Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
APENDIKSITIS
PENGERTIAN
Apendik adalah suatu kantong seperti tabung terkait dengan secum dibawah katub
ileocecal, pada umumnya terletak di daerah iliaca, pada suatu area yang disebut
McBurney. Fungsi dari apendik tidk secara penuh dipahami, walaupun secara teratur
terisi dan kosong pada saat pencernaan makanan.
ETIOLOGI
Cacing ascaris.
o Fekalit.
o Benda asing.
o Neoplasma.
KEP/RSMI/2011 Page 1
3. Menurut Markum, 1996 :
Fekolit
Parasit
Hiperplasia limfoid
Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya
Tumor karsinoid
PATOFISIOLOGI
Nyeri abdomen bagian atas adalah gejala khas awal apendiksitis akut. Dalam 4 jam
berikutnya, intensitas nyeri bertambah dan terlokalisisr di kuadrant bawah abdomen.
Nyeri ini akan bertambah dan sangat mengganggu pada saat bergerak, berjalan, dan
batuk. Pergerakan internal pinggul kanan juga meningkatkan nyeri ini. Sebagai
tambahan nyeri ini, pasien secara khas terjadi penurunan suhu tubuh, anoxia,
anorexia, mual, dan muntah.
KEP/RSMI/2011 Page 2
seperti Penyakit Chorn sering menyebabkan gejala yang menyertai apendiksitis
kronik.
Karena peradangan apendiksitis akut dapat menyebabkan perforasi dalam 24 jam, hal
ini menjadi sangat penting untuk menegakkan diagnosa secara cepat dan menginisiasi
pengobatan. Karena kedaruratannya dan karena morbiditas rendah yang menyertai
pembedahan, test diagnostic dan laboratorium dan pengobatan pre operasi sangatt
terbatas. Sekali diagnosa ditegakkan, segera dilakukan apendiktomi.
Nyeri epigastrium
Infiltrate perforasi
KEP/RSMI/2011 Page 3
Infiltrate apendikularis apendik perforasi
MANIFESTASI KLINIK
Iritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada
orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi
KOMPLIKASI
Perforasi.
Peritonitis.
Infeksi luka.
KEP/RSMI/2011 Page 4
Obstruksi intestinum akibat dari perlengketan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang
kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada
2. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari
urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi.
keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi
pada ginjal.
KEP/RSMI/2011 Page 5
PENATALAKSANAAN
1. Sebelum operasi
2. Operasi
Apendiktomi.
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
3. Pasca operasi
Observasi TTV.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan.
KEP/RSMI/2011 Page 6
Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan
sampai fungsi usus kembali normal.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
PENGKAJIAN
1. Wawancara
2. Pemeriksaan Fisik
KEP/RSMI/2011 Page 7
Sirkulasi : Takikardia.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
3. Pemeriksaan Penunjang
mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
KEP/RSMI/2011 Page 8
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
Diagnosa 1
Kriteria Evaluasi :
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Kegelisahan atau ketegangan otot
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Mandiri
Rasional:
Rasional:
KEP/RSMI/2011 Page 9
Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,
menghiangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang
3. Dorong ambulasi dini
Rasional:
Rasional:
Kolaborasi
1. Pertahankan puasa
Rasional:
Rasional :
Dignosa 2
KEP/RSMI/2011 Page 10
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
Mandiri
Rasional :
Rasional :
Jumlah besar dari aspirasi gaster, muntah diduga terjdinya obstruksi usus,
memerlukan evaluasi lanjut
3. Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada/hiperaktif
Rasional:
Meskipun bising usus sering tidak ada, inflamasi/iritasi usus dapat menyertai
hiperaktivitas usus
Kolaborasi
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 11
Menunjukkan fungsi organ dan status/ kebutuhan nutrisi
Dignosa 3
Kriteria Evaluasi :
Mandiri
1. Kaji ulang pembatasan aktifitas, contoh mengangkat berat, olah raga, seks, latihan
Rasional:
Rasional:
KEP/RSMI/2011 Page 12
3. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh
berulangnya nyeri, muntah, demam, menggigil
Rasional:
Post Operasi
Diagnosa 1
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah
Tujuan: Tidak adanya tanda-tanda infeksi yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor,
fungsiolaesa
Kriteria evaluasi :
Mandiri
Rasional:
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 13
Menurunkan resiko penyebaran bakteri yang menyebabkan infeksi
3. Observasi insisi dn blutan, catat karakteristik drainase luka/drain, adanya eritema
Rasional :
Rasional :
Kolaborasi
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Diagnosa 2
KEP/RSMI/2011 Page 14
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah pra
operasi, puasa pasca operasi, status hipermetabolik
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Haluaran urine adekuat
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa
lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Mandiri
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Penurunan haluaran urine, warna pekat dengan peningktan berat jenis diduga
terjadinya dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan
KEP/RSMI/2011 Page 15
4. Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
Rasional :
5. berikan minum air putih bertahap per oral bila sudah memungkinkan dan
lanjutkan diet sesuai toleransi
Rasional :
Menurunkan iritasi gaster dan untuk menguarangi rasa mual dan muntah serta
untuk meminimalisasi kehilangan cairan
Rasional :
Kolaborasi
1. Pertahankan NGT
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 16
Diagnosa 3
Rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya
insisi bedah
Tujuan :
Kriteria hasil :
Mandiri
1. kaji nyeri, meliuti catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10), observasi
perubahan nyeri dengan tepat
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 17
Rasional :
Rasional:
Kolaborasi
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 18
Daftar Pustaka
1. Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Kedokteran EGC.
Media Aesculapius.
7. Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
KEP/RSMI/2011 Page 19
9. Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
10. Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta :
EGC.
11. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta:
EGC
HERNIA
PENGERTIAN
HERNIA adalah keluarnya isi rongga tubuh, biasanya abdomen lewat suatu celah
protusi abnormal organ, jaringan atau bagian organ melalui struktur yang secara
Hernia terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis. Umumnya terjdi pada pria. Insidennya tinggi pada bayi dan
anak kecil. Hernia ini dapat sangat besar dan sering turun ke skrotum.
KEP/RSMI/2011 Page 20
Hernia melewati dinding abdomen di area lemah otot, tidak melalui kanal.
3. Hernia femoralis
Hernia terjadi melalui cincin femoral. Ini mulai sebagai penyumbat lemk di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung, umumnya terjadi
pada wanita
4. Hernia umbilikalis
Terjadi karena peningkatan abdominal, umumnya terjadi pada wanita yang gemuk
dn multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaopersi seperti infeksi, nutrisi
ETIOLOGI
b. Di dapat, karena tekanan intra abdomen yang meninggi : batuk kronik, hypertropi
prostate, konstipasi
PATOFIOLOGI
1. Adanya benjolan pada lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau
mengangkat beban berat dan benjolan hilang pada saat istirahat ( berbaring ) pada
orang dewasa, pada bayi benjolan yang hilang timbul dan diketahui oleh orang tua
KOMPLIKASI
1. Hernia Irreponibilis, bila isi hernia tidak dapat masuk kerongga Abdomen dan isi
2. Hernia Strangulata ( tercekik oleh cincin ), menyebabkan isi hernia nekrosis dan
perforasi, sehingga dapat terjadi peritonitis bila ada hubungannya dengan rongga
KEP/RSMI/2011 Page 22
No. Gejala Hernia incarserata Hernia strangulate, nekrosis,
dengan obstruksi usus gangren
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Rangsangan Tidak ada,sedang/berat Jelas, berat sekali/toksik
peritonium
PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Melakukan reposisi
telah direposisi
2. Operatif
PENGKAJIAN
KEP/RSMI/2011 Page 23
Adanya benjolan lipat paha atau area umbilical
nyeri
Tentang pola makan: Apakah terjadi obstruksi usus (bising usus, mual,
feses
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
tindakan operasi.
Kriteria evaluasi :
Mandiri
KEP/RSMI/2011 Page 24
Rasional :
Rasional :
Rasional :
posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
Rasional :
Kolaborasi
1. pemberian analgetik
Rasional :
nyaman.
Diagnosa 2
Kriteria Evaluasi :
KEP/RSMI/2011 Page 25
Tanda-tanda vital normal
Mandiri
Rasional :
Rasional :
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.
Rasional:
Kolaborasi
1. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional :
2. pemberian antibiotik.
Rasional
KEP/RSMI/2011 Page 26
Diagnosa 3
Kriteria evaluasi :
Mandiri
Rasional :
Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang
Rasional :
(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
Diagnosa 4
Kriteria evaluasi :
KEP/RSMI/2011 Page 27
pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
dari latihan.
KEP/RSMI/2011 Page 28
DAFTAR PUSTAKA
KEP/RSMI/2011 Page 29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
TONSILITHIS
PENGERTIAN
infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki
tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil
mengalami peradangan.
merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan menurun sejalan dengan
perlambatan usia.
ETIOLOGI
KEP/RSMI/2011 Page 30
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus,
selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa
sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus
(kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada
laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong
ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula
mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas bau dan pernafasan
bising.
PATOFISIOLOGI
e. Nekrosis jaringan
KEP/RSMI/2011 Page 31
PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan.
Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid
ikut terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternative tindakan yang dapat dilakukan
adalah pembedahan
Indikasi Absolut
1. Timbulnya cor pulmonal akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis
2. Hiperteopi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu pada waktu tidur
5. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya
Indikasi relative
KEP/RSMI/2011 Page 32
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi dianggap sebagai indikasi relative
Kontraindikasi
2. Ashma
4. Sinusitis
kepada pasien mengenai tindakan dan perawatan setelah operasi. Puasa 6-8 jam
sebelum operasi
PENGKAJIAN
2. Peredaran darah : palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi,
pucat.
KEP/RSMI/2011 Page 33
4. Aktivitas/istirahat: Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh,
kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena
kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya
5. Nutrisi dan cairan: Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra
dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot
10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan :
memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda
distress pernafasan.
Kriteria Evaluasi :
KEP/RSMI/2011 Page 34
Dupria, Orthopnea, kranosis tidak ada
Mandiri
Rasional :
infeksi akut
Rasional :
adventisus
Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis
3. Atur posisi pasien yang nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur, duduk
Rasional :
menggunakan gravitasi.
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 35
Oral hygiene dapat mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat mengontrol
pengeluaran secret
5. Oksigenisasi
Rasional :
yang mungkin tidak tercukupi dengan baik akibat obstruksi jalan nafas
Diagnosa 2
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik.
Tujuan:
Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang
Kriteria evaluasi :
Mandiri
1. kaji tingkat nyeri atau derajad nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan
Rasional:
Rasional:
KEP/RSMI/2011 Page 36
Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian
3. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati
Rasional:
4. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan atau adanya trauma
baru
Rasional :
trauma
Kolaborasi
1. Berikan irigasi oral, anastesi sprey dan kumur-kumur, anjurkan pasien melakukan
irigasi sendiri
Rasional:
mulut
2. Berikan Analgetik
Rasional:
Diagnosa 3
KEP/RSMI/2011 Page 37
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan resiko perdarahan
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan ke adekuatan cairan yang ada dalam tubuhnya dan tampak
segar
Kriteria Evaluasi :
Mandiri
Rasional:
Rasional:
Rasional :
Kulit yang dingin atau lembab, denyut yang lemah mengindikasikan untuk
KEP/RSMI/2011 Page 38
Kolaborasi
Rasional:
DAFTAR PUSTAKA
EGC
5. Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ; EGC
KEP/RSMI/2011 Page 39
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
UROLITHIASIS
PENGERTIAN
Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih ( urolithasis ),
urolithiasis sudah dikenal sejak zaman babilonia dan mesir kuno dengan
ditemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dappat
buli- buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk diginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk disaluran kemih bagian bawah karena
adanya statis urine seperti pada buli buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra
yang terbentuk didalam ventrikel uretra, batu ginjal adalah batu yang terbentuk
ditubuli ginjal kemudian berada dikaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bias
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang
dipelvis remmis atau kaliks, disebut nefrolitiasis. Urolitiasis ( batu ginjal ) merupakan
KEP/RSMI/2011 Page 40
istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri dari garam kalsium,
asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan siruvite. ( dr. tambayong, 2000).
Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggupalan batu ginjal
karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yang minunm sehingga
didalam ginjal atau saluran kencing. Batu batu ginjal adalah penyebab yang umum
dari darah dalam urin dan seringkali yang berat/parah pada perut, punggul, atau
selangkangan. Batu batu ginjal adakalanya disebut renal calculi. Kondisi dari
Google. Com.2010 ).
ETIOLOGI
Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai factor intrinsic dan factor ekstrinsik):
Factor factor intrinsik, meliputi :
1. herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur : paling sering didapatkan pada usia ( 30 -50 tahun ).
3. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibandingkan pasien
wanita.
tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt ( sabuk
batu ).
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
saluran kemih.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
KEP/RSMI/2011 Page 41
PATOFISIOLOGI
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam
urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan
batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik,
diantaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat
disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urine menjadi alkali karena
pemecahan ureum. Batu asam utine disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu
saluran kemiih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan matasi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
MANISFESTASI KLINIK
Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini
dapat menjalar hingga keperut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal,
pada saat kencing dan sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada
umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada
penyakit yang terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatakan nyeri ketok
KEP/RSMI/2011 Page 42
didaerah kokstae - vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefronis,
ditemukan tanda tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didapatkan
demam / ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya leukosit, hematusia dan dijumpai
fungsi ginjal ( ureum dan creatinin ) dan untuk mempersiapkan pasien menjalani
pemeriksaan foto piv. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai
penyebab timbulnya batu saluran kemih ( kadar kalsium, oksilat, fosfat maupun
opak dan paling sering dijumpai diantara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat
fungsi ginjal. Selain itu piv dapat mendeteksi adanya batu semi opak/batu non opak
PIV seperti pada keadaan alergi zat kontrasi, faal ginjal menurun dan pada
pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal/buli- buli ( tampak
PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya <5 mm, karena batu yang diharapkan dapat
aliran urine dengan pemberian uretikum, dan minum banyak supaya mendorong
batu keluar
b. ESWL ( Extracorporeal shockwave Lithotripsi )
KEP/RSMI/2011 Page 43
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal. Batu ureter proksimal, atau
batu buli-buli melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi
evakuator Ellik.
3. Uretroskopy atau uretero-renoscopy
Memasukkan alat uretroscopy per uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
e. Bedah terbuka
Pielolitotomi atau nefrolitotomi adalah mengambil batu disaluran ginjal
Ureterolitotomi adalah mengambil batu di ureter
Vesikolitotomi adalah mengambil batu di vesicaurinaria
Uretrolitotomi adaalah mengambil batu di uretra.
Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah
3 liter/hari.
2. diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. aktivitas harian yang cukup
KEP/RSMI/2011 Page 44
4. Medikamentosa
PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah atau nadi, nyeri ( obstruksi oleh kalkulus)
c. Eliminasi
Gejala: riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica
d. Makanan/cairan
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi atau tindakan
lain
KEP/RSMI/2011 Page 45
f. Keamanan
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Kriteria evaluasi:
Mandiri
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 46
memberi kesempatan untuk pemberian analgetik dan membantu meningkatkan
koping pasien.
Rasional :
Rasional :
Relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi
5. Ukur TTV
Rasional:
Dengan mengetahui TTV pasien dapat menilai adanya peningkatan nyeri atau
tidak
Kolaborasi
Rasional :
Diagnosa 2
mekanik
Kriteria evaluasi:
KEP/RSMI/2011 Page 47
Intervensi dan rasional :
Rasional :
Rasional :
Rasional:
batu
Rasional :
Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe dan jenis batu untuk pilihan
terapi
Rasional :
Kolaborasi
Rasional :
Diagnosa 3
KEP/RSMI/2011 Page 48
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis pasca
obstruksi
Kriteria evaluasi :
Mandiri
Rasional :
Rasional :
Rasional:
Kolaborasi
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 49
Diagnosa 4
Kriteria evaluasi :
Rasional :
Rasional :
Rasional:
KEP/RSMI/2011 Page 50
DAFTAR PUSTAKA
2000
Jakarta, 2000
1996
7. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta, 1998
KEP/RSMI/2011 Page 51
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI
PENGERTIAN
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi
hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis
dan usia lanjut.
KEP/RSMI/2011 Page 52
Teori MC Neal (1978)
Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya
sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona
periurethral.
PATOFISIOLOGI
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat
menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan
detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah
dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi,
sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas.
MANIFESTASI KLINIK
Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
KOMPLIKASI
Aterosclerosis
Infark jantung
Impoten
Haemoragik post operasi
KEP/RSMI/2011 Page 53
Fistula
Striktur pasca operasi & inconentia urine
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2. Radiologis
PENATALAKSANAAN
1. Non Operatif
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
KEP/RSMI/2011 Page 54
Retropubic Extravesical Prostatectomy)
Prostatectomy Perineal
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya
ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.
4. Prostatektomi Parineal
PENGKAJIAN
1. Data subyektif :
2. Data Obyektif :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik; pembesaran prostate,
dekompresi otot destrusor
Tujuan : Pasien mampu berkemih dengan lancer dan jumlah yang
cukup
KEP/RSMI/2011 Page 55
Kriteria evaluasi :
Tak teraba distensi kandung kemih
Menunjukkan residu pasca- berkemih kurang dari 50 ml; dengan tidak adanya
tetesan/kelebihan aliran
Intervensi dan rasional :
Mandiri
1. Motivasi pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan
Rasional :
Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih
2. Tanyakan pasien tentang inkontinensia stress
Rasional :
Tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau dapat
menghambat berkemih sampai tekanan abdominal meningkat dan urine keluar
secara tidak sadar
3. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
Rasional :
Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
4. Awasi dan catat waktu, jumlah tiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran
urine dan perubahan berat jenis
Rasional :
Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
5. Awasi tanda vital dengan ketat, observasi hipertensi, edema perifer, timbang BB
tiap hari, pertahankan pemasukan dan pengeluaran akurat
Rasional :
Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan
akumulasi sisa toksik; dapat berlanjut kepenurunan ginjal total
6. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila di indikasikan
Rasional :
Peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan
ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi; anti spasmodic, antibiotic, dan fenoksibenzamin
KEP/RSMI/2011 Page 56
Rasional :
Antispasmodik menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan
iritasi oleh karena pemasangan kateter, Antibiotik diberikan untuk melawan
infeksi, mungkin digunakan secara profilaksis, Fenoksibenzamin diberikan
untuk memperlancar berkemih dan merelaksasikan otot polos prostate dan
menurunkan tahanan terhadap aliran urine
2. Irigasi kateter sesuai indikasi
Rasional :
Mempengaruhi pastensi atau aliran urine
3. Monitor laboratorium; ureum creatinin, elektrolit
Rasional :
Pembesaran prostate secara nyata menyebabkan dilatasi saluran perkemihan
atas ( ureter dan ginjal ), berpotensi merusak fungsi ginjal dan menimbulkan
uremia
4. Siapkan atau Bantu untuk drainase urine dengan sistostomi
Rasional :
Di indikasikan untuk mengalirkan kandung kemih selama episode akut dengan
azotemia atau bila bedah dikontraindikasikan karena status kesehatan pasien
Diagnosa 2
Kriteria evaluasi :
Mandiri
KEP/RSMI/2011 Page 57
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0-10 ) lamanya
Rasional :
Rasional :
Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis dan scrotal
3. Pertahankan tirah baring bila di indikasikan
Rasional :
Tirah baring diperlukan pada awal fase retensi akut dan membantu
mengurangi nyeri kolik
4. Berikan tehnik relaksasi/ nafas dalam, aktivitas therapeutic
Rasional :
Kolaborasi
Rasional :
2. Pemberian antibacterial
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 58
Menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinarius juga yang dimasukkan
melalui system drainase
Diagnosa 3
Kriteria evaluasi :
Mandiri
1. Awasi haluaran urine dengan hati-hati, tiap jam bila di indikasikan, perhatikan
haluaran 100-200 ml/jam
Rasional :
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 59
Menurunkan kerja jantung, memudahkan hemostasis sirkulasi
Kolaborasi
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 60
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya,
Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
KEP/RSMI/2011 Page 61
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PERITONITIS
PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan peritonium, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya
ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
Tukak thypoid
Salpingitis
Divertikulitis
Kuman yang paling sering adalah bakteri coli, streptokokus alpha dan beta
KEP/RSMI/2011 Page 62
Terkontaminasi talkum venetum,lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitis
lokal
peritonitis granulomatosa
PATOFISIOLOGI
darak ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini
meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi
MANIFESTASI KLINIK
peritonitis umum
Demam tinggi
Distensi abdomen
KEP/RSMI/2011 Page 63
Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada
Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
Nausea
Vomitus
Penurunan peristaltik
KOMPLIKASI
Eviserasi luka
Pembentukan abses
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium
Mungkin hipokalemi
2. Radiologi
KEP/RSMI/2011 Page 64
Usus halus dan usus besar dilatasi
PENATALAKSANAAN
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan
dapat diupayakan.
PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan
Sirkulasi
Eliminasi
Gejala :
Diare (kadang-kadang)
Tanda :
KEP/RSMI/2011 Page 65
Cegukan; distensi abdomen; abdomen diam
Tak ada bising usus ( ileus ); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar
Makanan / cairan
Tanda :
Muntah proyektil
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau lokal, menyebar ke bahu, terus
Tanda :
Otot tegang ( Abdomen ); lutut flexsi, prilaku distraksi; gelisah; fokus pada
diri sendiri
Pernafasan
Keamanan
KEP/RSMI/2011 Page 66
Gejala : Riwayat inflamasi organ pelvik ( salpingitis ); infeksi pasca melahirkan,abses
retroperitonial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Kriteria Evaluasi :
Mandiri
1. Observasi adanya nyeri, catat lokasi, lama, intensitas ( skala 0-10 ) dan
Rasional :
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 67
3. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, nafas dalam, latihan
relaksasi
Rasional :
tak menyenangkan
Rasional :
abdomen
Kolaborasi
Rasional :
2. Pemberian Antiemetik
Rasional :
3. Pemberian antipiretik
Rasional :
Diagnosa 2
KEP/RSMI/2011 Page 68
Tujuan : Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen
positif
Kriteria Evaluasi :
Asupan adekuat
Rasional :
jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah/diare diduga terjadi obsruksi
Rasional :
Rasional :
asites
4. Kaji abdomen dengan sering untuk kembali kebunyi yang lembut, penampilan
Rasional:
Kolaborasi
KEP/RSMI/2011 Page 69
Rasional:
Rasional :
Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisi dimulai lagi menurunkan
Rasional :
Diagnosa 3
ekstraseluler, intravaskuler, dan area interstisial ke dalam usus dan atau area peritonial
Kriteria evaluasi :
Mandiri
KEP/RSMI/2011 Page 70
Rasional :
2. Pertahankan masukan dan haluaran yang akurat dan hubungkan dengan berat
Rasional :
pada hipovolumia dan penurunan perfusi ginjal, tetapi berat badan makin
gaster mungkin besar, dan banyaknya cairan tertampung pada usus dan area
peritoneal
Rasional :
hipovolumia
atau sakral
Rasional :
5. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering, dan
Rasional:
KEP/RSMI/2011 Page 71
Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit
Kolaborasi
creatinin
Rasional:
Rasional:
Rasional:
Diagnosa 4
terjadi infeksi
Kriteria evaluasi :
Tidak demam
KEP/RSMI/2011 Page 72
Intervensi dan rasional :
Mandiri
peritoneal
Rasional :
2. Kaji tanda vital dengan sering, catat bila ada hipotensi, penurunan tekanan nadi,
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi
mempengaruhi antibiotik
5. Pertahankan tehnik aseptik ketat pada perawatan drain abdomen, luka insisi
Rasional :
silang
KEP/RSMI/2011 Page 73
Rasional :
7. Pertahankan tehnik steril bila pasien dipasang kateter, berikan perawatan kateter/
Rasional :
Rasional:
Kolaborasi
Rasional :
program antimikrobial
Rasional :
Rasional:
Terapi ditujukan pada terapi anaerob dan basil aerob gram negatif, lavase
yang terlokalisasi
KEP/RSMI/2011 Page 74
Rasional :
DAFTAR PUSTAKA
Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott
Company. Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
KEP/RSMI/2011 Page 75
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
HEMORRHOID
PENGERTIAN
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
eksternal dan / atau internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan
diberikan tindakan.
ETIOLOGI
1. Kehamilan
2. Konstipasi (karena diit rendah serat atau rering menahan buang air besar)
PATHOFISIOLOGI
KEP/RSMI/2011 Page 76
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena
vena-vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban, namun
Salah satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena adalah
vena porta dan tekanan vena sistemik, yang kemudian akan ditransmisi ke daerah
anorektal. Elevasi tekanan yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering
dalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup sehingga mudah
KLASIFIKASI
1. Hemorrhoid interna
KEP/RSMI/2011 Page 77
Tidak dapat dilihat melalui inspeksi perianal, terletak di atas spincter ani.
Terdapat pada 3 posisi primer yaitu kanan depan, kanan belakang dan kiri
lateral
HEMOROID INTERNA
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - -
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Tidak dapat
2. Hemorrhoid externa
Terletak di bawah spincter ani, sehingga dengan jelas dapat dilihat melalui
Terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut akibat mengangkat barang berat,
KEP/RSMI/2011 Page 78
Ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali,
cm. dapat unilobular atau bebrapa benjolan. Ruptur dapat erjadi pada dinding
vena
Pada awal sangat nyeri kemudian berkurang dalam waktu 2 3 hari. Ruptur
spontan dapat diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat terjadi tanpa
MANIFESTASI KLINIK
feces yang keras. Warna darah merah segar dan tak bercampur dengan feces,
terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada
Pada tahap lanjut prolaps menetap dan tidak dapat didorong lagi
KOMPLIKASI
terdapat iritasi kulit perianal yg menimbulkan gatal atau pruritus anus, disebabkan
Nyeri timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udema dan radang
KEP/RSMI/2011 Page 79
Akibat perdarahan yang berulang mengakibatkan anemia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Colok dubur
Anuskopi/rectoscopy
PENATALAKSANAAN
perlahan dan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan
Bila penyakit radang usus yang mendasari terapi medik harus diberikan
hemoroid derajat III dan IV atau penderita dengan perdarahan berulang dan
hebat
PENGKAJIAN
Subyektif
1. Batasan karakteristik
a. Kebiasaan
Riwayat kehamilan
berkembang cepat
c. Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor yang
KEP/RSMI/2011 Page 81
Obyektif
1. Batasan karakteristik
dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah ada tanda
Warna kulit
Warna konjungtiva
Pemeriksaan Hb
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Kriteria evaluasi :
KEP/RSMI/2011 Page 82
Intervensi dan rasional :
Mandiri
Rasional :
Intek air minum yang banyak dapat memperlancar buang air besar
Rasional :
3. Anjurkan pasien untuk segera buang air besar bila timbul keinginan untuk BAB
Rasional :
Kolaborasi
Rasional :
Diagnosa 2
Kriteria evaluasi :
KEP/RSMI/2011 Page 83
Wajah pasien tampak tenang
Mandiri
1. Observasi tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan
Rasional :
Rasional:
Rasional :
Kolaborasi
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 84
Analgetik dapat merangsang pusat nyeri sehingga rasa terhadap nyeri
berkurang
Rasional :
Rasional :
Rendam hangat dapat merelaksasikan syaraf syaraf yang ada pada dinding
Diagnosa 3
Kriteria evaluasi :
Mandiri
Rasional :
KEP/RSMI/2011 Page 85
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Rasional :
Apabila terjadi hipotensi atau akral dingin merupakan tanda dari terjadinya
syok akibat perdarahan
3. Monitor tanda anemia ditandai dengan tampak lelah, pucat dan tidak bersemangat
Rasional :
Pucat, lelah merupakan tanda awal secara fisik pada pasien anemia
Kolaborasi
Rasional:
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
KEP/RSMI/2011 Page 86
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya,
Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
KEP/RSMI/2011 Page 87
PENGERTIAN
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh
semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan jumlah nodul; bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
ETIOLOGI
a. Defisiensi iodium
KEP/RSMI/2011 Page 88
Pada umumnya, pemderita penyakit struma sering terdapat didaerah yang kondisi
air minum dan tanahnya kurang mengandum iodium, misalnya daerah
pegunungan
Penghambatan sintesa hormone oleh zat kimia ( sepeti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai )
Penghambatan sintesa hormone oleh obat-obatan ( thiocarbamide,sulfonylurea
dan litium )
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh
Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi
pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme
KEP/RSMI/2011 Page 89
tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan
balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar,
akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Benjolan
5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.
KOMPLIKASI
Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga penyakit jantung kongestif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KEP/RSMI/2011 Page 90
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal
nodul
Nodul panas bila penampakan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya,
Nodul hangat bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya, ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain
PENATALAKSANAAN
KEP/RSMI/2011 Page 91
untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari
tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc- 0,8 cc
4. Tindakan operasi ( strumektomi ), pada struma nodusa non toksik yang besar
dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi
gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik,
indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai
5. L-tiroksin selama 4-5 bulan, preparat ini diberikan apabila terdapat nodul
hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apabila nodul mengecil,
terapi dilanjutkan apabila tidak mengecil bahkan membesar dilakukan biopsy
atau operasi
6. Biopsy aspirasi jarum halus, dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang
dari 10 mm
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
Identifikasi pasien
KEP/RSMI/2011 Page 92
Riwayat kesehatan keluarga, ada anggota keluarga yang menderita
sama dengan pasien saat ini
2. Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher, pada pasien pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
pada post operasi thyroidektomy biasanya didapatkan adanya luka operasi
yang sudah ditutup dengan kassa steril yang direkatkan dengan hypafik serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari
Sistem Neurologi, pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri
akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit
Integritas ego, Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
KEP/RSMI/2011 Page 93
Makanan/cairan, kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid.
impotensi.
3. Diagnosa keperawatan
KEP/RSMI/2011 Page 94
Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh
darah sekunder terhadap pembedahan.
Rencana tindakan:
Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
Atur posisi semifowler
Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
4. Rasional
Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
Memberikan suasana yang lebih nyaman.
Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan
ventilsassi
Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
KEP/RSMI/2011 Page 95
Kunjungi klien sesering mungkin
Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Rasionalisasi:
Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema
jaringan / sebagai efek pembedahan.
Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
Mengurangi kecemasan klien
Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap
jaringan/otot dan edema pasca operasi.
1. Tujuan:
Rasa nyeri berkurang
2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg menunjukkan adanya
nyeri.
3. Rencana tindakan
Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat
alih posisi .
Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
KEP/RSMI/2011 Page 96
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
4. Rasionalisasi
Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
Mengurangi ketegangan otot.
Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
KEP/RSMI/2011 Page 97
Syarifuddin, drs. AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, edisi
3. EGC : Jakarta.
Sumber : http://cicynno.blogspot.com
PENGERTIAN
Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi
karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk
menahannya.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak
lengkap. (Arice, 1995 : 11)
ETIOLOGI
KEP/RSMI/2011 Page 98
Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah :
d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh.
tiga yaitu :
4. Cedera traumatic
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
KEP/RSMI/2011 Page 99
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah
3.
dikemiliteran.
patah tulang.
2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat rudapaksa
dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat rudapaksa tersebut
dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi dua yaitu
fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan pada
kanalis havers dan jaringan lunak diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut
akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan
membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi fibroblast
dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian
ujung periosteum-periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai
osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago
hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk
fiber-fiber
KEP/RSMI/2011 Page 100
kartilago
dan
matriks
tulang
yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi
osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.
keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang ditandai dengan
penurunan tekanan darah atau hipotensi syok hipovolemik juga dapt menyebabkan
cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh
akan membentuk metabolisme an aerob adalah asam laktat, maka bila terjadi
metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan meningkat.
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long,
1996 : 356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur
bumper mobil, karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan
telapak tangan menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya
tulang patella dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
(Oswari, 2000 : 147).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346).
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke
tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat
KEP/RSMI/2011 Page 101
patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299).
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Pada pemasangan bidai / gips / traksi maka dilakukan imobilisasi pada bagian
yang patah, imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas
tulang agak cepat (Price & Willsen, 1995 : 1192).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi
dari imobilisasi antara lain : adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka yang
disebabkan oleh penekanan, hilangnya otot (Long, 1996 : 378).
D. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :
1) Fraktur tertutup
Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh
disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.
2) Fraktur terbuka
Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka tersebut
menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka biasanya potensial untuk
terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi menurut gradenya.
darah.
2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.
3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.
4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya
tarikan otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang.
9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan syaraf atau tertekan oleh
cedera, perdarahan atau fragmen tulang.
beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan
traksi adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang
pada posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian
jaringan lunak, memperbaiki deformitas.
Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan plester
perekat sepanjang ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan
dengan tali untuk ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi
skelet,
biasanya
dengan
menggunakan
pin
Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan
pada tulang kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol dan beban.
2) Reduksi
Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup, merupakan metode
untuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada
reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah
pengawasan langsung. Pada saat pembedahan, berbagai alat fiksasi internal digunakan
pada tulang yang fraktur.
Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif.
ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada
sendi. ROM dapat dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous
pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot.
Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan
jaringan lunak, pada 24 jam pertama akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang
masuk ke area fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat, kemudian
akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi.
H. Manifestasi Klinik
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen tulang diimobilisasi
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan
atau tungkai menyebabkan defromitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi
satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen satu dengan lainnya
(uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam
atau hari setelah cedera. ( Brunner dan Suddarth, 2001 : 2358 )
I.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Foto Rontgen
- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
- Airway
Adanya
sumbatan/obstruksi
jalan
napas
oleh
adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas
Sirkulasi
c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna, pembengkakan local
Diagnosa Keperawatan
a.tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma
jalan nafas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah bersihan jalan nafas efektif.
Intervensi : yang akan dilakukan adlah,
tulang/fraktur).
Tujuan yang akan dicapai adalah klien terhindar dari trauma.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
bagian
ekstremitas yang nyeri, beri kompres dingin, observasi tanda- tanda vital
(TD,N,S,RR).
f. resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk fraktur terbuka, bedah
perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat dan sekrup
dengan baik.
Intervensi yang akan dilakukan adalah :
tentukan luasnya ketidak mampuan berkomunikasi,
pertahan primer.
Tujuan yang akan dicapai adalah infeksi tidak terjadi.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
beri
reinfoercement positif jika klien menjawab dengan cepat, pilih berbagai strategi
belajar seperti : tekhnik ceramah, tanya jawab dan demonstrasikan dan tanyakan apa
yang tidak diketahui klien.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN POST OP
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
1. .
Kontraindikasi
1. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
2. Asma.
3. Infeksi sistemik atau kronis.
4. Sinusitis.
Persiapan operasi yang mungkin di lakukan
Pemeriksaan laboratorium (Hb, lekosit, waktu perdarahan).Berikan penjelasan kepada
klien tindakan dan perawatan setelah operasi.Puasa 6-8 jam sebelum operasi.Berikan
antibiotik sebagai propilaksis.Berikan premedikasi jam sebelum operasi.
Pengkajian
tampak pucat.
karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran,
dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot
10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
Tujuan:
memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda
distress pernafasan.
Rencana tindakan:
1. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan
ekstrimitas.
Tujuan:
Rencana tindakan:
2. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
3. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah
pada otak.
Tujuan:
Rencana tindakan:
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik.
Tujuan:
Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang
Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan
menggunakan skala.
2. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
Tujuan:
Rencana tindakan:
pahami).
Tujuan:
Rencana tindakan:
Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada
Tujuan:
Rencana tindakan:
Tujuan:
Rencana tindakan:
1. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
2. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
Tujuan:
Rencana tindakan:
penatalaksanaan.
tersebut.
Source:
Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses
penyakit, Jakarta: EGC.