Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan semester genap
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 21 / PERIKANAN C
VADHILAH SAVETRI 230110150181
DEVA LEONARD MOKESH 230110150194
MUTHIA NURLESTARI PUTRI 230110150197
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN. ........................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan .................................................................................... 3
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Habitat dan Penyebaran Ikan Mas .............................................. 3
2.2 Biologi Ikan Mas ........................................................................ 3
2.2.1 Morfologi Ikan Mas. ................................................................... 3
2.2.2 Klasifiksasi Ikan Mas.................................................................. 4
2.3 Pertumbuhan ............................................................................... 5
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan. ................................ 6
2.3.2 Hubungan Panjang dan Bobot. ................................................... 6
2.3.3 Faktor Kondisi ............................................................................ 8
2.4 Reproduksi .................................................................................. 9
2.4.1 Rasio Kelamin............................................................................. 10
2.4.2 Tingkat Kematangan Gonad. ...................................................... 10
2.4.3 Indeks Kematangan Gonad. ........................................................ 13
2.4.4 Hepatosomatic Indeks. ................................................................ 14
2.4.5 Fekunditas. .................................................................................. 14
2.4.6 Tingkat Kematangan Telur. ........................................................ 15
2.4.7 Diameter Telur. ........................................................................... 17
2.5 Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan .................................... 18
2.5.1 Indeks Preponderan..................................................................... 19
2.5.2 Indeks Pilihan. ............................................................................ 19
2.5.3 Tingkat Trofik. ............................................................................ 20
2.5.4 Kebiasaan dan Cara Makan Ikan Mas. ....................................... 20
2.6 Parameter Penunjang Fisik dan Kimiawi Kualitas Air ............... 22
2.6.1 Suhu ............................................................................................ 22
2.6.2 Penetrasi Cahaya ......................................................................... 22
2.6.3 Derajat Keasaman (pH) .............................................................. 23
2.6.4 Dissolved Oxygen (DO) .............................................................. 23
ii
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 24
3.2.1 Alat-alat Praktikum ..................................................................... 24
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum .............................................................. 24
3.3 Metode Praktikum....................................................................... 24
3.4 Prosedur Praktikum..................................................................... 25
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................ 27
3.5.1 Hubungan Panjang dan Bobot. ................................................... 27
3.5.2 Faktor Kondisi. ........................................................................... 27
3.5.3 Rasio Kelamin............................................................................. 28
3.5.4 Tingkat Kematangan Gonad. ...................................................... 28
3.5.5 Indeks Kematangan Gonad. ........................................................ 28
3.5.6 Hepatosomatik Indeks................................................................. 29
3.5.7 Fekunditas. .................................................................................. 30
3.5.8 Diameter Telur. ........................................................................... 30
3.5.9 Tingkat Kematangan Telur. ........................................................ 31
3.5.10 Kebiasaan dan Cara Makan. ....................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
demikian dapat juga memperkirakan aspek reproduksi ikan, kebiasaan makan ikan
(Emdany 2000).
Pentingnya melakukan pengamatan aspek biologis pada ikan mas ini yaitu
menambah pemahaman tentang biologi perikanan yang merupakan salah satu
upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis dan menduga
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Sehingga dengan demikian dapat
melihat jumlah stok yang ada di alam berdasarkan ukuran ikan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui pola pertumbuhan dari ikan mas
2. Mengetahui rasio kelamin dari ikan masa
3. Mengetahui kebiasaan makan dari ikan mas
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui aspek
pertumbuhan, reproduksi dan kebiasaan makan ikan mas yang dapat menjadi
dasar dalam budidaya ikan mas. Pentingnya pemahaman tentang biologi
perikanan merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam
menganalisis dan menduga pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Sehingga
dengan demikian dapat melihat jumlah stok yang ada di alam berdasarkan ukuran
ikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
disembulkan (protektil). Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut, secara
umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran
besar dan digolongkan kedalam sisik tipe cycloid, sirip punggungnya (dorsal)
memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir bergerirgi.
Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip
duburnya (anal) mempunyai ciri-ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras
dan bagian akhirnya bergerigi. Garis gurat sisi (linea lateralis) berada di
pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor. (Amri 2008)
zooplankton cukup tinggi bila ikan mas hidup di dalam kolam dimana stok
plankton memiliki densitas yang tinggi. Terkadang ikan mas juga menkonsumsi
ranting, daun, dan biji-bijian dari tumbuhan air maupun darat, tumbuhan akuatik
yang membusuk, dan lain-lain (Peteri 2004).
Ikan mas yang dibudidayakan di kolam-kolam budidaya dapat dikawinkan
sepanjang tahun tanpa harus menunggu musim kawin terlebih dahulu, sedangkan
di alam seperti sungai, danau maupun wilayah yang digenangi air lainnya, ikan
mas akan memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan. Ikan mas
biasanya memijah pada perairan dangkal, setelah terjadi kekeringan selama
musim kemarau. Ikan mas menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau
rerumputan di tepian perairan (Susanto 1993).
Indukan betina akan mengeluarkan telur 100 sampai 230 g/kg berat
tubuhnya. Telur-telur tersebut akan menempel pada substrat berupa tumbuhan air,
dan setelah terjadi kontak dengan air telurtelur tersebut akan bersifat adesif
kemudian mengembang 3 4 kali dari ukuran sebelumnya. Perkembangan embrio
membutuhkan waktu sekitar 3 hari di dalam perairan dengan suhu berkisar antara
20 23C dengan total energi yang dibutuhkan 60 70 derajat/hari (degree-days).
Anak ikan (fry) yang baru menetas akan tetap menempel pada substrat dan
bertahan hidup dengan cadangan makanan dari kuning telur. Setelah tiga hari
menetas kandung kemih renang pada bagian posterior mengalami perkembangan,
larva ikan mas akan dapat berenang secara horizontal dan mulai menkonsumsi
makanan dari luar dengan ukuran maksimum antara 150 180 m (sesuai dengan
bukaan mulut) yang sebagian besar adalah kalangan rotifer (Peteri 2004).
2.3 Pertumbuhan
Menurut Affandi (2002), pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah
individu/biomas pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
factor luar dan factor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan,
sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).
6
( ) ( )
=
( ) ( )
( )
=
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi 1997) :
Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang
seimbang dengan pertambahan berat).
Bila b 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik;
- Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang,
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok.
- Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat,
menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji
dibandingkan dengan nilai pada selang kepercayaan 95%. Pengambilan
keputusannya adalah jika > maka tolak hipotesis nol (0) dan jika
< berarti gagal menolak hipotesis nol (0) (Walpole 2001).
8
yaitu berat yang berdasarkan pengamatan dibagi dengan berat yang berdasarkan
pada dugaan berat dan panjangnya yaitu panjang berdasarkan kelompok umur,
kelompok panjang tertentu atau sebagian dari populasi. Menurut Carlender (1968)
dalam Effendie (1997) faktor kondisi relative tidak cocok untuk membandingkan
diantara populasi.
Deviasi Kn dari nilai 1 menerangkan semua variasi yang tidak berhubungan
dengan berat yang menghasilkan faktor kondisi K kecuali kalau n sama dengan
3 dimana hal ini jarang sekali terjadi. Kn yang didapatkan oleh Palulu (1963)
berfluktuasi dengan ukuran ikan. ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi
relative yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah besar. Hal ini
berhubungan dengan perubahan makanan ikan tersebut yang berasal dari ikan
pemakan plankton berubah menjadi ikan pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal
demikian dapat terjadi pula apabila ada perubahan kebiasaan dari perairan estuary
ke perairan laut. Peninggian nilai Kn terdapat pula pada waktu ikan mengisi
gonadnya dengan cell sex dan akan mencapai puncaknya sebelum terjadi
pemijahan. Fluktuasi nilai Kn juga dapat dilihat secara bulanan dalam tempo satu
tahun atau lebih.
2.4 Reproduksi
Ikan mas jantan yang berumur sekitar 9 bulan umumnya sudah siap
memijah (matang gonad), sedangkan pada ikan betina kematangan tersebut
dicapai pada umur 12 bulan. Pemijahan terjadi sepanjang tahun, tidak tergantung
musim dan secara alami terjadi pada tengah malam sampai fajar. Menjelang
memijah, induk-induk menunjukkan sifat yang lebih agresif. Di alam, misalnya di
perairan umum, sebelum memijah biasanya ikan mas akan mencari tempat yang
rimbun dengan tanaman air. Substrat (tanaman air) itu merangsang pemijahan dan
digunakan sebagai tempat meletakkan telur-telurnya yang memiliki daya rekat
tinggi. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening, berukuran 1,5 1,8 mm dengan
berat 0,17 0,20 mg.
10
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad (gram)
Bt = Berat Tubuh (gram)
14
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bt = Berat Tubuh (gram)
2.4.5 Fekunditas
Semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan disebut
fekunditas. Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium
ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur
yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus
diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan
kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan
dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah.
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas
mutlak atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran
telur, yaitu telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang
berukuran besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan
dikeluarkan pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi perairan
baik telur yang sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar
(Nickolsky dalam Effendi, 1979).
Nikolsky (1969) selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu
adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula.
Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil.
Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan
pada tahun berikutnya.
15
c. Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur dihitung.
Dengan bantuan rumus berikut ini :
=
Keterangan:
F = fekunditas jumlah total telur dalam gonad
G = bobot gonad setiap ekor ikan
g = bobot sebagian gonad (gonad contoh)
n = jumlah telur dari (gonad contoh)
Komponen utama telur adalah kuning telur yang merupakan sumber energi
material bagi embrio yang sedang berkembang, jumlah dan mutu kuning telur
sangat menentukan keberhasilan perkembangan embrio dan pasca embrio.
Vitamin E yang diberikan dalam pakan induk mempunyai suatu peranan penting
dalam proses reproduksi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas telur,
daya tetas telur dan kelangsungan hidup larva.
yang diberikan kepada induk, baik protein, lemak maupun unsur mikronutrien,
sedangkan komponen utama bahan baku telur adalah protein, lipida, karbohidrat
dan abu. Induk ikan gurame yang diberi pakan yang mengandung vitamin E
menghasilkan ukuran diameter telur yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa
diberi perlakuan vitamin E. Hal yang sama juga pada ikan patin, dimana induk
yang pakannya ditambah vitamin E menghasilkan diameter telur rata-rata lebih
besar bila dibandingkan dengan yang tanpa diberi vitamin E.
Vi x Oi
IPi = n 100%
Vi x Oi
i=1
Keterangan:
Ipi = Indeks Preponderam
Vi = Presentase volume satu macam makanan
Oi = Presentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(VixOi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
Ttp x li
= 1 + ( )
100
Ikan ini tidak memiliki gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat
menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tak mempunyai lambung yang benar
(yaitu bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekskresi asam,
mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat pencerna makananya).
Ususnya panjang berliku-liku dindingnya tipis.
b. Karnivor
Ikan ini memiliki gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa
dan jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut,
dan menggilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan
elastis.
c. Omnivora
Ikan omnivora adalah ikan yang memakan sembarang materi dengan ukuran
tertentu yang bisa masuk kedalam mulutnya. Ikan ini memiliki penyesuaian yang
baik dengan berbagai makanan yang diberikan.
Ikan Mas termasuk kedalam golongan omnivora dan sangat rakus. Ia
gemar mengaduk-aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan alaminya
meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan
organisme lainnya yang ada di perairan baik yang terdapat pada dasar perairan,
pertengahan maupun permukaan air (Zonneveld dkk. 1991).
Feeding habits adalah waktu, tempat dan cara makanan didapatkan
(Effendie 2002). Apabila melihat dari morfologi, ikan mas memiliki mata yang
besar yang menandakan ikan mas mengandalkan penglihatannya untuk mencari
makan dan berarti ikan mas mencari makan pada waktu terang. Ikan mas juga
mencari makan dengan menyapu bagian dasar perairan. Untuk mencari makan
ditandai dengan adanya misai didekat mulutnya, untuk merasakan adanya
makanan pada dasar perairan.
22
2.6.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas,
mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang
penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun
tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi
kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolisme, misalnya
dalam hal respirasi. Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu
mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini
dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu, Hukum Toleransi Shelford. Dengan alat
yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas
respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan
respirometer sederhana (Amdah, 2011).
Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar 20-28oC dan
akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah dari
pada suhu tersebut. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat apabila suhu
dibawah 13oC dan ikan akan berhenti makan apabila suhu dibawah 5oC. (Mones,
2008)
mas termasuk jenis ikan diurnal, sehingga aktifitas makan ikan mas akan
meningkat pada siang hari.
3.2.2 Bahan :
1. Ikan mas (Cyprinus carpio)
2. Akuades 10 ml, untuk melarutkan isi usus
3. Larutan Serra, untuk mengamati kematangan telur ikan
4. Larutan Acetokarmin untuk menentukan sel gonad ikan
24
25
jantan dan betina dan fekunditas untuk ikan betina. Pegamatan usus ikan mas
bertujuan untuk mengetahui food and feeding habits dari ikan mas yang diamati.
=
.
Keterangan :
K = Faktor Kondisi
W = Bobot ikan (gram)
L = Panjang Total
a = Intercept
b = Slope
= %
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bt = Berat Tubuh (gram)
3.5. Fekunditas
Fekunditas individu dihitung berdasarkan metode gravimetric (Effendie
1992) dengan bentuk rumus :
=
Keterangan:
F = Jumlah total telur dalam gonad (fekunditas)
G = Bobot gonad tiap satu ekor ikan
g = Bobot sebagian gonad (sampel) satu ekor ikan
n = Jumlah telur dari sampel gonad
Fekunditas ikan juga dapat dihitung berdasarkan metode volumetric
(Effendie 1997) dengan bentuk rumus :
X: x=V:v
Keterangan :
X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas)
x = Jumlah telur dari sebagian gonad
V = Volume seluruh gonad
v = Volume sebagian gonad contoh
Keterangan:
Ipi = Indeks Preponderam
Vi = Presentase volume satu macam makanan
Oi = Presentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(VixOi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
4.2 Pertumbuhan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, ikan mas yang diukur panjang
dan berat tubuhnya, memiliki ukuran yang berbeda-beda antara ikan yang satu
dengan ikan yang lainnya. Dalam hal ini, hasil pengukuran panjang dan berat
setiap kelompok berbeda-beda, dikarenakan oleh faktor internal dan faktor
internal. Faktor internal termasuk kedalam faktor yang suit untuk dikendalikan
yang meliputi keturunan, parasit, sex, umur, dan penyakit. Sedangkan faktor
eksternal yang utama meliputi kondisi perairan dan makanan. Makanan dengan
kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari ikan tersebut,
sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh (Effendie 2002).
Sifat pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu isometric dimana pertumbuhan
panjang dan berat ikan seimbang dan alometric dimana pertumbuhan panjang
dan berat ikan tidak seimbang (Effendie 2002).
33
34
tubuh dan pergerakan. Terakhir faktor parasit dan penyakit dapat mempengaruhi
pertumbuhan jika alat pencernaan atau organ vital lainnya terserang, sehingga
efisiensi makanan yang berguna bagi pertmbuhan berkurang. Faktor luar lainnya
yang mempengaruhi yaitu kualitas air, misalnya suhu, oksigen terlarut dan
karbondioksida.
4.3 Reproduksi
Ikan mas yang diamati kelompok berasal dari ciparanje dengan jenis
kelamin jantan. Berdasarkan hasil pengamatan reproduksi ikan Mas oleh
kelompok, diperoleh hasil sebagai berikut :
Rasio Kelamin
23%
1 2
77% 1 Jantan
2 Betina
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, presentasi rasio kelamin jantan dan
betina adalah 77% dan 23 %. Jika melihat dari grafik tersebut dikatakan bahwa
rasio kelamin jantan lebih besar daripada rasio kelamin betina, sehingga dapat
diambil hipotesa bahwa populasi jantan tidak seimbang dengan betina yaitu H1.
Berdasarkan perhitungan Chi-Square didapatkan nilai xhitung sebesar 20.63 dan
xtabel nya 3.84, dapat dikatakan bahwa nilai xhitung lebih besar dari nilai
xtabel sehingga hipotesa yang diambil diterima dan menolak H0 yang
mengatakan bahwa populasi ikan jantan dan betina seimbang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rasio antara ikan jantan dan ikan betina.
mengisi hingga duapertiga bagian rongga perut, berwarna kuning, butiran telur
lebih mudah dipisahkan, diameter telur sekitar 26-30 nm.
Data THG V, terdapat empat kelas ikan jantan yaitu kelas tiga sebanyak
satu ekor, kelas empat sebanyak satu ekor, kelas lima sebanyak dua ekor, dan
kelas enam sebanyak dua ekor. Ikan betina dari TKG V hanya satu kelas yaitu
dari kelas lima sebanyak satu ekor, dapat dikatakan TKG V karena ovary
mengecil dan mengisi dari setengah bagian rongga perut, berwarna jingga, butiran
telur lebih mudah dipisahkan, dan diameter telur sekitar 26-30 nm.
Berdasarkan grafik diatas (gambar 4.4), dapat dilihat bahwa mayoritas
ikan mas yang diuji sedang berada ditahap Perkembangan II (TKG IV) jantan
maupun betina nya dengan mayoritas berada di interval 108-125. TKG juga dapat
diketahui dari nilai-nilai yang dapat dihubungkan dengan tingkat kematangan
gonad yaitu Indeks Kematangan Gonad (IKG), yang merupakan persen
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Dasar yang dipakai untuk
menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk,
ukuran panjang dan berat gonad, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat
dilihat.
Ikan yang kami amati memiliki nilai IKG sebesar 3,55% hal ini dapat
dikatakan bahwa ikan kami belum siap memijah karena masih dalam tahap
berkembang dan nilai IKG masih dibawah 19%
benthos, bagian hewan, bagian tumbuhan, detritus dan ikan. Berdasarkan jenis
makanannya ikan digolongkan kedalam tiga kelompok bagian yaitu kelompok
ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivor), pemakan daging (karnivor) dan
kelompok pemakan segala (omnivor).
Pada pengamatan diperoleh data jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan
mas yang berasal dari Ciparanje yaitu berupa Fitoplankton, Zooplankton, Bagian
Hewan, Bagian Tumbuhan dan Detritus. Hal ini dapat disebabkan karena ikan
mas memakan apa saja yang ada di perairan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makanan ikan diantaranya penyebaran suatu organisme makanan dan
ketersediaan makanan di lingkungan perairan tersebut (Effendie 2002).
Penyebaran jenis makanan yang paling banyak di suatu perairan akan
menyebabkan pengambilan dari jenis makanan tersebut bertambah (Effendie
1979).
14%
11%
2% 2% 0% 3% 1% 3% 3%
0% 0% 2% 0% 0% 0%
25% berarti pakan itu merupakan pakan utama. Lalu Platyhelmintes dan Bagian
tumbuhan memiliki nilai IP 11% dan 14% yang dapat dikatakan bahwa kedua
pakan tersebut merupakan pakan pelengkap karena memiliki nilai IP 5% IP
25%. Dan sisanya memiliki nilai dibawah 5% yang berarti pakan tersebut
platmerupakan pakan tambahan seperti yang dikatakan Nikolsky (1963).
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Ikan Mas merupakan hewan
omnivora karena pakan utama yang dikonsumsi berupa fitoplankton
(Chlorophychae) dan bagian tumbuhan. Dilihat dari pakan tambahannya pun Ikan
Mas memakan Platyhelminthes dan bagian tumbuhan. Dalam keadaan lingkungan
pun menyatakan bahwa ikan mas adalah ikan carnivore yang cenderung herbivore.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan Nur Sejati (1979),
kelompok alga benang dan crustacean merupakan makanan utama untuk ikan
mas, disusul dengan bagian tanaman, diatom, protozoa rotifer dan algae bukan
benang.
menyatakan bahwa Ikan Mas termasuk kedalam golongan omnivora dan sangat
rakus. Ia gemar mengaduk-aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan
alaminya meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva
serangga dan organisme lainnya yang ada di perairan baik yang terdapat pada
dasar perairan, pertengahan maupun permukaan air.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran dari praktikum mengenai analisis aspek biologi ikan mas adalah :
44
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air.University Riau Press. Riau.
217 p.
Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme
Carlander, K.D., 1969. Handbook of freshwater fishery biology, volume 1. The
Iowa State University Press, Ames. Iowa. 752 p
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Jogjakarta.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta
__________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
__________. 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri,
Bogor.
Emdany. 2000. Biologi Reproduksi Ikan lele Dari Perairan Muara Sungai
Rokan. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Riau,bPekanbaru.
Flajshans, M. and G. Hulata. 2007. Common Carp Cyprinus carpio. Genimpact
Final Scientific Report p: 32-39.
Herawati, T. 2017. Metode Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran. UNPAD Press. Bandung.
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Fishing News Book Ltd., London. 436
hlm. Jakarta. 83 hal. Inc. London
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Freswater Ecology, Principle, and Aplications.
John Wiley and Sons, Chichester, UK.
45
46
Pinset Benang
Ikan Mas
50
B. TKG
53
C. IKG
Jumlah Persentase
Kelas ke- Interval Rata-rata
(ekor) (%)
1 130-141 135.5 1 1%
2 142-153 147.5 0 0%
3 154-165 159.5 4 6%
4 166-177 171.5 7 10%
5 178-189 183.5 14 20%
6 190-201 195.5 24 34%
7 202-213 207.5 15 21%
8 214-225 219.5 5 7%
Total 70 100%
Jumlah Persentase
Kelas ke- Interval Rata-rata
(ekor) (%)
1 36-54 45 1 1%
2 55-73 64 3 4%
3 74-92 83 6 9%
4 93-111 102 15 21%
5 112-130 121 22 31%
6 131-149 140 17 24%
7 150-168 159 3 4%
8 169-187 178 3 4%
Total 70 100%
57
Panjang Bobot
No. log L (X) log W (Y) (Log L)2 (Log W)2 log L log W
Total (L) (W)
1 195 123 2.29 2.09 5.24 4.37 4.79
2 210 120 2.32 2.08 5.39 4.32 4.83
3 190 118 2.28 2.07 5.19 4.29 4.72
4 205 120 2.31 2.08 5.34 4.32 4.81
5 190 113 2.28 2.05 5.19 4.22 4.68
6 180 110 2.26 2.04 5.09 4.17 4.60
7 210 138 2.32 2.14 5.39 4.58 4.97
8 187 110 2.27 2.04 5.16 4.17 4.64
9 205 129 2.31 2.11 5.34 4.45 4.88
10 195 117 2.29 2.07 5.24 4.28 4.74
11 182 135 2.26 2.13 5.11 4.54 4.81
12 157 61 2.20 1.79 4.82 3.19 3.92
13 180 100 2.26 2.00 5.09 4.00 4.51
14 175 104 2.24 2.02 5.03 4.07 4.52
15 195 125 2.29 2.10 5.24 4.40 4.80
Kelas Vi Oi Vi Oi IP
Cyanophycae 10 0 0 0.00%
Chlorophycae 10 364 3640 31.71%
Bacillariophycae 10 24 240 2.09%
Desmidiacae 10 24 240 2.09%
Chrysophycae 10 5 50 0.44%
Rhizopoda 10 1 10 0.09%
Rotatoria 10 22 220 1.92%
Entomostraca 10 30 300 2.61%
Copepoda 10 16 160 1.39%
Tardigrada 10 0 0 0.00%
Nemata 10 37 370 3.22%
Platyhelmintes 10 122 1220 10.63%
Benthos 10 0 0 0.00%
Bagian hewan 10 302 3020 26.31%
Bagian tumbuhan 10 163 1630 14.20%
Detritus 10 38 380 3.31%
Ikan 10 0 0 0.00%
IKG = 3.55 %
HSI = 0.178 %