: the paradox

Frekuensi diantara 5 10% memiliki hasil yang paling optimal, sedangkan <1%

maupun >15% dapat memberikan hasil yang lebih buruk dibandingkan baiknya.

Dalam rangka mengimplementasikan pengukuran efektif untuk

menurunkan atau meningkatkan angka kejadian SC bila dibutuhkan, pertama-

tama adalah mengidentifikasi ibu kelompok mana yang menjalani SC, kedua,

mengetahui apa alasannya. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa sistem

klasifikasi SC telah dibuat dan digunakan untuk berbagai tujuan. Pada tahun

2011, tinjauan sistematis pada klasifikasi yang tersedia menyumpulkan bahwa

klasifikasi Robson (atau juga dikenal 10-kelompok) adalah klasifikasi terbaik

untuk memenuhi kebutuhan lokal dan internasional. Pada tahun 2015, WHO

menyatakan sistem klasifikasi Robson sebagai standar global untuk menilai,

memantau, dan membandingkan angka kejadian SC. Commented [L23]: Caesarean section in peru: analysis of
trends using the robson classification system
Sistem klasifikasi Robson bersifat sederhana, tegas, relevan secara medis,

dan prospektif, yang membagi ibu ke dalam 10 kelompok berdasarkan 5

karakteristik obstetrik, yaitu:

1. Nulipara, bayi tunggal, presentasi kepala, aterm, lahir spontan

2. Nulipara, bayi tunggal, presentasi kepala, aterm, lahir dengan induksi

3. Multipara, tidak ada perlukaan intrauterine, bayi tunggal, presentasi kepala,

aterm, lahir spontan

4. Multipara, tidak ada perlukaan intrauterine, bayi tunggal, presentasi kepala,

aterm, lahir dengan induksi

5. Multipara, terdapat perlukaan intrauterine, bayi tunggal, presentasi kepala,

aterm

6. Nulipara, janin tunggal, sungsang

7. Multipara, janin tunggal, sungsang (termasuk ibu dengan perlukaan uterus)

8. Seluruh ibu dengan kehamilan multipel (termasuk ibu dengan perlukaan

uterus)

9. Seluruh ibu dengan janin tunggal, posisi oblique atau melintang (termasuk

ibu dengan perlukaan uterus)

10. Seluruh ibu dengan janin tunggal, presentasi kepala, preterm (termasuk ibu

dengan perlukaan uterus) Commented [L24]: Caesarean section in peru: analysis of


trends using the robson classification system

Meskipun demikian, peningkatan angka kejadian SC tidak dapat

dipandang sebagai satu-satunya perubahan dalam lingkungan sosial. Sebaliknya,

hubungan faktor finansial, sosial, dan budaya memiliki peran penting. Faktor-
faktor ini, bersamaan dengan persepsi publik bahwa SC sekarang adalah

prosedur bebas risiko, dapat berkontribusi terhadap peningkatan SC. Commented [L25]: Indications for and Risks of Elective
Cesarean Section

II.3 KEKURANGAN KLASIFIKASI ROBSON

II.4 KOMPLIKASI

SC adalah prosedur bedah dengan sejumlah komplikasi yang potensial

untuk ibu dan bayi. Terpisah dari risiko intraoperatif (infeksi, kerusakan organ,

transfuse darah), banyak efek samping dapat terjadi pada saat post partum,

seperti komplikasi thromboemboli. Khususnya, komplikasi yang berhubungan

dengan kehamilan selanjutnya perlu disebutkan: ruptur uteri, infertilitas, atau

bahkan anomali plasenta seperti plasenta previa, inkreta, atau akreta. Commented [L26]: Indications for and Risks of Elective
Cesarean Section

Beberapa tahun terakhir ini, disebutkan terdapat sejumlah risiko yang

terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan SC elektif: perkembangan asma

bronkial, diabetes mellitus tipe 1, dan rhinitis alergi. Namun hal ini masih

bersifat kontroversial, karena data yang kurang memuaskan. WHO menyatakan

berdasarkan penilitan dasar dari komplikasi maternal dan fetal diantara tahun

2004 dan 2008 pada 24 negara, SC berhubungan dengan peningkatan risiko

pada ibu dan bayi, dibandingkan dengan pelahiran pervaginam. Oleh karena itu Commented [L27]: Indications for and Risks of Elective
Cesarean Section

SC semestinya dilakukan hanya bila ada keuntungan yang signifikan.

II.3 RENCANA STRATEGI


Berbagai macam pendekatan telah berhasil menurunkan angka kejadian SC dari

26 ke 12%, dari tahun 1986 ke 1996 dan dipertahankan stabil sampai tahun 1999.

Strategi termasuk pelatihan terhadap staff baru, implementasi protokol standar

terhadap segala indikasi mayor SC (distosia, riwayat SC, presentasi kaki, fetal

distress), audit seluruh kelahiran rutin, diskusi kolegial dari kasus-kasus

kompleks. Commented [L28]: Comparative analysis of caesarean delivery


rates over a 10-year period in a single institution using 10-class
classification
III. KESIMPULAN

1. Penegakkan diagnosis malaria pada kehamilan dapat menggunkan RDT

(Rapid Diagnostic Test) dan dengan pemeriksaan mikroskopik sebagai

gold standard.

2. Terdeteksinya infeksi malaria secara dini, dan melakukan pengobatan

secara tepat dapat menurunkan risiko terjadinya placental malaria,

trombositopenia, anemia, IUGR, dan abortus spontan.

3. Pengobatan pada trimester I pada infeksi P. Vivax dapat menggunakan

quinine/ kina oral 10mg/kgBB/kali 3 kali sehari selama 7 hari. Untuk

infeksi P.Falciparum penggunaan kina dengan dosis sama ditambah

dengan klindamisin 10mg/kgBB/kali 2 kali sehari selama 7 hari.

4. Pengobatan pada trimester II dan III pada infeksi P. Vivax dan

P.Falciparum sama, dapat diberikan ACT (Artemisin Combination

Therapies) Dengan dosis dihydroartemisinin (DHP) 2-4 mg/kgBB dan

Piperakuin 16-32 mg/kgBB selama 3 hari

5. Dalam persalinan perlu dimonitoring baik ibu maupun janinnya, cara

persalinan tergantung dari indikasi obstetrik.

6. Pencegahan malaria pada kehamilan dapat dilakukan dengan menghindari

gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu dan direkomendasikan

pemberian obat preventif, yaitu satu dosis sulfadoxine/pyrimethamine

pada kehamilan trimester dua dan satu dosis lagi pada awal trimester

ketiga.
7. Pengobatan pada saat menyusui dapat diberikan klorokuin dengan dosis

25 mg/KgBB/kali selama 3 hari dan ditambah dengan primaquin

0,25mg/KgBB/kali selama 14 hari .


DAFTAR PUSTAKA

1. Yunarko Rais. Respon Imun terhadap Infeksi Parasit Malaria. Jurnal


Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2; 2014 : 45 - 52
2. Hasyim H, Camelia A, Fajar NA. Determinan kejadian malaria di Wilayah
Endemis. National Public Health Jurnal, vol. 8 no. 7; Februari 2014: 367
3. Romi Teuku. Malaria dan Permasalahannya. Jurnal Kedokteran Syahkuala
Vol. 11 No. 2, Agustus 2011
4. Poespoprodjo JR. Malaria dalam Kehamilan: Skrining Malaria dan
Pengobatan yang Efektif. Epidemiologi Malaria di Indonesia; April 2015:
Kementrian kesehatan RI. ISSN 2088-270X
5. Malaria in Pregnant Woman. World Health Organization; May 2017.
6. Diagne N, Rogier C, Sokhna C, Tall A, Fontenille D, et al. High Malaria
Risk in Pregnancy Continues Early Postpartum. The New England Journal
of Medicine. 2010 September; 343:598-603
7. Sharifi B, Mood. Malaria in Pregnant Woman. International Journal
infection. 2015 July; 2(3):e22992
8. Dellicour S, Tatem AJ, Guerra CA, Snow RW. Quatifying the number of
pregnancy at risk of malaria in 2007: a demographic study. Plos Med. 2010
July; e1000221
9. Mclean A, Ataide R, Simpson JA, Beeson JG, Fowkes FJ. Malaria and
immunity during pregnancy and postpartum a tale of two species.
Cambridge University Press. 2015 March 3. 10.1017/ S0031182015000074
10. Barcus MJ, Basri H, Picarima H, Manyakori C, Sekartuti. Demographic risk
factor for severe and fatal vivax and falciparum malaria among hospital
admission in northeastern Indonesia Papua. American Journal of Tropical
Medicine and Hygiene. 2007. 77, 984-911
11. Anstey NM, Douglas NM, Poespoprodjo JR, Price RN. Plasmodium vivax:
clinical spectrum, risk factors and pathogenesis. Advance in Parasitology.
2012. 80, 151-201
12. Pearson RD. Parasites, pregnancy,prolactin and pandemics. Trends
Parasitol 2005; 21: 5556.
13. Shulman CE, Marshall T, Dorman EK, et al. Malaria in pregnancy: adverse
eff ects on haemoglobin levels and birthweight in primigravidae and
multigravidae. Trop Med Int Health 2001; 6: 7708
14. Rusjdi S. Malaria pada masa kehamilan. 2012 Desember. Majalah
Kedokteran Andalas No.2. Vol.36.
15. Boel ME, Rijken MJ, Leenstra T, Phyo AP, Pimanpanarak M, et al. Malaria
in the post-partum period: a prospective Cohort Study. PLOS: neglected
Tropical Disease. 2013 March 13. 10.1371-0057890
16. Djabanor J, Quansah E, Asante D. Effects of Malaria in pregnancy (MiP)
on Pregnancy Development and its Outcome: a Critical Review. 2017 April.
Journal of Applied Biology & Biotechnology. Vol. 5 (02), pp. 008-016
17. Abdalla S, Pasvol G: Platelets and blood coagulation in human malaria. In
the Haemotology of malaria. Edited by: Newton PN, Essien E. London
Imperial College Press; 2010: 249-276.
18. Saw OT, McGready R, Zwang J, Pimanpanarak M, Sriprawat K, et al.
Thrombocytopaenia in pregnant women with malaria on the Thai-Burmese
border. Malaria Journal. October 2011
19. Webert KE, Kelton JG. Disorders of platelet number and fuction . Oxford
Textbook of Medicine Volume.3. 4th edition. Edited by, Warrel DA, Cox
TM, Firth JD. Oxford: Oxford University Press; 2012: 748-749
20. Suparrman Eddy, Suryawan Aloysius. Malaria pada kehamilan. JKM Vol.
4 no.I. Juni 2004.
21. Senga EL, Harper G, Koshy G, Kazembe PN, Brabin BJ. Reduced Risk for
Placental Malaria in Iron Deficient Women. Malaria Journal. 2011. 10:47
22. (8.2) Syarifuddin DAR. The burden of malaria in pregnancy in south west
sumba and jayapura district, Papua in Eastern Indonesia. Jakarta: UNICEF,
2010.
23. The diagnosis and treatment of malaria in pregnancy. Royal College of
Obstetricians & Gynaecologist. April 2010. Green-top Guideline No. 54b
24. Ahmed R, Levy E, Maratina S, Jong J, Asih P, et al. Performance of four
HRP-2/ pLDH combination rapid diagnostic test and field microscopy as
screening test for malaria in pregnancy in indonesia: a cross sectional study.
Malaria Journal; 2015: 14: 420
25. Morof Diane, Carrol Dale. Pregnant Travelers. Centers for Disease Control
and prevention. 2017 june 13. Yellow Book, Chapter 8(17)
26. C.Menendez, J.Ordi, M.R.Ismail, P.J.Ventura, J.J.Aponte, E.Kahigwa,
F.Font, P.L.Alonso. The Impact of Placental Malaria on Gestational Age
and Birth Weight. J Infect Dis, 2012 : 181 (5): 1740-1745.
27. Deloron P, Gwladys B, Briand V, Massougbodji A, Cot M. Sulfadoxine/
Pyrimethamine Intermittent Preventive Treatment for Malaria during
Pregnancy. National Center for Biotechnology Information. Emerging
Infectious Diseases; November 2010: (11): 16661670.
28. Arguin Paul M, Tan Kathrine R. Chemoprophylaxis During Pregnancy and
Breastfeeding in Malaria. Centers for Disease Control and prevention. 2017
june 12; Yellow Book, Chapter 3(83)

S-ar putea să vă placă și